Anda di halaman 1dari 4

Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh keluarganya, dan memecahkan

masalah dengan cara mufakat.

11. Sistem Nilai dan keyakinan


Klien dan keluarga klien mengatakan semua penyakit pasti ada obatnya, dan orang tua klien

percaya dan yakin bahwa anaknya bisa sembuh.

V. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik

sebaiknya
dilakukan secara per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-

keluhan dari klien.


Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien meningitis biasanya

didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38- 410 C, dimulai dari fase sistemik.

Kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan

proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.

Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila

disertai peningkatan frekuensi pernafasan sering berhubungan dengan peningkatan laju

metabolism umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum mengalami

meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningkatan

TIK.

 B1 (BREATHING)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan

peningkatan prekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai
adanya gangguan pada system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat
deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fpeura massif (jarang terjadi pada klien

dengan meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan sepetti ronkhi pada kien dengan
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.

 B2 (BLOOD)

Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap

lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada

sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam

tinggi yang tiba- tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas),

syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular desiminata (disseminated intravascular

coagulation-DIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.

 B3 (BRAIN)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan

pengkajian pada system lainnya.

a. Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang

paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap

lingkungan adalah indikator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa

system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat latergi,
stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalimi koma maka penilaian GCS sangat

penting untuk menilai tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pembarian

asuhan keperawatan.

b. Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan

observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut

biasanya status mental klien mengalami perubahan.


c. Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin
didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak

disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah

mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan.

Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau

sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.


Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan

refleks
kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usuha dari klien

untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal).


Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra

pengecapan normal.
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut
mengalami perubahan.

e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau periosteum derajat

reflex pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan

tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.

f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien

biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan

meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

g. System sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri, dan suhu

normal,tidak ada perasaan abnormal dipermukaan tubuh. Sensasi proprioseptif dan

diskriminatif normal.

Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK. Tanda-tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebri terdiri atas perubahan
karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak

teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.

Adanya ruang merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal

(neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua klien dengan tipe meningitis, mengalami

lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekia dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah

yang luas.

Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat

pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditas nukal, tanda kering (positif) dan

adanya tanda brudzinski. Kaku kuduk adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi kepala

mengalami kesukaran karena adanya spasme otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri

berat. Tanda pernig (positif)

Anda mungkin juga menyukai