Anda di halaman 1dari 7

RESUME KEPERAWATAN JIWA II

FILM SPLIT MIND

“Perjuangan Hidup Seorang Penderita Skizofrenia”

DISUSUN OLEH:

Fadhilah Putri Fertycia

1811110426

A 2018 2

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Jumaini, M.Kep., Sp.Kep.J

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Resume Split Mind
“PERJUANGAN HIDUP SEORANG PENDERITA SKIZOFRENIA”

A. Kondisi Klien
Kondisi Tn. L yang dialami didalam video tersebut adalah Halusinasi Pendengaran
dimana ia mendengar suara - suara seperti berbisik, menghina dan mengejek dirinya.
Kondisi yang dialami Tn.L sesuai dengan teori yaitu Halusinasi Pendengaran adalah
mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara tersebut suara atau bunyi (Stuart,
2007).
B. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart & Laraia (2005), faktor-faktor predisposisi skizofrenia meliputi
faktor biologi, psikologi, lingkungan dan sosiokultural. Berdasarkan film “Split Mind”,
faktor predisposisi klien adalah psikologi, lingkungan dan sosiokultural. Hal ini dapat
dibuktikan dengan table seperti berikut:

No Faktor Predisposisi Data yang didapatkan dari film

1 Psikologis Penyakit Tn.L berawal dari kakaknya yang sering


memarahi nya dan perlakuan keluarga yang kurang
harmonis. Hanya ibu nya yang memperhatikannya,
namun sejak ibunya meninggal keadaan Tn.L semakin
parah dan tidak bisa dikendalikan. Suara yang ia dengar
semakin sering dan kuat setiap harinya.

2 Biologis Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami


gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit trauma
kepala, riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya.

Pada video tersebut, Keluarga Tn. L tidak memiliki


keturunan penyakit gangguan jiwa dan penyakit
skizofrenia dan hanya diderita oleh Tn. L. Akan tetapi
ketika pasien mengalami depresi dia meminum obat
obatan sekaligus sebanyak 27 butir anti psikotik dan 60
butir anti kecemasan yang ditotalkan dengan dosis
750mg yang mengakibatkan ia mengalami overdosis,
namun ketika dibawa ke RS nyawa Tn.L masih bisa
diselamatkan tetapi penyakit skizofrenianya semakin
parah.

3 Sosial budaya dan Tn. L belum berkeluarga dan masih kuliah. Ia berasal
Lingkungan dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.
Stress yang menumpuk akibat diasingkan dan kesepian,
serta penderita yang takut untuk keluar rumah karna
mendengar suara-suara cemooh, dan banyak warga yang
tidak mengerti dengan penyakit yang dideritanya
sehingga ia diperlakukan tidak wajar dan dibodohi
beberapa orang. Yang mengakibatkan ia tidak bisa
bergaul dan sering menyendiri di tempat - tempat sepi.

C. Faktor Presipitasi

No Faktor Presipitasi Data yang didapatkan dari film

1 Psikologi Stress akan diri sendiri yang tidak kunjung sembuh,


membuat penderita semakin parah. Ia juga merasa
tidak mendapatkan perhatian dan tidak diperdulikan
oleh keluarga nya yang membuat ia merasa semakin
tertekan.

2 Lingkungan Kehilangan ibu nya karena meninggal dunia,


menjadi faktor pencetus atau presipitasi. Penderita
merasa sendirian dan tidak ada lagi ibu yang akan
menyayangi nya.

D. Tanda dan Gejala

Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan gelaja halusinasi dan
waham (Townsend, 2009). Pendapat lain menyebutkan bahwa halusinasi yang terjadi pada
pasien skizofrenia halusinasi gangguan perasaan yang tidak menentu, sering bertengkar,
dan perilaku cemas serta kemarahan (Hawari, 2014).

Tanda dan Gejala yang ditemukan pada pasien di dalam video ini adalah isolasi
sosial, harga diri rendah (HDR) dan defisit perawatan diri. Isolasi sosial adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan dengan orang lain. Perilaku lain yang ditampilkan
adalah menarik diri, menyendiri, tidak ada kontak mata, wajah sedih, afek tumpul, perilaku
bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak kesulitan membina hubungan di
lingkungannya, menghindari orang lain.

E. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan pada pasien didalam film “Split Mind” adalah Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran.

F. Pohon Masalah
G. Rencana Intervensi Keperawatan / Strategi Pelaksanaan

1. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi dengan melakukan empat cara meliputi:
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi:
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta pasien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Tahapan
intervensinya sebagai berikut:
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-
hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien
mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam
seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
3) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya
pasien mengalami kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th
edition. St Louis: Mosby.
Townsend. (2009). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3, Alih Bahasa: Novy Helena CD. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hawari, D. (2014). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia Edisi 3. Jakarta:
FKUI

Anda mungkin juga menyukai