KEBUTUHAN ELIMINASI
DIRUANG SARAF RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
2. Anatomi
1. Ginjal
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut
atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas(superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.
Ginjal menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk
urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Bagian ginjal terdiri
atas nefron, yang merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah
kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam
bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung
kemih.
Fungsi ginjal:
4. Uretra
3. Etiologi
1. Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine. Protein dan natrium dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk. Selain itu minum kopi dapat
meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons bagaimana awal berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria,
sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya toilet.
4. Stress psikologis
Meningkatnya stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditimbulkan pada anak, yang
lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun,
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan
bertambahnya usia.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti
diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
memiliki kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal.
10. Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran
urine.
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai
dampak dari pemberian obat anstesi sehingga menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya
pemberian obat diuretic dapat meningkatkan jumlah urine,
sedangkan obat antikolinergik dan anti hipertensi dapat
menyebabkan retensi uine.
13. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus
pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sisteskopi
dapat menimbulkan edema local pada uretra.
4. Patofisiologi
Urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat
bervariasi antara 0.5-2 ml/menit. Aliran urine masuk ke kandung kemih
dikontrol oleh gelombang peristaltik yang terjadi setiap 10-150 detik.
Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan frekuensi peristaltik dan
stimulasi simpatis menurunkan frekuensi. Banyaknya aliran urine pada
uretra dipengaruhi oleh adanya refleks uretrorenal. Refleks ini diaktifkan
oleh adanya obstruksi karena konstriksi arterior aferen yang berakibat
pada penurunan produksi urine, demikian juga pada obstruksi ureter
karena batu ureter.
7. Klasifikasi
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Hal ini menyebabkan distensia vesika urinaria atau
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap.
2. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter
eksternal sementara atau menetap untuk menetap unttuk mengontrol
ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine
adalah proses penuaan (aging process), pembesaran kelenjar prostat,
serta penurunan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik.
3. Enuresis
Enuresis merupakan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enurisis
terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya enuresis terjadi pada
malam hari.
4. Perubahan pola eliminasi urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi
anatomis, kerusakan motorik, sensorik, dan infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi urine terdiri atas:
- Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalm sehari.
Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya
jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu
tekanan asupan cairan dapat disebabkan sistisis. Frekuensi tinggi
dapat ditemukan juga pada keadaan stress/hamil.
- Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil
memiliki kemampuan yang buruk dalm mengontrol sphincter
eksternal. Biasanya perasaan ingin segera berkemih terjadi pada
anak karena kurangnya kemampuan pengontrolan pada
sphincter.
- Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini
sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma,
dan struktur uretra.
- Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar
oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya,
ditemukan pada penyakit diabetes.
- Urinari Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urie oleh ginjal
secara mendadak.
8. Penatalaksaan
9. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urine
Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab 1. Beberapa faktor yang
inkontinensia menyebabkan inkontinensia
diantaranya penurunan kesadaran,
proses penuaan, gangguan fungsi
saraf, dan kelemahan sfingter
uretra.
2. Monitor frekuensi, volume, warna, 2. Mengidentifikasi jenis
bau dan nyeri saat miksi, serta pola inkontinensia seperti stres atau
miksi urgensi
3. Lakukan pengaturan minum pasien 3. Melatih pola berkemih dengan
secara berpola mengatur produksi urine
4. Lakukan bladder training secara 4. Bladder training bertujuan melatih
berkala menahan dan menguatkan
kontraksi otot kandung kemih
5. Lakukan latihan kegel 5. Latihan kegel bertujuan
menguatkan otot panggul dan
pelvis sehingga dapat melatih
kemampuan berkemih
6. Anjurkan pasien untuk tidak 6. Kopi dapat meningkatkan stimuli
mengkonsumsi kopi atau minum berkemih
yang mengandung soda
7. Kolaborasi dengan tim medis 7. Mempermudah dalam pengaturan
dalam pemasangan dower atau pengeluaran urine
intermitten kateter