Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN PNEUMONIA

DIRUANG PARU RSUD ULIN BANJARMASIN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan


dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area
alveoli.(Axton & Fugate, 1993).

Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu


infeksi, disebut pneumonia. (Sylvia).

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan


dengan pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat
adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah beberapa keadaan
yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru
misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal,
dan lain-lain.Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika
memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)

2. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah


staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut
berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini
menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia
jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum
ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal.
Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

3. Klasifikasi

Secara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Aspirasi pneumonia

Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-
paru.Pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.

2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti


streptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan
muncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari
demam,batuk lalu sesak nafas.

3. Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.


Bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
4. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif


seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
5. Pathway

Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur

Masuk sasaluran
pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli


Reseptor peradangan

Mengganggu kerja
makrofag hipothalamus

Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih

Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


Reseptor nyeri:
cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin odema produksi Difusi gas antara O2 &
skreet mngkat CO2 di alveoli
 bradikinin terganggu

Nyeri dispnea batuk Kapasitas transportasi


O2 menurun

kelelahan Gangguan pola


napas Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jalan
napas tidak efektif Pnekanan diafragma

tekanan Intra abdomen

Anureksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang

Peningkatan Risti terhadap


Metabolisme gangguan nutrisi

Sumber:https://www.google.com/search?q=pathways+pneumonia&newwindo
6. Manifestasi klinis

 Menggigil, demam
 Nyeri dada
 Takipnea
 Bibir dan kuku sianosis
 Sesak nafas
 Batuk
 Kelelahan

7. Komplikasi

 Efusi pleura
 Hipoksemia
 Pneumonia kronik
 Bronkaltasis
 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
 Komplikasi sistemik (meningitis)

8. Faktor Resiko
 Usia diatas 65 tahun
 Aspirasi secret orofaringeal
 Infeksi pernapasan oleh virus
 Penyakit pernapasan kronik
 Kanker
 Trakeostomi
 Bedah abdominal
 Riwayat merokok
 Alkoholisme
 Malnurisi
9. Pemeriksaan penunjang

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,


bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing

10. Penatalaksanaan

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian


antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk
menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Data dasar pengkajian pasien


2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
7. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,


pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah ditandai dengan sianosis.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

3. RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

 Bunyi nafas tak normal


 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Jalan nafas efektif dengan kriteria:

 Batuk efektif
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersis
 Sianosis

No. Intervensi Rasional


1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.

2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi


penurunan 1 kali ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi nafas cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter alat untuk menurunkan spasme
untuk pemberian obat sesuai bronkus dengan mobilisasi
indikasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,
sesak, gelisah.
No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman dan manifestasi distress pernafasan


kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, sianosis kuku menunjukkan
membran mukosa dan kuku. vasokontriksi respon tubuh
Catat adanya sianosis perifer terhadap demam/menggigil
(kuku) atau sianosis sentral. namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.

Kolaborasi: berikan terapi : mempertahankan PaO2 di atas


oksigen dengan benar misal 60 mmHg. O2 diberikan dengan
dengan nasal plong master, metode yang memberikan
master venturi. pengiriman tepat dalam toleransi.
Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap
ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan karakteristik : nyeri dada biasanya ada dalam


nyeri, misal kejang, konstan seberapa derajat pada pneumonia,
ditusuk. juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, dengan sentuhan lembut dapat
perubahan posisi, musik menghilangkan ketidaknyamanan
tenang / berbincangan. dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan obat dapat digunakan untuk
analgesik dan antitusik menekan batuk non produktif atau
sesuai indikasi menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat
umum.

Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB

No. Intervensi Rasional


1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil tindakan ini dapat meningkat
dan sering termasuk masukan meskipun nafsu makan
makanan kering (roti mungkin lambat untuk kembali.
panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
4 Evaluasi status nutrisi adanya kondisi kronis keterbatasan
umum, ukur berat badan ruangan dapat menimbulkan
dasar. malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya
respon terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No. Intervensi Rasiona


1 Kaji perubahan tanda vital contoh suhu/memanjangnya demam
peningkatan suhu demam meningkat laju metabolik dan
memanjang, takikardia. kehilangan cairan untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan O2
tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, antimitik. banyak kehilangan penggunaan
dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar cairan
mL/hari atau sesuai kondisi menurunkan resiko dehidrasi.
individual

4. IMPLEMENTASI

Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada


b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara
auskultasi pada lapang paru.
c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.
d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.
e. Memberi pasien air minum yang hangat
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat
sesuai indikasi
Dx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasien


b. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
c. Mengkaji status mental
d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan
nasal plong master, master venturi.

Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

Imlementasi Keperawatan :

a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasien


b. Memantau tanda-tanda vital terutama TD
c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung
pasien, merubah posisi pasien, memutarkan musik tenang.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik
dan antitusik sesuai indikasi.

Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.

Implementasi Keperawatan :

a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan


mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan
pasien.
c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan
dasar.
Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

Implementasi Keperawatan :

a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demam


b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam
2detik, serta menginspeksi pada bibir dan lidah untuk
mengetahui kelembapan membran mukosa.
c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1hari
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat
indikasi seperti: antipiretik, antimitik.
DAFTAR PUSTAKA

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-efusi-
pleura.html

http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-
pleura.html

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC , Jakarta

Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi


Keperawatan, EGC, Jakarta

Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis


Company, Philadelphia

Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders,


Philadelphia

Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta

Baughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta

Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta

Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,


EGC,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai