Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR


DI RUANG BEDAH RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

A. KONSEP DASAR
1. Definisi/ Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur adalah suatu keadaan
relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Istirahat dan
tidur memberikan kesempatan pada tubuh untuk memulihkan kembali
kesehatannya.
Gangguan pada pola tidur adalah keadaan dimana individu
mengalami perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya
yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Gangguan tidur jika tidak diobati,
secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti
insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk
di siang hari.

Tabel Kebutuhan Dasar Manusia


Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Anatomi
Pons merupakan bagian otak berupa serabut saraf yang menghubungkan
otak kecil bagian kanan dan bagian kiri. Pons memiliki kandungan inti
yang menyampaikan signal dari otak depan ke otak kecil bersamaan
dengan inti yang berhubungan dengan tidur, respirasi, kegiatan menelan,
pendengaran, rasa, keseimbangan, kontrol kandung kemih, gerak mata,
postur tubuh, ekspresi wajah, serta sensasi wajah. Pons merupakan bagian
otak yang berperan dalam menghasilkan mimpi pada saat seseorang tidur.

3. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, yaitu :
a. Tidur gelombang lambat/NREM, dikenal dengan tidur yang dalam,
atau tidur yang nyenyak. Ciri-cirinya adalah menyegarkan, tanpa
mimpi atau tidur dengan gelombang delta.
Tahapan tidur jenis NREM :
 Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun
segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
 Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus
menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
 Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas,
dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya
dominasi sistem parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.
 Tahap IV
Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak
bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot
menurun.
b. Tidur paradox/REM, dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul
80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka
awal tidur sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur
REM adalah sebagai berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolisme meningkat
 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, menunjukkan
gejala-gejala sebagai berikut :
 Cenderung hiperaktif
 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
 Nafsu makan berubah
 Bingung dan curiga

4. Etiologi
Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur :
a. Status kesehatan
Seseorang yang memiliki tubuh sehat akan lebih mudah untuk tidur
nyenyak, tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidur tidak terpenuhi dengan baik. Banyak
penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, misalnya
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi
limpa membuat seseorang yang menderitanya menjadi mengalami
keletihan dan untuk mengatasinya dengan banyak tidur. Sebaliknya
ada juga penyakit yang menyebabkan seseorang susah tidur misalnya
penyakit pernapasan, nyeri.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dapat membantu
seseorang untuk mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya jika
lingkungan tersebut tidak aman dan nyaman dapat menyebabkan
hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Cemas dan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran dapat menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini dikarenakan meningkatnya norepinefrin darah melalui sistem saraf
simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat – obatan
Beberapa obat dapat mempengaruhi proses tidur, misalnya
golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia,
antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk
tidur, golongan beta blocker dapat berefek insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Dengan mengonsumsi banyak protein dapat mempercepat proses
tidur karena dihasilkan tripofan. Begitu juga sebaliknya jika
kebutuhan gizi kurang maka akan mempengaruhi proses tidur.
f. Motivasi
Dorongan atau keinginan untuk tidur dapat mempercepat proses
tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat
menimbulkan gangguan tidur.
5. Gejala Klinis
Pada orang normal gangguan tidur berkepanjangan menimbulkan
gejala pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
 Biasanya disertai mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur mata
cepat tertutup dan terbuka
6. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau
tidur pendek atau tidur non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah.
2. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
3. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.
Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun
atau tidur adalah gejala lainnya.
5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur.
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum
tidur REM.

7. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme selebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan
pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini
diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak
dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada
saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing
regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan
impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian,
sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
yaitu :
 Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
 Dilatasi pembuluh darah perifer
 Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus
gastrointestinal
 Relaksasi otot-otot rangka
 Basal metabolisme rate menurun 10-30%
8. Pathway
9. Penatalaksanaan
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :
a. Terapi non farmakologi
 Terapi relaksasi
Digunakan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur.
 Terapi tidur yang bersih
Ditujukkan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman.Dimulai dari kebersihan penderita, kebersihan tempat
tidur dan kebersihan kamar tidur.
 Terapi pengaturan tidur
Ditujukkan untuk mengatur waktu penderita.
 Terapi psikologi
Ditujukkan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur.
 Mengubah gaya hidup
Misalnya berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan.
b. Terapi Farmakologi
 Golongan obat hipnotik
 Golongan obat antidepresan
 Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
 Golongan obat antihistamin
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik, merupakan hal penting dalam perawatan klien
di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik
sangat diperlukan sebagai bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan.
1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada:
waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami
kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah
mengalami mimpi yang mengancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa
segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur,
apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
4) Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan
tidur, kapan masalah itu terjadi.

b. Keluhan utama pasien


1) Ketidakmampuan mememjakan mata.
2) Ketidakmampuan tidur dengan nyenyak.
3) Tidak sesuai pola tidur pasien.
4) Pasien mengatakan tidak bisa tidur.

c. Pemeriksaan fisik.
1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi
pasien.
2) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan
konjungtiva merah.
3) Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering
menguap, mata tampak, lengket, menarik diri, bingung, dan
kurang koordinasi.
d. Pemeriksaan diagnostik.
1) Elektroensefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi.


A. Kehilangan tidur atau sleep deprivation (NANDA, 2012-2014).
Definisi: kondisi di mana seseorang tidak dapat tidur dalam periode
waktu yang lama (NANDA, 2012)
Kemungkinan berhubungan dengan:
a) Ketidaknyamanan fisik yang lama;
b) Ketidaknyamanan psikologis yang lama;
c) Pengguna obat-obatan yang lama;
d) Tidak adekuatnya pendorong untuk tidur;
e) Stimulasi lingkungan;
f) Situasi lingkungan yang tidak familiar.

Kemungkinan data yang ditemukan:


a) Perubahan penampilan dan perilaku;
b) Iritabilitas atau letargi;
c) Sering menguap;
d) Lingkaran hitam dimata;
e) Perubahan tingkat aktivitas, kelelahan;
f) Mata merah;
g) Perasaan mengantuk pada siang hari;
h) Tidak konsentrasi;
i) Tremor pada tangan;
j) Gangguan presepi;

kondisi klinis kemungkinan tejadi pada:


a) kecemasan;
b) depresi;
c) COPD atau asma;
d) Kondisi setelah operasi;
e) Nyeri kronis;
f) Gagal jantung;
Tujuan yang diharpkan adalah sebagai berikut.
a) Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam.
b) Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
c) Tidak ada tanda-tanda kurang tidur.
Intervensi Rasional
diskusikan dengan pasien tentang pola individu mempunyai kebiasaan yang
tidur dan kebiasaan sebelum tidur. berbeda, pola tidur yang sesuai
memungkinkan pasien lebih cepat
beradaptasi.
diskusi dengan pasien dalam kecemasan menimbulkan stimulasi
mengurangi kecemasan. saraf simpatis yang berakibat pada
ketegangan.
batasi pengunjung dan jangan jam-jam sebagian pasien merasa terganggu
istirahat waktu istirahatnya jika banyak
pengunjung.
jaga kebersihan tempat tidur, tempat pasien merasa nyaman untuk tidur.
tidur dan bantal yang nyaman.
Bunyi telepon dan alarm dikecilkan. Tidak mengganggu pasien tidur pada
saat telepon atau alarm berbunyi.

B. Gangguan pola tidur


Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
Batasan karakteristik :
a) Perubahan pola tidur normal
b) Penurunan kemampuan berfungsi
c) Ketidakmampuan tidur
d) Menyatakan sering terjaga
e) Menyatakan sering tidak mengalami kesulitan tidur
f) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

Faktor yang berhubungan


a) Kelembapan lingkungan sekitar
b) Suhu lingkungan sekitar
c) Kurang kontrol tidur
d) Bising
e) Restrain fisik
f) Tidak familiar dengan probot tidur

Intervensi Rasional
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga pasien
Ciptakan lingkungan yang nyamn Agar periode tidur tidak terganggu dan
rileks
Monitor kebutuhan tidur pasien setiap Mengetahui perkembangan pola tidur
hari dan jam pasien
Monitor waktu makan dan minum Mengetahui pengaruh waktu makan dan
dengan waktu tidur minum terhadap pola tidur pasien
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana, Ronny, dkk. 2017. Fisiologi Dasar. Yogyakarta : Deepublish

Nurarif, Awin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda. NIC. NOC dalam berbagai kasus
jilid 2. Jogjakarta : Mediaction

Tarwoto dan Wartonah, 2014.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai