(KANKER)
Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 1
Kelas A 2018 2
Aldi Arsenta (1811110191) Nurul Asikin (1811110446)
Annisa Devia Islamy (1811110493) Nurul Hafiza (1811110447)
Dessika Larasati (1811110762) Paula Natalia (1811110500)
Elmi Wahyuni (1811110605) Prithania Dwiza R (1811110822)
A 2018 2
Fadhilah Putri Fertycia (1811110426) Rikhlatul K (1811110547)
Fajri Disfa Madhani (1811110273) Selvi Gustiina (1811110451)
Irianda Dinda Rinanti (1811110607) Seri (1811110592)
Khoiriah (1811110593) Siti Nurjannah (1811110255)
Nabawiyah (1811110556) Yossy Ramadhani (1811110734)
Nurgrianing Putri (1811110471)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan sel kanker yang abnormal dan tidak
terkendali serta menekan sel yang normal dan dapat bermetastase jika tidak
ditangani dengan segera. Pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif.
Menurut laporan Palliative Care Quality Network menyatakan kanker
menjadi angka tertinggi yang memperoleh perawatan paliatif yaitu sebesar
30,0% (Palliative Care Quality Network,2017). Sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007 terjadi peningkatan kasus
penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada pasien dewasa maupun
anak sehingga selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
pasien juga memerlukan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif diberikan pada pasien kanker agar penderitaan yang
dirasakan pasien berkurang, memperpanjang usia serta memberi dukungan
bagi keluarga pasien. Bersamaan dengan diberikannya perawatan paliatif,
pasien diharapkan dapat menjalani hari-hari dengan semangat dan tidak
putus asa serta dengan memberikan dukungan pada pasien untuk melakukan
aktivitas yang masih dapat dilakukan dan bermanfaat bagi spiritual pasien.
Walaupun pada akhirnya pasien akan meninggal, namun yang terpenting
adalah pasien tidak stres dalam menghadapi penyakit kanker serta siap
secara psikologis dan spiritual sebelum meninggal (Anita, 2016).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa definisi perawatan paliatif pasien kanker ?
2. Apa tujuan perawatan paliatif pasien kanker ?
3. Apa acuan perawatan paliatif pasien kanker ?
4. Apa pola dasar perawatan paliatif pasien kanker ?
5. Apa prinsip perawatan paliatif pasien kanker ?
6. Apa indikasi perawatan paliatif pasien kanker?
1
7. Apa langkah-langkah perawatan paliatif pasien kanker ?
8. Tim Perawatan paliatif ?
9. Apakah terapi perawatan paliatif pasien kanker ?
10. Asuhan keperawatan paliatif pasien kanker ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi perawatan paliatif pasien kanker
2. Mengetahui tujuan perawatan paliatif pasien kanker
3. Mengetahui acuan perawatan paliatif pasien kanker
4. Mengetahui pola dasar perawatan paliatif pasien kanker
5. Mengetahui prinsip perawatan paliatif pasien kanker
6. Mengetahui indikasi perawatan Paliatif pasien kanker
7. Mengetahui langkah-langkah perawatan paliatif pasien kanker
8. Mengetahui tim perawatan paliatif
9. Mengetahui terapi perawatan Paliatif pasien kanker
10. Mengetahui asuhan perawatan paliatif pasien kanker
2
Skenario 1
Step 1
1. Tindakan mastektomi
Mastektomi adalah tindakan operasi pengangkatan payudara baik satu
atau sepasang payudara yang berfungsi untuk mencegah virus kanker
menyebar ke organ lain dan menghilangkan sel kanker pada payudara
serta tindakan pencegahan agar kita tidak terkena kanker payudara.
2. ECOG
ECOG (Cooperative Oncology Group) adalah skala penilaian objektif
status klinis pasien. Skala peringkat untuk menjamin status klinis
pasien. Suatu skala yang digunakan oleh dokter untuk menentukan
seberapa parah penyakit tersebut. Skala nilai derajat 1 sampai 5.
3. Karnofsky
Karnofsky adalah sistem penilaian status performa yang digunakan pada
pasien kanker, berkaitan erat dengan kualitas hidup dan keadaan
fungsional pasien. Cara standar untuk mengukur pasien kanker pada
kegiatan sehari-hari. Nilai berkisar dari 0 sampai 100.
4. Penilaian performa
Penilaian performa adalah kegiatan menilai dan mengevaluasi
pencapaian, kemampuan, dan melihat pertumbuhan, apakah dia mampu
melakukan suatu kegiatan.
3
5. Pengobatan alternatif
Pengobatan alternatif adalah pengobatan dengan cara, alat atau bahan
tidak termasuk standar yang modern. Pengobatan alternative ini turun -
temurun seperti jamu.
6. Pus
Pus adalah suatu nanah dalam suatu kantong dalam jaringan atau
kumpulan sel mati.
7. Kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel kanker yang abnormal dan tidak
terkendali serta menekan sel yang normal dan dapat bermetastase jika
tidak ditangani dengan segera.
Step 2
4
Step 3
5
Step 4
Mind Mapping
Ny. S 65 thn
IGD
diangnosa
Ca Paru
Pengkajian fisik:
- TD : 90/60 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Suhu : 38⁰ C
- RR : 30 x/menit
- Bengkak payudara
kanan dengan
darah dan pus
Penilaian performa
pasien
6
Step 5
Step 6
MANDIRI
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
ini biasanya disampaikan dalam bentuk fungsi tubuh misalnya “Aku ingin
bisa melakukan….” atau kejadian penting misalnya “Aku ingin melihat
anakku menikah”. Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk
menghilangkan nyeri dan gejala lain, meningkatkan kualitas hidup,
memberikan dukungan psikososial dan spiritual serta memberikan
dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan selama masa dukacita.
Menurut Kementerian Kesehatan tujuan dari perawatan paliatif pasien
kanker adalah :
Tujuan Umum:
Terselenggaranya Program Paliatif yang terintegrasi dalam tata laksana
kanker di setiap jenjang pelayanan kesehatan di Indonesia.
Tujuan Khusus:
1. Tersosialisasinya Program Paliatif pasien kanker di semua tingkat layanan
kesehatan.
2. Terintegrasinya Program Paliatif pasien kanker untuk mewujudkan
pelayanan paripurna.
3. Terlaksananya sistem rujukan Program Paliatif pasien kanker.
9
saran cara memberikan dukungan pada penderit, menyediakan barang-barang
yang memberi rasa nyaman dan menyediakan dukungan interdisiplin.
10
d. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan
atau sedang dilakukan
e. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
f. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%,
metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena
cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan
tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang
belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada
pasien kanker anak
g. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang
diberikan
EVALUASI, apakah :
1. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik
2. Stress pasien dan keluarga berkurang
3. Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi yang ada
11
4. Beban keluarga berkurang
5. Hubungan dengan orang lain lebih baik
6. Kualitas hidup meningkat
7. Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual Jika Pasien
MENINGGAL :
1. Perawatan jenazah
2. Kelengkapan surat dan keperluan pemakaman
3. Dukungan masa duka cita ( berkabung )
12
e. Relawan
Memasukkan relawan dalam tim pelayanan paliatif membawa
dimensi dukungan masyarakat. Relawan membantu tugas administratif
atau bahkan bekerja sebagai konselor. Selain itu, membantu
meningkatkan kesadaran, membantu rehabilitasi.
f. Apoteker
Apoteker memberi informasi mengenai dosis obat, interaksi obat,
formulasi yang tepat, rute administrasi.
13
i. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan
kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta
kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang
tidak diperukan.
j. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana tim harus
bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi,
kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis
kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
k. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat
mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
l. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan
evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.
14
Pendekatan terapi paliatif adalah berorientasi gejala, antara lain :
1. Kelelahan
Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling sering dijumpai
pada pasien kanker, dengan prevalesi 78%. Kelelahan tidak hanya
dijumpai pada pasien yang menjalani pengobatan antineoplasia, tetapi
juga pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak sedang menjalani
pengobatan anti kanker. Gejala ikutan yang dapat menambah kelelahan
adalah dehidrasi, malnutrisi, infeksi, gangguan tidur, depresi, dan ansietas.
Anemia mungkin merupakan penyebab terbesar kelelahan terkait kanker.
Pendekatan terbaik mengatasi kelelahan terkait kanker adalah
etiologi, termasuk mengurangi penggunaan obat-obatan yang tidak
berguna, mengatasi gangguan tidur, memperbaiki anemia dan
abnormalitas metabolik lainnya, memperbaiki hidrasi dan status nutrisi
pasien. Pasien dengan kelelahan terkait depresi dapat diberikan
antidepresan, misalnya dengan selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRI) ataupun antidepresan trisiklik.
Berbagai penelitian acak terkontrol menunjukkan perbaikan tingkat
kelelahan dengan mengkoreksi anemia dengan epoetin alfa. Dari
penelitian terhadap 375 pasien keganasan non myeloid, pemberian epoetin
alfatiga kali seminggu dapat meningkatkan level energi penderita,
kemampuan melakukan aktifitas, dan kualitas hidup secara umum.
Pemberian kortikosteroid dosis rendah dikatakan dapat mengurangi
kelelahan pada penderita penyakit lanjut. Pendekatan lain yang paling
penting adalah non farmakologi, misalnya pengaturan tempat dan waktu
tidur yang lebih berkualitas, latihan fisik secara teratur setidaknya 6 jam
sebelum waktu tidur dikatakan dapat mengurangi gejala kelelahan pada
pasien.
2. Nyeri
Pasien kanker seringkali menderita nyeri akibat berbagai modalitas
pengobatan dan pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi mood, aktifitas,
kegembiraan, serta berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial. Karena itu
penting bagi klinisi untuk dapat menilai nyeri, yaitu dengan menentukan
15
lokasi, intensitas, dan etiologi. Terapi dengan obat adalah yang utama
dalam manajemen nyeri. Pemberian secara oral biasanya lebih digemari
karena mudah, nyaman, dan lebih murah. Jika tidak dapat secara oral,
maka pemberian yang lebih tidak invasif biasanya dipilih, misalnya
pemberian perrektal ataupun transdermal.
Ada tiga tahapan pemberian analgetik untuk nyeri menurut World
Health Organization (WHO). Filosofinya adalah dengan meningkatkan
kekuatan terapi dari analgesic non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai
persistensi nyeri. Tahap pertama adalah analgetik yang paling ringan,
yaitu asetaminofen dengan dosis maksimal 3g/hari. Selain itu beberapa
NSAID yang non selektif maupun COX-2 selektif inhibitor dapat menjadi
pilihan. Tahap dua adalah analgesik yang mengandung opioid yang
dikombinasi dengan analgetik non opioid seperti asetaminofen, misalnya
kodein, hidrokodon, dan oksikodon. Kombinasi dengan analgesik non
opioid dapat mengurangi atau meminimalisir dosis opioid yang
diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri masih persisten adalah
menggunakan analgetik dengan opioid kuat. Misalnya morfin,
hidromorfin, oksikodon, dan fentanil.
Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan kortikosteroid dosis tinggi
ataupun antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat menjadi pilihan.
Beberapa agen non farmakologis juga dapat digunakan untuk meredakan
nyeri pada pasien kanker, misalnya masase, kompres hangat/ dingin, serta
mentol topikal.
3. Mual dan muntah
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling ditakuti oleh
pasien yang menjalani kemoterapi ataupun radioterapi. Mual dan muntah
juga menyebabkan banyak pasien tidak melanjutkan pengobatan. Nausea
terkait kemoterapi dikategorikan menjadi onset akut (terjadi kurang dari
24 jam setelah pemberian kemoterapi dan berlangsung beberapa jam) serta
onset lambat (jika terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi dan
berakhir sampai 6-7 hari setelah pengobatan) dan onset awal (terjadi
sebelum dimulai kemoterapi, diduga merupakan efek kemoterapi
16
sebelumnya serta akumulasi). Sedangkan penyebab lain mual, muntah
antara lain stasis gatrik, obstruksi usus parsial ataupun komplit, serta
gangguan motilitas usus pada penyakit terminal.
Pendekatan pertama untuk mual muntah pada pasien kanker adalah
mengurangi sekresi gastrointestinal menggunakan obatobatan
antikolinergik ataupun analog somatostatin, misalnya ocreotide. Yang
kedua adalah menggunakan obat-obatan antiemetik. Penggunaan
kombinasi obat-obatan dengan mekanisme aksi yang berbeda dapat
meningkatkan efektifitas pengobatan. Antagonis 5-HT3 (misalnya
ondansetron, granisetron, dolasetron) adalah obat pilihan untuk mual-
muntah pada pasien kanker. Obat ini bekerja dengan memblok reseptor
serotonin chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk mencegah muntah.
Sedangkan metoklopramide dan ondansetron berperan
untuk memperbaiki motilitas usus akibat stasis gastrik. Beberapa agen
neuroleptik (misalnya haloperidol dan klorpromazin) ataupun antihistamin
(misalnya dimenindrate atau siklizine) juga dapat digunakan. Agen terapi
baru, yaitu antagonis reseptor neurokinin-1, dapat mencegah mual akibat
obat kemoterapi yang sangat emetogenik.
4. Diare
Diare merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang
mendapatkan radiasi pelvis. Manajemen umum adalah pemberian
antisekretori yang sama yang digunakan untuk mencegah muntah,
misalnya ocreotide. Ocreotide mencegah pelepasan berbagai hormon
gastrointestinal sehingga dapat mencegah sekresi gastrointestinal,
memperlambat motilitas usus, dan meningkatkan absorpsi air dan
elektrolit, serta mencegah proses inflamasi di usus. Penting juga untuk
mencari adanya bukti infeksi misalnya oleh Salmonella, Shigella, atau
Eschericia coli, ataupun Clostridium difficile, terutama pada pasien
immunocompromised ataupun yang pernah mendapat terapi antibiotik
sebelumnya. Pada pasien yang mendapat terapi
opioid, laksansia harus disandingkan karena 90% opioid akan
menyebabkan konstipasi. Laksansia dapat berupa pelunak tinja (seperti
17
sodium dokusanoat), stimulan usus (misalnya senna) dua tablet pada
malam hari, dan pembentuk massa tinja (misalnya laktulosa). Jika masih
berlanjut, sodium dokusanoat enema dapat digunakan.
5. Cacheksia
Cacheksia pada pasien keganasan dapat terjadi secara independen
melalui sitokin proinflamasi dan faktor penanda tumor lainnya yang
menyebabkan proteolisis. Cacheksia akhirnya mengakibatkan kelemahan,
hipoalbuminemia, gangguan sistim imun, disfungsi metabolik, dan
gangguan otonom. Pasien dengan cacheksia dinilai derajat beratnya
kehilangan berat badan, lalu atasi beberapa penyakit penyerta, misalnya
stomatitis, mukositis, mual-muntah, konstipasi, dispnea, nyeri, ataupun
gangguan pola makan. Perlu juga menilai adanya gangguan sistem
endokrin (misalnya adanya hipotiroid), dan abnormalitas metabolik
(misalnya hiperkalsemia). Pemberian perangsang nafsu makan dapat
digunakan, misalnya megesterol asetat 400-800 mg perhari, ataupun
prednisone 10-20 mg dua kali sehari. Beberapa nutrisi
tambahan, baik enteral maupun parenteral harus dipertimbangkan dengan
baik, karena sebagian kanker stadium terminal mengalami kesulitan dalam
metabolism, dan adanya cairan serta infeksi yang dapat mempercepat
kematian. Pemberian nutrisi parenteral total hanya dipertimbangkan pada
pasien dengan harapan hidup beberapa bulan hingga tahun.
6. Gangguan tidur
Banyak diantara penderita kanker menderita gangguan tidur,
sebagian karena depresi yang tidak teratasi, sebagian lagi karena efek
samping dan gejala putus pengobatan, serta akibat gangguan lain yang
mendasari. Intervensi yang diberikan tergantung juga dengan usia harapan
hidup pasien, pada pasien dengan harapan hidup bulan sampai tahun,
intervensinya adalah dengan pemberian antidepresan, pengobatan
insomnia dengan zolpidem 5-10 mg, lorazepam 0,5-1 mg, atau trazodone
25-100 mg peroral menjelang tidur. Atasi juga penyebab primer misalnya
obstructive sleep apnea (OSA), atau periodic limb movement disorder
(PLMD). Untuk restless leg syndrome dapat diberikan Ropinirole 0,25-4
18
mg peroral menjelang tidur. Pada pasien menjelang kematian, dengan
keluhan insomnia, dapat dipilih sedasi kuat misalnya chlorpromazine 25-
100 mg peroral atau per rectal, atau quetiapine 25-50 mg peroral sebelum
tidur.
7. Radioterapi
Radioterapi juga bisa digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien
keganasan ginekologi stadium lanjut. Tujuannya terutama untuk
mengurangi ataupun memperbaiki gejala. Dua gejala yang paling banyak
terkontrol pada radioterapi adalah nyeri dan pendarahan pervaginam.
Gejala lain akibat penekanan aliran limfe, edema, obstruksi usus, serta
metastase pada tulang dan otak juga menunjukkan perbaikan paska
radioterapi.
Pada kasus kanker stadium terminal, kemoterapi salah satunya
ditujukan untuk mengurangi gejala akibat kanker, selain untuk
memperpanjang overall survival (OS) dan progression free survival
(PFS). Akan tetapi pertimbangan manfaat dan risiko toksisitas dan
penurunan kualitas hidup harus menjadi pertimbangan mendasar terhadap
pemilihan kemoterapi paliatif. Studi oleh David Moore, dkk. menilai
efektifitas cisplatin disbanding kombinasi cisplatin- paclitaksel untuk
pengobatan karsinoma serviks stadium IVB yang rekuren atau persisten,
hasilnya ada perbedaan bermakna pada progression free survival (PFS),
namun tidak pada overall survival (OS). Tidak terdapat bukti peningkatan
neuropati perifer pada penambahan paclitaxel terhadap cisplatin untuk
pengobatan kanker servik, dengan meningkatnya respon terapi dan PFS
disbanding kemoterapi kombinasi lainnya.
8. Kemoterapi
Pada kasus kanker stadium terminal, kemoterapi salah satunya ditujukan
untuk mengurangi gejala akibat kanker, selain untuk memperpanjang
overall survival (OS) dan Progression Free Survival (PFS). Akan tetapi
pertimbangan manfaat dan risiko toksisitas dan penurunan kualitas hidup
harus menjadi pertimbangan mendasar terhadap pemilihan kemoterapi
paliatif.
19
Penilaian Karnofsky
1) 100% : normal; mampu melakukan aktivitas normal tanpa keluhan/tidak
ada kelainan.
2) 90% : tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.
3) 80% : tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan/gejala.
4) 70% : tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.
5) 60% : kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan keperluan
sendiri.
6) 50% : perlu bantuan pada umunya perlu obat-obatan
7) 40% : tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.
8) 30% : perlu pertimbangan rawat di rumah sakit.
9) 20% : sakit berat, perlu perawatan rumah sakit.
10) 10% : mendekati kematian.
11) 0% : meninggal dunia.
Penilaian ECOG
1) 0 : aktif mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat sebelum
sakit
2) 1 : mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti pekerjaan
rumah, pekerjaan kantor, dan sebagainya.
3) 2 : mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja ringan sehari-
hari.
4) 3 : dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri, sebagian besar
berada diatas tempat tidur atau kursi
5) 4 : tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk ditempat tidur,
kursi
6) 5 : meninggal dunia
20
J. Asuhan Keperawatan Paliatif
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
b. Sumber data
c. Data biografi
d. Riwayat keluhan utama
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah
sakit dengan penyakit yang sama
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien
f. Pengkajian fisik head to toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat
1) pasien kurang rensponsif
2) fungsi tubuh melambat
3) pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
4) rahang cendrung jatuh
5) pernafasan tidak teratur dan dangkal
6) sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
7) kulit pucat
8) mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
g. Pemeriksaan lab
h. Tes diagnostic
i. Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari
2. Diagnose
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya penekanan massa
tumor
21
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
2) Nyeri tekan tidak ada
3) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, lpkasi dan penyebaran
2) Beri posisi yang menyenangkan
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
4) Ukur tanda tanda vital
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
22
d. Berduka berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan
dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri
dari orang lain.
Intervensi :
1) Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka,
dan gali makna pribadi dari kehilangan.
Rasional: Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif
Rasional: Strategi koping positif membantu penerimaan dan
pemecahan masalah
3) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri
yang positif
Rasional: Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan
penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi
4) Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian
Rasional: Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal
paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
a) Membantu berdandan
b) Mendukung fungsi kemandirian
c) Memberikan obat nyeri saat diperlukan
d) Meningkatkan kenyamanan fisik (skoruka dan bonet 1982)
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan kehilangan dan perubahan
2) Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan
perubahan
23
1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati
Rasional: mengurangi kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran
2) Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
Rasional: Mengidentifikasi ketakutan dan kekhawatiran
3) Jelaskan tindakan keperawatan
Rasional: memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien
4) Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas
Rasional: Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber
komunitas sumber-sumber tambahan untuk membantu
mempertahankankan fungsi keluarga .
Kriteria hasil
1) mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien
2) mengungkapkan kekhawtirannnya mengenai lingkungan tempat
perawatan
3) melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontinyu selama
perawatan klien
24
Rasional: Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu
mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan
dan prakteknya.
3) Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual.
Rasional: Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang
memudahkan refresi dan perenungan
4) Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan
Rasional: mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan
pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang beragama
islam
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
3. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan
4. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap
pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan
keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim
paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan
dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berkabung dengan
kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui
identifikasi diri, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan
masalah-masalah lainnya, baik masalah fisik, psikososisal dan spiritual
(WHO, 2002).
B. SARAN
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dan kami meminta maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat banyak kekurangan dimakalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anita, A. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal
Kesehatan , 7 (3), 508. https://doi.org/10.26630/JK.V7i3.237
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced Directives
Pada Perawatan Paliatif. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7 (2),125.
https://doi.org/10.7454/Jpdi.V7i2.315
27