Anda di halaman 1dari 31

Metodelogi Penelitian I

Pengaruh Penggunaan Smartphone Saat Kuliah Daring Terhadap Kualitas


Tidur Mahasiswa FKp UNRI Selama Pandemi

Dosen Pembimbing
Erika, M.Kep., Sp.KMB., PhD

Kelompok 1 Sub Kelompok 4


A 2018 2

Nurgrianing Putri 1811110471


Irianda Dinda 1811110607
Fadhilah Putri Fertycia 1811110471
Nabawiyah 1811110556

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Topik : Kualitas Tidur Mahasiswa terkait media pembelajaran Daring

Judul: Pengaruh Penggunaan Smartphone saat Kuliah Daring Terhadap Kualitas


Tidur Mahasiswa FKp UNRI

Masalah : Bagaimana pengaruh penggunaan smartphone saat kuliah daring


dengan kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI selama pandemi?

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan smartphone


saat kuliah daring terkait dengan kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI

Alasan Deskripsi
Pembelajaran Daring merupakan trend Pendidikan dengan jarak jauh
pada masa pandemic covid-19 saat ini merupakan alternative yang digunakan
untuk saat ini oleh setiap universitas
untuk melaksanakn proses pendidikan
meskipun tidak dengan tatap muka di
tengah pandemic covid-19 ini.
(Placentum Jurnal Ilmiah Kesehatan
dan Aplikasinya,2020)
Adanya transformasi pembelajaran di Melalui kementerian pendidikan dan
Indonesia kebudayaan pemerintah telah melarang
perguruan tinggi untuk melaksanakan
perkuliahan tatapmuka (konvensional)
dan memerintahkan untuk
menyelenggarakan perkuliahan atau
pembelajaran secara daring. ( Surat
Edarana Kemendikbud Dikti No.1 tahun
2020)
Penggunaan Smartphone yang Penggunaan Smartphone semakin
meningkat sebagai media pembelajaran meningkat selama dekade terakhir ini
terutama pada kalangan remaja. (Jurnal
Kedokteran 2019)
Dampak penggunaan Smartphone Pengguna Smartphone sering kali tidak
memperhatikan dampak negated dari
tingginya intensitas penggunaan
smartphone terhadap kesehatan terutam
terhadap kualitas tidur seseorang.
(Pengaruh penggunaan smartphone
tergadapa kualitas tidur mahasiswa
Universitas Sriwijaya, 2019)

Jenis Penelitian: Quasi Experimental

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215
negara di dunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan,
khususnya Perguruan Tinggi. Untuk melawan Covid-19 Pemerintah telah
melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial (socialdistancing) dan
menjaga jarak fisik (physicaldistancing), memakai masker dan selalu cuci
tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah
melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka
(konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau
pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun
2020). Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran
secara daring atau online (Firman & Rahayu, 2020).
Pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah bagi para tenaga
pendidik merupakan perubahan yang harus dilakukan oleh dosen untuk
tetap mengajar mahasiswa. Pendidikan dengan jarak jauh memiliki tujuan
agar mutu pendidikan meningkatkan dan relevansi pendidikan serta
meningkatkan pemerataan akses dan perluasan pendidikan. Pendidikan
jarak jauh yang diselenggarakan dengan penjaminan kualitas yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan merupakan salah satu
mekanisme perluasan akses pendidikan tinggi.
Pembelajaran secara daring tersebut membuat setiap instansi baik dosen
maupun mahasiswa terpaksa untuk menggunakan media elektronik berupa
handphone maupun laptop di setiap kegiatannya. Smartphone merupakan
sebutan dari telepon pintar yang memiliki kemampuan seperti komputer dan
dilengkapi dengan sistem operasi yang canggih (Rahma, 2015). Smartphone
memungkinkan penggunanya untuk tetap terhubung dengan pengguna lain
tanpa batas ruang dan waktu melalui fasilitas-fasilitas yang dimiliki, seperti
SMS (Short Message Service), telepon dan fasilitas internet (Dewi, 2017).
Lebih dari separuh penduduk di dunia menggunakan smartphone dan pasarnya
berkembang pesat. Pada tahun 2014, diperkirakan sebanyak 6,9 miliar orang
menggunakan gadget (WHO, 2014). Dari total populasi dunia sebanyak 7,676
milyar, 5,112 milyar diantaranya merupakan pengguna mobile phone.
Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 268,2 juta, 150 juta diantaranya
merupakan pengguna internet, jumlah tersebut meningkat 13% dari tahun
2018 dimana akses internet menggunakan mobile phone (Hootsuite, 2019).
Penggunaan smartphone yang berlebih dapat memberikan dampak negatif
yang tidak diinginkan, terutama terhadap kesehatan penggunanya. Salah satu
dampak negatif penggunaan smartphone adalah terganggunya kualitas tidur.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh pujiasih (2020) didapatkan bahwa Pada
saat pembelajaran online maka komunikasi jarak jauh tidak lepas dengan
penggunaan telepon genggam, tablet, atau laptop berikut koneksi internet yang
dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran. Pencarian
bahan ajar sebagai materi diskusi atau pemanfaatan berbagai video
pembelajaran yang tersedia gratis di berbagai situs-situs pendidikan untuk
menujang pembelajaran ini sangat dibutuhkan pada saat seperti ini.
Pembelajaran dengan kegiatan variatif meliputi pembelajaran virtual dengan
ceramah, pembelajaran online melalui google classroom, pembelajaran
kooperatif untuk berdiskusi, pembelajaran dengan bermain game quizizz,
pembelajaran yang bisa membuat hasil karya dan bermakna serta penilaian
secara online.
Penelitian mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap kualitas
tidur mahasiswa kesehatan dilakukan di India pada tahun 2017 menggunakan
metode kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner PQSI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dan SAS.
(Smartphone Addiction Scale). Hasil penelitian menunjukkan 62,7% dari 236
responden memiliki kualitas tidur rendah. Kesimpulan dari penelitian adalah
penggunaan smartphone berlebihan berisiko pada rendahnya kualitas tidur
mahasiswa kesehatan (Nowreen dan Ahad, 2018).
Sebuah penelitian dilakukan oleh Nainggolan (2017) dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada
mahasiswa. Metode yang digunakan yaitu analitik deskriptif dengan
pendekatan crosssectional study. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara randomized sampling sehingga didapatkan 90 responden dimana 23
orang (25,6%) adalah laki-laki dan 67 orang (74,4%) perempuan. Hasil dari
penelitian menunjukkan adanya hubungan penggunaan gadget dengan kualitas
tidur mahasiswa (Nainggolan, 2017).
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang mendapatkan kemudahan
dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur. Kualitas tidur
seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan-keluhan
yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun tidur. Kebutuhan tidur
yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas
tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur yang
baik berkaitan dengan kesejahteraan fisik, kognitif dan psikologis yang lebih
baik. Memori episodik secara bertahap diasimilasi ke dalam memori jangka
panjang dan proses ini sangat dipengaruhi oleh tidur dan memori yang ada
secara spontan diaktifkan kembali dan diperkuat di otak selama waktu istirahat
Kualitas tidur yang buruk dapat menurunkan tingkat konsentrasi sehingga
menyebabkan konsentrasi buruk. Hal ini selaras dengan hasil penelitian
terhadap mahasiswa di Palembang yaitu sebanyak 171 orang (53,4%) dari 320
responden memiliki kualitas tidur dan konsentrasi yang buruk (Rahmadi,
2017). Dampak fisiologis yang muncul akibat buruknya kualitas tidur meliputi
penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, kondisi neuromuskular yang buruk,
proses penyembuhan menjadi lambat, daya tahan tubuh menurun, dan
ketidakstabilan tanda vital. Selain itu, dampak psikologis dari gangguan tidur
meliputi stress, depresi, cemas, tidak konsentrasi, dan koping tidak efektif
(Bukit, 2005). Gangguan-gangguan yang dialami karena kualitas tidur yang
buruk ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Indrawati, 2012). Oleh
karena itu, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Penggunaan Smartphone saat kuliah daring terhadap Kualitas Tidur
Mahasiswa FKp selama pandemi.”
B. Rumusan Masalah
Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat berdampak buruk berupa
dampak fisiologis ataupun psikologis bagi kesehatan terutama terganggunya
kualitas tidur. Berdasarkan data dari Hootsuite (2019) yang menyatakan
bahwa 150 juta dari 268,2 penduduk Universitas Sriwijaya. Indonesia
merupakan pengguna internet, diperkuat dengan data APJII (2018) yang
menunjukkan peningkatan penggunaan internet melalui smartphone sebanyak
64,8% dari tahun 2017 dan tingginya angka penggunaan smartphone pada usia
18-25 tahun yang merupakan usia mahasiswa dimana berdasarkan data dari
Ristekdikti tahun 2019 mahasiswa terbanyak di Universitas yang ada
Sumatera Selatan terdapat di Universitas Sriwijaya serta beberapa penelitian
terdahulu yang menyatakan adanya pengaruh penggunaan smartphone
terhadap kualitas tidur mahasiswa, Pada saat pembelajaran online maka
komunikasi jarak jauh tidak lepas dengan penggunaan telepon genggam,
tablet, atau laptop berikut koneksi internet yang dapat dimanfaatkan sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran. Pencarian bahan ajar sebagai materi
diskusi atau pemanfaatan berbagai video pembelajaran yang tersedia gratis di
berbagai situs-situs pendidikan untuk menujang pembelajaran ini sangat
dibutuhkan pada saat seperti ini. oleh karena itu, penulis bermaksud
melakukan penelitian tentang “Pengaruh penggunaan smartphone saat kuliah
daring dengan kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI selama pandemic”

C. Tujuan penelitian
1.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penggunaan
smartphone saat kuliah daring terkait dengan kualitas tidur mahasiswa
FKp UNRI.
1.2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI pada masa
pandemic Covid-19
2. Mengidentifikasi intensitas penggunaan smartphone oleh mahasiswa
FKp UNRI selama kuliah daring
3. mengidentifikasi pengaruh penggunaan smartphone terhadap kualitas
tidur mahasiswa FKp UNRI

D. Manfaat penelitian
1.1. Manfaat bagi mahasiswa
1. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
menggali informasi mengenai pengaruh penggunaan smartphone
terhadap kualitas tidur mahasiswa.
2. Dengan penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
peneliti dalam melakukan penelitian kuantitatif.
1.2. Manfaat bagi institusi pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
referensi untuk penelitian selanjutnya terkait pengaruh smartphone
terhadap kualitas tidur selama pembelajaran daring selama pandemi
Covid-19

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Smartphone
1. Definisi smartphone
Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai
penggunaan dan fungsi yang menyerupai komputer dapat digunakan
sebagai alat peraga atau sebuah alat pemberi informasi kepada seseorang.
Secara klasifikasi belum ada standart pabrik yang menentukan arti dari
ponsel cerdas. Bagi beberapa orang mengartikan smartphone sebagai
telepon yang berkerja menggunakan seluruh perangkat lunak sebagai
sistem operasi yang menyediakan hubungan standard an mendasar bagi
pengembangan aplikasi (Budiono 2013, lihat juga pada Musyrif 2018).
Bagi sebagian yang lainnya, ponsel cerdas hanyalah merupakan sebuah
telepon yang menyajikan fitur canggih seperti seperti surat elektronik,
internet dan kemampuan membaca buku clektronik (e-book), serta dapat
menyambung VGA. Dengan kata lain, ponsel pintar adalah merupakan
computer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.
Singkatnya, smartphone adalah suatu perangkat yang
memungkinkan penggunanya untuk melakukan panggilan telepon,
sekaligus memiliki fitur yang sebelumnya hanya dimiliki oleh (PDA)
personal digital assistant atau komputer. Seperti kemampuan menerima
atau mengirim e-mail, dan editing dokumen bahkan dalam
perkembangannya alat ini juga dapat digunakan sebagai media dalam
belajar.
Penggunaan media smartphone sebagai sumber belajar ini
didukung oleh fitur yang dimiliki oleh piranti canggih tersebut, fitur-fitur
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem Operasi
Secara umum, smartphone memiliki system operasi
memungkinkannya menjalankan berbagai aplikasi. Misalnya iOS
Blackberry, Android dan Microsoft Windows phone.

b. Apps
Sementara hampir semua ponsel memiliki beberapa jenis
perangkat lunak. Smartphone memilki kemampuan yang lebih baik
lagi. Smartphone memungkinkan penggunanya untuk membuat
dan mengedit dokumen Microsoft office, atau setidaknya dapat
melihat file. Perangkat smartphone juga memiliki kemampuan
men-download berbagai aplikasi seperti software keuangan,
personal assistant, dan bahkan dilengkapi dengan GPS, editing foto
serta dapat menjalankan multimedia.
c. Web accsess
Smartphone dapat mengakses internet pada kecepatan yang
lebih tinggi, berkat pertumbuhan Jaringan 4G LTE, serta
penambahan dukungan wi-fi membuat akses berselancar di dunia
maya bisa semakin mandiri dan efisien,
d. . Keyboard Qwerty
Smartphone umumnya sudah dilengkapi dengan keyboard
Qwerty. Keyboard ini dapat berupa fisik maupun virtual
e. Messaging
Semua ponsel dapat mengirim dan menerima pesan teks,
tapi apa yang membuat smartphone lebih unggul adalah
kemampuannya menangani e-mail. Alat ini dapat disinkronisasikan
dengan e-mail, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
f. Memory
Biasanya kapasitas internal memori yang terdapat pada
smartphone jauh lebih besar dibandingkan dengan handphone
biasa. Selain terdapat memori internal kita juga dapat
menambahkan tambahan memori supaya dapat menampung data-
data yang lebih banyak
g. Processor
Kecepatan menjadi pertimbangan khusus bagi para
pengguna smartphone. Beberapa perangkat ini menawarkan
kecepatan data 3G hingga kecepatannya mencapai 7 kali kecepatan
3G serta yang terbaru adalah High Speed Downlink Package
Access (HSDPA ) atau 3.5G yang 4G/LTE yang memiliki
kecepatan 10 kali lipat kecepatan 3G.
Menurut Kustandi (2011) Semakin canggih dan mudahnya
mengakses piranti-piranti multimedia membuat pembelajaran
berbasis multimedia sudah menjadi trend, karena media ini meliki
kombinasi dari beberapa media yang dapat memanipulasi audio,
video maupun grafis. Pengembangan media ini sedang difokuskan
pada perangkat computer yang memiliki perkembangan yang
sangat pesat. Keberadaan internet juga menyumbang peningkatan
computer sebagai sumber belajar, warna dalam internet terdapat
sumber belajar yang relative tidak terbatas bagi mahasiswa.
Kelebihan dari multimedia ini adalah memberikan kemudahan bagi
mahsiswa untuk belajar individu maupun kelompok. Namun,
perkembangan yang sangat pesat pada teknologi telepon genggam
(hp) membuat hp yang memiliki kemampuan mencari data dan
informasi, serta memiliki kemampuan memanipulasikan suatu
objek sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dan
pembelajaran.
2. Fungsi smartphone
Beberapa fungsi dari smartphone, antara lain:
a. Digunakan untuk menyimpan informasi

b. Membuat daftar pekerjaan atau perencanaan pekerjaan

c. Mencatat appointment (janji pertemuan) dan dapat disertakan reminder


(pengingat waktu)

d. Kalkulator untuk menghitung

e. Media sosial (facebook, twitter, BBM, WA, dll)\

f. Mengirim dan menerima e-mail

g. Mencari informasi (artikel, berita, hiburan, dan informasi lainnya)


h. Integrasi ke peralatan lain, seperti PDA, Mp3 player, dan GPS (Global
Positioning System).
Keberadaan aplikasi yang mendukung untuk saling berkolaborasi
di dunia maya seperti facebook, WA dan lain sebagainya membuat
mahasiswa mengambil inisiatif untuk menggunakan sebagai media yang
mendukung dalam upaya belajar, atau hanya sekedar sebagai media
membagi informasi. Selain itu keberadaan Mp3 player dan pemutar video
juga dapat mendukung untuk dijadikan sebagai penunjang dalam proses
belajar yang portable, dapat dibawa kemanapun karena bentuk dan
designnya yang sangat memungkinkan untuk mobilitas mahasiswa.
Sebagaimana yang dikemukakan olch Bretz mengklasifikasikan
media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak (Musyrif,
2018). Maka keberadaan smartphone sudah barang tentu dapat
mengakomodir seluruh klasifikasi dari Bretz. yaitu audio, visual, dan
gerak, hal ini dikarenakan piranti canggih tersebut memanipulasikan objek
suara, gambar, dan objek bergerak.
B. Kuliah Daring
1. Definisi kuliah daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran “dalam jaringan”
sebagai terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke
dalam jaringan komputer pembelajaran daring (online) sebagai strategi
pembelajaran yang menyenangkan bagi pebelajar (mahasiswa) karena
dapat menyimaknya dengan melalui smartphone, laptop, maupun
komputer bukan hanya sekedar menyimak buku (Argaheni 2020).
Secara berangsur-angsur, banyak organisasi mengadopsi online
learning sebagai metode penyampaian utama untuk melatih para pegawai.
Meskipun penggunaan sistem belajar online merupakan sesuatu yang
mahal dari segi penggunaan paket data, namun dapat ditarik suatu manfaat
yang sangat besar dari strategi tersebut baik bagi peserta didik maupun
bagi pendidik. Mahalnya pembelajaran online juga masih bisa terjangkau
menggantikan biaya transportasi ketika harus datang ke kelas (Khasanah
2020).
2. Manfaat kuliah daring
Pembelajaran daring memiliki beberapa manfaat, di antaranya :
Argaheni (2020)
a. meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara mahasiswa dengan
dosen
b. memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dimana dan kapan
saja
c. menjangkau mahasiswa dalam cakupan yang luas
d. mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran. Aktivitas belajar mahasiswa dengan pembelajaran
daring (online) dapat membuat mahasiswa tidak merasa bosan,
semakin tertarik, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran
e. Kebermaknaan belajar, kemudahan mengakses, dan peningkatan hasil
belajar.

3. Hambatan kuliah daring


Pembelajaran daring ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan
yang menjadi sebuah hambatan dalam pelaksanaannya, termasuk
pembelajaran daring kepada para mahasiswa sebagai calon guru (Sanjaya
dalam Widiyono 2020). Oleh karena itu, diperlukan berbagai jalan keluar
sebagai solusi dan juga langkah yang diambil di masa sekarang khususnya
pada proses pembelajaran daring. Hambatan dan solusi pembelajaran
daring terhadap mahasiswa calon guru penting untuk diketahui, mengingat
sistem pembelajaran ini digunakan selama wabah Covid-19 ini masih
berlangsung. Penerapan belajar dirumah (daring) yang dilakukan Dosen
diharapkan tidak mengurangi pemahaman mahasiswa dalam menerima
materi/ bahan ajar selama perkuliahan berlangsung. Namun, patut kita
sadari bahwa pelaksanaan perkuliahan daring memiliki beberapa hambatan
dan keluhan dari pihak Dosen dan para mahasiswa. Keluhan secara umum
terjadi pada jaringan internet yang tidak stabil, bahan materi yang belum
bisa disampaikan secara penuh setiap pertemuan, minimnya sarana media
pendukung dalam aktivitas belajar secara daring, dan sulitnya mengontrol
aktivitas kegiatan belajar mahasiswa tanpa menggunakan aplikasi
teloconfrence secara langsung.
Walaupun penggunaan sistem belajar online merupakan sesuatu yang
mahal dari segi penggunaan paket data, namun dapat ditarik suatu manfaat
yang sangat besar dari strategi tersebut baik bagi peserta didik maupun
bagi pendidik. Mahalnya pembelajaran online juga masih bisa terjangkau
menggantikan biaya transportasi ketika harus datang ke kelas (Argaheni
2020).
4. Dampak kuliah daring terhadap mahasiswa
Menurut Argaheni (2020) pembelajaran daring memiliki beberapa
dampak terhadap mahasiswa yaitu :
a. pembelajaran daring masih membingungkan mahasiswa
Baru-baru ini banyak mahasiswa yang mengeluhkan tugas yang
banyak tanpa adanya materi yang cukup sehingga mereka agak
kewalahan dalam mengikuti proses pembelajaran. Bahkan aplikasi
Whatsapp, e-learning, dan juga Zoom masih membingungkan bagi
mahasiswa. Perkuliahan daring memang membutuhkan adaptasi dan
usaha agar dapat berjalan lancar. Selain itu dibutuhkan usaha untuk
memahami materi yang biasanya disampaikan secara lisan menjadi
tulisan dan video atau live streaming. Namun sejalan dengan itu
adanya beberapa keluhan yang dirasakan oleh para siswa dan
mahasiswa dimana mulai dirasakan rasa bosan akibat monotonnya
metode pembelajaran.
b. Mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif
Meskipun pembelajaran daring menggunakan berbagai aplikasi
dilaksanakan, namun guru dan dosen tetap harus memperhatikan
bagaimana model pembelajaran dan skenario dari pembelajaran yang
akan dilaksanakan karena pembelajaran tanpa rencana yang matang
akan menyulitkan pendidik dan mahasiswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pada realitasnya masih banyak pendidik yang memiliki
pemahaman bahwa belajar merupakan transmisi pengetahuan kepada
para mahasiswa. Hal ini menyebabkan mahasiswa menjadi pasif,
kurang kreatif dan produktif dalam mengembangkan potensinya.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pemahaman baru bahwa belajar
merupakan ruang untuk mengembangkan seluruh potensi para
mahasiswa dan mereka diberi kebebasan untuk mengembangkannya
sendiri
c. penumpukan informasi/ konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat
Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar-mengajar
sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan
masalah, untuk itu yang terpenting adalah proses terjadinya belajar
yang bermakna dan proses berpikir bagi mahasiswa. Pada umumnya
mereka yang mendapatkan pembelajaran disekolah seringkali sulit
untuk menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dengan
permasalahan yang terjadi di dunia nyata, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya seakan akan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh pendidik untuk meningkatkan
kompetensinya terutama dalam pembelajaran daring atau online ini.
Hal ini dikarenakan pembelajaran daring bukanlah sekedar
memberikan tugas tetapi bagaimana pembelajaran tersebut dapat
bermakna sehingga mampu mengantarkan para mahasiswa menjadi
manusia yang handal dalam memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan.
d. Mahasiswa mengalami stress
Kesulitan muncul bukan hanya perkara keterampilan penggunaan
teknologi, tetapi juga terkait dengan beban kerja yang besar mengingat
ada banyak mata kuliah yang harus dihadapi dalam masa pandemi
COVID-19 ini. Hal ini terjadi karena mahasiswa terbiasa dengan
pembelajaran tatap muka secara reguler, sedangkan pembelajaran jarak
jauh sebelumnya hanya dilakukan secara insidental. Sehingga
perubahan pola pembelajaran ini memberikan permasalahan tersendiri
bagi mahasiswa. munculnya tekanan dan stres pada mahasiswa yang
melakukan pembelajaran jarak jauh. Pada titik ini, tekanan tentu
menjadi terasa lebih berat, sehingga mahasiswa melakukan banyak
coping stress di mana salah satunya adalah terlibat dengan penggunaan
media sosial. Jadi pada titik ini, seharusnya media sosial menjadi salah
satu jalan keluar meretas rasa bosan ataupun stres karena belajar di
rumah. Hanya saja, keadaan menjadi berbeda selama pandemi
COVID-19. Kelebihan informasi telah terbukti menyebabkan social
media fatigue karena membebani kognisi individu.

5. Kelebihan dan kelemahan kuliah daring


a. Kelebihan
1) Hemat Biaya Transportasi
Mahasiswa yang biasanya mesti datang langsung ke kampus untuk
mengikuti perkuliahan, namun sekarang tidak mesti datang
kekampus lagi, secara otomatis biaya yang biasa dikeluarkan untuk
beli bensin/ongkos transportasi umum tidak ada lagi.
2) Hemat Waktu dan Tenaga
Tentunya waktu yang dihabiskan dengan kuliah secara tatap muka
lebih banyak dibandingkan dengan kuliah daring, dikarenakan
pergantian jam antara mata kuliah dengan mata kuliah yang lain
terkadang memiliki jeda yang lama, sehingga mengharuskan untuk
menunggu dikampus.
3) Lebih santai dan terhindar dari bising
Penerapan kuliah daring lebih terasa tenang, lebih santai bisa
dilakukan dirumah, dikamar, dicafe atau dimanapun asalkan akses
internet dan perangkat memadai.
b. Kelemahan
1) Wajib Akses Internet
Kuliah online sudah dipastikan membutuhkan akses internet,
dengan berbagai mediator yang ada seperti laptop, ipad, smartphone,
dll.
2) Penyampaian dan Penerimaan Materi Tidak Maksimal
Proses belajar mengajar tidak selamanya mudah dimengerti oleh
mahasiswa, apalagi jika prosesnya hanya dengan daring, tentunya
tingkat fokus mahasiswa dan penerimaan materi yang disampaikan
tidak lebih baik dari kuliah tatap muka.
3) keterbatasan dalam praktek dan tanya jawab
Untuk mata kuliah teori memang tidak akan terlalu bermasalah jika
dihadapkan dengan kuliah online, namun untuk mata kuliah praktek,
maka kuliah online tidaklah menjadi solusi akan hal ini, dan dampak
dari keadaan seperti ini, pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
tentang materi kuliahnya tidak maksimal.
C. Kualitas tidur
1. Definisi Kualitas Tidur
Sebelum mendefinisikan tentang kualitas tidur, tidur sendiri
didefinisikan sebagai sebuah keadaan perilaku ditandai dengan istirahat,
imobilitas dan berkurangnya persepsi rangsangan lingkungan dimana
kognisi dan kesadaran ditangguhkan. Tidur terjadi saat gelombang otak
melambat, dan aktivitas tak menentu di beberapa bagian otak mulai
menyatu menjadi irama yang terkoordinasi (Pollak et al 2010, lihat juga
pada Putri 2018).
Tidur juga didefinisikan sebagai ketidaksadaran dimana setiap
individu dapat terangsang oleh sensori atau rangsangan lainnya.Setiap
malam, seseorang melewati dua jenis tidur yang saling bergantian. Hal
ini disebut; (1) slow-wave sleep atau yang biasa disebut tidur lambat,
karena pada jenis inilah gelombang otak sangat kuat dan frekuensinya
sangat lambat atau rendah, dan (2) rapid eye movement sleep (REM
sleep) atau yang biasa disebut pergerakan mata yang cepat, karena pada
jenis tidur inilah mata mengalami pergerakan yang cepat meski faktanya
orang yang bersangkutan masih tertidur (Guyton & Hall 2006, lihat juga
pada Putri 2018).
Kebutuhan tidur yang cukup tidak hanya ditentukan oleh faktor
jam tidur (kuantitas tidur), tetapi juga oleh kedalaman tidur (kualitas
tidur).Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi
terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan
tidur.Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur.Kondisi
kurang tidur banyak ditemui di kalangan dewasa muda terutama
mahasiswa yang nantinya bisa menimbulkan banyak efek, seperti
berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan kesehatan (Hidayat,
2009, dalam Hanafi dkk, 2015).
Dari uraian di atas, maka kualitas tidur dapat didefinisikan sebagai
kepuasan seseorang terhadap pengalaman tidur, mengintegrasikan aspek
inisiasi tidur, perawatan tidur, kuantitas tidur, dan penyegaran saat
bangun tidur (Putri 2018).
2. Fungsi dan Tujuan Tidur
Menurut Hidayat (2009), tidur diyakini dapat menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru,
kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.Selain itu, fungsi tidur juga
sebagai restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh.Kegiatan
memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM)
dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan
mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic
acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan
hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju
otak.
Tidur memberikan waktu kepada neuron untuk beristirahat dan
memulihkan diri.Tidur juga penting bagi sistem syaraf untuk bekerja
dengan baik.Seseorang yang hanya tidur sebentar, ketika terbangun dan
masih dalam keadaan mengantuk dapat mengurangi tingkat konsentrasi
di keesokan harinya dan dapat mengalami gangguan memori dan
penampilan fisik, serta berkurangnya kemampuan untuk berhitung.Untuk
itu, tidur REM penting untuk pemulihan kognitif karena dapat membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran (Agustin, 2012).
3. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Ada berbagai referensi mengenai standar kebutuhan dan pola tidur
normal setiap individu berdasarkan usia dan tahap perkembangan.
Berikut di antaranya:
a) Neonatus
Menurut Widuri (2010), menyatakan bahwa usia neonatus sampai
dengan tiga bulan membutuhkan setidaknya 16 jam sehari untuk
tidur.
b) Bayi
Menurut Widuri (2010), bayi pada malam hari tidur kira-kira 8-10
jam. Dimana usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun tidur kira-kira
14 jam per hari.
c) Toodler
Untuk usia toodler, kebutuhan tidur 10-12 jam per hari (Potter &
perry, 2005: Widuri, 2010). Pada usia 2 tahun, anak - anak
biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari.
d) Anak Usia Prasekolah
Di usia ini, anak rata-rata tidur sekitar 11-12 jam per hari (Widuri,
2010). Pada usia 5 tahun, anak prasekolah jarang tidur siang
(Potter & Perry, 2005). Di usia ini juga, anak mulai belajar
melakukan kebiasaan sebelum tidur, seperti berdoa dan menyikat
gigi.
e) Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah membutuhkan waktu setidaknya 10 jam per
hari untuk tidur (Widuri, 2010 & Hidayat, 2009). Wong (1995,
dalam Agustin, 2012), mengungkapkan bahwa anak usia sekolah
tidur selama 8-12 jam setiap malamnya tanpa tidur siang. Selain
itu, pada usia 6 tahun, anak akan tidur malam rata-rata 11- 12
jam, sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9-10 jam (Potter
& Perry, 2005).
f) Remaja
Di usia remaja, mereka membutuhkan waktu tidur sekitar 8-10
jam setiap malamnya untuk mencegah kelelahan. Tuntutan
sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah dan pekerjaan paruh
waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur (Potter & Perry,
2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Widuri (2010)
danHidayat (2009) yang menyatakan usia remaja membutuhkan
waktu tidur sekitar 8.5 jam setiap harinya.
g) Dewasa Muda
Kebanyakan dewasa muda tidur di malam hari rata-rata 6- 8.5 jam
dan jarang sekali tidur siang (Potter & Perry, 2005). Adapun gaya
tidur dapat mengganggu pola tidur dewasa muda, seperti stres
pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial dapat mengarah
pada insomnia dan penggunaan obat-obatan untuk dapat tertidur.
h) Dewasa Tengah
Dewasa tengah umumnya tetap mempertahankan pola tidur yang
sudah dijalankan sejak usia dewasa muda yaitu 6-8 jam setiap
malamnya. Frekuensi untuk buang air kecil saat tengah malam
pada usia ini cenderung meningkat dan kepuasan kualitas tidur
menurun (Craven & Hirnle, 2000).
i) Lansia
Di usia lansia, 60 tahun ke atas, membutuhkan waktu tidur sekitar
6 jam setiap malamnya. Dan terdapat peningkatan waktu tidur
siang pada lansia (Craven &Hirnle, 2000).Keluhan tentang
kesulitan tidur pada lansia seringkali akibat adanya penyakit
kronik yang diderita.Kerusakan sensori karena penuaan, dapat
mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan
irama sirkadian (Potter & Perry, 2005).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
Hidayat (2009) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur, di antaranya:
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang
disebabkan oleh infeksi, akan memerlukan lebih banyak waktu tidur
untuk mengatasi keletihan.
b. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan.
c. Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa.Hal ini terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d. Obat
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang dapat memengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
diuretik yang dapat menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan
dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang
menyebabkan kesulitan untuk tidur, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses
tidur, karena adanya trytophan yang merupakan asam amino dari
protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang
kurang dapat juga memegaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit
untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur.
5. Aspek Kualitas Tidur
Kualitas tidur itu sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu latensi
tidur, durasi tidur, kualitas tidur subjektif, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari (Dhamayanti, Faisal,
Maghfirah 2019). 
6. Manfaat Kualitas Tidur
a. Membuat tubuh lebih sehat
b. Membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang sehat
c. Menjaga berat badan agar tidak obesitas
d. Membuat kita aktif dan produktif sepanjang hari
e. Menjaga agar selalu fokus saat melakukan pekerjaan
f. Memperkuat sistem kekebalan tubuh
g. Mempertajam ingatan
7. Cara Meningkatkan Kualitas Tidur
a) Hindari konsumsi kopi, rokok, dan alcohol
Kafein yang terdapat pada kopi atau teh terbukti dapat
menyebabkan pola tidur terganggu. Rokok juga dapat menjadi
stimulan bagi pusat syaraf manusia yang membuat susah tidur.
Hindari rokok dan minuman beralkohol dua jam sebelum tidur.
b) Tetapkan waktu tidur yang teratur
Tidur pada larut malam bukan berarti dapat bangun lebih siang,
karena jam tidur yang berantakan dapat mengganggu jam biologis
individu.Kesulitan mengatur waktu tidur merupakan hal yang wajar,
semakin dibiasakan nantinya pasti bisa dijalani.
c) Sempatkan untuk berolahraga setiap hari
Olahraga dapat membantu membuat tidur nyenyak di malam hari.
Tapi, hindari berolahraga mendekati jam tidur, karena akan
menyulitkan tubuh untuk tertidur.
d) Tenangkan pikiran dan mental
Usahakan untuk tidak memikirkan banyak masalah ketika
menjelang tidur.Siapkan diri untuk tidur dan bermimpi indah.
D. Kerangka konsep
Tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis penggunaan smartphone saat kuliah daring terkait dengan
kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI. Berdasarkan uraian pada tinjauan teoritis
yang sudah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa selama masa pandemi
ini perubahan metode pembelajaran yang dilakukan membuat seluruh nstansi
terkait seperti dosen hingga mahasiswa melaksanakan pembelajaran secara
daring (dalam jaringan). Bukan hanya dosen tetapi mahasiswa juga harus
menatap layar smartphone maupun laptop yang dimilikinya, hal tersebut juga
akan berdampak terhadap kualitas tidur yang dimiliki. Ada banyak hal yang
membuat untuk menggunakan smartphone dalam jangka waktu yang lama
bahkan hingga larut malam, dapat dikarenakan tugas perkuliahan hingga hal-
hal lain seperti belajar untuk persiapan ujian. Hal tersebut tentunya akan
mengganggu pola tidur seseorang dan akan berdampak pada kualitas tidur
yang dimilikinya. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Variabel independen
Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (Sugiyono, 2013). Yang menjadi variabel independen
dari penelitian ini adalah kuliah daring
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Yang menjadi
variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas tidur mahasiswa
FKp UNRI selama masa pandemi.
Variabel bebas Variable terikat

Kuliah daring Kualitas tidur

Variabel pengganggu
Smartphone
Tugas kuliah

E. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka Hipotesis dalam
penelitian ini adalah

1. Hipotesis nol
H0 : tidak adanya pengaruh antara Penggunaan Smartphone saat daring
dengan Kualitas Tidur
2. Hipotesis alternative
Ha : adanya pengaruh antara Penggunaan Smartphone saat daring
dengan Kualitas Tidur.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian menggunakan metode Observasional, yaitu mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tertentu untuk menjelaskan adanya
hubungan Penggunaan Smartphone terhadap kualitas tidur mahasiswa FKp
UNRI. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional
Study. Desain ini digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dan efek, dengan cara pendekatan, observasional atau
pengumpulan data sekaliggus pada suatu saat.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas
Riau yang ada di Pekanbaru. Lokasi ini dipilih dengan alasan untuk
mengetahui seberapa pengaruh penggunaan Smartphone saat kuliah daring
terhadap kualitas tidur mahasiswa FKp UNRI selama pandemi Covid-19.
Penelitian ini dimulai bulan Desember 2020 sampai Maret 2021,
diawali dengan kegiatan penyusunan proposal, pengumpulan data,
dilanjutkan dengan pengolahan hasil dan penulisan laporan penelitian.
Pengambilan data dilaksanakan yaitu dari bulan Januari sampai Maret.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia populasi adalah seluruh jumlah
orang atau pemduduk disuatu daerah, jumlah orang atau pribadi yang
mempunyai ciri ciri yang sama atau jumlah penghuni baik manusia
maupun makhluk hidup lainnya pada suatu ruang tertentu. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKp UNRI.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili)
(Sugiyono, 2008). Sampel penelitian ini mempunyai kriteria inklusi
sebagai berikut :
a. Seorang mahasiswa Keperawatan Universitas Riau
b. Mempunyai smartphone
c. Bisa membaca dan menulis
d. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :


a. Tidak memiliki smartphone
b. Tidak mampu membaca dan menulis
c. Responden tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Jumlah sampel yang dijadikan subjek penelitian ditentukan dengan
menggunakan proporsi binomunal , yaitu berjumlah 400 responden.

4 PQ
n=
d2
0,52 1
=4 2 = = 400
0,05 0,0025

D. Etika Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah memberikan
penjelasan tentang judul, tujuan, manfaat dan dampak positif secara tidak
langsung kepada pengasuh di panti asuhan.
Dalam informed consent yang diberikan berisi prinsip etik, yaitu:
1. Autonomy (kebebasan)
Peneliti memberikan kebebasan untuk menentukan apakah
responden bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian
secara suka rela dengan memberikan tanda tangan pada lembar
informed consent. Tujuan, manfaat, dan resiko yang mungkin terjadi
pada pelaksanaan penelitian dijelaskan, sebelum responden
memberikan persetujuan. Responden juga diberi kebebasan untuk
mengundurkan diri pada saat penelitian jika responden
menghendakinya.
2. Anonimity (kerahasiaan)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak
menuliskan nama sebenarnya, tetapi dengan kode responden
sehingga responden merasa aman dan tenang.
3. Confidentially
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan
informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden
disimpan sebagai dokumentasi penelitian.
4. Non maleficence
Pada saat pendidikan kesehatan berlangsung, peneliti meminta
pengasuh lain atau teman responden ikut mendampingi untuk
memberikan rasa nyaman kepada responden.
5. Beneficence
Hasil penelitian memiliki potensi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu pengasuh dalam
pemantauan perkembangan balita sehingga penyimpangan
perkembangan dan keterlambatan perkembangan dapat terdeteksi
secara dini.
6. Justice
Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang
tidak relevan saat memilih subjek penelitian, namun berdasarkan
alasan yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian.

E. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas :Smartphone
a) Definisi
Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai
penggunaan dan fungsi yang menyerupai komputer dapat
digunakan sebagai alat peraga atausebuah alat pemberi informasi
kepada seseorang.
2. Varibel bebas: Daring
a) Definisi
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran “dalam jaringan”
sebagai terjemahan dari istilah online yang bermakna dan
tersambung ke dalam jaringan komputer pembelajaran (online)
sebagai strategi pembelajaran yang menyenangkan bagi
pembelajar (mahasiswa) karena dapat menyimaknya dengan
melalui smartphone , laptop, maupun komputer bukan hanya
sekedar menyimak buku.
3. Variabel Terikat: Kualitas Tidur Mahasiswa
a) Defenisi
Kualitas Tidur dapat didefinisikan sebagai kepuasan seseorang
terhadap pengalaman tidur, mengintegrasi aspek inisiasi tidur,
perawatan tidur, kuantitas tidur dan penyegaran saat bangun
tidur.
b) Alat Ukur: Lembar Kuisioner Tidur
c) Skala: PSQI ( Pittsburgh Sleep Quality Index)
d) Skor:
0= Sangat Kurang
1= Kurang
2= baik
3= sangat baik
F. Alat Pengumpulan data
Instrument penelitian yang digunakan berupa Kuesioner Kualitas
tidur (PSQI).
G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji
validitas dan reabilitas pada Penelitian mengenai pengaruh penggunaan
smartphone terhadap kualitas tidur mahasiswa kesehatan dilakukan di
India pada tahun 2017 menggunakan metode kuantitatif dengan desain
cross-sectional study. Pengumpulan data menggunakan kuesioner PQSI
(Pittsburgh Sleep Quality Index) dan SAS. (Smartphone Addiction Scale).
Hasil penelitian menunjukkan 62,7% dari 236 responden memiliki kualitas
tidur rendah.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Prosedur Administratif
Setelah mendapatkan izin penelitian, kemudian peneliti
menyampaikan surat tersebut kepada kepala pimpinan FKp UNRI,
kemudian peneliti mendapatkan izin formal dari kepala pimpinan
untuk melakukan penelitian.
2. Prosedur Teknis
a. Mengumpulkan Pengumpul data yang memenuhi kriteria.
b. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden, menjelaskan
tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta prosedur penelitian
kepada responden.
b. Peneliti memberikan lembar informed consent pada responden
yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan meminta
responden menandatangani informed consent tersebut.
c. Selanjutnya peneliti menggunakan instrument kuesioner untuk
mengetahui pengaruh penggunaan smartphone saat daring
terhadap kualitas tidur.

f. Selama pengisian kuesioner peneliti menemani responden, bila


ada pertanyaan yang tidak jelas maka respondenn bisa
menghubungi peneliti untuk diberikan penjelasa.
g. Setelah selesai mengisi, pengumpul data mengecek kelengkapan
data dan mengkonfirmasikan kepada responden jika terdapat
item yang tidak diisi.
h. Mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.

I. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Editing Data

Kegiatan ini dilakukan untuk menilai kelengkapan

data yang diperoleh dari responden. Setelah

responden mengisi kuesioner dilakukan

pengecekan apakah jawaban yang ada sudah terisi

semua jawabannya, jawaban relevan dan

konsisten.

b. Coding Data

Tahap kedua dari pengolahan data adalah proses

coding dimana proses ini penting dilakukan untuk

memudahkan peneliti dalam mengolah berbagai

data yang masuk. Coding dilakukan dengan

memberikan kode pada setiap lembar kuesioner

yang masuk dan pada setiap item pernyataan sesuai

dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada

kuesioner di beri kode 0 untuk Sangat Kurang,1

untuk Kurang, 2 baik dan 3 sangat baik.

c. Entry Data
Data yang sudah terkumpul dimasukkan dalam

komputer dengan melalui alamat e-mail peneliti.

d. Cleaning Data

Suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar

terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis

data, baik kesalahan dalam pengkodean maupun

dalam membaca kode, kesalahan juga

dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data

kekomputer. Setelah data didapat dilakukan

pengecekan lagi apakah data ada salah atau tidak.

Pengelompokan data yang salah diperbaiki hingga

tidak ditemukan kembali data yang tidak sesuai,

sehingga data siap dianalisis.

2. Analisa Data

a.Analisa Multivariat
Digunakan untuk mengetahui variable yang lebih erat
hubungannya dengan variabel dependen penelitian ini
menggunakan

Anda mungkin juga menyukai