Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PENANGANAN CIDERA SPRAIN

SHOULDER MENGGUNAKAN TEKNIK P.E.A.C.E

Disusun Oleh:
Meike Nuranindah Putri L. (01.19.654)
Melina Dwi Rahmayani (01.19.655)
Muhammad Septian Saputra (01.19.656)
Muhammad Shaldi Anan Pratama (01.19.657)

AKFIS “YAB” YOGYAKARTA


JL. RING ROAD SELATAN MALANGAN GIWANGAN UMBULHARJO
YOGYAKARTA
2020/2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
2.1 Teknik PEACE......................................................................................................................3
2.1.1 Protect............................................................................................................................3
2.1.2 Elevate...........................................................................................................................4
2.1.3 Avoid Anti-Inflammatory Modalities............................................................................4
2.1.4 Compression..................................................................................................................4
2.1.5 Educate..........................................................................................................................4
2.2 Shoulder.................................................................................................................................5
2.2.1 Anatomi Tulang.............................................................................................................5
2.2.2 Anatomi Ligamen..........................................................................................................6
2.2.3 Anatomi Otot.................................................................................................................7
2.3 Sprain Shoulder...................................................................................................................11
2.3.1 Sendi Acromioclavicular..............................................................................................12
2.3.2 Sendi Sternoclavicularis...............................................................................................13
2.4 Tindakan Sprain Shoulder....................................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir april tahun 2019, BJSM (British Journal of Sports Medicine)
mengeluarkan sebuah artikel yang ditulis oleh dua fisioterapis yaitu Blaise Dubois dan
Jean-Francois Esculier. Mereka menjelaskan istilah baru PEACE & LOVE yang
menjelaskan cara penanganan acute injury (cedera akut) pada jaringan lunak seperti
otot dan ligamen (strain, sprain, dll). Sebelumnya sebagai fisioterapis pasti sudah
mengenal dan cukup familiar dengan P.R.I.C.E. atau P.O.L.I.C.E., apalagi pada kasus
cedera muskuloskeletal atau sport injuries. Penanganan yang dilakukan bisa dibilang
cukup sama namun pernyataan tersebut menjadi hal yang menarik dan saat artikel itu
keluar langsung tersebar didunia kesehatan. Dalam artikel itu menjabarkan mengenai
apa yang harus dilakukan setelah penanganan 72 jam pertma paska cedera. Selain itu,
dibahas juga mengenai aktif dan pendekatan psikologi terhadap kondisi cedera akut.
Rehabilitasi jaringan lunak dapat menjadi rumit jika penanganannya tidak tepat.
Selama bertahun-tahun, manajemen penanganan cedera telah berevolusi dari ICE
menjadi RICE, lalu ke PRICE dan POLICE. Pada sebelumnya, manajemen cedera
hanya berfokus pada cedera akut saja dan mengabaikan tahap penyembuhan jaringan
subakut dan kronis. Diartikel Blaise dan Jaen mencakup rangkaian rehabilitasi PEACE
hingga manajemen selanjutnya LOVE. Keduanya menguraikan pentingnya memberi
edukasi pasien dan mengatasi faktor psikososial untuk meningkatkan pemulihan.
Sementara anti peradangan menunjukkan manfaat pada nyeri dan fungsi. Selain itu,
terdapat potensi efek berbahaya pada perbaikan jaringan yang optimal. Sehingga pada
artikel itu menyarakan beberapa hal agar tidak dimasukkan dalam standar manajemen
cedera jaringan lunak.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan PEACE?

1
b. Apa yang dimaksud dengan Sprain Shoulder?
c. Bagaimana penerapan teknik PEACE pada kasus sprain shoulder?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui pengertian PEACE.
b. Mengetahui pengertian Sprain Shoulder.
c. Mengetahui penerapan teknik PEACE pada Sprain Shoulder.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik PEACE


Prinsip penanganan cedera dengan PEACE & LOVE ini diperkenalkan oleh dua
orang fisioterapis asal Italia yaitu Blaise dan Jean - Francous Esculier, sehingga tak
berhenti pada fase healing (perbaikan jaringan) saja tapi juga memperhatikan aspek
pemulihan cedera. PEACE & LOVE menjelaskan cara penanganan acute injury (cedera
akut) pada jaringan lunak seperti otot dan ligamen (strain, sprain, dll).
Pada fase perbaikan jaringan menggunakan prinsip PEACE, sedangkan
pemulihan menggunakan prinsip LOVE. PEACE dilakukan langsung pada 24-72jam
pertama paska cedera jaringan lunak. Penggunaan es yang telah lama digunakan dalam
prinsip-prinsip penanganan cedera dimasa lampau dari ICE, RICE, PRICE, hingga
POLICE ditinggalkan. Penggunaan obat anti inflamasi juga di 'haram' kan karena dapat
menghambat penyembuhan jaringan paska cedera. Penambahan unsur edukasi menjadi
kental dengan pendekatan 'biopsikososial' yang kini berkembang pesat dan semakin
diterima oleh fisioterapis; "Berikan edukasi kepada pasien agar terlibat aktif dan
hindari penggunaan modalitas pasif berlebihan".
Untuk mengenal lebih dalam apa itu PEACE sebagai prinsip penanganan cedera,
berikut kepanjangan dari PEACE :
2.1.1 Protect
Melindungi area yang terluka akan membantu mengurangi jumlah ancaman
jaringan yang terluka. Membatasi gerakan selama 1 hingga 3 hari untuk
meminimalkan perdarahan, mencegah peregangan berlebihan pada fiber yang
terluka, dan mengurangi risiko memperburuk cedera. Namun, perlindungan atau
protect  harus dibatasi dan didasarkan oleh tingkat rasa sakit tiap pasien. Jika fase
ini terlalu panjang dan terlalu lama, itu bisa menjadi penghalang untuk
penyembuhan jaringan yang lebih cepat.
Pada bagian yang cedera tidak boleh ditekan terlalu keras dan digerakan
secara berlebihan. Dulu, waktu mengalami cedera, hal pertama yang dilakukan
adalah mengistirahatkan (rest). Namun, menurut studi-studi yang semakin maju,
ternyata terlalu lama beristirahat tidak optimal untuk recovery cedera.

3
2.1.2 Elevate
Tinggikan anggota tubuh yang luka lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan keluarnya cairan interstitial dari jaringan sehingga bengkak dapat
berkurang. Meskipun banyak evidence lemah mendukung penggunaannya,
namun tetap disarankan karena rasio antara resiko lebih sedikit dari manfaatnya.
2.1.3 Avoid Anti-Inflammatory Modalities
Proses inflamasi itu penting, dengan menghambat proses tersebut
menggunakan modalitas farmakologis tidak dianjurkan karena dapat mengganggu
penyembuhan jaringan, bahkan disini direkomendasikan untuk tidak
menggunakan cryotherapy.
Menggunakan modalitas farmakologi kurang efektif karena fungsinya yang
menghambat atau bahkan mengurangi rasa nyeri yang merupakan bagian dari
tanda-tanda inflamasi. Dulu, dokter akan meresepkan obat anti nyeri seperti
ibuprofen dengan tujuan mengurangi rasa nyeri yang diderita pasien. Namun,
berdasarkan studi-studi terbaru, jika meminum obat anti inflamasi akan
menghambat recovery cedera walaupun memang rasa nyeri tersebut berkurang
bahkan hilang. Selagi rasa nyeri yang dirasa itu tidak mengganggu tidur atau tak
tertahankan, sebaiknya jangan mengkonsumsi obat anti nyeri pada saat terjadinya
inflamasi.
Crotherapy sering digunakan oleh banyak kalangan tapi belum ada bukti
berkualitas tinggi tentang manfaat es untuk mengobati cedera jaringan lunak.
Bahkan walaupun bersifat analgesik, es berpotensi mengganggu peradangan,
angiogenesis dan revaskularisasi, menunda infiltrasi neutrofil dan makrofag serta
meningkatkan miofibers imatur, yang dapat menyebabkan gangguan regenerasi
jaringan dan sintesis kolagen yang berlebihan.
2.1.4 Compression
Tekanan dari eksternal menggunakan taping atau perban membantu
membatasi edema dalam sendi dan perdarahan jaringan. Kita bisa menggunakan
compression sleeves, elastic bandages, atau taping untuk mengurangi
pembengkakakan.
2.1.5 Educate
Fisioterapi harus memberikan edukasi pasien tentang pendekatan intervensi
aktif. Fisioterapis dapat mempromosikan edukasi terhadap pasien tentang keluhan

4
yang diderita dan bagaimana menghadapinya. Disini tidak direkomendasikan
penggunaan modalitas pasif (seperti EPA, Manual Therapy, akupunktur) pada
saat awal cedera. Edukasi keadaan nyata pasien juga perlu diberikan sehingga
pasien tidak berekspektasi lebih terhadap waktu recovery.

2.2 Shoulder
Shoulder atau sendi bahu adalah persendian yang menghubungkan lengan dengan
badan. Sendi ini dibentuk oleh tulang humerus, scapula, dan clavicula. Jenis persendian
ini adalah ball and socket synovial joint yang disusun untuk memungkinkan lengan
bergerak ke berbagai arah. Fungsi utama shoulder girdle adalah untuk memposisikan
dirinya untuk mengakomodasi pergerakan sendi.
2.2.1 Anatomi Tulang

Sendi bahu adalah artikulasi antara skapula dan humerus (tulang lengan
atas). Sendi ini dikenal sebagai sendi glenohumerale karena dua permukaan
tulang yang berartikulasi. Struktur menonjol dari skapula dalam hal sendi bahu
adalah area anatomi yang diberi label fossa glenoidalis. Sendi bahu
diklasifikasikan sebagai sendi ball-and-socket, dan fossa glenoidalis, meskipun
agak dangkal, dianggap sebagai soket sendi. "Bola" dari sendi bahu adalah
struktur yang dikenal sebagai caput humerus.
Caput humerus dipisahkan dari poros tulang oleh dua collum (leher).
Collum anatomikum terletak di antara kepala humerus dan dua tonjolan tulang
yang dikenal sebagai tuberositas mayor dan tuberositas minor. Collum
chirurgicum sebenarnya adalah bagian atas dari poros humerus. Sulkus (alur)
yang dikenal sebagai sulkus intertubercularis (bicipital) dibuat oleh tuberositas
yang lebih besar dan lebih kecil.
Di atas kedua tuberositas lebih rendah dan lebih besar muncul empat
permukaan datar yang dikenal sebagai tuberositas, yang lebih kecil (toberositas
5
minor) memiliki satu sisi, sedangkan tuberositas mayor memiliki tiga sisi: sisi
proksimal, tengah, dan distal. Kira-kira setengah dari tulang humerus, pada
permukaan lateral, adalah tonjolan tulang yang dikenal sebagai tuberositas
deltoidea.

2.2.2 Anatomi Ligamen

Sendi bahu adalah artikulasi antara kepala humerus dan fossa glenoidalis
skapula. Ligamen sendi bahu meliputi tiga kapsuler, ligamentum glenohumerale
(superior, inferior, dan tengah), dan ligamentum corako-humerales. Ligamentum
kapsul menempelkan leher anatomis humerus dan keliling glenoid scapula.
Ligamen glenohumeral terletak di bawah permukaan anterior kapsul sendi dan
memperkuat kapsul. Ligamentum glenohumeral superior berjalan antara
permukaan atas tuberositas humerus yang lebih rendah dan tepi superior glenoid
scapula. Ligamentum glenohumeral tengah berjalan antara permukaan anterior
tuberositas humerus yang lebih rendah dan tepi anterior glenoidalis scapula. Tiga
bagian glenohumerale inferior berjalan antara permukaan anterior bawah dari
tuberositas humerus yang lebih rendah dan tepi anterior bawah glenoid scapula.
Ligamentum coracohumerael berjalan di antara colum anatomium humerus dan
keliling glenoid scapula.

6
2.2.3 Anatomi Otot

2.2.3.1 Anterior Muscles


Enam otot terutama terlibat dalam menghasilkan gerakan dasar pada
gelang bahu. Tiga otot secara anatomis berada di depan tulang gelang
bahu, dan tiga di belakangnya. Otot-otot anterior gelang bahu termasuk
pectoralis minor, serratus anterior, biceps brachii, coracobrachiallis, dan
subclavius.
- Pectoralis Minor
Pectoralis minor berasal dari tulang rusuk ketiga, keempat, dan
kelima dan memasukkan proses koracoid skapula. Karena tulang
rusuk adalah perlekatan yang lebih stabil, kontraksi pectoralis minor
menyebabkan prosesus koracoideus skapula ditarik ke arah tulang
rusuk (rotasi gelang bahu ke bawah dan adduksi).
- Serratus Anterior
Berasal dari bagian lateral anterior dari sembilan tulang rusuk atas,
serratus anterior menyisip pada permukaan anterior tulang belakang
(medial) skapula. Karena perlekatan yang lebih stabil dari serratus

7
anterior ada di tulang rusuk, kontraksi otot menyebabkan abduksi
(rotasi ke atas dan kemiringan lateral) pada gelang bahu.
- Biceps brachii
Meskipun biceps brachii sering dianggap sebagai fleksor bagian siku,
baik tendon kaput longum dan tendon kaput breve dari biceps brachii
akan melintasi sendi bahu. Kaput longum berasal dari tuberkulum
supraglenoidalis di tepi supra gledoidalis skapula, dan kaput breve
berawal pada prosesus coracoideus skapula (dan dihubungkan dengan
tendon coracobrachialis asal). Kedua kepala bergabung membentuk
perut otot dan menyisipkan pada tuberositas radialis, yang merupakan
salah satu dari dua tulang lengan bawah. gerakan yang dihasilkan oleh
kontraksi otot ini pada sendi bahu termasuk fleksi dan abduksi oleh
tendon dan fleksi kaput longum, adduksi, dan rotasi internal oleh
tendon kaput breve.
- Coracobrachialis
Coracobrachialis berasal dari proses koracoideus skapula di mana
tendon asal digabungkan dengan tendon asal kepala pendek (breve)
biceps brachii, dan menyisipkan di tengah sisi medial humerus
berlawanan dengan tuberositas deltoideus di sisi lateral.
Coracobrachialis melenturkan sendi bahu karena sudut tarikannya,
membantu untuk melakukan gerakan adduksi sendi.
- Subclavicula
Subclavicula berasal dari tulang rusuk pertama dan menyisipkan pada
alur klavikula. Fungsi utamanya adalah untuk membantu ligamen
sendi pada sterno clavicularis dalam memberikan stabilitas pada sendi
2.2.3.2 Posterior Muscles
Otot-otot posterior gelang bahu termasuk levator scapulae,
rhomboids, trapezius, dan infra spinatus.
- Levator scapulae
Nama otot ini menceritakan tentang fungsinya untuk mengangkat
skapula. Otot levator scalpula berasal dari prosesus transversus
pertama dari empat vertebra servicalis dan masuk pada bagian
superior dan dekat dengan skapula. Karena perlekatan servicalis
adalah ujung yang lebih stabil dari otot ini, kontraksi levator

8
scapulae dan mengangkat (rotasi ke bawah dan adduksi) dari gelang
bahu.
- Rhomboids
Ini sebenarnya dua otot (mayor dan minor) yang biasanya dianggap
sebagai satu karena mereka berdua menjalankan fungsi yang sama.
Mereka berasal dari proses spinosus servicalis ketujuh melalui
vertebra torakalis kelima dan menyisipkan pada batas tulang
belakang (medial) skapula. Karena perlekatan prosesus spinosus
adalah yang paling stabil, kontraksi rhomboideus menghasilkan
elevasi dan adduksi (rotasi ke bawah) pada gelang bahu.
- Trapezius
Otot segitiga besar ini berasal dari tonjolan oksipital eksternal di
dasar tengkorak dan prosesus spinosus dari semua vertebra
servikalis, torakalis dan termasuk tulang bagian belakang skapula
dan permukaan posterior clavicula. Karena ukuran otot, sudut
berbagai seratnya, dan berbagai fungsinya, pembahasan aksi otot
biasanya membagi otot menjadi empat bagian terpisah (atas, tengah
atas, tengah bawah, dan bawah). Serabut atas trapezius sejajar
dengan otot levator scapula dengan derajat yang sangat besar dan
karenanya melakukan fungsi yang serupa : elevasi dan adduksi
(rotasi ke bawah) pada gelang bahu. Serabut bagian tengah atas dari
trapezius juga membantu dalam elevasi gelang bahu tetapi berfungsi
untuk tingkat yang lebih besar dalam adduksi pada gelang bahu.
Serabut tengah bawah fungsi trapezius hampir secara eksklusif
sebagai adduksi dari gelang bahu. Serabut yang lebih rendah dari
trapezius, karena sudut di mana mereka berjalan dari vertebre
thorakalis dan bagian belakang spina skapula,berkontribusi terhadap
gerakan abduksi (rotasi ke atas) dari gelang bahu.
- Infraspinatus
Otot infraspinatus mendapatkan nama dari struktur anatomi tempat
asalnya, yaitu fossa infraspinosa di bawah permukaan inferior spina
skapula. Otot infraspinatus menyisip pada sisi tengah tuberositas
mayor humerus. Kontraksi otot infraspinatus menghasilkan rotasi

9
eksternal dan ekstensi sendi bahu. Otot infraspinatus juga
merupakan bagian dari rotator cuff.
2.2.3.3 Superior Muscles
Otot-otot berikut yang tampak pada bagian superior dari sendi bahu.
Meliputi otot deltoid dan supraspinatus.
- Deltoid
Deltoid adalah otot yang sangat besar yang terdiri dari tiga bagian:
anterior, tengah, dan posterior. Ini menutupi sendi bahu, sehingga
sering disebut sebagai otot pembungkus/ pelindung bahu. Serabut
anterior (clavicula) berasal dari bagian lateral dari bidang anterior
clavicula, serabut tengah (acromial) berasal dari tepi lateral prosesus
acromialis dari scapula, dan serabut posterior (scapula) berasal di
tepi inferior tulang scapula. Ketiga bagian bergabung untuk menuju
pada tuberositas deltoidea pada permukaan lateral tengah humerus.
- Supraspinatus
Terletak di bawah otot detolideus, otot supraspinatus berasal dari
fossa supraspinous scapula dan menyisipkan pada sisi proksimal
tuberositas mayor dari humerus. Otot yang melakukan abduksi pada
sendi bahu. Meskipun berkontraksi di seluruh rentang abduksi, ia
dianggap sebagai penggerak utama abduksi hingga sekitar 30 °
abduksi, ketika otot deltoideus mengambil alih gerakan utama. Otot
supraspinatus juga salah satunyaotot melakukan rotator cuff.
2.2.3.4 Inferior Muscles
Otot-otot berikut melewati sendi bahu lebih rendah (di bawah).
Meliputi otot latissimus dorsi, teres mayor, dan triceps brachii.
- Latissimus dorsi
Otot latissimus dorsi, otot punggung yang besar, berasal (origo) dari
proses spinosus enam torakalis bawah dan kelima vertebra lumbalis,
dan bagian posterior ilium, tiga tulang rusuk bagian bawah, dan
sudut (margo) inferior skapula; lewat di bawah ketiak; dan sisipan
pada tepi sulkus intertuberkularis pada bagian anterior humerus.
Kontraksi otot latissimus dorsi menghasilkan rotasi internal,
ekstensi, dan adduksi sendi bahu.
- Teres mayor

10
Otot teresmayor berasal dari bagian bawah dari batas lateral skapula
(margo lateralis) dan sudut inferiornya (angulus inferior), menyilang
di bawah aksila (ketiak), dan masuk pada area yang hanya bagian
inferior dari tuberositas minor humerus. Kontraksi teres mayor
menghasilkan gerakan yang sama dengan latissimus dorsi: rotasi
internal, ekstensi, dan adduksi sendi bahu. Karena gerakan kedua
otot ini identik, teres mayor sering disebut "membantu sebagian
kecil" latissimus dorsi.
- Triceps brachii
Meskipun triceps brachii lebih sering dikaitkan dengan aksi
persendian siku, salah satu dari tiga kepala tendo dari trisep brachii
melintasi persendian bahu dan membantu pergerakan persendian
bahu. Dari tendon kaput lateral, kaput longgum, dan kaput medial
dari triceps brachii, kaput longgum berasal dari tuberositas
infraglenoidalis dari bibir glenoidalis skapula dan bergabung dengan
kaput lateral dan medial, dan tendonnya menjadi satu olecranon.
Kontraksi kaput longgum triceps brachii membantu gerakan ekstens.
2.3 Sprain Shoulder
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligamenta tau kapsul sendi
dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi
(peradangan), dan pada beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
Sprain terjadi ketika sendi dipaksamelebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti
melingkar atau memutar pergelangan kaki.
Sprain shoulder adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada
ligament bahu, pita jaringan fibrosa yang kuat yang menghubungkan tulang satu sama
lain di dalam atau di sekitar sendi bahu. Meskipun kebanyakan orang menganggap bahu
sebagai satu sendi antara tulang lengan atas (humerus) dan batang tubuh, sebenarnya
bahu memiliki beberapa sendi yang lebih kecil di luar rongga tulang lengan. Ligamen
menghubungkan empat tulang yang penting untuk fungsi bahu. Tulang-tulang ini
meliputi:
- Bilah pundak segitiga yang disebut scapula

11
- Kenop tulang di bagian atas scapula disebut acromion
- Tulang selangka disebut clavicula
- Tulang dada disebut sternum
Kerobekkan atau penguluran yang merobek ligamen di bahu paling sering terjadi
pada sendi antara acromion dan clavicula, yang disebut sendi acromioclavicularis.
Cedera ini terkadang disebut pemisahan bahu. Lebih jarang, kerobekkan atau
penguluran bahu melibatkan sendi antara sternum dan clavicula, yang disebut sendi
sternoklavikularis. Sendi ini berada satu inci dari garis tengah dada.
2.3.1 Sendi Acromioclavicular
Sendi acromioclavicular didukung oleh ligamentum acromioclavicular dan
ligament coracoclavicular di ujung luar tulang selangka dekat bahu. Mereka
mengikat tulang belikat dan tulang selangka dengan erat. Butuh banyak tenaga
untuk merobek ligamen ini. Penyebab paling umum dari jenis keseleo bahu ini
adalah pukulan langsung yang kuat ke bagian depan atau atas bahu atau trauma
karena jatuh, terutama selama latihan atau kompetisi atletik. Keseleo bahu juga
dapat terjadi saat seseorang bertabrakan dengan benda, seperti tiang gawang atau
pohon (saat bermain sky). Keseleo bahu umum terjadi di antara atlet yang
berpartisipasi dalam olahraga kecepatan tinggi atau kontak seperti sky alpine, jet
sky, sepak bola, rugby, dan gulat.
Bergantung pada tingkat keparahan kerusakan ligamen, keseleo
acromioclavicular biasanya diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan :
1. Tingkat I - Ligamentum acromioclavicular robek sebagian tetapi ligamen
pendampingnya, acromioclavicular, tidak terluka, sehingga sendi
acromioclavicular tetap bergabung erat.
2. Tingkat II - Ligamentum acromioclavicular robek seluruhnya dan
ligamentum coracoclavicular robek sebagian. Dalam hal ini, tulang
selangka biasanya miring sedikit keluar dari tempatnya.
3. Tingkat III - Baik ligamentum acromioclavicular dan ligament
coracoclavicular benar-benar robek, dan pemisahan tulang selangka terlihat
jelas.
Beberapa dokter mengklasifikasikan cedera acromioclavicular yang paling
parah ke dalam tingkatan atau tipe yang lebih tinggi, dari IV hingga VI. Dengan

12
setiap tingkatan yang lebih tinggi, tulang selangka lebih tergeser dari posisi
normalnya dan bahu menjadi lebih cacat.
2.3.2 Sendi Sternoclavicularis
Sendi sternoclavicularis terletak di mana ujung dalam tulang selangka
bertemu dengan tulang dada. Karena sendi sternoclavicularis bahkan lebih erat
terhubung daripada sendi acromioclavicular, cedera sternoclavicularis sangat
jarang terjadi, hanya sekitar seperempatnya sesering cedera acromioclavicular.
Ketika sendi sternoclavicularis terkilir, seringkali dada pengemudi membentur
roda kemudi saat terjadi kecelakaan mobil, atau saat seseorang tertimpa benda.
Pada atlet, keseleo sternoclavicularis kadang-kadang terlihat di antara pemain
sepak bola dan pemain rugby setelah tendangan langsung ke tulang dada atau
beberapa tekel samping yang berdampak pada punggung atau sisi bahu.
Sternoclavicularis dinilai dari I hingga III :
1. Tingkat I - Robekan pada ligamen sendi ringan dan mikroskopis. Sendi
sternoclavicularis tetap terhubung erat.
2. Tingkat II - Ligamen antara clavicula dan sternum terlihat robek, tetapi
ligamen antara clavicula dan costa tetap utuh, sehingga persendiannya
sedikit berubah bentuk, tetapi tetap memiliki beberapa koneksi.
3. Tingkat III - Semua ligamen mengalami kerusakan parah, sehingga sendi
sternoclavicularis terpisah atau berubah bentuk, dan tulang selangka secara
jelas tergeser dari posisi normalnya.

2.4 Tindakan Sprain Shoulder


Disini kami mengambil salah satu metode dari PEACE yaitu compressi (elastic
bandage). Compression merupakan tekanan dari external menggunakan taping atau
perban membantu membatasi edema dalam sendi dan perdarahan jaringan. Kita bisa
menggunakan compression sleeves, elastic bandages, atau taping untuk mengurangi
pembengkakakan. Berikut ini adalah beberapa tips penggunaan perban yang perlu
diketahui:
- Cuci tangan sebelum menggunakan perban.
- Pastikan ukuran perban telah sesuai dengan bagian tubuh atau luka yang akan
dibalut.
- Tempelkan perban, namun jangan terlalu ketat untuk menjaga sirkulasi udara dan
aliran darah tetap lancar di sekitar bagian tubuh yang mengalami luka atau cedera.

13
- Ikatlah ujung balutan terakhir dengan ikat simpul, serta gunakan klip perban atau
perekat untuk mengamankan balutan.
- Setelah luka / bagian tubuh dibalut oleh perban, jangan lupa untuk mengganti perban
secara rutin setiap hari atau ketika sudah basah dan kotor. Hal ini berguna untuk
menjaga luka tetap kering dan bersih.
Berikut cara membalut elastic bandage dengan Panjang 75 mm pada sparin
shoulder :
1. Perban dimulai dengan menempatkan strip jangkar di bahu dan bisep di
bagian depan. Tempatkan selotip dari pangkal puting ke atas, diatas bahu
hingga kira-kira bagian tengah dari pisau Pundak. Tempatkan 1 atau 2 strip
lebih pada yang pertama untuk memberikan dukungan yang kuat.
Kemudian, bungkus 2 atau 3 stip di sekitar bagian tengah biceps.
2. Membentuk perban seperti huruf “X” di sekitar bahu, dimana persimpangan
(titik tengah salib) akan berada di otot lateral bahu (deltoids). Tempatkan 2-
4 pita.
3. Bentuk pola “pembuka botol” dari dada ke biceps. Mulailah dari tepi luar
putting susu dan lepaskan selotip di atas bahu sampai dikenakan di sekitar
dibawah bisep. Menyambungkan kembali kedua jangkar, tetapi dari depan,
bukan samping. Pola pembuka botol atau spiral harus dibentuk setelah
melilitkan pita di bawah dan sekitar lengan 2 atau 3 kali.
4. Setelah meletakkan pita di bahu, menempatkan perban elastis. Lewatkan
balutan elastis dari depan dada, diatas bahu yang terluka, hingga mencapai
dibawah biceps. Lanjutkan balutan perban dari belakang, dibawah ketiak
yang berlawanan (bahu yang sehat), melalui bagian depan dada dan kembali
ke bagian bawah bahu yang terluka.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PEACE & LOVE yang menjelaskan cara penanganan acute injury (cedera akut)
pada jaringan lunak seperti otot dan ligamen (strain, sprain, dll). PEACE kepanjangan
dari Protection, Elevasi, Avoid Anti-Inflamatory, Compression, dan Education. Pada
fase perbaikan jaringan menggunakan prinsip PEACE, sedangkan pemulihan
menggunakan prinsip LOVE. PEACE dilakukan langsung pada 24-72jam pertama
paska cedera jaringan lunak.
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Sprain Shoulder adalah bentuk cedera berupa penguluran
atau kerobekan pada ligament bahu, pita jaringan fibrosa yang kuat yang
menghubungkan tulang satu sama lain di dalam atau di sekitar sendi bahu. Kerobekkan
atau penguluran yang merobek ligamen di bahu paling sering terjadi pada sendi antara
akromion dan tulang selangka, yang disebut sendi akromioklavikularis. Cedera ini
terkadang disebut pemisahan bahu.
Tindakan yang dilakukan berupa compression dengan elastic bandage. Macam-
macam perban elastis (Elastic Bandage) berbagai macam ukuran yaitu : Avico Elastic
Bandage - Perban Elastis ukuran 7,5 cm, Avico Elastic Bandage - Perban Elastis ukuran
10 cm, Avico Elastic Bandage - Perban Elastis, dan Avico Elastic Bandage - Perban
Elastis ukuran 15 cm.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat menerapkan pelaksanaan dengan baik sesuai
dengan tahapan-tahapan yang dianjurkan. Serta tidak melakukan hal-hal yang dapat
memperburuk cedera dengan memperhatikan pola dan bentuk sendi supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Move with Whalien.2019.”Cedera Akut Membutuhkan Peace Love,” Cedera Akut Membutuhkan
PEACE & LOVE – Move With Whalien (home.blog) (diakses pada 23 Maret 2021 pukul 16.00
WIB)
https://www.wahyuphysio.com/2019/05/prinsip-penenganan-cedera-peace-love.html
Wahyu Physio.2019.”Prinsip Penenganan Cedera PEACE LOVE,” Cedera Jaringan Butuh PEACE &
LOVE (wahyuphysio.com) (diakses pada 23 Maret 2021 pukul 16.30 WIB)
Cara membalut bahu yang terkilir - Menyarankan - 2021 (wikicell.org)
Shoulder Sprain Guide: Causes, Symptoms and Treatment Options (drugs.com)
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872516/penelitian/c2FUNGSIONAL%20ANATOMI%20soft
%20cpy.pdf
https://www.academia.edu/34813125/MAKALAH_SPRAIN_DAN_STRAIN
https://bjsm.bmj.com/content/bjsports/54/2/72.full.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai