Anda di halaman 1dari 15

GAIT ANALYSIS

INTRODUCTION
 Berjalan/gait ada suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh sejumlah
mekanisme tubuh dan merupakan hasil dari kerjasama dari berbagai jenis
refleks.
 Gait (Pola berjalan) adl cara seseorang berjalan yang dikarakterisasikan oleh
ritme, irama (cadence), langkah, jarak langkah dan kecepatan.
 Locomotion (Pidah tempat) adl kemampuan untuk bergerak dari suatu tempat
ke tempat lain.
 Balance (keseimbangan) adl kemampuan untuk mempertahankan tubuh
dalam keseimbangan dengan gravitasi secara statik (ketika stationary) dan
dinamik (ketika bergerak)
GAIT

 Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik ke titik


berikutnya dengan cara menggunakan kedua tungkai
(bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses
berlangsung)
 Berjalan merupakan suatu rangkaian dari gait cycle,
dimana satu gait cycle dikenal dengan sebutan langkah
(stride).
LANGKAH / SINGLE GAIT

 single gait cycle sebagai suatu periode dimana salah satu kaki
mengenai landasan (ground), mengayun dan kaki tersebut
kembali mengenai landasan.
SIKLUS GAIT / POLA JALAN

 Siklus gait terdiri dari dua bagian,


yaitu berdiri (stance) dimana kaki
mengenai landasan dan bagian
mengayun (swing) dimana kaki tidak
mengenai landasan. Tahapan fase
yang terjadi pada gait cycle
(Swilling, 2005), adalah initial
contact, loading response,
midstance, terminal stance, pre
swing, initial swing, mid swing, dan
terminal swing.
POLA JALAN ( GAIT )

Ada dua siklus pola jalan yang normal :


1. Stance phase : terjadi ketika kaki berada dipermukaan tanah ( 60% dari siklus
gait normal ).
2. Swing phase : terjadi ketika kaki bergerak maju ( 40% dari siklus gait normal ).
Setiap phase tersebut terbagi dalam beberapa komponen kecil :
1. Stance phase ( heel strike, foot flat, midstance dan push-off/toe-off ).
2. Swing phase ( acceleration, midswing dan deceleration ).
Satu siklus berjalan/gait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai (heel strike)
hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut 100% total siklus berjalan.
Titik-titik tertentu dari siklus ini dapat diamati.

 0 % : heel strike pada permulaan fase berdiri (stance phase)


 15% : kaki bagian depan menyentuh lantai, disebut juga foot flat
 30% : tumit terangkat dari lantai (heel off)
 45% : lutut dan panggul menekuk untuk mempercepat kaki kedepan dalam
antisipasi fase mengayun (swing phase) disebut knee band
 60% : jari-jari terangkat dari lantai, akhir dari fase berdiri untuk mengawali fase
mengayun, disebut toe off. Pada pertengahan ayunan diperlukan dorsofleksi kaki
untuk mencegah jari-jari menyentuh lantai.
 100% : tumit kaki yang sama kembali menyentuh lantai.

Selama total siklus berjalan, fase berdiri meliputi 60% total siklus dan fase mengayun
40%.
Fase-fase dari siklus berjalan:
 0 – 15% : fase heel strike
 15 – 30% : fase mid stance
 30 - 45% : fase push off
 45 – 60% : fase acceleration of the swing leg
 Pada akhir dari fase berdiri dari satu kaki dan permulaan fase berdiri kaki lainnya
terdapat suatu saat dimana tubuh ditopang oleh kedua tungkai. Fase double support
ini berlangsung selama11% dari siklus.
 Panjang langkah (stide length) adalah jarak dari satu hell strike ke heel strike berikutnya
dari kaki yang sama, rata-rata 156 cm.
 Step length adalah jarak antara heel strike kaki yang satu dengan kaki lainnya, rata-rata
separuh dari jarak stride length.
 Lebar langkah (stride width) ditentukan dari jarak antara kedua garis tengah kedua
kaki, rata-rata kurang lebih 3,5 cm.
 Sudut kaki (foot angle) adalah sudut yang terbentuk pada saat melangkah dimana
sumbu kaki memotong garis arah berjalan, rata-rata 6,7 – 6,8 °.
 Lamanya satu siklus jalan adalah lebih dari 1 detik (1,03 lebih kurang 3,5).
 Jumlah langkah (step) 117/menit, stride 60/menit. Dari angka-angka tersebut diatas bisa
terdapat berabagai variasi
Pada Proses Berjalan Diperlukan
 Mekanisme refleks yug sederhana pada tingkat medula spinalis. Refleks-refleks postural
dan berdiri yang mempertahankan tubuh tetap tegak dengan meningkatkan tonus
otot-otot antigrafitasi, refleks-refleks leher dan labirin untuk mempertahankan tonus
yang diperlukan,
 Refleks tegak (righting reflexes) untuk mempertahankan posisi kepala, anggota gerak
dan batang tubuh,
 Integrasi fungsi-fungsi motorik dari koretks piramidal,
 Mekanisme otomatis melalui basal ganglia untuk postur, tonus dan gerakan yang
berhubungan serta sinergisme,
 Fungsi-fungsi kordinasi serebelum ,
 Unsur-unsur sensorik terutama propioseptif untuk menginformasikan posisi individual dari
masing-masing bagian badan dan untuk memberikan orientasi ruang yang memadai.
 Orientasi ruang ini juga diperoleh melalui fugsi visual, terutama bila fungsi sensorik
proprioseptif terganggu
PEMERIKSAAN PADA GANGGUAN BERJALAN
Perlu diperhatikan:
 Simetri dan kehalusan gerakan
 Panjang langkah (stride length) dan lebarnya
langkah
 Kecepatan langkah
 Bagian-bagian badan, kepala, bahu,lengan,
pinggang, panggul, lutut, tumit dan kaki
gerakan yang berhubungan dari mata,
kepala dan tubuh
 Suara yang dihasilkan dari proses jalan
 Pekerjaan pasien
PEMERIKSAAN POLA JALAN
 Lebar jangkauan kaki seharusnya tidak lebih dari 2 atau 4 inchi dari tumit ke tumit. Pasien dengan
lebar jangkauan yang lebih besar dari 2-4 inchi biasanya terjadi jika mereka pusing atau gangguan
otak ( cerebellar problem ) atau penurunan sensasi pada alas kakinya
 Pusat gavitasi tubuh ( center of gravity ) berada 2 inchi dari depan tulang sacrum yang kedua (S-2).
Pada pola jalan yang normal osilasi vertikal tidak lebih dari 2 inchi. Pengontrolan arah osilasi vertikal
menjaga pola jalan yang halus ( smooth pattern ) atau normal.
 Lutut seharusnya fleksi pada semua stance phase kecuali pada heel strike untuk menjaga
pergeseran vertikal dari pusat gravitasi agar tidak berlebihan. Sebagai contoh pada fase toe - off
ketika ankle plantar fleksi 20 derajad menyebabkan terjadinya peningkatan pusat gravitasi tubuh
dan untuk menjaga agar tubuh tetap seimbang maka lutut harus fleksi kira-kira 40 derajad.
 Pelvis dan trunk bergerak ke lateral kira-kira 1 inchi ke sisi berat tubuh saat berjalan ke pusat graitasi
yang keseluruhannya berada pada hip. Jika pasien mempunyai kelemahan pada gluteus medius
maka dia kurang mampu mempertahankan pergerakan ke lateral ini.
 Rata-rata panjang langkah seseorang adalah 15 inchi. Karena adanya nyeri, usia yang bertambah
atau patologi pada ekstremitas bawah menyebabkan penurunan langkah saat berjalan.
 Rata-rata orang dewasa berjalan dalam setiap menitnya adalah 90-120 langkah. Dan rata-rata
energi yang dikeluarkan adalah 100 kalori per mil-nya.
 Selama swing phase pelvis berotasi 40 derajad.
Terdapat Beberapa Penyebab Umum Dari Gait Patologis:

 Kelainan struktural (bentuk dan panjang tulang)


 Kelainan sendi dan jaringan lunak (artritis, kontraktur, clavus)
 Kehamilan, asites dan tumor abdomen
 Kelainan neurologik (neuromuskuler); gangguan susunan saraf pusat,
 Gangguan saraf tepi dan otot (infark serebri, tumor, hidrosefalus, atrofi
 Serebeler, mielopati, gangguan sensorik, neuropati, distrofi muskulorum
 Dan lain-lain)
Pemeriksaan Berjalan (Gait) Dilakukan Dengan Mata Terbuka Dan Mata Tertutup.
Pasien Diminta Untuk Berjalan :
 Ke arah depan, belakang, sisi dan mengelilingi kursi
 Pada jari-jari dan pada tumit
 Mengikuti suatu garis pada lantai
 Diatas palang kayu
 Kesamping dengan kaki satu menyilang kaki lainnya
 Kedepan dan berbalik dengan cepat
 Kedepan dan kebelakang berulang-ulang (6-8 langkah) dengan mata tertutup
 Lambat kemudian cepat lalu lari
 Naik tangga
 Pasien juga diminta untuk berdiri segera dari duduk, berdiri tegak, berjalan dan berhenti
tiba-tiba, dan berbalik dengan cepat atas perintah (tes Fournier).
Berbagai kelainan gait yang merupakan hal yang penting dalam diagnosa penyakit saraf.

Anda mungkin juga menyukai