Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

GAMBARAN FAKTOR RESIKO ADIKSI PENGGUNAAN INTERNET


PADA REMAJA DALAM MASA PANDEMI COVID-19

Dosen Pembimbing : Indah Mukaromah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Aima Nur Maulida (7419003)

2. Fiva Muharromah (7419014)

3. Lailatul Khabibah (7419018)

4. Yulia Siska A.A. (7419035)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


GAMBARAN FAKTOR RESIKO ADIKSI PENGGUNAAN INTERNET
PADA REMAJA DALAM MASA PANDEMI COVID-19

ABSTRAK

Penggunaan internet di Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbanyak di dunia


sedangkan peringkat pertama adalah negara china. Jumlah pengguna internet di indonesia
pada tahun 2014 adalah sebesar 88,1 juta orang, angka tersebut naik dari 71,1 juta ditahun
sebelumnya. Diantaranya jumlah tersebut sekitar 50 juta adalah usia remaja, dari jumlah
tersebut dapat dilihat bahwa tidak sedikit penggunaan internet dikalangan remaja. Adapun
pravelenci angka kejadian penggunaan internet selama pandemi covid 19 di asia berkisar
antara 6,7% sampai 10,15%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor resiko
adiksi penggunaan internet pada remaja dalam masa pandemi covid-19. Desain penelitian ini
menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dimana semua data yang
menyangkut variabel penelitian di ukur pada waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian
ini sebanyak 340 KK dengan jumlah 809 orang dan sampel penelitiannya adalah remaja
berusia 13-18 tahun yang berada di wilayah provinsi jawa timur, jawa tengah, lampung, nusa
tenggara barat dan Maluku. Dalam Penelitian ini jumlah sampel 92 orang dengan
menggunakan accidental sampling cara pengambilan sampel berdasarkan ketersediaaan
orang sesuai dengan responden yang yang bersedia dan mau memberikan respon dalam
penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya beberapa faktor resiko adiksi
penggunaan internet pada remaja selama masa pandemi covid-19 yaitu responden mayoritas
berusia 13 tahun sebanyak 24 responden atau (26%), perempuan sebanyak 51 responden atau
(55,4%), mengalami gangguan psikologis kecemasan sedang sebanyak 39 responden atau
(42,4%), mengalami keterbatasan dalam bersosial secara langsung seperti responden yang
melakukan social distancing sebanyak 53 responden atau (57,6%), mengalami penurunan
dalam sosial ekonomi yaitu responden yang memiliki orang tua yang kehilangan
pekerjaannya banyak sejumlah 33 responden atau (35,2%), yang memiliki tujuan
menggunakan internet sebagai fasilitas untuk penunjang pendidikan system daring sebanyak
52 responden atau (56,5%), dan waktu menggunakan ponsel selama <8jam/hari sebanyak 70
responden atau (76,1%).

Kata Kunci : adiksi internet, remaja, covid-19

PENDAHULUAN
Covid-19 merupakan infeksi Severe mendorong beberapa negara untuk
akut respiratory syndrome coronavirus 2 menerapkan kebijakan lockdown dalam
(SARS-CoV-2). Yang secara klinis rangka mencegah penyebaran virus ini
bermanifestasi terutama pada sistem secara luas dan masif (Kementrian
pernapasan. Covid 19 memiliki tingkat Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
penularan yang cukup tinggi diberbagai Di Indonesia sendiri sampai bulan
belahan dunia sehingga WHO akhirnya April 2020 sudah lebih dari 5.000 orang
menetapkan status pandemi untuk penyakit telah terkonfirmasi positif covid 19.
infeksi ini. Hal tersebut bahkan telah Pemerintah Indonesia saat ini bekerja
keras mengurangi angka penularan dan identitas diri serta membentuk hubungan
angka kematian infeksi ini setiap harinya. baru (Santrock, 2011).
Salah satu upaya yang ditempuh adalah Berdasarkan situs yang bernama
Pemberlakukan Kebijakan Pembatasan Internet World Stats, diketahui bahwa
Sosial Berskala Besar (PSBB) salah satu jumlah penggunaan internet di dunia
bentuk implementasi kebijakan tersebut sampai bulan juni 2016 mencapai angka
adalah penerapan physical distancing 7.340.159.492 dan 50% dari populasi
(Kementrian Kesehtan Republik Indonesia, pengguna internet tersebut merupakan
2020). Physical Distancing sendiri dapat benua asia. Menurut Kominfo (2017)
didefinisikan sebagai upaya menjaga jarak Indonesia menduduki peringkat ke-6
fisik antara satu orang dengan yang lain pengguna internet terbanyak di dunia
dan membatasi aktivitas di luar rumah sedangkan peringkat pertama adalah
(Ahmed, Zviedrite an Uzicanin, 2018). negara china. Dengan meningkatnya
Implikasi kebijkan physical distancing penggunaan internet di dunia juga turut
tersebut secara kontekstual di lapangan berimbas di Indonesia. Menurut data yang
dapat berupa himbauan untuk bekerja / diliris oleh APJII (Assosiasi
belajar/ beribadah di rumah. Dalam sector Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia)
pendidikan, hal tersebut telah membuat jumlah pengguna internet di indonesia
remaja yang sedang menempuh jenjang pada tahun 2014 adalah sebesar 88,1 juta
pendidikan libur dari kegiatan tatap muka orang, angka tersebut naik dari 71,1 juta
di sekolah/ kampus dan menggantikannya ditahun sebelumnya. Diantaranya jumlah
dengan metode pembelajaran jarak jauh tersebut sekitar 50 juta adalah usia remaja,
berbasis internet (Kemetrian Kesehatan dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa
Republik Indonesia, 2020). Hal tersebut tidak sedikit penggunaan internet
berimbas pada remaja yang sedang dikalangan remaja (Broto, 2014). Adapun
menjalani pendidikan. Tentu saja remaja pravelenci angka kejadian penggunaan
pada saat ini banyak mengalami kebosanan internet selama pandemi covid 19 di asia
yang terjadi ketika mereka harus berada di berkisar antara 6,7% sampai 10,15%
rumah dengan waktu yang sangat lama. (RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat, 2020).
Selain itu pandemi covid 19 ini juga Faktor faktor yang dapat mempengaruhi
membuat anak anak mulai jenuh dirumah terjadinya adiksi internet pada remaja
dan pingin segera kesekolah bermain diantaranya pola asuh dari orang tua,
dengan teman temanya, dan kemudian kondisi psikologis, pemakaian gadget di
anak anak akan kehilangan jiwa sosial, usia remaja, tekanan ekspektasi orang tua
jika di sekolah mereka biasa bermain dan terhadap prestasi sekolah, akses terhadap
berinteraksi dengan teman temannya tetapi internet (rumah, warnet, sekolah),
kali ini mereka tidak bisa dan hanya tingkatan kelas di sekolah, Bullying, dan
sendiri dirumah bersama orang tua, lama frekuensi penggunaan internet pada
interaksi dengan sesama teman guru dan remaja (RSJ.Dr. Radjiman
orang orang di sekolah akan menjadi Wediodiningrat, 2020). Sehingga
berkurang. Masa remaja ditandai dengan penggunaan internet dalam waktu lama
perubahan perubahan diantaranya berdampak negatif antara lain yang dapat
kebutuhan untuk beradaptasi dengan timbul adalah terhadap Pendidikan, saat
perubahan fisik dan psikologis, pencarian menggunakan internet, remaja terbiasa
hanya berinterakasi satu arah sehingga terganggu kesehatan mata ank,
dapat menjadikan remaja tersebut tertutup. menurunnya prestasi belajar anak karena
Kondisi ini dapat menyebabkan remaja ketika sedang bermain internet anak
sulit mengekspresikan diri ketika berada di merasa malas untuk belajar (Nurina,
lingkungan nyata termasuk terhadap teman 2017).
teman dan guru sekolah. Remaja yang Di saat pandemi covid 19 pemerintah
adiksi internet akan sulit berkonsentrasi maupun sekolah menganjurkan untuk
pada pelajaran karena pikirannya menjadi melakukan kegiatan pembelajaran jarak
terus menerus tertuju pada permainan jauh di rumah untuk memutus rantai
internet atau media sosial yang dia miliki. penularan virus. Media pembelajaran jarak
Remaja yang adiksi internet akan menjadi jauh yang utama digunakan adalah
cuek, acuh tak acuh dan kurang peduli internet, walaupun begitu, terdapat
terhadap kewajiwabannya sebagai pelajar. ancaman dan bahaya dampak negatif
Ia tidak peduli terhadap tugasnya, target penggunaan internet yang terlalu lama
prestasi yang harus ia raih, dan bahkan khususnya pada remaja. Oleh karena itu
jadwal ulangan hariannya (Rini, 2011). penulis merekomendasikan perlunya
Namun pada umumnya remaja juga tidak arahan dari para pendidik dalam
mampu memfilter hal hal baik ataupun menumbuhkan kemawasdirian untuk
buruk dari internet tersebut, sehingga menggunakan internet secara bijak bagi
remaja rentan terkena dampak negatif yang para remaja peserta didik, melalui edukasi
ditimbulkan oleh internet yakni terhadap tentang pentingnya regulasi dan kontrol
kesehatan, kepribadian, Pendidikan, penggunaan internet yang jelas oleh diri
keluarga dan masyarakat. Selain itu sendiri & orang tua atau wali dirumah
penggunaan internet yang terus menerus seperti pembatasan waktu penggunaan
juga berdampak terhadap kesehatan fisik internet, pemberlakuan waktu jeda
meliputi gangguan makan dan gangguan penggunaan digital, restriksi terhadap situs
tidur, penglihatan atau peurunan berat situs dan konten konten negatif dan lain
badan, gangguan pada mata seperti mata sebagainya. Edukasi cara membangun
kering dan mata kabur, nyeri punggung, komunikasi yang baik dan santun anatara
sindrom karpal tunnel, cedera otot orang yang lebih tua dan remaja dalam
berulang dan kelelahan kronis (Rosenberg penggunaan internet serta cara
KP, 2014). Sedangkan dampak positif dari pendampingan dalam melakukan proses
penggunaan internet pada remaja antara pembelajaran jarak jauh berbasis internet,
lain memudahkan remaja untuk surat serta selama pandemi covid 19 ini dimana
menyurat, berkirim pesan, chatting, proses pembelajaran dilakukan dengan
mengambil atau mengirim informasi dan internet, advokasi kepada pemangku
sarana untuk hiburan (Fauziawati, 2015). kebijakan dalam menutup akses situs
Selain itu menurut penelitian terdahulu pornografi, judi online, game online yang
dampak negative dari penggunaan internet menunjukkan kekerasan dan situs situs lain
yang terlalu lama yaitu berkurangnya yang bisa berdampak buruk terhadap
interaksi sosial secara langsung dengan remaja perlu terus dilaksanakan ( Ang RP,
teman teman, seringnya menunda nunda 2015).
pekerjaan, menunda mengerjakan tugas, Berdasarkan latar belakang diatas
mengalami insomnia atau susah tidur, penulis ingin mengetahui gambaran faktor
resiko adiksi pemggunaan internet pada laki ,6
remaja dalam masa pandemi covid-19. Total 92 10
0
METODE 2 Umur
Desain penelitian yang digunakan a. 13 Tahun 24 26
b. 14 Tahun 22 23
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
,9
sectional dimana semua data yang c. 15 Tahun 15 16
menyangkut variabel penelitian di ukur ,3
pada waktu yang bersamaan (Notoadmojo, d. 16 Tahun 18 19
2012). Populasi adalah wilayah ,5
generalisasi yang terdiri atas obyek atau e. 17 Tahun 3 3,
subyek yang mempunyai kualitas dan 2
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh f. 18 Tahun 10 10
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ,8
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016) Total 92 10
yang sebanyak 340 KK dengan jumlah 809 0
orang. Dalam penelitian ini, sampelnya Ansi
adalah remaja berusia 13-18 tahun yang etas
berada di wilayah provinsi jawa timur, San
jawa tengah, lampung, nusa tenggara barat gat 25
23
dan maluku yang berjumlah 92 orang. ring .0
Tehnik pengambilan sampling yang an
digunakan adalah accidental sampling, Rin 18
yaitu teknik pengambilan sampel 17
gan .5
berdasarkan ketersediaaan orang sesuai Sed 42
dengan responden yang yang bersedia dan 39
ang .4
mau memberikan respon dalam penelitian. Bes 10
Instrumen dalam penelitian ini 10
ar .9
menggunakan lembar kuisioner pengkajian san
komunitas pada remaja yang meliputi poin gat 3.
psikologis, social distancing, penggunaan 3
bes 3
internet, waktu lamanya penggunaan ar
internet. Data ditabulasi dengan
Tot 10
menggunakan uji Distribusi Frekuensi.
al 92 0.
0
HASIL PENELITIAN Sumber : Data Primer 2020
Tabel 1.1
No. Variabe F % Berdasarkan tabel 2.1 diatas
l didapatkan bahwa karakteristik umur
1 Jenis kelamin remaja dominan di umur 13 tahun
a. Pere 51 55 sebanyak 24 orang remaja dengan
presentasi 26% dan karakteristik remaja
mpu ,4
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagian
an besar berjenis kelamin perempuan yaitu
b. Laki- 41 44
sebanyak 51 orang dengan presentase pada hari
55,4%. Sedangkan yang berjenis kelamin yang sama
laki-laki hanya sebagian kecil sebanyak 41
dengan 23 25.0
orang dengan presentase 44,6%.
penutupan
Data khusus sekolah
setelah
penutupan 53 57.6
Tabel 2.2 karakteristik remaja yang sekolah
merasakan ansietas selama masa pandemi. pada saat
dianjurkan
Kategori F % dirumah saja 6 6.5
Ansietas oleh
Sangat pemerintah
23 25.0
ringan Total 92 100.0
Ringan 17 18.5 Sumber : Data Primer 2020
Sedang 39 42.4
Besar 10 10.9 Berdasarkan tabel 1.13
sangat didapatkan bahwa karakteristik
3 3.3
besar
dalam melakukan social distancing
Total 92 100.0
Sumber : Data Primer 2020 selama masa pandemi adalah
sebanyak 53 orang melakukan
Berdasarkan tabel 2.2
physical distancing setelah
diatas didapatkan bahwa
penutupan sekolah dengan
karakteristik remaja yang
presentase 57,6%.
merasakan sedih selama masa
pandemi ini yaitu sebanyak 39
Tabel 2.4 karakteristik remaja terhadap
orang dalam batas kategori sedang
orang tua yang akan kehilangan pekerjaan
dengan presentasi 42,4%.
selama masa pandemi.
Sedangkan remaja yang merasakan
sedih dengan kategori sangat Kategori F %
sangat sedikit
ringan sebanyal 23 orang dengan
sekali/ tidak 25 27.2
presentase 25%. sama sekali
Sedikit 7 7.6
Tabel 2.3 karakteristik remaja yang
melakukan social distancing sedang/beberapa 23 25.0
Banyak 33 35.9
Kategori F % sangat banyak 4 4.3
sebelum Total 92 100.0
penutupan 10 10.9 Sumber : Data Primer 2020
sekolah
Berdasarkan tabel 2.4 diatas dengan presentase 56,3% sebanyak
didapatkan bahwa karakteristik 52 orang remaja.
remaja terhadap orang tua yang
akan kehilangan pekerjaan selama Tabel 2.6 distribusi frekuensi waktu
masa pandemi ini adalaha sebnyak lamanya penggunaan internet pada remaja

33 orang dengan kategoi banyak Waktu F %


dengan presentasi 35,9%. <8 jam 70 76.1
>8 jam 22 23.9
Sedangkan perasaan remaja
Total 92 100.0
terhadap orang tua yang akan Sumber : Data Primer 2020
kehilngan pekerjaan dengan
Berdasarkan tabel 1.6 diatas
kategori sedikit sebnyak 7 orang
didapatkan bahwa remaja
dengan jumlah presentase 7,6%.
menggunakan ponsel selama masa
Tabel 2.5 distribusi frekuensi tujuan pandemi ini sebagian besar selama
penggunaan internet pada remaja
<8jam/ hari sebanyak 70 orang
Kegiatan F % remaja dengan prsentase 76,1%.
Sekolah mengirim
Sedangkan remaja yang
buku untuk
3 3.3 menggunakan ponsel >8jam/hari
rekomendasi
sebagian kecil sebanyak 22 orang
belajar
sekolah mengirim 5 remaja dengan presentasi hasil
56.5 23,9%.
tugas online 2
sekolah
2 PEMBAHASAN
menyelenggaraka 29.3 A. Gambaran faktor resiko adiksi
7
n kelas on-line internet
tidak ada kegiatan 1 Menurut Young (2010), beberapa
10.9 faktor resiko yang dapat
belajar 0 mempengaruhi terjadinya adiksi
Total 9 100. internet yaitu jenis kelamin, remaja
2 0 awal, kondisi psikologi, kondisi sosial,
Sumber : Data Primer 2020 faktor sosial ekonomi, tujuan
penggunaan, dan waktu penggunaan
internet. Berikut hasil penelitian terkait
Berdasarkan tabel 2.5 diatas
faktor adiksi internet :
didapatkan bahwa kegiatan remaja 1. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 1.1 diatas
selama masa pandemi yaitu
didapatkan bahwa karakteristik
sebagian besar sekolah mengirim remaja berdasarkan jenis kelamin
adalah sebagian besar berjenis
tugas secara online dimana untuk
kelamin perempuan yaitu sebanyak
memenuhi suatu pendidikannya 51 orang remaja atau 55,4%. Hasil
tersebut sesuai dengan hasil Individu yang memiliki rasa ingin
penelitian Basri (2014), bahwa tahu yang tinggi pada umumnya
perbandingan kecenderungan memiliki kepercayaan diri yang
internet addiction disorder tinggi dan bebas untuk menyatakan
menunjukkan bahwa perempuan pikiran, perasaan dan kreatif.
memiliki kecenderungan lebih Sedangkan individu yang memiliki
tinggi daripada laki-laki, yang keingintahuan yang rendah
mana perempuan sebanyak 66,09% menunjukkan ciri-ciri kurang
dan laki-laki sebanyak 63,76% percaya diri, merasa tidak aman,
(Basri, 2014). tidak dapat mengekspresikan
Menurut Young (2010) gender pikiran dan perasaan secara bebas
mempengaruhi jenis aplikasi yang (Ifdil, 2010). Namun tidak sedikit
digunakan dan penyebab individu remaja yang terkena dampak
tersebut mengalami kecanduan negatif dari penggunaan internet,
internet. Laki-laki lebih sering salah satu dampaknya remaja
mengalami kecanduan terhadap menjadi sangat tergantung pada
game online, situs porno, dan pengaksesan internet untuk
perjudian online, sedangkan mencapai kepuasan dengan
perempuan lebih sering mengalami menghabiskan waktu berlarut-larut,
kecanduan terhadap chatting dan sehingga remaja mengalami
berbelanja secara online. Young kecanduan (Fauziawati, 2015).
(2010). Pada penelitian ini mayoritas
Jadi gender perempuan lebih remaja berusia 13 tahun artinya
berisiko terjadi adiksi internet masih berada pada tahap remaja
karena hampir semua perempuan awal yang mana pada tahap
lebih memilih bersosial di dunia perkembangannya remaja tersebut
maya atau chatting dan belanja memiliki rasa ingin tau yang sangat
secara online. tinggi, umumnya memiliki
2. Remaja awal kepercayaan diri yang tinggi dan
Berdasarkan tabel 1.2 diatas bebas untuk menyatakan pikiran,
didapatkan bahwa karakteristik perasaan dan kreatif. Akan tetapi
umur remaja dominan di umur 13 banyak remaja yang terkena
tahun sebanyak 24 orang remaja dampak negative dari penggunaan
atau 26%. Menurut Sari et.al. internet sehingga menjadi sangat
(2018) remaja yang berusia 13 tergantung atau kecanduan internet.
tahun masuk dalam kategori remaja Jadi, usia remaja 13 tahun sangat
awal yang mana sangat rentan berisiko terjadi adiksi internet.
terhadap adiksi internet. Hal 3. Kondisi psikologis
tersebut sesuai dengan hasil Berdasarkan tabel 1.3 diatas
penelitian Brenner pada 563 didapatkan bahwa distribusi
pengguna internet, remaja lebih frekuensi kondisi psikologi ansietas
banyak yang mengeluhkan gejala pada remaja didapat mayoritas
adiksi internet (Jares et.al., 2013). remaja mengalami cemas atau
Pada tahap perkembangannya, ansietas sedang sebanyak 39 orang
remaja berada pada tahap krisis remaja atau 42,4%.
identitas, cenderung mempunyai Individu mengalami
rasa ingin tahu yang tinggi, selalu permasalahan psikologis seperti
ingin mencoba hal-hal baru, mudah kecemasan dapat menimbulkan
terpengaruh oleh teman-teman kecanduan internet yang terjadi
sebayanya (Sarwono, 2004). karena internet memungkinkan
individu untuk melarikan diri dari tidak langsung yaitu dengan
kenyataan, menerima hiburan atau medsos atau sms yang dilakukan
rasa senang dari internet. Hal ini setiap hari atau hampir setiap hari
akan menyebabkan individu sehingga sangat berisiko terjadi
terdorong untuk lebih sering adiksi internet pada remaja.
menggunakan internet sebagai 5. Faktor sosial ekonomi
pelampiasan dan akan membuat Berdasarkan tabel 1.5 diatas
kecanduan (Sari dkk., 2018). didapatkan bahwa distribusi
Jadi pada penelitian ini frekuensi kondisi sosial ekonomi
mayoritas remaja yang mengalami remaja dalam 7 hari terakhir
ansietas berisiko mengalami adiksi terhadap dampak covid-19 yaitu
internet sebagai bentuk pelarian mayoritas orang tua remaja yang
terhadap kondisi psikologis yang kehilangan pekerjaannya banyak
sedang dihadapi serta mendapatkan sejumlah 33 orang remaja atau
hiburan. 35,2%.
4. Kondisi sosial Faktor sosial ekonomi juga
Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat berpengaruh pada adiksi
didapatkan bahwa distribusi internet. Faktor sosial ekonomi
frekuensi kondisi sosial remaja beberapa diantaranya pendapatan
selama masa pandemi covid 19 keluarga, dan pekerjaan kedua
didapat mayoritas remaja yang orangtua. Keluarga berpenghasilan
melakukan social distancing rendah sangat sulit untuk
setelah sekolah ditutup sebanyak mengalokasikan anggaran untuk
53 orang remaja atau 57,6%. perangkat teknologi dan memiliki
Kesulitan dalam melakukan kecenderungan memiliki berbagai
komunikasi interpersonal atau masalah dalam kehidupan. Anak
individu yang mengalami lebih cenderung beralih ke internet
permasalahan sosial dapat jika kedua orangtua bekerja hal
menyebabkan penggunaan internet inilah yang dapat menyebabkan
yang berlebih. Hal tersebut di adiksi internet dan masalah
sebabkan individu merasa kesulitan psikologis pada anak (Sari dkk.,
dalam melakukan komunikasi 2018).
dalam situasi face to face, sehingga Jadi pada penelitian ini remaja
individu akan lebih memilih yang orangtuanya kehilangan
menggunakan internet untuk pekerjaannya sehingga pendapatan
melakukan komunikasi karena minim dapat menimbulkan adiksi
dianggap lebih aman dan lebih internet pada remaja tersebut.
mudah daripada dilakukan secara 6. Tujuan penggunaan internet
face to face. Rendahnya Berdasarkan tabel 1.6 diatas
kemampuan komunikasi dapat juga didapatkan bahwa pengalaman
menyebabkan rendahnya harga diri, remaja terkait covid-19 pada saat
mengisolasi diri menyebabkan sekolah sudah tutup mayoritas
permasalahan dalam hidup seperti remaja melanjutkan sekolah
kecanduan terhadap internet (Sari dengan sistem daring yaitu sekolah
dkk., 2018). mengirim tugas online sebanyak 52
Jadi, remaja pada masa orang remaja atau 56,5%.
pandemi covid-19 yang sedang Tujuan menggunakan internet
mentaati aturan social distancing akan menentukan sejauhmana
akan membatasi kegiatan sosial dan individu tersebut akan mengalami
beralih pada komunikasi secara kecanduan internet, terutama
dikaitkan terhadap banyaknya kali dalam sehari (Laili, M. &
waktu yang dihabiskannya Nuryono, 2015).
sendirian di depan komputer. Dalam penelitian ini remaja
Individu yang menggunakan yang menggunakan ponsel pada
internet untuk tujuan pendidikan, masa pandemi sebagian besar <8
misalnya pada pelajar dan jam/hari sebanyak 70 orang,
mahasiswa akan lebih banyak terdapat kemungkinan bahwa
menghabiskan waktunya remaja menggunakan ponsel >3
menggunakan internet. Umumnya, jam/hari. Jadi terdapat
individu yang menggunakan kemungkinan resiko terjadinya
internet untuk tujuan pendidikan adiksi internet pada remaja.
mengalami kemungkinan yang
lebih kecil untuk mengalami KETERBATASAN
kecanduan internet. Hal ini Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
diakibatkan tujuan penggunaan peneliti hanya mengambil data quisioner
internet bukan digunakan sebagai remaja yang terdapat beberapa poin
upaya untuk mengatasi atau diantaranya seperti pengalaman terkait
melarikan diri dari masalah- covid 19, pengalaman emosional,
masalah yang dihadapinya di pengalaman kognitif serta pengalaman
kehidupan nyata atau sekedar sosial selama masa pandemi covid 19.
hiburan (Young, 2010). padahal faktor risiko adiksi lebih dari data
Jadi remaja yang sedang yang di diteliti sehingga hanya bisa
menjalani pedidikan di masa meneliti beberapa faktor risiko adiksi
pandemi yaitu dengan internet saja dan penelitian ini hanya
menggunakan system daring dilakukan dalam waktu yang singkat
(dalam jaringan) yang telah sehingga memuat data yang terbatas.
ditetapkan oleh pemerintah yang
mana sekolah mengirim tugas KESIMPULAN
online. Hal ini berisiko rendah Berdasarkan penelitian yang telah
terhadap adiksi internet karena dilakukan oleh peneliti, maka dapat di
bukan sebagai wadah untuk simpulkan bahwa dari 92 responden
mencari hiburan atau upaya ditemukan beberapa faktor risiko adiksi
pelarian namun untuk kepentingan penggunaan internet yang mana responden
tertentu dan memiliki tujuan yang mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 24
jelas. responden atau (26%), perempuan
7. Waktu Penggunaan Internet sebanyak 51 responden atau (55,4%),
Berdasarkan tabel 1.7 diatas mengalami gangguan psikologis
didapatkan bahwa remaja kecemasan sedang sebanyak 39 responden
menggunakan ponsel selama masa atau (42,4%), mengalami keterbatasan
pandemi ini sebagian besar selama dalam bersosial secara langsung seperti
<8jam/ hari sebanyak 70 orang responden yang melakukan social
remaja dengan atau 76,1%. distancing sebanyak 53 responden atau
Menurut hasil penelitian yang (57,6%), mengalami penurunan dalam
dilakukan oleh Laili (2015), sosial ekonomi yaitu responden yang
seseorang bisa dikatakan memiliki orang tua yang kehilangan
kecanduan internet jika pekerjaannya banyak sejumlah 33
penggunaannya bisa lebih dari tiga responden atau (35,2%), yang memiliki
puluh menit dalam sehari atau jika tujuan menggunakan internet sebagai
dilihat dari frekuensinya maka fasilitas untuk penunjang pendidikan
penggunaannya bisa lebih dari tiga system daring sebanyak 52 responden atau
(56,5%), dan waktu menggunakan ponsel penggunaan internet pada remaja
selama <8jam/hari sebanyak 70 responden dalam masa pandemi covid 19.
atau (76,1%).
Dengan adanya hal tersebut maka
upaya yang dapat dilakukan untuk DAFTAR PUSTAKA
mencegah terjadinya adiksi penggunaan
internet pada remaja yaitu dengan cara American Academy of pediatric (AAP
pemberian arahan dari para pendidik 2016).Role of the school Nurse in
dalam menumbuhkan kemawasdirian providing school Health
untuk menggunakan internet secara bijak Service.pediatrics volume
bagi para remaja peserta didik, melalui 121.Number 5 jan 2018.
edukasi tentang pentingnya regulasi dan Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet
kontrol penggunaan internet yang jelas Indonesia (2016). Available at
oleh diri sendiri & orang tua dirumah https://www.APJII.or.id/ diakses
seperti pembatasan waktu penggunaan pada oktober 2017.
internet, pemberlakuan waktu jeda Basri, A. S. H. (2014). Kecenderungan
penggunaan handphone, restriksi terhadap Internet Addiction Disorder
situs-situs dan konten-konten negatif. Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Ditinjau dari
Religiositas. Jurnal Dakwah,
SARAN XV(2), 407–432.
Berdasarkan kasimpulan yang telah
Broto.G.D.S, (2014). Riset kominfo dan
diuraikan di atas, maka peneliti
unicef mengenai perilaku anak dan
memberikan saran sebagai berikut :
remaja dalam menggunakan
1. Bagi institusi Pendidikan
internet.
Sebaiknya hasil penelitian dapat
Fauziawati, W. (2015). Upaya Mereduksi
dijadikan tambahan sumber
Kebiasaan Bermain Game Online
kepustakaan dibidang keperawatan Melalui Teknik Diskusi Kelompok.
komunitas khususnya tentang PSIKOPEDAGOGIA Jurnal
gambaran faktor resiko adiksi internet Bimbingan Dan Konseling, 4(2),
pada remaja dalam masa pandemi 115–123.
covid 19. Fauziawati,W.(2015).Upaya Mereduksi
2. Bagi Peneliti Kebisaan Bermain Game Online
Sebaiknya hasil penelitian dapat dan Dampaknya Terhadap
dijadikan bahan pembelajaran dalam Masalah Mental Emosional
Remaja serta Peran Bimbingan
menerapkan ilmu dan teori yang Konseling .Jurnal Konseling dan
didapatkan selama perkuliahan serta Pendidikan , 6(2).
sebagai peningkatan daya fikir suatu Http://rsjlawng.com/news/details/425/men
permasalahan dan dapat memberikan cegah-adiksi-internet-saat-
pengalaman yang nyata bagi peneliti pandemi-covid-19
dan proses penelitian. Ifdil, I. (2010). Pendidikan Karakter dalam
3. Bagi penelitian selanjutnya Bimbingan dan Konseling.
Sebaiknya hasil penelitian dapat Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan,
dijadikan sebagai acuhan dan dapat 10(2), 55-61.
dilakukan penelitian lanjut terkait Jares, R.E., Luna, I.L.E., & Medina J.A.
dengan gambaran faktor resiko adiksi (2013). Internet addiction : a
review. Journal of addiction internet (Internet addiction) pada
research & therapy. remaja, PROSIDING TEMU
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ILMIAH X IKATAN PSIKOLOGI
(2020).”Pedoman Kesiapsiagaan PERKEMBANGAN INDONESIA
menghadapi infeksi Novel Peran Psikologi Perkembangan
Coronavirus (2019-nCov), dalam Penumbuhan Humanitis
Direktorat Jenderal Pencegahan pada Era Digital 22-24 Agustus
dan Pengendalian Penyakit,pp.0- 2017 (280-284)
74. Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian
Kementrian komunikasi dan informasi Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Republik Indonesia (Kominfo Bandung: CV Alfabeta.
RI).2018.Penggunaan internet Suntrock J.W,(2011). Perkembangan
Indonesia Nomer Enam Dunia Remaja (Edisi VI, Alih Bahasa :
Jakarta:Kementrian komunikasi Shinto B. Adelar, dkk).Jakarta:
dan informatika. Erlangga.
Kuss, D.J., Griffiths M.D., Karila L., & Young, K.S., & Abreu C.N. (2010).
Billieux J. (2013). Internet Internet Addiction : A handbook
Addiction: A systematic review of and guide to evalution and
epidemiological research for the treatment. John Wilay & Son.
last decade. Current Retrieved from
Pharmaceutical Design https:///books.google.com/books?
Laili, F.M. and Nuryono W. (2015). hl=en&lr=&id=C_omSZQyfYcC&
Penerapan Konseling Keluarga pgis=1
Untuk Mengurangi Kecanduan
Game Online Pada Siswa Kelas
VIII Smp Negeri 21 Surabaya.
Jurnal BK.
Ma’rifatul L.F., & Nuryono, W. (2015).
Penerapan Konseling Keluarga
Untuk Mengurangi Kecanduan
Game Online Pada Siswa Kelas
VIII Smp Negeri 21 Surabaya.
Jurnal BK, 5(1), 65–72.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Rini,A. (2011). Menanggulangi
Kecanduan Game On-Line Pada
Anak.Jakarta.Pustaka Mina
Sari, A.P., Asmidir I., & Ifdil I., (2018).
Tingkat Kecanduan Internet pada
Remaja Awal. JPPI (Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia)
Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja.
Jakarta: Grafindo Persada.
Siti Nurina Hakim., Aliffatullah Alyu Raj.,
(2017). Dampak kecanduan

Anda mungkin juga menyukai