V. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya
dilakukan secara per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-
didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38- 410 C, dimulai dari fase sistemik.
Kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan
proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila
metabolism umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum mengalami
meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningkatan
TIK.
B1 (BREATHING)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan prekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai
adanya gangguan pada system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat
deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fpeura massif (jarang terjadi pada klien
dengan meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan sepetti ronkhi pada kien dengan
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
B2 (BLOOD)
Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap
lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada
sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam
tinggi yang tiba- tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas),
coagulation-DIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
B3 (BRAIN)
a. Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa
system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat latergi,
stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalimi koma maka penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pembarian
asuhan keperawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan
observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut
disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan.
Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau
refleks
kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usuha dari klien
pengecapan normal.
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut
mengalami perubahan.
e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau periosteum derajat
reflex pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan
tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan
meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
g. System sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri, dan suhu
diskriminatif normal.
Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK. Tanda-tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebri terdiri atas perubahan
karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak
Adanya ruang merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua klien dengan tipe meningitis, mengalami
lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekia dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah
yang luas.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat
pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditas nukal, tanda kering (positif) dan
adanya tanda brudzinski. Kaku kuduk adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri