Patofisiologi
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu
merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung
dengan secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan
melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau
dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan
dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat
demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan
sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada
petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi
atau nebulasi.
G. Pathway
Peningkatan
asam laktat
Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-
pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan
pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen
terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu
bisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS. Gejala lainnya sakit
kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah
pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata
bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu
tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-
parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga
menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala
itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang.
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
Bronkoskopi.
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
J. Penatalaksanaan
Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
- Terapi oksigen
- Fisioterapi dada
- Pengaturan cairan
- Ventilasi mekanis
- Drainase empiema
Terapi antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur
non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis
SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik
empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen
pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-
diperoleh atau nosokomial pneumonia.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi
antibiotik saja.
Antibiotik :
K. Komplikasi
Komplikasi meliputi :
1. Abses paru
2. Efusi pleural
3. Empisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
11. Dehidrasi
13. Septikemi
L. Prognosis
Angka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik
maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke
kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda jasmani
tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami
tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan
jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama,
cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu
membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total,
dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
M. Pengkajian
N. Diagnosa Keperawatan
. 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam.
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
Airway Management
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
Atur kemungkinan
tranfusi
6. Jauhkan benda-benda
yang tidak enak untuk
dipandang seperti urinal,
kotak drainase, bebat dan
pispot
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
5 Defisit pengetahuanNOC : NIC :
berhubungan dengan Teaching : disease Process
perawatan Knowledge : disease
process Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan
Knowledge : health pasien tentang proses
Behavior penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara
Kriteria Hasil : yang tepat.
Gambarkan tanda dan
Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
menyatakan pada penyakit, dengan
pemahaman tentang cara yang tepat
penyakit, kondisi, Gambarkan proses
prognosis dan penyakit, dengan cara
program pengobatan yang tepat
Identifikasi kemungkinan
Pasien dan keluarga penyebab, dengna cara
mampu yang tepat
melaksanakan Sediakan informasi pada
prosedur yang pasien tentang kondisi,
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar Hindari harapan yang
kosong
Pasien dan keluarga Diskusikan perubahan
mampu menjelaskan gaya hidup yang
kembali apa yang mungkin diperlukan
dijelaskan untuk mencegah
perawat/tim komplikasi di masa yang
kesehatan lainnya akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
P. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
3, EGC, Jakarta
Http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&sl=en&u=http://www.sarsreference.com/sarsref/treat.htm&prev=/sea
rch%3Fq%3Dsars%26hl%3Did%26sa
%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjuXFVV22D4n-
gkhhpHCgb-28jRcA
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications
(NOC), Philadelphia, USA.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah
pertusis (Nelson, 2000 : 960)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa,
nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif
Mansjoer, 2000 : 428)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah
tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
B. Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram
negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:
1. Berbentuk batang (coccobacilus).
2. Tidak dapat bergerak.
3. Bersifat gram negatif.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5. Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0-
10C).
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar
metakromatik.
7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin.
Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
1. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
2. Endotoksin (lipopolisakarida)
C. Manifestasi klinik
Masa tunas 7 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan
terbagi dalam 3 stadium:
1. Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan,
terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. Stadium ini
menyerupai influenza.
2. Stadium spasmodik
Berlangsung selama 2 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan
muka merah dan sianotik. Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan
batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum
kental. Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan
saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis. Tampak keringat,
pembuluh darah leher dan muka lebar.
3. Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan beratnya serangan batuk
berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.
D. Cara Penularan
Cara penularan pertusis, melalui:
- Droplet infection
- Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan
ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk
dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa
dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada
orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
E. Patofisiologi
Bordetella pertusis
Infek
si
Lewat udara dan
droplet
Menghasilkan bahan aktif seperti Hemaglutinin flamentosa (HAF) dan
pertakin
Nempel pada saluran nafas bagian
bawah
Fungsi silia
menurun
Nekrosi
s
Lesi pada
epitel
Menghambat bersihan
organisme
Peningkatan sputum
sekret
Bersihan jalan nafas
inefektif
Batuk rejan yang
lama
Munta
h
Berlangsung
lama
Perubaha
n
pola nafas
12.
13.
Resiko kekurangan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
volume cairan
F. Komplikasi
Pada saluran nafas.
1) Broncopneumonia.
2) otitis media sering pada bayi dan infeksi skunder ( pneumoni ).
3) Bronkitis.
4) Atelektasis.
5) Empisema pulmonum.
6) Bronkiektasis.
7) Aktivase tubercolusa.
Pada sistem saraf pusat.
1) Kejang, kongesti
2) Edema otak
3) Perdarahan otak
Pada sistem pencernaan.
1) Muntah berat.
2) Prolaps rectum ( hernia umbilikus serta inguinalis ).
3) Ulkus pada frenulum lidah.
4) Stomatitis.
5) Emasiasi
Komplikasi yang lain.
1) Epistaksis
2) Hemaptisis
3) Perdarahan sub konjungtiva
G. Diagnosa Banding
1. Bordetella parapertusis lebih ringan kurang lebih 5% dari penderita pertusis.
2. Bordetella broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis, sering pada binatang.
3. Infeksi oleh clamydia.
Penyebab biasanya clamydia trachomatis.
Pada bayi menyebabkan pneumonia oleh karena terkena infeksi dari ibu.
4. Infeksi oleh adenovirus tipe 1, 2, 3, 5.
Gejala hampir sama dengan pertusis seperti pada penyebab penyakit sebelumnya.
5. Trakhea bronkitis.
Adalah suatu sindrom yang terdiri dari batuk, suara paraudan stridor inspiratoir.
6. Bronkiolitis.
Merupakan penyakit infeksi paru akut ditandai dengan whizing ekspirator obstruksi
broncioli.
7. Infeksi bordetellah broncoseptica gejala sama dengan bordetella pertusis sering pada
binatang
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
b. Pembiakan apus tenggorokan.
c. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai
sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-50.000 sel /
mdarah.
d. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
e. Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret Ig A.
f. Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus, atelaktasis atau
emphysema
I. Penatalaksanaan
a. Terapi Kausal.
1) Anti Mikroba.
Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan membatasi
penyebaran infeksi. Entromisin 40 50 mg/kg/34 jam secara oral dalam dosis terbagi
empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakan pengobatan baku. Beberapa pakar
lebih menyukai preparat estolat tetapi etil suksinal dan stearat juga manjur.
2) Salbutamol.
Cara kerja salbutamol :
(1) Stimulan Beta 2 adrenalgik.
(2) Mengurangi proksimal.
(3) Mengurangi frekwensi apnea
Dosis yang dianjurkan 0,3 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.
3) Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayi yang
diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenis apapun tidak
dibenarkan.
b. Terapi suportif (Perawatan Pendukung).
1) Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2) Pembersihan jalan nafas .
3) Istirahat yang cukup.
4) Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5) Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah
sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.
J. Pencegahan
Imunisasi alotif diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis
yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitea aktif.
Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus dosis
pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1
bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi yaitu
umur 2 4 minggu.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas ( Ngastiyah, 1997 ; 32 )
(1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th
(2) Lebih banyak anak laki laki dari pada anak perempuan.
2) Keluhan Utama.
Batuk disertai muntah.
3) Riwayat Penyakit Sekarang.
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan
malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panas ringan, lama
kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, maka tampak benjolan,
lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub conjungtiva.
4) Riwayat Penyakit Dahulu.
(1) Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.
(2) Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari, kemudian siang hari
dan menjadi hebat.
5) Riwayat Penyakit Keluarga.
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang menderita
penyakit pertusis.
6) Riwayat Imunisasi
JENIS UMUR CARA JUMLAH
BCG 0 2 bulan 1C 1x
DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x
Polio 1-5 bulan Refisi 4x
Capak 9 bulan 5C 4x
Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x
7) Riwayat Tumbuh Kembang
1. Personal Sosial
Ibu pasien mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau diam.
2. Motorik Halus
Anak terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda kedalam mulutnya,
menangkap objek atau benda benda, memegang kaki dan memegang kaki dan
mendorong kearah mulutnya.
3. Motorik Kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak mendekati benda atau
seseorang.
4. Kognitif
Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan menjerit karena gembira
bila diajak bermain, mulai berbicara tapi belum jelas bahasanya.
b. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan
(spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi
kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas
pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat
lahir anak menangis spontan atau tidak.
c. Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan
sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon
lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi.
5. ADL.
a) Nutrisi : muntah, anoreksia.
b) Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas / lelah
c) Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan
berulang-ulang.
d) Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan.
e) Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing-kencing bila sedang batuk
7. Pemeriksaan fisik.
) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk dalam waktu yang lama dan
berkeringat
Kesadaran :Composmetis,
TTV : nadi meningkat(120-125x/mnt),respirasi meningkat(30-35x/mnt)
(2) Head to toe
Kepala : tidak ada bekas luka ataupun bengkak.
Rambut : warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak terdapat ketombe.
Wajah : simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit
Mata : sklera berwarna putih,mata tampak menonjol
Hidung : lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat pernafasan cuping
hidung.
Mulut : mukosa lembab, lidah menjulur
Telinga : Daun telinga simetris, membran timpani putih mengkilat, tidak ada
benda asing.
Leher : Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-tanda pembesaran
kaku kuduk dan pembesaran kelenjar tiroid.
Dada
Inspeksi : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat
Palpasi : Tidak ada krepitasi
: paru sonor, jantung dallnes
: Wheezing inspirasi
Abdomen
Inspeksi :Terdapat distensi abdomen
Auskultasi : Bising usus 9x/mnt
Palpasi : tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulit bisa menurun
bisa normal.
Perkusi : perut tidak kembung
Ekstremitas
Atas : tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.
Bawah : tidak ada odem, tidak ada bekas luka.
Genetalia : bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises atau odem.
Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.
Palpasi : tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.
8. Pemeriksaan penunjang
(1) Melakukan pemeriksan hapusan skret di nasofaring / lendir yang dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20.000 50.000 sel / mm 3 darah) dengan
limfositosis yang predominan ( 60 %).
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent antibody) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
kuman.
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul.
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2) Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3) Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
4) Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
muntah yang lebih dan anoreksi.
C. Rencana Keperawatan
1 Dx Kep I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,status ventilasi saluran
pernafasan baik
Kriteria Hasil :
1. Keluarga mampu mengetahui ttg sakit yang dialami anaknya
2. Px mengungkapkan pernafasan menjadi mudah
3. Px mampu melakukan batuk efektif
4. Rata-rata pernafasan normal(16-24x/mnt)
Intervensi :
1. Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada .
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak simetriks sering terjadi
karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan/ cairan paru
2. Auskultasi area paru.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan cairan. Bunyi
napas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsulodasi.
Krekes,ronki,dan mengi terdengar pada inspirasi dan/ ekspirasi pada respon terhadap
pengumoulan cairan, secret .
3. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien melakukan batuk, misalnya
menekan dada dan batuk efektif.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih
kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
4. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
daripada dingin.
Rasional : cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan sekresi secret dijalan napas dan menurunkan resiko
keparahan
2 Dx Kep II.
n : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien menunjukkan pola
napas efektif
Kriteria hasil :
1. Keluarga mampu mengerti ttg sesak yg dialami anaknya
2. Px mengungkapkan sesak berkurang
3. Px mampu melakukan napas dalam
4. Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
Intervensi :
1. kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk
penggunaan otot bantu.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas
(pada awal /hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernafasan biasanya bervariasi
tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis dan/ nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas
Rasional : bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan,bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelaktasis). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan pernafasan
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan.
Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas
4. Observasi pola batuk dan karakter secret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputu berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikoagulan berlebihan
5. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Pengisapan peroral atau
naso trakeal bila diindikasikan.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan.
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
3 Dx Kep III
uan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kekurangan volume cairan
tidak terjadi
teria Hasil :
1. Keluarga mengerti ttg penyebab kekurangan cairan
2. Px mengungkapkan sudah tidak merasa dehidrasi
3. Px sudah Nampak tidak lemah
4. Turgor kulit membaik, membrane mukosa baik
Intervensi
1. Observasi turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan lidah)
R/ indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan
2. Pantau masukan dan haluaran,catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian
3. Catat cairan Intake dan Output
R/untuk mengetahui keseimbangan cairan
4. Berikan dan anjurkan untuk memberikan minum sesering mungkin
R/ Mengurangi tingkat dehidrasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi cairan
R/ Untuk mengatasi rehidrasi yang dialami pasien
4 Dx. Kep IV
uan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria Hasil :
5. Keluarga mengerti ttg pentingnya nutrisi
6. Px mengungkapkan nafsu makannya bertambah
7. Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan /
diberikan,
8. BB meningkat, membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.
Rasional :Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan perawatan dan cara
mengatasinya.
2. Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak digoreng.
Rasional: Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.
3. Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.
Rasional :Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien.
Rasional :Mengetahui sejkauh mana pemenuhan nutrisi klien.
5. Timbang BB klien tiap hari.
Rasional : Mengetahui status gizi klien.
6. Hindarkan pemberian makanan yang sulit ditelan
Rasional : Makanan cair atau lunak menghindari adanya aspirasi.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.
Rasional :Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika intake peroral
sangat minim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERTUSIS
A. PENGERTIAN
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai
setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-
anak. (Behrman, 1992)
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri
dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang
meninggi. (Rampengan, 1993)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
Bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis quirita,
whooping coagh, batuk rejan. (Mansjoer, 2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang
saluran nafas yang menimbulkan Serangan batuk panjang yang
bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
Pertusis adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang
sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri
dengan suara pernapasan dalam bernada tinggi atau melengking.
B. ETIOLOGI
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut :
Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh
bordetella para pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun cirri-ciri organisme ini antara lain :
Berbentuk batang (coccobacilus)
Tidak dapat bergerak
Bersifat gram negative.
Tidak berspora, mempunyai kapsul
Mati pada suhu 55 C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0-
10 C)
Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar
metakromatik
Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi
resisten terhdap penicillin
Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
o Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
o Endotoksin (lipopolisakarida)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah
leukosit meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm 3 dengan
limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari
sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu batuk.Secara
laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan adanya
kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen
G. PENATALAKSANAAN
Anti mikroba
Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini.
Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap
paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun
tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4
dosis selama 5-7 hari.
Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari
kemudian diturunkan
perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 5 mg/hari
Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan
seragan proksimal.
Salbutamol Efektif terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja :
a. Beta 2 adrenergik stimulan
1) Mengurangi paroksimal khas
2) Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop
3) Mengurangi frekuensi apneu
b. Terapi suportif
1) Lingkungan perawatan penderita yang tenang
2) Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya
makanan cair, bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara
parenteral
3) Pembersihan jalan nafas
4) Oksigen
Vaksin DPT
Vaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri
dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertusis
yang telah diinaktivasi.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap pertusia. Cara
pemberian dan dosis:
Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar menjadi
homogen.
Disuntikan secara IM denagn dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis.
Dosis pertama diberikan umur 2 bulan,dosis selanjutnya
diberikan 1 bulan
Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang tekah dibuka hanya
boleh digunakan 4 minggu
Efek Sampingnya
pnas Kebanyakan anak menderita panas pada sore hari setelah
mendapat imunisasi DPT, tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari.
Bila panas yang timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian DPT,
bukanlah disebabkan oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang
perlu diteliti lebih lanjut.
Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit,
kemerahan, bengkak di tempat suntikan. Bila hal tersebut terjadi
setelah suntikan berarti ini disebabkan oleh suntikan DPT. Hal ini perlu
diberitahukan kepada
PeradanganHal ini mungkin sebagai akibat dari: jarum suntik tidak
steril, bisa karena tersentuh tangan atau sterilisasi kurang lama
ataupun sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan di atas tempat
yang tidak steril.
Kejang-kejangAnak yang setelah pemberian vaksin DPT mengalami hal
ini, tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi DT
saja. Kontra indikasi. Gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru
lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan
kontraindikasi pertussis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah
pada dosis pertama, komponen pertussis harus dihindarkan pada dosis
kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
(Direktorat Jendral PPM & PL, Departemen Kesehatan RI)
STRATEGI
meningkatkan kualitas pelayanan
mengembangkan pelaksanaan program diseluruh unit pelayanan
kesehatan
meningkatkan kerja sama dengan semua pihak terkait
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
melaksanakan desentralisasi melalui titik berat manajemen program
di kabupaten atau kota
mengembangkan pelaksanan program melalui penelitian.
Kontraindikasi :
gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi
pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua dan
untuk meneryskan iminisasi dapat diberikan DPT
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS
A. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / istirahat
DS : Gangguan istirahat tidur, malaise.
DO : Lesu, pucat, lingkar mata kehitam-hitaman.
b. Sirkulasi
DS : -
DO : Tekanan darah normal / sedikit menurun, takikardi, peningkatan
suhu.
c. Eliminasi
DS : BAB dan BAK normal
DO : BB menurun, turgor kulit kurang, membrane mukosa kering.
d. Makanan dan cairan
DS : Sakit kepala, pusing.
DO : Gelisah
e. Nyeri / kenyamanan
DS : Batuk pada malam hari dan memberat pada siang hari.
DO : Mata tampak menonjol, wajah memerah / sianosis, lidah terjulur
dan pelebaran vena leher saat serangan batuk.
f. Pernafasan
DS : Batuk Pilek
DO :
o nyaring (whoop) saat inspirasi.
o Penumpukan lender pada trachea dan nasopharing
o Penggunaan otot aksesorus pernafasan.
o Sputum atau lender kental.
B. Pemeriksaan penunjang :
Pembiakan lendir hidung dan mulut.
Pembiakan apus tenggorokan.
Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
yang ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit
antara 20.000-50.000 sel / mdarah.
Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
Tes ELISA (Enzyme Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret
Ig A.
Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus,
atelaktasis atau emphysema
III. INTERVENSI
No DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan - Memberikan cairan -secret kental dapat
napas tidak efektif hangat sedikitnya 1,9- menyebabkan atelektasis
b/d sekresi yang 2,8 liter/hari (penyempitan bronkus)
berlebihan dan
kental -Beri tahukan orang tua - Jelaskan dan
Tujuan : status tentang perlunya batuk demonstrasikan manfaat
ventilasi saluran efektif bagi anak, latihan batuk yang dapat
pernafasan baik sekalipun upaya itu meningkatkan kerjasama
menyakitkan antara orangtua dan anak
Kriteria hasil :
- untuk menurunkan
1. Rata-rata - Kolaborasi : pemberian sekresi secret dijalan
pernafasan normal obat depresan batuk,
napas dan menurunkan
2. Sputum keluar ekspektorant sesuai resiko keparahan
dari jalan nafas indikasi
3. Pernafasan
menjadi mudah
4. Bunyi nafas
normal
5. Sesak nafas tidak
terjadi lagi
- memberikan informasi
tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian
5. - Menemani dan - Mengurangi rasa gelisah
Gangguan rasa membantu anak pada dan kesulitan bernafas
aman dan nyaman saat batuk bila anak pada anak
b/d aktivitas batuk muntah.
yang meningkat.
- Meminimalkan anak - Penyebab serangan
untuk menangis atau batuk dapat berkurang
tertawa/bercanda yang
berlebihan
- Obat tidak akan
- Pemberian obat setelah terbuang sia-sia kalau
anak mendapat serangan diberikan setelah anak
batuk dan sudah reda mendapat serangan batuk
6. Resiko kekurangan - Berikan asupan gizi - Nutrisi yang kurang
nutrisi b/d adanya dengan jumlah kalori = menyebabkan daya tahan
mual dan muntah 80/kkal kg BB Berikan tubuh semakin menurun
protein sebanyak 40
Tujuan : kebutuhan gram - pilihan intervensi
nutrisi terpenuhi - Identifikasi factor yang tergantung pada
menimbulkan penyebab masalah
Criteria hasil : mual/muntah ,misalnya
1. Menunjukkan sputum banyak,
peningkatan nafsu pengobatan aerosol,
makan dispnea berat ,nyeri - Susu yang terlalu manis
2. - Meminimalkan dan goreng-gorengan
Mempertahankan/ pemberian susu yang dapat merangsang reflek
meningkatkan berat terlalu manis atau batuk yang meningkat
badan makanan yang digoreng
atau terlalu asin
IV. EVALUASI
1).status ventilasi saluran pernafasan baik
2) menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
3) tidak terjadi resiko infeksi
4) pasien dapat tidur dan istirahat sesuai kebutuhannya
5) kekurangan volume cairan tidak terjadi
6) resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
7) melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.