Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KONSEP KEGAWAT DARURATAN

TRAUMA KEPALA DAN SPINAL

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawatdarurat


Program Studi Keperawatan Reg-A1 Semester 6

Dosen Pengampu :
Ns, Hili Aulianah S.Kep., M.Kes
Ns, Husin S.Kep., Ners., M.Kes

Disusun Oleh:
1. Agubg Tri Yanto 19.14201.30. 09
2. Larasati 19.14201.30.06
3. Ririn Yulinda 19.14201.30.19

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG 2022/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Intervensi Dan
Implementasi keperawatan pada lansia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik pada Jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan.
Penyusun malakah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Hili Aulianah., S.Kep., Ners., M.Kes. selaku dosen penangung jawab
mata kuliah Keperawatan Gerontik
2. Ns. Husin., S..Kep., Ners., M.Kes. selaku dosen tim penangung jawab
mata kuliah Keperawatan Gerontik
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami Penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Palembang, 17 Mei 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................................

1.2 Tujuan penulisan...................................................................................................................

1.3 Ruang Lingkup Penulisan.....................................................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Cidera Kepala Berat.............................................................................……

2.2 Tanda dan Gejala.................................................................................................……..

2.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................

2.4 Penatalaksanaan............................................................................................................

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan......................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan
selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan.
Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan
untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan
bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan
baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak
atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang
gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan
sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko
tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat,
yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah
klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya
saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di
ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data
dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan
yang tinggi (Maryuani, 2009).
Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar
pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam
melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita
gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
pengkajian awal yang akan menentukan bentuk pertolongan yang akan diberikan
kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat
dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat pertolongan
sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan
menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan
dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek
sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis;
E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder,
2002).
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam
nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas.
Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat
(kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena
kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat
dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh
dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera.
Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak
permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian
primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien
(Mancini, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok kami tertarik untuk membahas
mengenai pengkajian gawat darurat trauma kepala dan spinal.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien trauma kepala
dan spinal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien trau,a
kepala dan spinal yang meliputi : primary assessment, secondary
assessment, focused assesment, diagnostic procedure.
b. Menyusun Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada pasien
tarauma kepala dan spinal.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan pada makalah ini antara lain :
Konsep primary assessment yang membahas mengenai proses evaluasi awal yang
sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi gawat
darurat, yang meliputi Airway maintenance dengan cervical spine protection,
1. Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal,
Disability-pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol
lingkungan.
2. Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan
pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera
yang dialami pasien dewasa.
3. Konsep Focused assessment yang membahas mengenai beberapa komponen
pengkajian terfokus yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien
dewasa di gawat darurat.
4. Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian
gawat darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT
scan, USG, dll.
5. Format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang terdiri dari primary
assessment, secondary assessment, focused assessment, dan diagnostic
procedure.
BAB II
LADASAN TEORI
2.1 Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera kepala adalah trauma yang
mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan
tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah
laku dan emosional (Widagdo, Suharyanto and Aryani, 2008). Cedera kepala
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia
produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Cedera otak
primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera setelah trauma. Cedera
kepala berat merupakan cedera kepala yang mengakibatkan penurunan kesadaran
dengan skor GCS 3 sampai 8, mengalami amnesia > 24 jam (Haddad and Arabi,
2012) Cedera kepala berat adalah keadaan dimana penderita tidak mampu
melakukan perintah sederhana oleh karena kesadaran menurun (GCS < 8)
(Advanced Trauma Life Support, 2008).
Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan cedera kepala berat adalah
proses terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan
suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan
interstitial dimana mengalami penurunan kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8
dan mengalami amnesia > 24 jam.

2.2 Tanda dan Gejala


Menurut Manurung (2018), tanda dan gejala dari cedera kepala antara lain:
a. Commotio Cerebri
1) Tidak sadar selama kurang atau sama dengan 10 menit
2) Mual dan muntah
3) Nyeri kepala (pusing)
4) Nadi, suhu, tekanan darah menurun atau normal
b. Contosio cerebri
1) Tidak sadar lebih 10 menit
2) Amnesia anterograde
3) Mual dan muntah
4) Penurunan tingkat kesadaran
5) Gejala neurologi, seperti parese
6) Perdarahan
c. Laserasio Serebri
1) Jaringan robek akibat fragmen patah
2) Pingsan maupun tidak sadar selama berhari-hari/berbulan-bulan
3) Kelumpuhan anggota gerak
4) Kelumpuhan saraf otak

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Manurung (2018) hasil pemeriksaan laboratorium yang sering
ditemukan pada pasien dengan cedera kepala sebagai berikut :
a. Foto Polos
Foto polos indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm , luka tembus (peluru/tajam),
deformasi kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap, gejala
fokal neurologis, dan gangguan kesadaran.
b. CT – Scan
CT scan kepala adalah standart baku dalam penatalaksanaan cedera kepala.
Pemeriksaan CT scan kepala untuk memastikan adanya patah tulang,
pendarahan, pembengkakan jaringan otak, dan kelainan lain di otak.
Indikasi CT Scan adalah :
1) Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak menghilang setelah
pemberian obat-obatan analgesia atau antimuntah.
2) Adanya kejang – kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat pada lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
3) Penurunan GCS lebih dari 1 dimana faktor – faktor ekstrakranial telah
disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi misalnya karena syok,
febris, dll).
4) Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai.
5) Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.

2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut (Manurung,
2018):
a. Keperawatan
1) Observasi 24 jam
2) Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. Makanan atau
cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus dextrose
5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
kemudian diberikan makanan lunak
3) Berikan terapi intravena bila ada indikasi
4) Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
b. Medis
1) Terapi obat-obatan
 Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma
 Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu mannitol 20 % atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %
 Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol
 Pembedahan bila ada indikasi (hematom epidural besar, hematom sub dural,
cedera kepala terbuka, fraktur impresi >1 diplo)
 Lakukan pemeriksaan angiografi serebral, lumbal fungsi, CT Scan dan MRI
(Satyanegara, 2010).
2.5 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
2.5..1 Pengkajian
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di
awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam
lingkup kegawatdaruratan, meliputi :
2.5..1 Primary survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan
manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam
kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas
yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
 Airway maintenance dengan cervical spine protection
 Breathing dan oxygenation
 Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
 Disability-pemeriksaan neurologis singkat
 Exposure dengan kontrol lingkungan
a) Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara
lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
b) Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
 Sianosis
 Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi :
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien
sesuai indikasi:
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask
Airway
 Lakukan intubasi

c) Breathing
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain:
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-
tanda sebagai berikut :cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking
chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
 Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
 Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
 Penilaian kembali status mental pasien.
 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
 Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.

d) Disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yangdiberikan
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisadimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitasawal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus
nyerimaupun stimulus verbal.

e) Expose, Examine dan Evaluate


Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien.Jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line
penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan
pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya selama
pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,
tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika
diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam
jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.(Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009)

2.5..2 Secondary Assessment


Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara
head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan
setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau
tanda-tanda syok telah mulai membaik.
a) Anamnesis
Anamnesis harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
b) Pemeriksaan fisik
- Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa.Sering terjadi pada penderita yang datang
dengan cedera ringan, tiba-tiba ada darah di lantai yang berasal dari
bagian belakang kepala penderita. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh
kepala dan wajah untuk adanya pigmentasi, laserasi, massa, kontusio,
fraktur dan luka termal, ruam, perdarahan, nyeri tekan serta adanya
sakit kepala(Delp & Manning. 2004).
- Wajah
Ingat prinsip look-listen-feel.Inspeksi adanya kesimterisan kanan dan
kiri. Apabila terdapat cedera di sekitar mata jangan lalai memeriksa
mata, karena pembengkakan di mata akan menyebabkan pemeriksaan
mata selanjutnya menjadi sulit. Re evaluasi tingkat kesadaran dengan
skor GCS.
 Mata: periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuran pupil
apakahisokor atau anisokor serta bagaimana reflex cahayanya,
apakah pupil mengalami miosis atau midriasis, adanya ikterus,
ketajaman mata (macies visus dan acies campus), apakah
konjungtivanya anemis atau adanya kemerahan, rasa nyeri, gatal-
gatal, ptosis, exophthalmos, subconjunctival perdarahan, serta
diplopia
 Hidung:periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri,
penyumbatanpenciuman, apabila ada deformitas(pembengkokan)
lakukan palpasi akan kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur.
 Telinga:periksa adanya nyeri, tinitus, pembengkakan, penurunanatau
hilangnya pendengaran, periksa dengan senter mengenai keutuhan
membrane timpani atau adanya hemotimpanum
 Rahang atas : periksa stabilitas rahang atas
 Rahang bawah: periksa akan adanya fraktur
 Mulut dan faring : inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur,
warna,kelembaban, dan adanya lesi; amati lidah tekstur, warna,
kelembaban, lesi, apakah tosil meradang, pegang dan tekan daerah
pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan
nyeri, inspeksi amati adanya tonsil meradang atau tidak
(tonsillitis/amandel). Palpasi adanya respon nyeri
- Vertebra servikalis dan leher
Pada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang atau
krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya keluhan disfagia
(kesulitan menelan) dan suara serak harus diperhatikan, cedera tumpul
atau tajam, deviasi trakea, dan pemakaian otot tambahan. Palpasi akan
adanya nyeri, deformitas, pembekakan, emfisema subkutan, deviasi
trakea, kekakuan pada leher dan simetris pulsasi. Tetap jaga imobilisasi
segaris dan proteksi servikal.Jaga airway, pernafasan, dan oksigenasi.
Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak sekunder.
- Toraks
 Inspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping dan
belakanguntuk adanya trauma tumpul/tajam,luka, lecet, memar,
ruam, ekimosiss, bekas luka, frekuensi dan kedalaman pernafsan,
kesimetrisan expansi dinding dada, penggunaan otot pernafasan
tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah terpasang pace
maker, frekuensi dan irama denyut jantung, (lombardo, 2005)
 Palpasi: seluruh dinding dada untuk adanya trauma
tajam/tumpul,emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
 Perkusi: untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan
 Auskultasi : suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing,
rales) dan bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)
- Abdomen
 Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang, untuk adanya trauma
tajam, tumpul dan adanya perdarahan internal, adakah distensi
abdomen, asites, luka, lecet, memar, ruam, massa, denyutan, benda
tertusuk, ecchymosis, bekas luka , dan stoma.
 Auskultasi bising usus, perkusi abdomen, untuk mendapatkan, nyeri
lepas (ringan).
 Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau nyeri
tekan, hepatomegali,splenomegali,defans muskuler,, nyeri lepas yang
jelas atau uterus yang hamil. Bila ragu akan adanya perdarahan intra
abdominal, dapat dilakukan pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal
lavage, ataupun USG (Ultra Sonography). Pada perforasi organ
berlumen misalnya usus halus gejala mungkin tidak akannampak
dengan segera karena itu memerlukan re-evaluasi berulang kali.
Pengelolaannya dengan transfer penderita ke ruang operasi bila
diperlukan (Tim YAGD 118, 2010).
- Pelvis (perineum/rectum/vagina)
Pelvis dan perineum diperiksa akan adanya luka, laserasi , ruam, lesi,
edema, atau kontusio, hematoma, dan perdarahan uretra.Colok dubur
harus dilakukan sebelum memasang kateter uretra. Harus diteliti akan
kemungkinan adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi,
adanya fraktur pelvis, utuh tidaknya rectum dan tonus musculo sfinkter
ani. Pada wanita, pemeriksaan colok vagina dapat menentukan adanya
darah dalam vagina atau laserasi, jika terdapat perdarahan vagina dicatat,
karakter dan jumlah kehilangan darah harus dilaporkan (pada tampon
yang penuh memegang 20 sampai 30 mL darah). Juga harus dilakuakn
tes kehamilan pada semua wanita usia subur. Permasalahan yang ada
adalah ketika terjadi kerusakan uretra pada wanita, walaupun jarang
dapat terjadi pada fraktur pelvis dan straddle injury. Bila terjadi,
kelainan ini sulit dikenali, jika pasien hamil, denyut jantung janin
(pertama kali mendengar dengan Doppler ultrasonografi pada sekitar 10
sampai 12 kehamilan minggu) yang dinilai untuk frekuensi, lokasi, dan
tempat. Pasien dengan keluhan kemih harus ditanya tentang rasa sakit
atau terbakar dengan buang air kecil, frekuensi, hematuria, kencing
berkurang, Sebuah sampel urin harus diperoleh untuk analisis.(Diklat
RSUP Dr. M.Djamil, 2006).
- Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move.Pada saat inspeksi, jangan
lupa untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur terbuak),
pada saat pelapasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari
fraktur pada saat menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas
fraktur.Sindroma kompartemen (tekanan intra kompartemen dalam
ekstremitas meninggi sehingga membahayakan aliran darah), mungkin
luput terdiagnosis pada penderita dengan penurunan kesadaran atau
kelumpuhan (Tim YAGD 118, 2010). Inspeksi pula adanya kemerahan,
edema, ruam, lesi, gerakan, dan sensasi harus diperhatikan, paralisis,
atropi/hipertropi otot, kontraktur, sedangkan pada jari-jari periksa
adanya clubbing finger serta catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa
detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
Permasalahan yang muncul adalah
 Perdarahan dari fraktur pelvis dapat berat dan sulit dikontrol,
sehingga terjadi syok yang dpat berakibat fatal
 Fraktur pada tangan dan kaki sering tidak dikenal apa lagi penderita
dalam keadaan tidak sada. Apabila kemudian kesadaran pulih
kembali barulah kelainan ini dikenali.
 Kerusakan jaringan lunak sekitar sendi seringkali baru dikenal
setelah penderita mulai sadar kembali (Diklat RSUP Dr. M.Djamil,
2006).
- Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dilakukan dengan log roll, memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini dapat
dilakukan pemeriksaan punggung (Tim YAGD 118, 2010).
Periksa`adanya perdarahan, lecet, luka, hematoma, ecchymosis, ruam,
lesi, dan edema serta nyeri, begitu pula pada kolumna vertebra periksa
adanya deformitas.
- Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, oemeriksaan motorik dan
sendorik.Peubahan dalam status neirologis dapat dikenal dengan
pemakaian GCS. Adanya paralisis dapat disebabakan oleh kerusakan
kolumna vertebralis atau saraf perifer.Imobilisasi penderita dengan short
atau long spine board, kolar servikal, dan alat imobilisasi dilakukan
samapai terbukti tidak ada fraktur servikal.Kesalahan yang sering
dilakukan adalah untuk melakukan fiksasai terbatas kepada kepala dan
leher saja, sehingga penderita masih dapat bergerak dengan leher sebagai
sumbu. Jelsalah bahwa seluruh tubuh penderita memerlukan imobilisasi.
Bila ada trauma kepala, diperlukan konsultasi neurologis.Harus dipantau
tingkat kesadaran penderita, karena merupakan gambaran perlukaan intra
cranial. Bila terjadi penurunan kesadaran akibat gangguan neurologis,
harus diteliti ulang perfusi oksigenasi, dan ventilasi (ABC).Perlu adanya
tindakan bila ada perdarahan epidural subdural atau fraktur kompresi
ditentukan ahli bedah syaraf (Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006).
Pada pemeriksaan neurologis, inspeksi adanya kejang,twitching, parese,
hemiplegiatau hemiparese (ganggguan pergerakan), distaksia ( kesukaran
dalam mengkoordinasi otot), rangsangan meningeal dan kaji pula
adanya vertigo dan respon sensori.

2.5..3 Reassessment
Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian kembali
(reassessment) yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien di
gawat darurat adalah :
Komponen Pertimbangan
Airway Pastikan bahwa peralatan airway :Oro Pharyngeal Airway,
Laryngeal Mask Airway , maupun Endotracheal Tube (salah
satu dari peralatan airway) tetap efektif untuk menjamin
kelancaran jalan napas. Pertimbangkan penggunaaan peralatan
dengan manfaat yang optimal dengan risiko yang minimal.
Breathing Pastikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan pasien :
 Pemeriksaan definitive rongga dada dengan rontgen
foto thoraks, untuk meyakinkan ada tidaknya masalah
seperti Tension pneumothoraks, hematotoraks atau
trauma thoraks yang lain yang bisa mengakibatkan
oksigenasi tidak adekuat
 Penggunaan ventilator mekanik
Circulation Pastikan bahwa dukungan sirkulasi menjamin perfusi jaringan
khususnya organ vital tetap terjaga, hemodinamik tetap
termonitor serta menjamin tidak terjadi over hidrasi pada saat
penanganan resusitasicairan.
 Pemasangan cateter vena central
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Balance cairan
 Pemasangan kateter urin
Disability Setelah pemeriksaan GCS pada primary survey, perlu
didukung dengan :
 Pemeriksaan spesifik neurologic yang lain seperti
reflex patologis, deficit neurologi,
pemeriksaanpersepsi sensori dan pemeriksaan yang
lainnya.
 CT scan kepala, atau MRI
Exposure Konfirmasi hasil data primary survey dengan
 Rontgen foto pada daerah yang mungkin dicurigai
trauma atau fraktur
 USG abdomen atau pelvis
2.5..4 Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika
penderita dalam keadaan stabil (Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006). Dalam
melakukan secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik
yang lebih spesifik seperti :
 Endoskopi
 Bronkoskopi
 CT Scan
 USG
 Radiologi
 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
ORANG DEWASA
No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
IDENTITAS

Nama : Jenis Kelamin : L/P Umur :


Agama : Status Perkawinan : Pendidikan :
Pekerjaan : Sumber informasi : Alamat :
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :

Mekanisme Cedera :
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
PRIMER SURVEY

Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Inefektif airway b/d … … …
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing 
N/A Intervensi :
Suara Nafas : Snoring Gurgling 1. Manajemen airway;headtilt-chin
Stridor  N/A lift/jaw thrust
Keluhan Lain: ... ... 2. Pengambilan benda asing dengan
forcep
3. ……
4. ……

Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif pola nafas b/d … … …
BREATHING 2. Kerusakan pertukaran gas b/d …
……

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris Kriteria Hasil : … … …


Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur Intervensi :
Retraksi otot dada :  Ada  N/A 1. Pemberian terapi oksigen … …
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : ... ... ltr/mnt, via… …
x/mnt 2. Bantuan dengan Bag Valve Mask
Keluhan Lain: … … 3. Persiapan ventilator mekanik
4. ……
5. ……

Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d …
……
CIRCULATION
2. Inefektif perfusi jaringan b/d …
……

Nadi :  Teraba  Tidak teraba Kriteria Hasil : … … …


Sianosis :  Ya  Tidak Intervensi :
CRT : < 2 detik > 2 detik 1. Lakukan CPR dan Defibrilasi
Pendarahan :  Ya Tidak ada 2. Kontrol perdarahan
Keluhan Lain: ... ... 3. ……
4. ……
DISABILITY Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif perfusi serebral b/d … …

2. Intoleransi aktivias b/d … … …
3. … … …
Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …
Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen 
... ... ... Intervensi :
GCS :  Eye ...  Verbal ...  1. Berikan posisi head up 30 derajat
Motorik ... 2. Periksa kesadaran dann GCS tiap 5
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  menit
Medriasis 3. ………
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada 4. ………
Keluhan Lain : … … 5. ………
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas jaringan b/d
………
EXPOSURE 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d …
……
3. … … …

Deformitas :  Ya  Tidak Kriteria Hasil : … … …


Contusio :  Ya  Tidak
Abrasi :  Ya  Tidak Intervensi :
Penetrasi : Ya  Tidak 1. Perawatan luka
Laserasi : Ya  Tidak 2. Heacting
Edema : Ya  Tidak 3. ………
Keluhan Lain: 4. ………
……
Diagnosa Keperawatan:
1. Regimen terapiutik inefektif b/d
………
ANAMNESA
2. Nyeri Akut b/d … … …
3. … … …

Riwayat Penyakit Saat Ini : … … … Kriteria Hasil : … … …

Intervensi :
1. ………
2. ………
Alergi :

Medikasi :

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:
SECONDARY SURVEY

Tanda Vital :
BP : N: S: RR :
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
1. … … …
2. … … …
Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ... Intervensi :
Dada: 3. ………
Inspeksi ... ... 4. ………
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
SECONDARY SURVEY

Auskultasi ... ...


Abdomen:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Pelvis:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Punggung :
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Neurologis :
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. … … …
2. … … …
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Kriteria Hasil : … … …
 ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ...
Hasil : Intervensi :
1. ………
2. ………
Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:
Jam :
Keterangan :
NAMA TERANG :

2.5..2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori
urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah
dilakukan.Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan : Airway,
breathing dan circulation.
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada gawat darurat adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Pola nafas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas
4) Gangguan perfusi jaringan perifer
5) Penurunan curah jantung
6) Nyeri
7) Volume cairan tubuh kurang dari kebutuha

2.5..3 NCP (Nursing Care Plan)

Diagnosa Tujuan dan criteria


No Intervensi
keperawatan hasil
1. Bersihan jalan Tujuan : jalan nafas Mandiri
nafas tidak efektif efektif  Auskultasi bunyi nafas,
berhubungan Kriteria hasil : perhatikan apakah ada bunyi
dengan :  Pernafasan reguler, nafas abnormal
 Peningkatan dalam dan  Monitor pernafasan, perhatikan
produksi kecepatan nafas rasio inspirasi maupun
sputum teratur. ekspirasi.
 Masuknya  Pengembangan  Berikan posisi semi fowler
benda dada kiri dan kanan  Jauhkan dari polusi lingkungan
asing/cairan simetris. al : debu, rokok, dll
 Penumpukan  Batuk efektif,  Observasiervasi. Karakteristik
sekresi refleks menelan batuk terus-menerus, atau
baik. produksi sputum.
 Tanda dan gejala.  Ajarkan pasien untuk nafas
Observasitruksi dalam dan batuk efektif
pernafasan tidak  Lakukan suction bila perlu
ada : stridor (-),  Lakukan jaw thrust, chin lift
sesak nafas (-),  Berikan posisi miring sesuai
wheezing (-) indikasi.
 Suara nafas : Kolaborasi
vesikuler kanan dan  Berikan O2
kiri  Pemeriksaan laboratorium
 Sputum jernih, analisa gas darah
jumlah normal,
tidak berbau dan
tidak berwarna.
 Tanda-tanda sekresi
tertahan tidak ada :
demam (-),
takhikardi (-),
takhipneu (-)
2. Pola nafas tidak Tujuan : pola nafas Mandiri
efektif efektif  Observasi frekuensi, kecepatan,
berhubungan Kriteria hasil : kedalaman dan irama
dengan :  Pernafasan reguler, pernafasan.
 Depresi dalam dan  Observasi penggunaan otot
pernafasan kecepatannya bantu pernafasan
 Kelemahan teratur  Berikan posisi semi fowler bila
otot pernafasan  Pengembangan tidak ada kontra indikasi
 Penurunan dada kiri dan kanan  Ajarkan dan anjurkan nafas
ekspansi paru simetris dalam serta batuk efektif
 Tanda dan gejala  Perhatikan pengembangan dada
obstruksi simetris atau tidak
pernafasan tidak  Kaji fokal fremitus dengan
ada : stridor (-), meletakkan tangan di punggung
sesak nafas   (-), pasien sambil pasien
wheezing (-) menyebutkan angka 99 atau 77
 Suara nafas :  Bantu pasien menekan area
vaskuler kiri dan yang sakit saat batuk
kanan  Lakukan fisiotherapi dada jika
 Trakhea midline tidak ada kontra indikasi
 Analisa gas darah  Auskultasi bunyi nafas,
dalam batas perhatikan bila tidak ada
normal : PaO2 80- ronkhi, wheezing dan erackles.
100 mmHg,  Lakukan suction bila perlu
Saturasi O2> 95 %,  Lakukan pendidikan kesehatan.
PaCO2 35-45 Kolaborasi
mmHg, pH 7,35-  Pemberian O2 sesuai kebutuhan
7,45 pasien
 Pemeriksaan laboratorium /
analisa gas darah
 Pemeriksaan rontgen thorax
 Intubasi bila pernafasan makin
memburuk
 Pemasangan oro paringeal
 Pemasangan water seal
drainage / WSD
 Pemberian obat-obatan sesuai
indikasi
3.Gangguan pertukaran Tujuan : pertukaran gas Mandiri
gas berhubungan tidak terganggu  Kaji frekuensi, irama dan
dengan : Kriteria hasil : kedalaman pernafasan, nafas
 Menurunnya  Analisa gas darah mulut, penggunaan otot-otot
suplay O2 dalam batas normal pernafasan, dyspnoe,
(obstruksi  Warna kulit normal, ketidakmampuan bicara
jalan nafas hangat dan kering  Tinggikan tempat tidur 30-45
oleh sekresi,  Tingkat kesadaran derajat
spasme membaik sampai  Kaji warna kulit, kuku dan
bronchus) komposmentis membran mukosa (adanya
 Kerusakan  Pernafasan reguler, sianosis)
alveoli kecepatan dan  Ajarkan mengeluarkan sputum
 Hipoventilasi kedalaman dalam dengan teknik batuk efektif.
batas normal.  Lakukan suction bila
diindikasikan
 Auskultasi bunyi nafas adanya
suara ronkhi, wheezing, dan
crakles
 Awasi tingkat kesadaran
 Awasi tanda-tanda vital dan
irama jantung
 Kaji tingkat kecemasan dan
ansietas.
Kolaborasi
 Pemberian oksigen
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Pemasangan endo tracheal tube

4. Gangguan perfusi Tujuan : gangguan Mandiri


jaringan perifer perfusi jaringan dapat  Observasi perubahan yang tiba-
berhubungan diatasi tiba (gangguan mental)
dengan : Kriteria hasil :  Kaji adanya pucat (akral
 Menurunnya  Akral hangat dingin)
aliran darah  Tanda-tanda vital  Observasi tanda-tanda vital
karena dalam batas normal  Kaji kekuatan nadi perifer
vasokontriksi  Capilary fill time <  Kaji tanda-tanda dehidrasi
 Hipovolemik 2“  Observasi intake dan output
 Trauma  Urin output 1 cairan
jaringan/tulang ml/kgBB/jam  Meninggikan daerah yang
 Analisa gas darah cedera kecuali ada kontra
normal indikasi
 Observasi tanda-tanda iskemik
ekstremitas tiba-tiba misalnya
penurunan suhu, peningkatan
nyeri.
 Lakukan kompres es pada
daerah sekitar fraktur pada saat
terjadi bengkak.
Kolaborasi
 Pemeriksaan laboratirum
lengkap
 Pemberian cairan infus sesuai
indikasi
 Pemeriksaan radiology
 Perekaman elektro kardiogram
 Pemberian obat-obatan sesuai
indikasi

5. Penurunan curah Tujuan : sirkulasi Mandiri


jantung miocard dalam batas  Observasi tanda-tanda vital
berhubungan normal  Beri posisi yang nyaman
dengan : Kriteria hasil :  Auskultasi nadi avikal, kaji
 Peningkatan  Nadi perifer teraba frekuensi, irama jantung
afterload, dan kuat  Palpasi nadi perifer
iskemis  Herar rate 60 –  Kaji adanya pucat atau akral
miocard 100 / menit dingin
 Gangguan  Suara jantung  Kaji pengisian kapiler
kontraktilitas normal  Observasi intake dan output
miocard  Hasil elektro Kolaborasi
 Perubahan kardiogram dalam  Pemberian O2
struktur organ batas normal  Pemberian infus sesuai indikasi
 Tidak ada deviasi  Pemberian obat-obatan sesuai
trachea indikasi
 Vena jugularis tidak  Rekam EKG pemeriksaan
terjadi peningkatan laboratorium darah
 Kulit normal :
hangat dan kuning
 Tingkat kesadaran
membaik (cm)
 JVP 5-10 cmh20
6. Nyeri Tujuan : pemenuhan Mandiri
berhubungan kebutuhan O2 pada  Kaji karakteristik nyeri dengan
dengan: miocard terpenuhi PQRST
 Iskemik Kriteria hasil :  Bantu melakukan teknik
jaringan  Menurunnya derajat relaksasi
 Sumbatan nyeri baik daripada  Batasi aktivitas
arteri respon verbal Kolaborasi
koronaria maupun pengukuran  Pemberian O2
 Menurunnya skala nyeri.  Perekaman EKG
aliran darah  Hilangnya indikator  Pemberian therapi sesuai
miocard fisiologi nyeri : indikasi
 Konsumsi takhikardia (-),  IVFD sesuai indikasi
oksigen takipnoe (-),
meningkat diaporesis (-),
tekanan darah
normal
 Hilangnya tanda-
tanda non verbal
karena nyeri : tidak
meringis, tidak
menangis, mampu
menunjukkan posisi
yang nyaman
 Mampu melakukan
pemerintah yang
tepat.
7. Volume cairan Tujuan : kebutuhan Mandiri
tubuh kurang dari cairan dalam tubuh  Kaji tanda-tanda vital tiap 1
kebutuhan seimbang jam
 Pengeluaran Kriteria hasil :  Monitor intake dan output
yang berlebih  Tanda-tanda vital cairan
 Pemasukan stabil dan sesuai  Kaji adanya tanda-tanda
cairan yang dengan dehidrasi (haus, akral dingin,
kurang perkembangan dan kelelahan, nadi cepat)
 Perdarahan usia.  Kaji perubahan turgor kulitr,
eksternal  Urine output 1 membran mukosa dan cafilary
maupun ml/kgBB/jam refill
internal  Nadi perifer teraba  Anjurkan pasien untuk banyak
 Peningkatan besar dan kuat minum 2000-2500 cc per hari
permeabilitas  Tingkat kesadaran  Siapkan alat tekanan vena
dinding membaik sentral / CVP bila diperlukan
pembuluh  Warna kulit normal,  Monitor CVP
darah hangat dan kering Kolaborasi
(tidak lembab)  Lakukan pemasangan infus line
 Nilai hematokrit 30 sebesar 2 jalur
%/dl. Hemoglobin  Berikan cairan sesuai order
12-14 gr/dl atau (RL)
lebih  Bila terjadi perdarahan hebat
berikan cairan koloid dan
darah.
 Pemasangan CVP bila
diperlukan

2.5..4 Implementasi
Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat :
1) Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan
resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
2) Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
3) Evaluasi dan pemulihan curah jantung
4) Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
5) Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau
penyakit yang serius dari pasien tidak statis
6) Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan
aktivitas pupil dan respon motoriknya.
7) Mulai pantau EKG, jika diperlukan
8) Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
9) Melindungi luka dengan balutan steril
10) Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas
mengenai alergi dan masalah kesehatan lain.
11) Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan
petunjuk dalam mengambil keputusan.

2.5..5 Evaluasi
Setelah mendapat pertolongan adekuat, vital signdievaluasi secara berkala,
setelah itu konsulkan dengan dokteratau bagian diagnostik untuk prosedur
berikutnya, jika kondisi mulai stabil pindahkan keruangan yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal,
Disability-pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol
lingkungan.
2. Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis
dan pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan
cedera yang dialami pasien dewasa.
3. Konsep Focused assessment yang membahas mengenai beberapa komponen
pengkajian terfokus yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien
dewasa di gawat darurat.
4. Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian
gawat darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT
scan, USG, dll.
5. Format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang terdiri dari primary
assessment, secondary assessment, focused assessment, dan diagnostic
procedure.
DAFTAR PUSTAKA

Diklat Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118.(2010). Basic Trauma Life Support and
Basic Cardiac Life Support Edisi Ketiga.Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118.
Diklat RSUP Dr. M. Djamil Padang.(2006). Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
darurat (PPGD).RSUP. Dr.M.Djamil Padang.
Djumhana, Ali. (2011). Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas.FK. UNPAD.
Diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/ tanggal 28 Mei 2015
Gindhi, R.M., Cohen, R.A., dan Kirzinger, W.K. (2012). Emergency room use among
aults aged 18-64: early release of estimates from the national health interview survey,
January-June 2011. Diakses pada tanggal 28 Mei 2015 dari
http://www.cdc.gov/nchs/data/nhis/earlyrelease/emergency_room_use_january-
june_2011.pdf
Institute for Health Care Improvement. (2011). Nursing assessment form with medical
emergency team (MET) guidelines.Diakses pada tanggal 28 Mei 2015, dari
http://www.ihi.org/knowledge/Pages/Tools/NursingAssessmentFormwithMETGuidelin
es.aspx.
Ishak, 2012.Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapis. Diakses dari
http://www.slideshare.net/IshakMajid/radiologi-laboratorium-a4 tanggal 28 Mei 2015
Lyandra, april, Budhi, Antariksa, Syahrudin. (2011). Ultrasonografi Toraks.Jurnal
Respiratori Inonesia Volume 31 diakses dari http://jurnalrespirologi.org/ tanggal 28 Mei
2015.
Lyer, P.W., Camp, N.H.(2005). Dokumentasi Keperawatan, Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Maryuani, Anik & Yulianingsih.(2009). Asuhan kegawatdaruratan.Jakarta : Trans Info
Media Medis.
Parhusip.(2004). Bronkoskopi.Diakses dari http://repository.usu.ac.id tanggal 28 Mei
2015.
Vanderbilt Medical Center.(2011). Viewing and printing adult ED nursing assessment
documentation. Diakses pada tanggal 28 Mei 2015, dari
http://www.mc.vanderbilt.edu/documents/sss2/files/View_Print_Adult_ED_Nurs_Asses
s_Doc_2_10_11.doc

Anda mungkin juga menyukai