Disusun Oleh :
Kelompok 2
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karna berkat
rahmat, ridho dan hidayah dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik tanpa halangan apapun.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing karena telah
mengarahkan kami pada hal-hal yang positif dan juga kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini memuat tentang“Pengkajian dan Stabilisasi Pasien Trauma”
Kami berharap agar makalah yang saya buat ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat membawa banyak manfaat dalam menambah pengetahuan
pembaca mengenai “Pengkajian dan Stabilisasi Pasien Trauma ”
Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna sepenuhnya, karena itu
kami memohon maaf kepada pembaca dan juga mengharapkan kritik maupun
saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
1
Penyusun
Daftar Isi
BAB I..................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat.........................................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................6
KONSEP TEORI................................................................................................................................6
A. Sistem Penanganan Trauma...........................................................................................................6
B. Pendekatan Penanganan pada Pasien Trauma...............................................................................9
C. Penilaian Awal.............................................................................................................................10
D. Evaluasi dan Penilaian Ulang......................................................................................................34
E. Populasi Khusus...........................................................................................................................35
BAB III.............................................................................................................................................35
PENUTUP........................................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................35
3.2 Saran...........................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................37
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
4
kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi
kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih
dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer
pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien
(Mancini, 2011).
5
penanganan trauma, pendekatan penanganan pada pasien trauma, penilaian primer
dan sekunder, evaluasi dan penilaian ulang dan populasi khusu dalam
keperawatan gawat darurat. Setelah mengetahuinya kita dapat merenungkan dan
mengaplikasikan Konsep Pengkajian dan Stabilisasi Pasien Trauma yang tepat
dan benar.
BAB II
KONSEP TEORI
1. Puncak morbiditas pertama terjadi dalam hitungan detik atau menit pada
saat injuri. Kematian ini akibat laserasi dari jantung, pembuluh darah
besar, otak, atau medula spinalis. Karena parahnya cedera tersebut, hanya
beberapa pasien yang dapat diselamatkan.
2. Puncak morbiditas kedua terjadi menit atau jam setelah kejadian trauma.
Kematian pada periode ini umumnya akibat dari hematoma intrakranial
atau perdarahan yang tidak terkontrol dari fraktur panggul, laserasi organ
padat, atau luka multipel. Perawatan yang diterima selama satu jam
pertama setelah cedera (yang disebut "golden period") sangat penting
untuk kelangsungan hidup pasien trauma.
6
semua pasien dengan trauma dan terintegrasi dengan sistem kesehatan
setempat." Sistem penanganan trauma dimulai dengan sistem darurat inklusif
118 atau 119 yang dilakukan oleh tenaga pre hospital yang terlatih. Jika
pasien bertahan hidup pada puncak morbiditas pertama, bantuan harus tiba
tepat waktu.
LEVEL KRITERIA
7
dengan 240 diantaranya dirawat dengan skor
keparahan cedera lebih dari 15
8
yang mempunyai fasilitas lebih tinggi
2. B-Breathing
3. C-Circulation / Sirkulasi
4. D-Disabilityl Kecacatan
6. F-Full set vital sign/ Tanda vital lengkap, data tambahan yang terfokus,
dan kehadiran keluarga
C. Penilaian Awal
Penilaian awal dibagi menjadi dua tahap penilaian primer dan sekunder.
9
Tujuan dari penilaian perimer adalah untuk memastikan bahwa kondisi yang
berpontensi mengancam jiwa segera dapat diidentifikasi dan ditangani
melalui evaluasi berurutan dari Airway breathing sirkulasi disability dan
esposure (ABCD). tujuan dari penilaian sekunder adalah untuk
mengidentifikasi semua indikator klinis dari penyakit atau cidera (urutan
FGHI). kedua penilaian primer dan sekunder harus diselesaikan dalam
beberpa menit kecuali diperlukan tindakan resusitasi
1. Penilaian primer
a) Airway
10
dan penanganan awal pasien dengan trauma yaitu, dengan
managemen jalan nafas . Tabel A-2 merangkum pengkajian temuan
penting dan interfensi potensial yang terkait dengan jalan nafas.
11
airway pada
pasien dengan
trauma wajah
pertimbangkan
naso faring
airway untuk
pasien sadar
yang
memerlukan
bantuan untuk
memperthankan
jalan nafas)
5. Penurunan tingkat 5. Antisipasi
kesadaran dengan intubasi
atau tekhnik
jalan nafas
lanjutan
6. Stidor saat 6. Lakukan
inspirasi atau imobilisasi
eksperasi servikal
7. Pucat, sianosis,
atau warna kulit
hitam-abu-abu
atau kemerahan
atau ungu terang
TULANG 1. Mekanisme
SERVIKA cedera konsisten
L dengan
kemungkinan
cedera leher
2. Ketidakmampuan
12
untuk bergerak
atau merasa
ekstremitas
3. Nyeri pada saat
pergerakan atau
palpasi leher
4. Pernafasan perut
(kemungkinan
terdapat
kelumpuhan otot-
otot pernafasan)
5. Inkontitensia atau
retensi
6. Bowel atau
kandung kemih
7. Tanda-tanda syok
neurogenik
8. Priapisme
(gangguan ereksi
penis yang terus
mnerus)
b) Breathing
13
PERNAFASAN
7. Sianosis, diaphoresis
8. Distress pernafasan
14
9. Penurunan atau kehilangan
suara nafas
c) Circulation
15
TEMUAN PENTING INTERVENSI
POTENSIAL
16
perasaan kan kematian yang
akan segera tiba )
8. Gelisa tau kecemasan
9. Kapiler refil >2 detik
17
3) Perdarahan kelas 3 (kehilangan darah 30-40%)
d) Disability
18
“D” dalam penilaian primer dimaksudkan untuk mengingatkan
tenaga kesehatan utnuk menilai status neurologis. Perubahan besar
dalam fungsi neurologis menunjukkan trauma neurologis yang
signifikasi. Efek negatif neurologis jangka panjang pada trauma
dapat diminimalkan dengan intervensi yang cepat; oleh karena itu
lakukan penilaian status neurologis seawal mungkin sehingga
intervensi yang tepat dapat segera dimulai. Tabel A-5 merangkum
temuan penilaian penting dan intervensi potensial yang terkait
dengan disability kecacatan.
19
Pakaian yang digunakan dapat menyembunyikan cedera yang
terjadi; oleh karena itu lepas semua pakaian sebagai bagian dari
penilaian primer. Sebagai bagian dari proses ini, tim yang menangani
trauma harus hati-hati melakukan penilaian adanya kelainan bagian
tubuh yang terkena yang mungkin memerlukan intervensi segera,
seperti luka terbuka atau fraktur, perdarahan yang tidak terkontrol,
atau eviserasi.
2) Infus cairan atau produk darah dalam jumlah besar dengan suhu
dibawah suhu tubuh
20
selama resutasi, pasien memiliki peningkatan risiko untuk terjadinya:
1) Terjadinya asidosis
2. Penilaian Sekunder
21
harus dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi pada
kedua lengan dan satu kaki. apabila terdapat perbedaan 10mmHg
atau lebih pada pengukuran tekanan ndarah atau perbedaan kualitias
pulsasi antara bagian tersebut harus dicurigai adanya trauma aorta.
d) Kehadiran keluarga
22
membantu pasien menyadari kehadiran mereka juga dapat membantu
pasien menyadari kehadiran mereka selama waktu yang penuh
tekanan tersebut. Berdasarkan bukti ini, Emergency nurses
association tekag menyatakanan sikap resmi mendorong kehadiran
keluarga di samping tempat tidur pasien yang kritis atau terluka.
f) Riwayat
23
DESKRIPSI PERTANYAAN WAWANCARA
25
lebing sering pada sopir dan
cedera hepar lebih sering
terjadi pada posisi jok
penumpang karena terletak
pada organ organ tersebur
brlawanan )dan cedera pelvis
26
SEPEDA MOTOR pengendara tidak memakai
helm atau helm rusah
2. Pengendara yang terjatuh
terpisah dan sepeda motor
meningkatkan reisko cedera
3. Pengendara yang terhempit
diantara speda motor dan
kendaraan lain atau benda lain
dapat memiliki trauma yang
segnifikan pada ekstremitas
4. Pengendara yang tersesat dapat
mengalami trauma integumen
yang parah
1. Pertimbangan pada cedera akibat
SEPEDA (tabrakan tabrakan sepeda sam dengan
kendaraan tidak sepeda motor
bermotor) 2. Bersepeda pada medan yang berat
cenderung dapat menyebabkan
pasien terdorong ke setang
27
punggung dan jatuh kedepan dengan
tangan terentang
28
cenderung menghasilkan kerusakan lebih besar
c. Semakin dekat korban dengan senajata api, semakin berat
kerusakan jaringan yang dihasilkan
Pesien yang terlibat dalam ledakan dapat memiliki berbagai
cedera yang berbeda:
1) Cedera primer: ketika sebuah perubahan terjadi dari padat atau
cair ke gas seperti yang terjadi di dalam sebuah ledakan, akan
menyebar. Expansi menyebabkan pepindahan udara bergerak
menjauh dari lokasi ledakan. Ketika semburan udara tersebut
menghantam tubuh dapat menyebabkan organ terisi gas,
sehingga mengawali terjadinya trauma seperti ruptur membran
tympani, pneumo torax, emboli udara dan ruptur lambung atau
usus
2) Cedera sekunder: udara yang bergerak dari lokasi ledakan,
membawa potongan-potongan kecil dari puing-puing tersebut
dalam jarak yang jauh bisa menghantam dan tertanam dalam
tubuh yang mungkin berada dalam jarak yang signifikan dari
lokasi ledakan. Laserasi yang dihasilkan dan benda-benda yang
tertanam disebut cedera sebagai sekunder.
3) Cedera tersier: udara dapat bergerak jauh dari lokasi ledakan dan
melemparkan objek lain, menghantam tubuh, mengakibat
berbagai luka tumpul.
g) Pemeriksaan Head-to-toe
1. Kepala
29
c. Catat setiap area adanya ekimosis atau perubahan warna.
Ekimosis dibelakang telinga tulsng mastoid, atau didaerah
tulang periorbital meningkatkan kecurigaan fraktur
tengkorak basilar.
2. Wajah
3. Leher
4. Dada
30
b. Lakukan auskultasi jantung dan paru-paru
c. Palpasi dinding dada untuk deformitas, emfisema, dubkutan
dan nyeri tekan
Prosedur diagnostik
5. Abdomen
Prosedur diagnostic
-FAST
6. Pelvis
31
trauma tembus
7. Ekstremitas
Prosedur diagnostik
-Intervensi teraupetik
-bidai
-Perawatan luka
32
Inspeksi bagian Posterior
1. Kaji kembali nyeri dan berikan obat nyeri (sesuai indikasi) akan tetapi
waspadai kemungkinan adanya depresi pernafasan. Analgesic golongan
narkotika juga dapat menutupi tanda-tanda kerusakan neurologis yang
halus dan tidak terlihat.
2. Monitor keluaran urine dan intervensi yang di perlukan seperti halnya
dalam aspek pelayanan kesehatan, dokumentasi menyeluruh sangat
penting. Karena banyaknya penilaian intervensi, dan pengkajian ulang
33
yang dilakukan, mendokumentasikan perawatan pasien trauma dengan
segera merupakan hal yang sangat penting.
3. Pasien trauma membutuhkan perawatan yang searah dan konsisten dari
semua anggota tim. Jika terdapat cidera yang mengancam jiwa, tim perlu
segera melakukan intervensi dan memperbaiki kondisi tersebut.
Setelah secondary survey selesai dilakukan, prioritaskan pasien dan
rawat cedera sesuai dengan waktunya. Beberss apa cedera tertentu yang
ditemukan pada saat secondary survey dapat dinilai dengan mendetai dan
berfokus. Lakukan perbaikan dan jahit luka terbuka jika dibutuhkan.
Pasien yang mengalami multiple trauma harus diperiksa secara teratur
dengan pemeriksaan X-rays (dada, panggul, tulang belakang). Jika
pemeriksaan darah tidak atau belum diambil saat memasang IV, maka
sampel darah dapat dikirimkan saat ini ke laboratorium. Pemberian
profilaksis tetanus perlu untuk dikaji, apabila diperlukan maka pasien bisa
langsung diberikan injeksi profilaksis. Lakukan konsultasi dengan dokter
spesialis apabila diperlukan dan persiapkan pasien dan keluarga untuk
kemungkinan rawat inap, pindah ruang, atau operasi.
E. Populasi Khusus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum
tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang
berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan
tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang
menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang
mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan
gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak
di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
3.2 Saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami proses
keperawatn gawat Konsep Pengkajian dan Stabilisasi Pasien Trauma . Selain itu
diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman dalam
mengenal dan memahami keperawatan jiwa menyeluruh.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Uly, Ikhda & Bintari, dkk.2017. Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat pada
kasus Trauma. Jakarta: Salemba Medika, 2017.
Kurniati, Amelia Yanny, dkk. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana.
www.elsevierhralth.com.
American College of Surgeons. (1997). Advanced trauma life support for doctors.
instructor course manual book 1 - sixth edition. Chicago.
Mancini MR, Gale AT.(2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen
Publication.
37