Anda di halaman 1dari 19

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

Mata Kuliah : Keperawatan Kegawatdaruratan


Dosen Pengempu : I Dw Pt Gd Putra Yasa., S.Kp., M.Kep., Sp.Mb.

OLEH :

1. Ni Made Puriasih (P07120219013)

2. Ni Kadek Astikananda Wulandari (P07120219019)

3. Ni Kadek Ima Wayuntari (P07120219023)

4. Lidya Ajeng Aprilia W.P (P07120219026)

5. Ni Made Ari Adnyani (P07120219034)

6. Ni Putu Dian Indah Pratiwi (P07120219045)

7. I Pt Pd Gilang Bargasta (P07120219046)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Keperawatan Kegawadaruratan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat
menambah wawasan mengenai materi tentang “Trand Dan Issue Keperawatan Kegadaruratan
”. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Denpasar, 03 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................................ii

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................iv

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................iv

1.3 Tujuan.........................................................................................................................iv

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................................................................1

2.1. Pengertian Trend.........................................................................................................1

2.2. Pengertian Issue...........................................................................................................1

2.3. Pengertian Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Kegawatdaruratan.........................1

2.4. Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Kegawatdaruratan...........................................1

BAB II

PENUTUP................................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan................................................................................................................13

3.2. Saran..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat terakhir dalam menanggulangi penderita gawat


darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawatdarurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan
keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan metodologi keperawatan gawatdarurat ditujukan kepada klien atau pasien yang
mempunyai masalah aktualatau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya
secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang
tidak dapat dikendalikan.
Di instalasi gawat darurat tiap saat pada kasus kegawatan yang harus segera mendapat
pelayanan dan perawatlah yang selalu kontak pertamadengan pasien 24 jam, oleh sebab
itu pelayanan profesional harusditingkatkan karena pasien gawat darurat membutuhkan
pelayanan yangcepat, tepat, dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan. Oleh
karenanya perawat instalasi gawat darurat disamping mendapat bekal ilmu pengetahuan
keperawatan juga perlu untuk lebih meningkatkan keterampilanyang spesifik seperti
tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawatdarurat (PPGD).Sekitar 25 %
kematian akibat trauma akibat trauma disebabkan olehcedera dada dan setengah dari
korban cedera ganda / multiple injuries jugamengalami cedera dada . 2/3 jumlah korban
cedar dada fatal masih hidup saatmereka mencapai IRD dan hanya 15% yang
memerlukan operasi. Jadi korban cedera dada masih bias diselamatkan bila dilakukan
prosedur yang tepat difase prehospital dan IRD. Tujuan makalah ini ialah untuk
memudahkan andamengenali tanda dan gejala cedera dada berat serta memberikan
pertolongan yang tepat. Cedera dada yang berat biasanya disebabkan kecelakaan
lalulintas, jatuh, luka tembak, luka tusuk, tabrakan dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan trand ?
2. Apa yang dimaksud dengan issue ?
3. Apa yang dimaksud dengan trand dan issue keperawatan kegawatdaruratan?

iii
4. Bagaimana trand dan issue dalam keperawatan kegawatdaruratan?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Trand


2. Untuk Mengetahui Pngertian Dari Issue
3. Untuk Mengetahui Pengertian Trand Dan Issue Keperawatan Kegawatdaruratan
4. Untuk Mengetahui Trand Dan Issue Dalam Keperawatan Kegawatdaruratan

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Trend

Trend adalah hak yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di masyarakat.

2.2. Pengertian Issue

Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang. Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak
orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.

2.3. Pengertian Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Kegawatdaruratan

Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak.
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan
sering digunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosofi tentang
keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien
atau keluarga harus dipertimbangkan sebagai kedaruratan.

Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga
perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, ketrampilan, teknik serta
ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepada
pasien.

2.4.Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Kegawatdaruratan

1. CPR/RJP
Resusitusi jantung paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama
pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR
bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup

1
sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan
jantung, sesak napas, karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.
Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena
kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang
yang patah. Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan
korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.
Chain of survival merupakan suatu serial tindakan yang harus dilakukan
pada pasien yang mengalami henti jantung. Chain of survival terdiri dari lima
unsure, yakni: pengenalan dini henti jantun, pemberian CPR secara dini,
pemberiaan defibrillator sesegera mungkin, penatalaksanaan ALS (Advance Life
Support), dan perawatan pasca henti jantung.
Rantai kehidupan (Chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini
(AHA, 2010):
a. Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera
mengaktifkan.
b. Panggilan gawat darurat (Emergency Medical Services)
c. Segera melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi dada.
d. Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi.
e. Segera memberi bantuan hidup lanjutan (advanced life support)
f. Melakukan perawatan post cardiac arrest.
2. Indikasi RJP
a. Pasien henti nafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Henti nafas terjadi dalam
keadaan seperti tenggelam atau lemas, stroke, obstruksi jalan nafas, epiglotitis,
overdosis obat-obat, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma
akibat berbagai macam kasus.
b. Pasien henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsug akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak
teraba disertai kebiruan atau pucat, pernafasan brhenti atau satu-satu, dilatasi
2
pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar
(Suharsono,T & Ningsih, D.K. 2008)
3. Alur Basic Life Support
a. Tahapan persiapan
Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberpa prosedur
berikut pada pasien (AHA, 2010):
i. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong.
ii. Memastikan kondisi kesadara pasien.
Penolong harus segera mengkaji dan menentukan apakah koban
sadar/tidak. Penolong harus menepuk atau menggoyangkan bahu
korban sambil bertanya dengan jelas: “Hallo, Pak/Bu! Apakah anda
baik-baik saja?” Jangan menggoyangkan korban dengan kasar karena
dapat mengakibatkan cedera. Juga hindari gerakan leher yang tidak
perlu pada kejadian cedera kepala dan leher.
iii. Mengaktifkan panggilan gawat darurat.
Jika ada korban tidak merespon, segera panggil bantuan. Jika ada
orang lain disekitar korban, minta orang tersebut untuk menelpon
ambulans dan ketika menelpon memberitahukan hal-hal seperti lokasi
korban, apa yang terjadi pada korban, jumlah korban, minta ambulans
segera datang.
iv. Memastikan posisi pasien tepat
Agar resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring
pada permukaan yang datar, keras, dan stabil. Jika korban dalam posisi
tengkurap atau menyamping, maka balikkan tubuhnya agar terlentang.
Pastikan leher dan kepala tersangga dengan baik dan bergerak
bersamaan selama membalik pasien.
b. Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Pada tahun 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan
panduan terbaru penatalaksanaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya,
pada panduan terbaru ini AHA mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi
CAB.
i. Circulation (C)
Mengkaji nadi/ tanda sirkulasi ada tidaknya denyut jantung
korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah
3
leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri
kira-kira 1–2 cm raba dengan lembut selama 5–10 detik. Jika teraba
denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban
dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban/ pasien. Jika tidak bernapas lakukan
bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.
Melakukan kompresi dada Jika telah dipastikan tidak ada denyut
jantung luar,dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
 Menentukan titik kompresi (center of chest)
Cari possesus xypoideus pada sternum dengan tangan
kanan, letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas posseus
xypoideus.
 Melakukan kompresi dada
Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada,
luruskan kedua siku dan pastikan mereka terkunci pada
posisinya, posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan
gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam
minimal 2 inchi (5 cm), lakukan kompresi 30x dengan
kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik. (1 siklus
terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus
CPR, kemudian periksa nadi carotis, bila nadi belum ada
lanjutkan CPR 5 siklus lagi. Bila nadi teraba, lihat pernafasan
(bila belum ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan
check nadi tiap 2 menit.
ii. Airway (A)
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing. Buka jalan nafas dengan head tilt-chin lift/ jaw
thrust. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari
tengah yang dilapisi dengan sepotong kain (fingers weep), sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari

4
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross
Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk
pada mulut korban.
iii. Breathing (B)
Bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke
hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan,
waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000–1000ml (10ml/kg)
atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus
menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar
tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat
diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon
dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.

c. Trauma dada
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematopneumothoraks. Trauma thorax adalah semua ruda
paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau
tumpul.Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
Dada merupakan rongga bertulang yang terbentuk dari 12 pasang
tulang rusuk yang berhubungan dengan tulang belakang di posterior dan
tulang dada di anterior. Saraf dan pembuluh darah intercostals berjalan
sepanjang permukaan inferior pada setiap tulang rusuk. Permukaan dalam
rongga dada dan paru dilapisi selaput tipis, disebut pleura. Ruang antara dua
lapisan pleura normalnya hampa (ruang potensial), bila ruangan ini berisi
udara akan menimbulkan pneumothorax, bila berisi darah akan menimbulkan
hemothorax. Pada orang dewasa, ruangan potensial ini dapat menampung 3
liter cairan disetiap sisinya. Setiap paru menempati sebelah rongga dada. Di
antara 2 rongga dada terletak mediastinum, yang berisi oleh jantung, aorta,
5
vena kava superior dan inferior, trakea, bronkus utama dan esophagus.
Medulla spinalis dilindungi oleh columna vertebralis. Diafragma memisahkan
organ-organ thorax dari rongga abdomen. Organ perut bagian atas seperti
limpa, hati, ginjal, pancreas dan lambung dilindungi tulang rusuk bagian
bawah.
Bila melakukan evaluasi korban dengan kemungkinan trauma thorax,
harus selalu mengikuti penilaian prioritas secara BTLS untuk menghindari
terlewatkannya kondisi yang mengancam jiwa. Selama survey primer BTLS,
carilah cedera yang paling parah terlebih dahulu untuk memberikan
kesempatan hidup pada korban tersebut . Seperti semua penderita trauma
lainnya, mekanisme trauma penting diketahui untuk penanganan penderita
trauma dada. Cedera dada meungkin merupakan akibat dari trauma tumpul
atau trauma tajam. Pada trauma tumpul energy yang didistribusikan meliputi
area yang luas dan cedera visceral dapat disebabkan karena deselerasi,
robekan, kompresi atau ledakan. Luka penetrasi biasanya berasal dari
tembakan atau tusukan, energy yang didistribusikan meliputi area yang lebih
sempit. Terjangan peluru sering sulit diperkirakan akibatnya, dan semua yang
berada di dalam dada beresikoterkena. Hasil akhir yang paling sering terjadi
pada cedera dada adalah hipoksia jaringan. Hipoksia jaringan dapat terjadi
akibat :
i. Pengiriman oksigen ke jaringan yang tidak adekuat akibat sekunder
dari obstruksi jalan nafas
ii. Hipovolemia akibat perdarahan
iii. Ventilasi atau perfusi yang tidak sesuai akibat cedera parenkim paru
iv. Perubahan tekanan pleura akibat tension pneumothorax
v. Kegagalan pompa jantung akibat cedera miokardium berat

Gejala utama cedera dada meliputi nafas pendek, nyeri dada dan
distress respirasi. Tanda yang menunjukkan trauma thorax termasuk : syok,
batuk darah, sianosis, dinding dada memar, flail chest, luka terbuka, distensi
vena leher, deviasi trachea atau emfisema subkutis. Periksa suara nafas di dada
kiri dan kanan. Trauma thorax yang mengancam jiwa harus segera
diidentifikasi. Terdapat 12 keadaan gawat darurat trauma thorax. Cedera-
cedera berikut ini harus dideteksi dan diterapi selama survei primer BTLS:

6
i. Obstruksi jalan nafas
ii. Pneumothorax terbuka
iii. Tension pneumothorax
iv. Hemotorax massif
v. Flail chest
vi. Tamponade jantung
vii. Ruptur Aorta Traumatik
Cedera yang mengancam nyawa yang dapat dideteksi selama
pemeriksaan detil atau evaluasi di rumah sakit (secondary survey) adalah
sebagai berikut:
i. Ruptur aorta traumatic
ii. Cedera trakea atau cabang bronkus
iii. Contusio miokardium
iv. Robekan diafragma
v. Cedera esophagus
vi. Contusio pulmonum
d. Masalah – masalah pada trauma thorax
i. Obstruksi Jalan Nafas
Dalam menangani jalan nafas, harus selalu beranggapan terdapat
pula cedera tulang servikal.
ii. Open Pneumothorax (Pneumothorak Terbuka)
Keadaan ini seing disebabkan oleh cedera tajam, berupa luka dada
yang menghisap (sucking chest wound). Gejala dan tanda yang timbul
sesuai dengan ukuran kerusakan pada dinding dada. Ventilasi normal
melibatkan tekanan negatif rongga dada akibat kontraksi diafragma.
Saat udara melalui saluran nafas atas, paru akan berkembang. Adanya
luka terbuka yang besar pada dinding dada (lebih besar dari trakea
kira-kira seukuran jari kelingking penderita), aliran udara melalui
dinding dada yang terbuka ini menyebabkan bunyi menghisap,
sehingga disebut luka dada yang menghisap. Udara hanya akan
mengalir masuk ke rongga pleura, tidak ke paru, sehingga oksigen
tidak dapat didistribusikan ke darah, yang selanjutnya akan berakibat
hipoksia dan gannguan ventilasi.
Penatalaksanaan open pneumothoraks
7
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Tutup lubang pada dinding dada dengan material yang masih
tersedia, misalnya pada defibrillator, pembalut bervaselin,
sarung tangan karet, atau lembaran plastik. Penutupan yang
dapat beresiko menimbulkan tension pneumothorax . Untuk
menghindari hal ini, plester 3 sisi penutup lobang dada supaya
tercipta semacam katup, udara dapat keluar tapi tidak dapat
masuk rongga dada
 Beri oksigen
 Pasang monitor jantung, bila ada
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oximeter
 Rujuk dengan cepat ke rumah sakit yang tepat
Sekarang tersedia penutup luka dada (Asherman Chest Seal) dengan
katup satu arah yang saat ini merupakan benda terbaik untuk menutup
luka dada terbuka. Pasang segera chest tube dan diikuti dengan operasi
untuk menutup lobang tadi.
iii. Tension Pneumothorax
Cedera ini terjadi bilamana terbentuk katup satu arah akibat trauma
tumpul maupun tajam. Udara dapat masuk tetapi tidak dapat keluar
dari rongga pleura,selanjutnya akan menyebabkan peningkatan tekanan
intratoracal sehingga paru yang terkena kolaps dan mediastinum akan
terdorong kesisi berlawanan. Tekanan ini akan menyebabkan vena
cava superior dan inferior kolaps sehingga venous return (aliran balik
vena) akan turun sampai hilang. Deviasi trachea dan mediastinum
menjauhi sisi yang mengalami tension pneumothorax, akan
mengganggu ventilasi paru lainnya, meskipun hal ini merupakan
fenomena lanjut. Tanda-tanda klinis tension pneumothorax termasuk
dispneu,kecemasan , takipneu, suara nafas menurun, pada perkusi
terdengar hipersonor di sisi yang terkena hipotensidan distensi vena
leher. Deviasi trachea dijumpai pada fase lanjut (dan jarang) tapi bila
tidak dijumpai tidak berarti bukan tension pneumothorax. Pada 108
penderita tension pneumothorax dan membutuhkan dekompresi dengan
jarum tidak dijumpai adanya deviasi trachea. Penurunan daya

8
pegas/compliance paru (ditandai dengan terasa berat saat meremas
balon alat bag valve) sudah harus dicurigai kemungkinan terjadinya
tension pneumothorax.
Penatalaksanaan tension pneumothorax:
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Beri Oksigen konsentrasi tinggi
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
 Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
 Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
 Penderita harus dirujuk ke rumah sakit dengan cepat sehingga
dapat dilakukan dekompresi dada. Chest tube juga perlu
disediakan sesampainya di rumah sakit.
iv. Hemothorax Masif
Terdapat darah di dalam cavum pleura disebut hemothorax.
Hemothorax massif terjadi bila sekurang-kurangnya 1500 ml darah
terkumpul di cavum pleura. Setiap rongga dada dapat menampung
kurang lebih 3000 ml darah. Hemothorax massif lebih sering
disebabkan oleh trauma oleh trauma tajam dibandingkan trauma
tumpul, tapi kedua jenis trauma tersebut dapat merusak pembuluh
darah besar paru atau sistemik. Ketika darah terkumpul di cavum
pleura, paru pada daerah yang cedera akan kolaps. Bila darah yang
terkumpul cukup banyak (jarang), mediastinum akan terdorong ke sisi
yang berlawanan. Vena cava superior dan inferior, serta paru
kontralateral akan terkompresi. Kehilangan darah selanjutnya akan
berakibat hipoksemia.Tanda dan gejala hemothorax massif disebabkan
oleh hipovolemia dan gangguan respirasi. Penderita dapat mengalami
hipotensi akibat kehilangan darah, kompresi jantung dan pembuluh
darah besar. Gelisah dan kebingungan disebabkan oleh hipovolemia
dan hipoksemia. Tanda klinis syok hipovolemi mungkin sudah terlihat
pembuluh vena leher biasanya kempis akibat sekunder dari
hipovolemia, tapi kadang juga bias distensi akibat kompresi
mediastinum. Tanda lain berupa suara nafas yang menurun dan pada

9
perkusi timbul suara pekak disisi paru yang terkena. Penatalaksanaan
hemothorax:
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Beri oksigen aliran tinggi
 Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
 Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
v. Flail Chest
Hal ini terjadi bila tiga atau lebih tulang rusuk yang berdekatan
patah, sekurang kurangnya pada dua tempat terpisah. Segmen patahan
ini tidak terhubung lagi dengan dinding dada. Dapat terjadi lateral atau
anterior (terpisah dari sternum) flail chest. Pada patah tulang rusuk
posterior, susunan otot-otot yang padat mencegah terjadinya flail chest.
Flail segmen bergerak paradoksal dengan sisa dinding dada. Kekuatan
yang mengakibatkan flail chest juga akan mencederai paru, dan memar
paruyang timbul akan memperberat hipoksia. Pasien juga beresiko
menderita hemothorax atau pneumothorax. Flail segmen yang besar
akan menimbulkan distress nafas yang nyata. Nyeri pada cedera
dinding dada memperberat gangguan nafas yang nyata. Nyeri pada
cedera dinding dada memperberat gangguan pernafasan yang telah ada
akibat gerakan paradoksal dan memar paru. Palpasi dada akan teraba
krepitasi sebagai tambahan gerakan nafas abnormal. Penatalaksanaan
flail chest:
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Beri oksigen
 Bantu ventilasi bila perlu, harus diingat bahwa flail chest sering
diikuti pneumothorax
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
 Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
 Stabilisasi flail segmen dengan tekanan tangan, beri kain bersih
lalu plester. Tindakan ini tidak perlu terburu-buru dilakukan
sebaiknya menunggu sampai penderita stabil di atas backboard.

10
Usahakan menjaga stabilisasi pada segmen flail dengan tekanan
manual selama melakukan roll.
 Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
 Pasang monitor jantung bila alat tersedia, karena trauma
miokardium ini juga sering menyertai cedera ini.
vi. Tamponade Jantung
Keadaan ini sering terjadi pada trauma tajam.Selaput pericardium
merupakan membran yang tidak elastis yang mengelilingi jantung. Bila
terjadi penumpukan darah pada rongga pericardium, ventrikel akan
tertekan. Meskipun dalam jumlah sedikit , darah dalam rongga
pericardium akan mengganggu pengisian jantung. Pada saat tekanan
kompresi pada ventrikel meningkat, pengisian darah ke jantung akan
turun sehingga cardia output menurun. Trias klasik tamponade jantung
adalah hipotensi, distensi vena leher, suara jantung
terendam/menjauh/muffle (trias beck). Suara jantung menjauh
mungkin sulit dikenali dilapangan, namun bila anda mendengarkan
suara jantung saat survey primer adan akan memperhatikan
perubahnnya kemudian. Bila nadi korban pada saat inspirasi
menghilang (pulsus paradoksus), mungkin korban tersebut mengalami
tamponade jantung. Diagnosis banding utama adalah tension
pneumothorax. Pada tamponade jantung , pasien dalam keadaan syok
dengan posisi trachea ditengah dan bunyi/suara nafas di paru kiri-
kanan sama keras kecuali bila tamponade jantung disertai
pneumothorax atau hemothorax. Penatalaksanaan tamponade jantung :

 Pastikan jalan terbuka dan beri oksigen


 Tamponade jantung akan cepat berubah menjadi fatal dan tidak
dapat ditangani dilapangan , maka segera rujuk ke rumah sakit
yang tepat.
 Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oksimeter
 Monitor jantung bila alat tersedia
vii. Ruptur Aorta Traumati

11
Merupakan penyebab kematian cepat tersering dari kecelakaan
kendaraan motor atau jatuh dari suatu ketinggian. 90 % penderita
meninggal dengan segera. Diagnosa dini dan pembedahan dapat
menyelamatkan nyawa. Robekan aorta torakalis biasanya akibat dari
cedera deselerasi dengan jantung dan arcus aorta yang tiba-tiba
bergerak ke anterior (benturan ke 3), merobek aorta yang sebelumnya
berikatan ligamentum arteriosum . Pada 10% kasus tidak langsung
tampak perdarahan yang nyata, robekan aorta ini tertutup jaringan
sekitarnya dan lapisan adventitia. Tetapi ini hanya sementara dan tetap
akan rupture dalam beberapa jam bila tidak dilakukan pembedahan.
Diagnosa ruptur aorta traumatic sulit ditegakkan dilapangan , bahkan
di rumah sakit juga sering terlewatkan. Riwayat/mekanisme
kecelakaan merupakan hal yang sangat penting,karena pada banyak
penderita tidak dijumpai tanda-tanda trauma thorax yang nyata.
Informasi seberapa parah mobil, kerusakan kemudi dengan cedera
deseleerasi atau ketinggian berapa penderita jatuh sangat penting. Pada
keadaan yang sangat jarang , mungkin didapatkan hipertensi anggota
gerak atas dan pulsasi yang berkurang pada tungkai bawah.
Penatalaksanaan ruptur aorta traumatic:

 Pastikan jalan nafas terbuka


 Beri Oksigen
 Segera rujuk ke rumah sakit yang tepat
 Hubungi tempat tujuan pelayanan medis
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oximeter
 Monitor jantung bila tersedia

12
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Trend adalah hak yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di masyarakat
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang. Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak
orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.
Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak.
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan
sering digunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosofi tentang
keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien
atau keluarga harus dipertimbangkan sebagai kedaruratan.

3.2. Saran

Diharapkan mahasiswa mampu memahami serta mengerti tentang trand dan issue
keperawatan kegwatdaruratan dengan baik dan benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andrew H. Travers, Thomas D. Rea, Bentley J. Bobrow, Dana P. Edelson, Robert A.Berg,
Michael R. Sayre, Marc D. Berg, Leon Chameides, Robert E. O'Connor and Robert
A. Swor. 2010. CPR Overview. American Heart Association. Volume 4
David Markenson, Jeffrey D. Ferguson, Leon Chameides, Pascal Cassan, Kin-Lai Chung,
Jonathan Epstein, Louis Gonzales, Rita Ann Herrington, Jeffrey L. Pellegrino, Norda
Ratcliff and Adam Singer. 2010. First Aid. American Heart Association. Volume 17
Tyas, Maria Diah Ciptaning. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen
Bencana. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

14

Anda mungkin juga menyukai