Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PENDAHULUAN DAN KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA NY. “S” DENGAN DIAGNOSA COVID 19


DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
BANGKALAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DI TULUS OLEH:
YUNIDA ANNISAK
NIM: 1914901165

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PRAKTEK PROFESI NERS
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
BANGKALAN
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
COVID 19

A. Pengertian
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan
cairan di paru-paru (edema paru).

B. Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan
kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab
SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang
artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang
kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1.     Pneumonia
2.     Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3.     Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4.     Beberapa transfusi darah
5.     Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6.     Emboli paru
7.     Cedera pada dada
8.     Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9.     Trauma hebat
10.  Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 

C. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang
pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus

2
lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara
serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah
(droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau
cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya
penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak
terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara,
masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan
hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung
dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang
melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.

3
D. PATHWAY

Tinja, droplet, udara


(terkontaminasi coronaV)

Reaksi pertahanan Kurang Informasi


Kontak/invasi saluran
1. Batuk
pernapasan
2. Bersin Kurang pengetahuan

Masuk saluran
pernapasan Cemas
keluar Masuk
bawah

Aktifan antibody

Antigen
Proses reflikasi antibody Reaksi
cepat inflamasi

Pelepasan
Proses radang mediator Suhu tubuh
kimia
Metabolisme Resiko
Sekresi mukus meningkat kekurangan
cairan
Inefektifitas bersihan jalan nafas

Tidak seimbang suplai O2

Kerusakan pertukaran gas Tidak mampu memenuhi


kbutuhan nutrisi
Pnurunan O2 k’jaringan
Perubhn nutrisi <
kbutuhan
Klebihan CO2 Metabolisme anaerob

Asidosis Asam laktat


respiratori
Predisposisi edema

Perubahan RR Penekanan SSP

Kesadaran

4
E. Tanda Dan Gejala

Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-
pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien
penyakit ini, orang bisa disebut suspect COVID. Kalau setelah di rontgen terlihat ada
pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable
COVID19.

Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul
bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang
kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala
itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya
mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah
berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang
bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang.

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
3) Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi. 
4)     Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)     Pemeriksaan Bakteriologis  :  sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy

5
6)     Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

G. Penatalaksanaan

1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.

 Terapi oksigen
 Humidifikasi dengan nebulizer
 Fisioterapi dada
 Pengaturan cairan
 Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
 Obat inotropik
 Ventilasi mekanis
 Drainase empiema
 Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup

2. Terapi antibiotik
            Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-
spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov
virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai
dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan Common per
nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial
pneumonia.
            Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya
quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
            SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik :

6
-          Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
-          Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

H. Komplikasi
1. Abses paru
2. Efusi pleural
3. Empisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolic
11. Dehidrasi

I. Pengkajian
1) Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan,


dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan


selama menderita penyakit.

Pengkajian fisik

B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan,
pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola
nafas cepat dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.

Palpasi : fremitus vokal menurun.

7
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.

Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.


B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1
dan S2 tunggal.
B3:
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4:
Terkadang produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.

J. Pemeriksaan Diagnostik
1)    Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)    Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan
kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3)   Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya
terisi udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi. 
4)     Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)     Pemeriksaan Bakteriologis  :  sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6)     Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

8
K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor
kulit menurun.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dibuktikan pola napas
abnormal.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis.

I. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi SIKI


Keperawatan Hasil
1 Hipovolemia Setelah diberikan Manajemen hipovolemia
berhubungan tindakan Observasi
dengan keperawatan dalam 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kehilangan 1x24 jam (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
cairan aktif diharapkan status teraba lemah, tekanan darah merurun,
dibuktikan cairan membaik tekanan nadi menyempit, turgor kulit
dengan turgor 1.Turgor kulit dari menurun, membran mukosa kering,
kulit menurun skala 2 (cukup volume urin menurun, hematokrit
(Kategori : menurun) ke meningkat, haus lemah).
Perilaku, Sub skala 4 (cukup 2. Monitor intake dan output ciran
Kategori :Peny meningkat) Terapeutik
uluhan dan 1. 1. Hitung kebutuhan cairan
Pembelajaran, 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
Kode Dx : 3. Berikan asupan cairan oral
D.0003, Hal Edukasi
64, SDKI 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
2017) oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

9
(mis. NaCL, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis.glukosa 2,5%, NaCL
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis.albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
2 Pola napas Setelah diberikan Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan dalam 1. Monitor pola nafas
dengan 1x24 jam 2. Monitor bunyi nafas tambahan
penurunan diharapkan pola 3. Monitor sputum
energi napas membaik Terapeutik :
dibuktikan dengan kriteria 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
pola napas hasil : 2. Posisikan semi fowler/fowler
abnormal. 1. Frekuensi napas 3. Berikan minum hangat
(Kategori : dari skala 2 4. Lakukan fisioterapi dada
Fisiologis, Sub (cukup 5. Lakukan penghisapan ledir
Kategori : memburuk) ke 6. Berikan oksigen
Respirasi, skala 5 Edukasi :
Kode Dx : (membaik) 1.Anjurkan asupan cairan 200 ml / hari
D.0005, Hal 2.Ajarkan tekhnik batuk efektif
26, SDKI Kolaborasi :
2017) 1.Kolaborasi permberin bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
3 Risiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan Infeksi
berhubungan tindakan
Observasi :
dengan keperawatan dalam
penyakit 1x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal

kronis. diharapkan risiko dan sistemik

(Kategori : infeksi menurun Terapeutik :


Lingkungan,
1. Batasi jumlah pengunjung
Sub Kategori :
2. Berikan perawatan kulit pada area

10
Keamanan dan edema
Proteksi, Kode 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Dx : 0142, Hal kontak dengan pasien dan lingkungan
304, SDKI pasien
2017) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi :

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika


perlu.

DAFTAR PUSTAKA

11
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3,
EGC, Jakarta

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta. 

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta.

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=63

http://dhewynerz.blogspot.com/2009/11/askep-sars.html

12

Anda mungkin juga menyukai