Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

NDT CONCEPT ( METODE BOBATH )

No. Dokumen Ditetapkan Oleh :


Direktur RSU Sari Mutiara
014/08/50

RUMAH SAKIT UMUM


SARI MUTIARA Tanggal Januari 2010 Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Suatu terapi dengan menggunakan latihan khusus yang ditujukan untuk
melatih kembali kemampuan tumbuh kembang motorik yang pernah
hilang.
TUJUAN 1. Untuk menstimulasi reflek tonik patologis menjadi
fisiologis
2. Untuk memudahkan terjadinya gerak spontan sebagai
respon stimulasi gerak.
3. Untuk mengembalikan gerakan dengan cara
memberikan tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat reaksi
otomatis.

A. Persiapan Alat :
PROSEDUR 1. Siapkan alat seperti handuk, bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak.

B. Persiapan Penderita :
Posisi penderita secomfortable/seenak mungkin

 Pelaksaan Metode Bobath :


Adapun tekhnik terapi yang duberikan adalah :
1. Reflek Inhibition Pattern
a. Suatu pola gerak tertentu yang digunakan untuk
mempengaruhi refleks tonus.
b. Pola yang digunakan untuk menghentikan pola
patologi dengan mengembalikan reflek tonik patologis menjadi
fisiologis.
2. Key Points Of Control
a. Bagian tubuh ( umumnya bagian Proksimal ) yang
digunakan untuk mempengaruhi aktifitas reflek patologis
(inhibisi ).
b. Sekaligus untuk mengendalikan aktifitas/destribusi
tonus otot ( fasilitasi )
3. Inhibition Control
Kemampuan untuk mengendalikan suatu akal dengan
cara memberi tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat
terjadi reaksi otomatis.
4. Fasilitation Of Spiontanneus Movement.
Yaitu memudahkan terjasinya gerak spontan sebagai
respon stimulasi gerak spontan yang dapat berupa :
a. Benar – benar gerak spontan yaitu dengan tapping.
b. Reaksi keseimbangan yaitu dengan Approximasi
(tekanan dan presure tapping).
c. Reaksi arah ( righting reation ).
5. Fasilitation Of Voluntary Movement
Yaitu memudahkan terjadinya gerak voluntair dan dalam
hal ini kadang kita perlu pengaturan posisi tertentu untuk
memudahkan aktifitas yang akan kita lakukan tersebut.
6. Tapping And Aproximasi
a. Tapping : Untuk memberi stimulasi pada kulit untuk
memudahkan terjadinya kontraksi berupa ketukan ujung jari-jari
bagian palmar.
b. Aproximasi : Untuk memberokan rangsangan pada
proproseptor dopermikaan sendi dengan merubah tekana intra
artikularis, sehingga perlu diberikan tekanan pada sendi
/kontraksi otot.
7. Placing
a. Dalam teori ini kita perlu mengatur anggota tubuh
pada posisi tertentu dan melatih anggota tubuh untuk
menempatkan dan mempertahankan pada ROM terentu.
b. Menempatkan anggota tubuh pada posisi tertenru
agar mudah melakukan voluntari movement.
8. Erips
Yaitu dalam memfasilitasi dan menginhibisi gerak, kita
kadang perlu memegang pada ekstremitas yang akan
distimulasi tadi.
Tegangan didistral berguna untuk mengarahkan
gerakan.

 Key Point Of Control


1. Kepala dan Shoulder Girdle
a. Flexy Kepala dan SG
Fasilitas : extenson spastik
Side efek : Pada cerebral palsy akan timbul STNR
(Symatrical Tonic Neck Refleks ), yaitu Flexi kepala
akan diikuti flexi tungkai.
Pencegahan timbulnya STNR, dilakukan pada
posisi berdiri atau tengkurap. untuk membangkitkan
STNR, dilakukan pada posisi duduk.
b. Ekstensi Kepala dan SG
Fasilitas : Kontrol kepala saat STNR ”Pull To
Sitting”/ rotasi
Inhibisi : ekstensor spastik hiperekstensi hip dan
knee saat berdiri dan berjalan.
Pencegahan : lakukan pada posisi tegak
Side efek : kiposis trunk.
2. Lengan dan Shoulder Girdle ( SG )
a. Endo + Protraksi SG
Inhibisi : ekstensor spame pada athetoid
Side efek : Meningkatkan Flexor spastik pada leher,
trunk dan tungkai pasien athetoid.
b. EXO + Supinasi + Extansi elbow
Inhibisi : Flexor spastik lengan
Side efek : Meningkatkan extensor spastik pada
sisa tubuh.
c. Supinasi+Extensi elbow+Horizontal Abduksi (lengan
exorotasi )
Inhibisi : Flexor spastik terutama pectoralis + leher
Fungsi : menimbulkan ” Spontneeous Movement ”
membuka jari-jari tangan, terjadi gerakan abduksi +
exorotasi + extensi tungkai.
Cara : Dapat dilakukan pada posisi duduk selonjor,
dapat dikombinasikan dengan menggerakkan
badan pasien kedepan, kebelakang dan
kesamping.
d. Elevasi + Exorotasi lengan
Inhibisi : - Flexor spastik
- Depresi Sholder Girdle
- Extensi trunk dan tungkai, semuanya pada pasien
diplegi dan Guadriplegi, jika Flexor spastik pada
lengan merupakan bagian dari extensor tungkai.
Mis : Pada hemiplegi, maka elevasi + extensi
lengan + side flexy trunk sisi yang hemi maka akan
memfasilitasi Flexy + abduksi tungkai sisi hemi oleh
karena terputusnya pola Flexy lengan dan extensi
tungkai.
e. Extensi kedua lengan digerakkan diagonal ke
belakang.
Inhibisi : Flexor spastik lengan menjadi kendor
karena terulur.
Fungsi : Memudahkan tangan dan jari-jari membuka.
Side efek : Bila dilakukan pada posisi endo +
extensi lengan, akan menimbulkan peningkatan
tonus adduksi + endorotasi terutamka pada tungkai.
Pencegahan : Dilakuka pada posisi exorotasi +
extensi lengan,
Indikasi : Pada ceberal palsy tipe Diplegi dan
guardriplegi ringan
Latihan diatas bisa dikombinasikan untuk latihan
jalan
f. Palmar Flexy + abdukasi thumb dengan lengan
exorotasi+
extensi / supinasi
Efek : Memfasilitasi semua jari tangan membuka.
Keterangan :Posisi tangan Ceberal palsy selalu
menggenggam
Dikoreksi dengan membuat palmar Flexi sehingga
memudahkan jari-jari membuka, kemudian thumb
diabduksikan dengan memegang phalank proximal
thumb.
3. Pelvie dan Tungkai
Dorsi Flexy jari kaki expert thumb
Inhibisi : Extensor spastik tungkai menjadi kendor.
Fungsi : Dorsi Flexi ankle, exo + abduksi tungkai
menjadi mudah.
Side efek : Mempersulit extens knee dan hip, khususnya
bila dilakukan pada posisi berdiri.
4. Tengkurap
Kepala diangkat lengan lurus keata + extensi trunk.
Fasilitas :Extensor hip dan tungkai ( meningkatkan
tonusnya ).
Kepala diangkat, lengan horizontal abduksi + siku lurus.
Fasilitas : Extensor dorsal spine(lebih mudah kontraksi),
jari- jari jangan terbuka Abdukasi kedua tungkai Side
Flexi kepala, kemudian kepala diangkat.
5. Telentang
Pada bayi (spastik sedang atau ringan) bila leher + SG
diretraksikan maka kedua tungkai akan Flexy + abduksi,
setelah terjadi reaksi tersebut tekankan tungkai
kedadanya dengan tetap pola Felxy + abduksi.
6. Duduk
a. Flexi, trunk,forward, kedua tungkai abd.
Kebiasaan anak Ceberal Palsy cenderung trunknya
bungkuk dan kepal Flexi.
Fasilitasi : Memudahkan etensi spine dan kepala
terangkat (extensi), bis ditambah aproximasi
kepala.
Side efek : Hip sangat Flexi karena kontraktur Flexor
hip meningkat sehingga sulit untuk berdiri karena
lordosis meningkat.
Pencegahan : Dilakukan pada posisi ” Lonfg Sitting”.
b. Abduksi dengan kedua tungkai lurus ( selonjor kedua
lengan ditahan pada posisi forward dengan SG
protraksi.
Fungsi : Terjadi kontrol kepada bila spine/badan
didorong kearah tegak dan terlentang sehingga
kepala berusaha tegak.

c. Sternum ditekan dan Flexi spine


Inhibisi : Retraksi neck + SG akan menjadi kendor.
Fungsi : Kepala dan kedua lengan akan kedepan
(Forward) untuk kontrol, kepala dan kedua lengan
akan menggapai kearah abduksi.
Side efek : Pada pasien dengan lengan rigid
(spastik agonis dan antagonis) dapat meningkatkan
kapastisitas group abduksi + extensi + pronasi
kedua lengan.
Latihan diatas berguna untuk menoreksi pola
sinergis pada hemiplegi.

- Knee Standing – Standing – Walking


Kedua lengan Flexi + pronasi+ endo dengfan pine
Flexi Inhibisi : Exteensor spastik dan hiper extensi
hip dan kedua knee pada penderita athetoid
( menjadi kendor ).
Side efek : Pada pasien spastik akan menyebabkan
Flexor spsatik meningkat pada kedua hip dan knee.
Dapat dilakukan pada posisi berdiri dan untuk latihan
jalan.

- Merangkak dengan Kneeling dan Lengan Weight


Bearing pada posisi lurus dan tangan membuka.
Fungsi : - Membuat SG terangkat dan kedua
shoulder ke belakang mencegah protraksi shoulder
karena spastik pectoralis).
Inhibisi : Flexor spastik dan abduksi kedua lengan
karena bangkitnya mekanisme propioseptor.

- Half Kneeling ( Shooing position )


Efek : - Pelvic backward rotasi pada sisi homo lateral
dengan NWB tungkai ( tungkai yang depan ).

- Stabilizing pelvic dn mencegah adduksi dan Flexi tungkai


yang kedepan, juga Flexi pada tungkai weight berbaring.
biasanya digunakan untuk persiapan berdiri.

2. Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai


toleransi penderita.

PERHATIAN

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-


SM/1/2015

UNIT TERKAIT Bagian Instalasi Rehab Medik ( Fosioterapi )

Anda mungkin juga menyukai