Anda di halaman 1dari 3

Gender

A. Gender dan Jenis Kelamin


Pengertian secara umum, gender adalah sejumlah peran yang dilekatkan kepada
perempuan dan laki-laki. Adapun pengertian gender menurut beberapa ahli :
Menurut Saptari (1997:89) : pengertian gender tidak identic dengan perbedaan seksual secara
biologis saja, melainkan merupakan perbedaan simbolis dan sosial
yang memang berpangkal pada perbedaan jenis kelamin.
Menurut Humm (2002:178) : bahwa jenis kelamin bersifat biologis sedangkan perilaku gender
merupakan konstruksi sosial.
Menurut Mosse (1996:3) : mengemukakan bahwa gender merupakan seperangkat peran
yang, seperti halnya kostum atau topeng di teater, menyampaikan
kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin.
Pembentukan gender yang ditentukan oleh sosio budaya, mengakibatkan perbedaan
gender pada dua masyarakat yang berbeda akan berbeda pula. Tidak hanya perbedaan sosio
budaya, perbedaan kelas juga akan mengakibatkan perbedaan peran gender.
Tabel Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin
Perbedaan Perempuan Laki - laki
Jenis Kelamin - Vagina - Penis
- Rahim - Buah zakar
- Sel telur - Sperma
- Haid - Kumis
- Payudara - Jakun
Stereotip Gender Di ranah dosmetik : berperan Di ranah dosmetik : berperan
mengerjakan pekerjaan mengerjakan pekerjaan berat
ruamh tangga seperti membetulkan genting

Di ranah public : berperan Di ranah public : berperan


sebagai perawat, guru dan mengerjakan pekerjaan yang
baby sitter memerlukan kepandaian
Stereotip sifat - Lemah - Kuat
- Cengeng - Pemberani
- Takut - Tegas
- Lembut - Kasar
Stereotip permainan anak Masak-masakan, boneka, Sepak bola, laying-layang,
lompat tali kelereng
Perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki tidak bisa dipertukarkan. Jenis
kelamin merupakan anugerah dari Tuhan. Sebaliknya perbedaan gender yang merupakan
konstruksi masyarakat dapat dipertukarkan.

B. Ideologi Patriarkhi Dan Konstruksi Gender


Patriarkhi merupakan sistem kekeluargaan yang dianut oleh sebagian besar kelompok
masyarakat di dunia. Chow memberikan pengertian patriarkhi sebagai prinsip dominasi laki-laki
yang membentuk struktur dan sistem ideologi dominan. laki-laki berada di posisi superordinat,
sebagai pihak yang mendominasi, sedangkan kaum perempuan merupakan pihak subordinat,
pihak yang didominasi.
Sistem patriarkhi menyebabkan terjadinya proses hegemoni. Proses hegemoni oleh kaum
laki-laki terhadap perempuan berlangsung secara progresif. Ideologi patriarkhi telah
terinternalisasi ke dalam pikiran dan perasaan perempuan. Perempuan telah mengambil dan
meniru nilai-nilai yang ditetapkan oleh patriarkhi. Sistem patriarkhi yang dianut oleh sebagian
besar kelompok sosial di dunia ini, menuntut perempuan untuk patuh kepada kaum laki-laki.
Kepatuhan dan kesetiaan serta ketundukan perempuan menjadi kunci dan jaminan bagi kuatnya
dominasi patriarkhi. Dengan kata lain, Kelanggengan nilai patriarkhi didukung oleh perempuan
walaupun ia menjadi pihak yang subordinat. Dominasi tidak menimbulkan kekerasan apabila
pihak laki-laki memberikan konsekuensi dominasinya dan tidak berlaku sewenang-wenang
kepada perempuan.
Ideologi patriarkhi berpotensi menciptakan terciptanya ketidakadilan gender. Ridwan
(2006:25-32) mengemukakan lima bentuk ketidakadilan gender yakni marginalisasi subordinasi
stereotip gender kekerasan dan beban ganda.
Marginalisasi, yakni proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan secara ekonomi bagi
perempuan. Masih ada anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu tinggi
karena nantinya juga akan bekerja di dapur. Pandangan tersebut mengakibatkan keterbelakangan
perempuan dalam bidang pendidikan yang berkaitan erat dengan pekerjaan salah satunya.
Subordinasi adalah anggapan dan tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada
posisi yang lebih rendah. Perempuan diperlakukan secara diskriminatif, berbeda dengan laki-
laki. Subordinasi ini dikonstruk secara sosial. Masih ada anak perempuan yang tidak
mendapatkan akses yang sama dengan yang diperoleh anak laki-laki. Penelitian para ahli juga
menunjukkan bahwa perempuan merupakan pihak yang subordinat, selalu di belakang laki-laki.
Stereotip, pembakuan peran seperti dalam daftar diatas merupakan bentuk ketidakadilan gender.
Sebagian besar menduduki pekerjaan-pekerjaan halus dan berkaitan dengan pengasuhan dan
memasak, seperti sekretaris, guru, perawat, penari, penjual atau pengusaha makanan. Stereotip
gender perempuan di ranah domestik tersebut bisa membatasi peluang perempuan untuk bekerja
di luar rumah.
Kekerasan, yakni serangan secara fisik maupun mental terhadap seseorang. Bentuk-bentuk
kekerasan terhadap perempuan secara mental berupa penghinaan, menjatuhkan mental,
penelantaran, pelecehan seksual, pencabulan sampai pemerkosaan.Kekerasan fisik berupa
penganiayaan sampai pembunuhan.
Beban kerja, berkaitan dengan tanggung jawab ganda yang dibebankan kepada perempuan
bekerja. Masalah ini berkaitan erat dengan stereotipe peran perempuan sebagai pekerja domestik
yakni memasak, mencuci, mengasuh anak, dan membersihkan rumah.

C. Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan


Pengarutsutamaan gender adalah suatu satu program yang ditangani oleh sebuah badan
bernama pemberdayaan perempuan yang ada sampai tingkat kabupaten dan kota di Indonesia.
program tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kesetaraan gender bagi perempuan dan
pemberdayaan perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. PUG bertujuan untuk
meningkatkan kedudukan, peran, dan kualitas perempuan serta upaya mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga berbangsa dan bernegara, maka dipandang
perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan
nasional.
PUG dilaksanakan dalam segala bidang kehidupan. Penanaman konsep gender ini
merupakan bagian kegiatan PUG bidang pendidikan di perguruan tinggi. Gender harus dipahami
dengan benar untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Diharapkan terjadi perubahan
wawasan seperti skema di bawah ini.

Buta Gender

Netral Sensitif Response


Gender Gender Gender

Bias Gender

Proses belajar dapat mengubah seseorang yang tidak memiliki wawasan gender
maupun yang bersikap bias gender menjadi seseorang yang memiliki kepekaan terhadap
gender. Mengubah seseorang yang bias gender lebih sulit dari pada seseorang yang buta
terhadap gender. Membentuk lebih mudah dari pada mengubah.

Anda mungkin juga menyukai