Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISA FILM

“SPLIT MIND / PERJUANGAN HIDUP SEORANG PENDERITA SKIZOFRENIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVI AFRIZA


NIM 1911438037

PEMBIMBING AKADEMIK : VENY ELITA, S.Kp, MN (MH)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
2020
LAPORAN ANALISA FILM

JUDUL FILM : “SPLIT MIND / PERJUANGAN HIDUP SEORANG PENDERITA


SKIZOFRENIA”

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Split Mind / Perjuangan Hidup Seorang Penderita Skizofrenia yang diangkat


dari psikomemoar “Gelombang Lautan Jiwa” adalah film pemenang FFI 2013
kategori documenter pendek terbaik, yang mengisahkan perjuangan Anta Samsara
/Lili Suwardi dalam melalui Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang
terjadi dalam jangka waktu panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya
mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir dan perubahan
perilaku. Dalam film ini menceritakan tentang seorang laki-laki berinisial Tn. L yang
memiliki gangguan kejiwaan yaitu skizofrenia atau mengalami halusinasi. Alasan
saya ingin menganalisa film ini karena sesuai dengan mata ajar Pendidikan Ners yang
sedang saya tempuh yaitu Keperawatan Jiwa. Keperawatan Jiwa adalah area khusus
dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai
dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien.
Dalam mata ajar Keperawatan Jiwa kita ketahui ada tujuh macam kasus
penyakit gangguan jiwa yang dialami oleh orang-orang tertentu yaitu Halusinasi,
Waham, Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) , Harga Diri Rendah (HDR) , Isolasi
Sosial (ISOS), Defisit Perawatan Diri (DPD) dan Resiko Bunuh Diri (RBD). Dalam
film yang berjudul “Perjuangan Hidup Seorang Penderita Skizofrenia” dari ketujuh
macam kasus penyakit gangguan jiwa tersebut dalam film ini laki-laki berinisial Tn.
L mempunyai satu dari tujuh kasus penyakit gangguan jiwa tersebut yaitu penyakit
skizofrenia atau halusinasi.
Film berjudul “Perjuangan Hidup Seorang Penderita Skizofrenia”
menceritakan seorang laki-laki berinisial Tn. L yang mengalami gangguan kejiwaan
skizofrenia atau halusinasi. Dalam film ini laki-laki tersebut sering mendengar suara-
suara orang yang mengejek dirinya. Laki-laki ini pernah pergi ke sebuah sawah yang
sunyi dan berusaha untuk menghilangkan suara-suara tersebut dan juga sambil
memakai earphone untuk mendengarkan radio agar suara-suara itu tidak terdengar
lagi tetapi masih saja terdengar suara-suara tersebut. Kisah yang diceritakan dalam
film ini sangat bagus, menarik dan sangat berkaitan dengan mata ajar yaitu
Keperawatan Jiwa.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendiskripsikan makna dalam film “ Perjuangan Hidup Seorang Penderita
Skizofrenia”
2. Untuk menganalisa lebih lanjut ilmu tentang kasus orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) serta tanda dan gejala dari ODGJ dalam film “Perjuangan Hidup Seorang
Penderita Skizofrenia”

C. MANFAAT
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit gangguan jiwa yaitu
skizofrenia/ halusinasi dan dapat menambah wawasan terkait tanda dan gejala dari
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) serta pesan-pesan yang dapat diambil sekaligus
menjadi referensi tersendiri bagi penggemar film dan juga dapat memberikan banyak
pelajaran-pelajaran tentang kehidupan dan dapat mengambil hikmah positif dari film
tersebut.
BAB II
RESUME FILM

Film berjudul “Pejuangan Hidup Seorang Penderita Skizofrenia” menceritakan


kisah seorang laki-laki berinisal Tn. L. Pada tahun 2007 tepatnya di Tanggerang, Jawa
Barat, Tn. L ingin membeli sebuah buku dan setelah dia beli buku tersebut ternyata
kakaknya tidak menyukai karena tidak ada gunanya dan hanya membuang uang saja.
Karena sifat kakaknya seperti itu membuat Tn. L semakin tertekan dan dia langsung
meninggalkan rumah kakaknya tersebut dan pergi kerumah kakak ke-3 nya dan
berharap disana membuat keadaan nya membaik. Tetapi, kenyataan nya tidak sesuai
dengan yang Tn. L pikirkan, sesampainya disana kakaknya hanya membuka kan pintu
dan setelah itu meninggalkan pergi yang membuat Tn. L berpikir tidak ada lagi yang
memperdulikan dia. Tn. L semakin tertekan dengan keadaan nya sekarang dan ia pun
sudah tidak tahan lagi dan langsung meminum 27 butir anti psikotik dan 60 butir anti
kecemasan yang jika ditotalkan jumlah dosisnya yaitu 750 mg yang diminum dan Tn.
L sudah berpikir dengan cara seperti ini pasti saya akan mati, tetapi ternaya Tn. L
langsung dibawa ke RS dan masih dapat diselamatkan.
Tn. L sudah menyadari bahwa dia memiliki gangguan kesehatan jiwa dan Tn.
L beranggapan tidak akan ada yang peduli kepada dirinya karena orang lain tidak
akan memahami penderitaan yang ia alami. Tn. L mengalami gangguan kesehatan
jiwa yaitu skizofrenia atau halusinasi. Skizofrenia atau halusinasi adalah Gangguan
yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham,
kekacauan berpikir dan perubahan perilaku. Pada suatu hari saat Tn. L berada dikamar
ia mendengar banyak sekali suara yang mengejek dirinya dan membuatnya semakin
tidak bisa mengendalikan diri. Tn. L memutuskan untuk keluar rumah dengan pergi
ke sebuah masjid dan tinggal disana karena ia merasa tidak nyaman inggal dirumah
agar keadaan nya bisa sedikit membaik. Saat Tn. L berada dimesjid ia bisa beribadah
dan berdoa seperti biasanya tetapi saat sholat berjamaah dan orang-orang berdatangan
kemesjid tetap membuat Tn. L mendengar suara-suara tersebut dan ia hanya bisa dan
ingin beribadah dan berdoa sendiri saja dan tidak mau diganggu orang lain.
Semakin hari keadaan Tn. L sangat memprihatinkan dan keluarga
mengobatinya dengan membawanya ke paranormal. Tn. L sendiri bergumam dalam
hatinya bahwa penyakit yang ia alamin tersebut harus dibawa ke RS khusus yang bisa
menangani dirinya tetapi karena keluarganya masih menganut paham lama untuk soal
pengobatan yaitu dibawa ke paranormal. Tn. L akhirnya dibawa kakak dan bibi nya
ke suatu pesantren dan meninggalkan Tn. L di pesantren tersebut berharap keadaan
Tn. L bisa sedikit membaik, tetapi santri-santri yang berada dipesantren tersebut
sangat kasar dan Tn. L tidak menyukai dengan perlakuan mereka. Tn. L selama
dipesantren pernah disuruh mandi air keramat dan tidak boleh meminum obat-obatan
medis karena ditahan oleh pak kiyai. Saat berada di pesantren Tn. L hanya dibolehkan
minum air kelapa karena kata pak kiyai darah Tn. L masih belum bersih akibat obat-
obatan medis yang pernah Tn. L minum.
Tn. L mengatakan selama dipesantren ia tidak ada meminum obat-obatan
medis karena tidak diizinkan oleh kiyai yang ada di pesantren tersebut. Sudah dua
minggu Tn. L tidak minum obat-obatan medis dan ia mengatakan tidak ada
mengalami halusinasi. Tetapi kenyataan nya setelah itu Tn. L mengalami halusinasi
yang jauh lebih parah dari sebelumnya dan suara-suara yang Tn. L dengar jauh lebih
keras, banyak dan jauh lebih menyakitkan yang bisa terjadi tidap hari bahkan tiap
detik yang membuat Tn. L sudah tidak tahan lagi dan membuat Tn. L kabur dari
pesantren tersebut. Keesokan harinya Tn. L sudah keluar dari pesantren tersebut dan
berada di terminal. Tn. L ingin memesan karcis tetapi ia sadar tidak ada memegang
uang pada saat itu dan berpikiran memanjat pagar saja untuk melewati pembelian
karcis itu. Pada saat Tn. L berhasil memanjat ada beberapa petugas disana yang
melihat dan menegur Tn. L. Setelah berbincang petugas tersebut menyarankan Tn. L
menukarkan jam yang ia pakai dengan karcis daripada nanti ditengah perjalanan
disuruh turun karena tidak mempunyai karcis dan akhirnya Tn. L mengikut saran dari
satpam terminal tersebut.
Suatu ketika pada sore hari sampailah Tn. L di stasiun Bekasi, tetapi ia
bingung untuk sampai ketujuan ia harus memesan transportasi umum (angkot) lagi
tetapi ia sadar ia tidak memiliki uang. Akhirnya Tn. L modal nekat saja
memberentikan tranportsi umum dan setelah di depan gang tempat tujuan Tn. L ia
menyuruh sopir transportasi umum (angkot) berenti disitu saja dan meminta maaf
tidak bisa membayar dengan alasan uangnya dicopet dan sopir tersebut langsung
meninggalkan begitu saja dan mengatakan tidak apa-apa. Setelah itu, Tn. L bertemu
tukang ojek dan meminta bantuan untuk mengantarkan ketempat tujuan nya yaitu
rumah kakak ketiganya. Sesampai disana Tn. L meminta uang kepada bapaknya untuk
membayarkan ojeknya. Pada saat sampai dirumah keluarganya tidak ada satupun yang
perduli.
Keeseokan harinya Tn. L mencoba keluar rumah dan pergi ke sebuah sawah
yang sunyi tetapi anehnya Tn. L masih saja mendengar suara-suara yang sangat
banyak. Tn. L berusaha mencegah suara tersebut dengan menggunakan earphone
untuk mendengarkan radio kecil miliknya berharap suara-suara tersebut menghilang,
tetapi anehnya masih saja sura-suara itu muncul. Setelah ibunya meninggal keadaan
Tn. L semakin parah dan kakak ke-4 Tn. L langsung membawa Tn. L ke Sanatorium
Dharmawangsa. Saat Tn. L sudah tinggal di Sanatorium Dharmawangsa sempat
membuat mentalnya jatuh karena orang-orang yang tinggal disana sangat tidak
teratur. Kemudian Tn. L konsul dengan seorang Prof. S disana, setelah melakukan
konsul Tn. L berusaha menerima tinggal disana dan akhirnya Tn. L mempunyai
banyak teman dari berbagai daerah dan suku bermacam-macam. Setelah lama tinggal
disana Tn. L baru menyadari bahwa teman ternayaman adalah mereka yang juga
mengalami gangguan kejiwaan sama seperti dirinya karena mereka dapat mengerti
keadaan dirinya. Setelah dirawat selama 10 hari di Sanatorium Dhrmawangsa
kemudian Tn. L dipindahkan ke RSCM, keseokan harinya pada saat siang hari ketika
Tn. L sedang tiduran datang seorang dokter yang menanyakan apa cita-cita Tn. L dan
Tn. L menjawab bahwa cita-citanya ingin menjadi seorang penulis buku dan dokter
tersebut langsung memberitahukan kepada Tn. L dia memiliki sebuah buku dan
memberikan kepada Tn. L untuk dibaca. Beberapa waktu kemudian Tn. L menulis
sebuah artikel dan menurutnya itu kurang bagus, tetapi dokter yang tadi memberikan
dia sebuah buku menerbitkan artikel yang ditulis Tn. L tersebut.
Setelah lama dirawat di RSCM Tn. L sadar bahwa dia memang harus dirawat
di RS dan minum obat-obatan medis untuk mengurangi penyakitnya tersebut. Tn. L
sudah sering meminum obat-obatan medis tersebut dan sekarang keadaan nya sudah
mulai membaik. Beberapa tahun kemudian setelah Tn. L sudah mulai membaik dia
keluar dari RSCM tersebut walaupun tetap tidak bisa putus obat tetapi Tn. L tetap
bersyukur dan Tn. L mengikuti suatu komunitas. Setelah mengikuti komunitas
tersebut Tn. L merasa nyaman dan merasa sebelumnya memiliki pergaulan yang
terbatas tetapi sekarang mulai bergaul dengan luas. Tn. L sadar setelah lama
mengikuti komunitas ini bahwa banyak juga orang yang mengalami gangguan jiwa
seperti dirinya tetapi masih bisa berarti untuk orang lain. Sekarang Tn. L sudah
banyak mengedukasi banyak orang. Tn. L mengatakan bahwa skizofrenia yang
dialminya bukanlah sesuatu yang sia-sia atau sesuatu yang tanpa makna tetapi
semuanya ada artinya tuhan memberikannya sakit skizofrenia karena tuhan
menginginkan saya kuat dalam menempuh kehidupan dan Tn. L sudah merasa
nyaman dengan lingkungan. Tn. L mengatakan dia tidak akan pernah lepas dari
penyakit skizofrenia tetapi Tn. L selalu ingat “Bahwa derita bukanlah bencana akan
tetapi merupakan pengalaman bermakna.”
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kondisi Klien
Kondisi yang dialami tokoh pada film ini adalah Halusinasi Pendengaran dimana ia
mendengar ada yang berbisik dan mengejeknya. Kondisi yang dialami tokoh didalam
film ini sesuai dengan teori yaitu Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara
manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musim dalam keadaan sadar
tanpa adanya rangsangan apapun (Maramis, 2020). Halusinasi pendengaran adalah
mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang
berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi (Stuart
2007).

B. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
 Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (napza)
 Kondisi Tn. L dalam film berjudul “Perjuangan hidup seorang
penderita skizofrenia” keluarga Tn. L tidak memiliki keturunan
penyakit gangguan jiwa dan penyakit skizofrenia/halusinasi tersebut
hanya diderita Tn. L dan Tn. L jika dia depresi ia langsung meminum
27 butir anti psikotik dan 60 butir anti kecemasan yang jika
ditotalkan jumlah dosisnya yaitu 750 mg yang diminum oleeh Tn. L
dan setelah meminum tersebut nyawa Tn. L masih bisa diselamatkan
tetapi penyakit skizofrenia yang dideritanya semakin parah.

b. Faktor Psikologis
 Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban pelaku maupun
saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang
disekitar atau overprotektif
 Penyakit Tn. L berawal dari keadaan keluarganya yaitu kakaknya
yang sering memarahinya dan perlakukan keluarga yang kurang
harmonis dan kurangnya kasih sayang yang didapatkan Tn. L
dirumah membuat keadaan nya semakin hari semakin parah dan
semakin mendengar suara-suara aneh. Dirumah hanya ibunya yang
kadang memperhatikannya tetapi semenjak ibunya meninggal
keadaan Tn. L semakin tidak bisa dikendalikan dan ia selalu
mendengar suara-suara aneh setiap hari bahkan setiap detik.

c. Sosial budaya dan lingkungan


 Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan social ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkemabangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan social
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
 Tn. L belum berkeluarga dan masih kuliah. Tn. L berasal dari keluarga
yang ekonomi menengah kebawah / rendah. Di masyarakat Tn. L masih
diterima oleh tetangga disekitar rumahnya hanya saja ia yang tidak bisa
jika bergaul dengan orang lain dan memutuskan untuk selalu berada
ditempat-tempat yang sepi.

2. Faktor Presipitasi
 Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis, atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar
masyarakat
 Dalam film “Perjuangan hidup seorang penderita skizofrenia” Tn. L
tidak adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak dan kekerasan dalam keluarga hanya saja Tn. L tidak
mendapatkan kasih sayang dari keluarganya dan ia merasa tidak
diperdulikan dan juga dgn keadaan keluarganya yang memiliki ekonomi
rendah yang membuat dirinya semakin tertekan dan penyakitnya
semakin parah.

C. Tanda dan gejala Skizofrenia/ Halusinasi


1. Bicara sendiri
2. Senyum atau tertawa sendiri
3. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
4. Mendengar suara yang ngajak bercakap-cakap
5. Menunjuk kearah-arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium bau-bauan
8. Sering meludah
9. Menarik diri dari orang lain
10. Menggerakkan bibir
11. Ketakutan
12. Tidak dapat mengurus diri
13. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat, dan orang

 Dari sekian banyak tanda dan gejala halusinasi/ skizofrenia ada


beberapa yang terjadi pada Tn. L di film “Perjuangan hidup seorang
penderita skizofrenia” yaitu Tn. L mendengar suara-suara yang aneh,
menarik diri dari orang lain (tetangga), tidak dapat mengurus diri
karena yang sabar mengurusnya hanya ibunya dan disorientasi waktu,
tempat dan orang.

D. Masalah Keperawatan
 Masalah keperawatan yang dialami Tn. L yaitu gangguan persepsi
sensori : Halusinasi (Mendengar suara-suara aneh padahal suara itu
tidak ada)
E. Intervensi Keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
 Membantu pasien mengenal halusinasi dengan cara berdiskusi tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul, dan respon pasien saat halusinasi muncul
 Melatih pasien mengontrol halusinasinya dapat dilakukan dengan empat
cara yaitu :
- Menghardik halusinasinya
- Bercakap-cakap dengan orang lain
- Melakukan aktivitas yang terjadwal
- Menggunakan obat secara teratur

 Dalam film berjudul “Perjuangan hidup seorang penderita


skizofrenia” Tn. L yang memiliki penyakit skizofrenia/ halusinasi Tn.
L pernah dimasukkan ke pesantren karena kepercayaan keluarganya
masih percaya dengan kepercayaan lama dibawa ke paranormal dan
Tn. L sempat dirawat beberapa minggu disana dan akhirnya Tn. L
tidak betah. Keadaan Tn. L semakin parah dan setelah ibunya
meninggal Tn. L juga pernah mendapat perawatan di Sanatorium
Dharmawangsa dan disana Tn. L juga sempat merasa tidak nyaman
tetapi beberapa hari setelah itu ia baru merasa nyaman dan
beranggapan bahwa teman-teman disana yang juga mengalami
gangguan jiwa sama sepertinya justru bisa mengerti kondisi yang ia
alami. Setelah 10 hari dirawat di Sanatorium Dharmawangsa
kemudian Tn. L dibawa lagi ke RSCM dan selama perawatan di
RSCM lah keadaan Tn. L semakin membaik karena banyak
mendapat perawatan dan juga rutin minum obat. Tn. L mengatakan
keadaan nya semakin membaik dan mendapatkan tindakan
keperawatan sesuai penyakit yang ia alami dengan optimal di RSCM.

 Selama melakukan pengobatan banyak efek samping yang ia alami


mulai pengobatan di pesantren efek sampingnya membuat
penyakitnya mendengar suara-suara itu semakin parah hampir setiap
hari bahkan setiap detik. Tetapi dengan pengobatan yang tepat
membuat keadaan Tn. L semakin membaik walaupun ia sadar ia
tidak akan pernah terlepas dari obat karena penyakit skizofrenia/
halusinasi mendengar suara-suara yang aneh terkadang masih sering
ia dengar.
BAB IV
KESIMPULAN

Sebuah film dokumenter berjudul “Perjuangan hidup seorang penderita


skizofrenia” menggambarkan kenyataan-kenyataan objektif sebagai bahan utamanya
yang ditampilkan melalui sudut pandang pembuatnya. Kenyataan-kenyataan tersebut
bahwa tidak semua orang hidup dengan keadaan normal / baik-baik saja. Film
dokumenter ini menyampaikan fakta-fakta sesungguhnya dari kehidupan orang yang
memiliki gangguan kesehatan jiwa. Dari film ini kita harus banyak bersyukur dengan
keadaan kita yang baik-baik saja berbeda dengan orang-orang yang memiliki
gangguan kesehatan pada jiwanya. Di film ini penderita mengatakan jika kita sudah
memiliki gangguan kesehatan jiwa meskipun sudah diberikan perawatan yang sesuai
tidak akan bisa lepas dari obat-obatan dan tidak bisa dipungkiri suara-suara aneh pasti
akan datang kembali tetapi tanamkan dalam diri walaupun seperti itu kita harus
kedepankan keinginan untuk sembuh karena kita bisa berarti untuk orang lain
meskipun dalam keadaan seperti ini dan ingat “Bahwa derita bukanlah bencana
akan tetapi merupakan pengalaman bermakna.”
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. (2012). Asuhan keperawtan jiwa. Bandung: PT Reflika Aditama

Keliat, B. A. (2011). Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta : EGC

Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2012). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta : Salemba
Medika

Maramis, W.F. (2010). Catatan keperawatan kes3hatan jiwa. Jakarta : EGC

Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Stuart, & Sundeen. (2007). Buku saku keperawatn jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

Suwardi, L. (2007) . “Perjuangan hidup seorang penderita skizofrenia”. Jakarta: IKJ Fakultas
Film & Televisi

Yosep, I. (2011). Keperawatan jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai