Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KOMUNITAS II

“HE PHILOSOPY OF HOME CARE”


Dosen Pembimbing :
Nasrudin S.Kep, Ns. M. Kes

Disusun oleh kelompok 4 :

1. Jamaludin Arya Dela (7316042)

2. Mohammad Raf Sanjani (7316009)

3. Muhammad Ibrahim (7316010)

4. Muhammad Ridho (7316022)

5. Duwi Sindi Pratita (7316016)

6. Bayyinatul Husniyah (7316024)

7. Shofi Nur Faidati (7316018)

8. Farindatul Hasanah (7316035)

9. Lutvy Dwi Septina (7316044)

10. Ria Intan Sari (7316017)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Komunitas II yang berjudul “HE PHILOSOPY
OF HOME CARE” ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun atas dasar
untuk memenuhi tugas mata kuliah sitem pencernaan yang diberikan dosen
pengajar.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu,
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada.

1. Rektor UNIPDU Jombang : Bapak prof.Dr .H.Ahmad Zahro,Ma


2. Dekan Fakultas ilmu Kesehatan : Ibu Pujiani,S.kep.Ns.M.Kes
3. Ka.Prodi S1 Keperawatan : Ibu Khotimah,S.kep.Ns,M.Kes
4. Dosen Pembimbing : Bapak Nasrudin,S.Kep.,Ns. M, Kes
5. Orang tua, dosen, dan teman-teman atas do’a dan dorongannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi susunan
bahasa, tulisan maupun bahasan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca sebagai evaluasi dan referensi
kami dalam memperbaiki makalah ini maupun dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

Kami berharap semoga denga adanya makalah yang kami susun dapat
bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam hal kesehatan.

Jombang, 02 April 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
KONSEP TEORI .................................................................................................... 1
1.1 Pengertian ................................................................................................. 1
1.2 Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care ....... 2
1.3 Sejarah Perkembangan Home Care .......................................................... 6
BAB II ................................................................................................................... 10
APLIKASI DAN KASUS ..................................................................................... 10
2.1 Aplikasi .................................................................................................. 10
2.2 Pembahasan Kasus ................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
KONSEP TEORI
1.1 Pengertian

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan
layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L,
1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan
keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan
kepada individu keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Home
Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang
yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan
Mc.Ewen , 2001)
Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993)
Home Care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien,
sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di
rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan
merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William
Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam
bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien
yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “ home care ” adalah :
1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah
sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge
planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit
semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim
keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.

1
2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan
keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau
puskesmas.
3. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen
rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan
yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau
pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (Warola,1980 dalam
Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang
disusun oleh PPNI dan Depkes).
Sedangkan Heath Education (HE) menurut (Notoatmojo,1997)
adalah Suatu Proses perubahan yang dinamis dalam upaya pencapaian
tujuan, salah satu bagian bentuk promosi kesehatan bagi klien dan
lingkungan. Menurut (WHO,194) suatu proses yang bertujuan untuk
mengubah perilaku kesehatan pada individu, keluarga maupun masyrakat.
Jadi HE Home Care adalah suatu proses perubahan yang dinamis yang
di berikan oleh tenaga kesehatan kepada individu maupun keluarga yang
dirawat di rumah sendiri mengenai kesehatan dengan suatu tujuan untuk
mengubah atau meningkatkan derajat kesehatan individu maupun keluarga
tersebut.
1.2 Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care

Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung


home care antara lain:
1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang

2
meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan
kesehatan individu yang meliputi
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada
lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas
melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,
kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat
dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia
yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu
akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada
kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy.
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan
yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara
individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan
frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya
interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan
baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat.

3
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan,
dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu
dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979
Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang
hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan
lingkungannya.
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus
bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai
”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia
meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-
faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.
4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki
empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya
kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi

4
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan
psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5. Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam
konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori
Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh
usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang
tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu
tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi
tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia
yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan
indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang
timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).

5
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan
secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan
pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan
self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan
pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri
sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem
memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau
berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada
orang lain.
6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan
keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien.

1.3 Sejarah Perkembangan Home Care

Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang


berkembang paling pesat. Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang
melakukan perawatan di rumah meningkat menjadi 50%. Pada awalnya,
keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan yang diberikan bagi
orang-orang miskin di rumah mereka.
William Rathbone memulai program perawat yang berkunjung ke
rumah (visiting nurse) pada tahun 1859, setelah istrinya meninggal dan
dirawat oleh seorang perawat di rumahnya. Selanjutnya di akhir tahun 1800-
an, Amerika Serikat mendirikan perkumpulan perawat yang datang ke
rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang menyebabkan terjadinya
penyakit-penyakit menular sampai dengan awal abad ke-19, perawatan bagi

6
orang sakit dan orang cacat di rumah-rumah mereka menjadi bentuk
tradisional dari pelayanan kesehatan bagi kebanyakan orang (Spiegel,
1987).
Di tahun 1940-an, rumah sakit mulai menunjukkan keberhasilannya
pada perawatan di rumah karena meningkatnya jumlah orang yang sakit
kronis. Perkumpulan-perkumpulan visiting nurse semakin menjamur di
berbagai kota besar dan kecil, sampai akhirnya di awal tahun 1980-an
digunakan sistem Diagnostic – Related Groups (DRGs) untuk menurunkan
lama rawat inap dari seorang pasien. Pelayanan perawatan di rumah
selanjutnya dipandang bukan hanya sebagai cara yang terpilih untuk
memberikan perawatan pada klien, tetapi juga merupakan cara yang paling
murah.
Dalam kegiatan kongres ICN 13 July 2009 di Afrika
Selatan dibahasSharing experience tentang Home Based Carre dan Primary
Health care dimasing masing negara. Permasalahan dinegara berkembang
hampir sama yaitu communicable disease dan kurangnya sumber daya baik
tenaga perawat maupun fasilitas, termasuk teknologi serta pentingnya
kompetensi perawat dalam melaksanakan Home Based care dengan aspek
legal yang kuat dalam praktek.
1) Di Luar Negeri
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak
sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit
infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu
telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya
masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai
perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional,
sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh
USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah
pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat
Praktik Mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah
sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).

7
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home
Care terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya
diberikan oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting
Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan
yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS
(Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan
system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat dibayar melalui
pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai
layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing
yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender
& Spradley, 2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama
pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing,
yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang
miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari
kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit,
dibawah pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam
Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus berkembang
sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah:
a. merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan
nyaman dan damai
c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan
keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah
berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health
Visitor (HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah
dengan peran lain ialah :
a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun
masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan

8
b. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
1. DI DALAM NEGERI

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal


yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota
keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah
secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh
dapat dikemukakan dalam perawatan maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di
Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di Indonesia, sejak
berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program Home Care (HC)
yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan
siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal
dirumah pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa
bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun
siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus
membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan
yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan
Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

9
BAB II
APLIKASI DAN KASUS
2.1 Aplikasi

1. Mekanisme Pelayanan Home care

Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah


dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah
sakit, maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung
menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek
keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme
yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa
terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis
layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
b. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak
dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator
kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan
kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga,
akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan,
membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan
apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup
jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta
jangka waktu pelayanan.
c. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana
pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan
yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh
koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga
pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
d. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.

10
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan
dirumah :
a. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau
menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan
pengelola.
b. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi
(Informed consent)
c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab,
dan haknya dalam menerima pelayanan.
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
a) Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas,
sarana lain, keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola
kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan
kasus
b) Proses pelayanan home care
1. Persiapan
1) Pastikan identitas pasien
2) Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
3) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
4) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
5) Siapkan file asuhan keperawatan
6) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2. Peran dan Fungsi Perawat dalam Home Healthcare

a. Peran:
1) Manajer Kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan dengan
anggota keluarga dan penyedia pelayanan kesehatan atau
pelayanan sosial yang lain untuk meningkatkan pencapaian
pelayanan,

11
2) Pelaksana /Pemberi Asuhan: Memberikan pelayanan langsung
dan melakukan supervisi pelayanan yang diberikan oleh anggota
keluarga atau pelaku rawat (care giver),
3) Pendidik: Mengajarkan keluarga tentang sehat sakit dan bertindak
sebagai penyedia informasi kesehatan.
4) Kolaborator : Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh
keluarga dan mengkolaborasikan dengan keluarga dalam
merencanakan pelayanan,
5) Pembela (Advocate): Melakukan pembelaan terhadap pasien
melalui dukungan peraturan,
6) Konselor: Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikan
masalah dan mengembangkan koping yang konstruktif,
7) Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan: Melibatkan diri dalam
menemukan kasus di keluarga dan melakukan rujukan secara
cepat,
8) Penata lingkungan rumah: Melakukan modifikasi lingkungan
bersama pasien dan keluarga dan tim kesehatan lain untuk
menunjang lingkungan sehat,
9) Peneliti: Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban
melalui pendekatan ilmiah.
b. Fungsi:
1) Fungsi sebagai Manajer Kasus:
a) Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan kesehatan,
b) Menyusun rencana pelayanan keperawatan dan pelayanan
kesehatan lainnya di rumah,
c) Mengkoordinir aktifitas tim kesehatan multidisiplin dalam
memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien di rumah,
d) Memantau kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan
kesehatan lainnya yang diberikan kepada pasien di rumah.
2) Fungsi sebagai Pemberi Asuhan:

12
a) Melakukan pengkajian asuhan keperawatan secara
komprehensif,
b) Menetapkan masalah (diagnosa keperawatan),
c) Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan
kebutuhan pasien dan potensi keluarga,
d) Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup
tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif,
e) Melakukan observasi terhadap kondisi kesehatan dan
perkembangan/respon pasien,
f) Membantu pasien dan anggota keluarga mengembangkan
perilaku koping yang efektif,
g) Melibatkan anggota keluarga dalam memberikan perawatan
pasien di rumah,
h) Membimbing semua anggota keluarga dalam melakukan
aktifitas promosi dan pemeliharaan kesehatan,
i) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan,
j) Mendokumentasikan asuhan keperawatan.
3) Fungsi sebagai Pendidik:
a) Mengidentifikasi pasien dan keluarga akan pendidikan
kesehatan,
b) Memilih metode pembelajaran dan menyiapkan materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah
pasien dan keluarga,
c) Menyusun rencana kegiatan pendidikan kesehatan,
d) Melaksanakan pendidikan kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan pasien,
e) Mengajarkan anggota keluarga tentang keterampilan dan
strategi yang dibutuhkan dalam mengasuh anggota keluarga
yang sakit,
f) Mendorong keluarga untuk melakukan upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan melalui perilaku hidup sehat,
g) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.

13
4) Fungsi sebagai Kolaborator:
a) Melakukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain
untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien,
b) Melakukan kerjasama dengan sumber-sumber/fasilitas
pelayanan yang ada di masyarakat untuk menyelesaikan
masalah kesehatan pasien.
5) Fungsi sebagai Pembela:
a) Mendemonstrasikan tehnik komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga di rumah,
b) Menghormati hak pasien,
c) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan,
d) Melaksanakan fungsi pendampingan,
e) Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait
dengan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah kesehatan,
f) Memfasilitasi pasien dalam memanfaatkan sumber-sumber
untuk mengatasi masalah kesehatannya.
6) Fungsi sebagai Konselor:
a) Membantu penyelesaian masalah pasien dan keluarganya,
b) Membantu pasien dan keluarga mempertimbangkan berbagai
solusi dalam rangka menetapkan cara yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan keluarga,
c) Menunjang komunikasi efektif keluarga untuk meningkatkan
penyelesaian masalah,
d) Mengkomunikasikan bahwa keluarga bertanggung jawab
memilih alternatif penyelesaian masalah.
7) Fungsi Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan:
a) Mengembangkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala
atau faktor yang berkontribusi dengan kondisi atau masalah
yang akan dicari,
b) Menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi
potensi masalah kesehatan atau kondisi tertentu,

14
c) Menetapkan kebutuhan rujukan yang sesuai,
d) Melakukan rujukan terhadap kasus yang perlu penanganan
dari tim kesehatan lainnya,
e) Menyediakan pelayanan tindak lanjut terhadap kasus yang
teridentifikasi.
8) Fungsi Penata Lingkungan Rumah
a) Memodifikasi lingkungan yang memungkinkan peningkatan
kesehatan pasien,
b) Memodifikasi lingkungan yang memungkinkan pasien
mandiri dalam perawatan dirinya.
9) Fungsi Peneliti:
a) Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti,
b) Merancang dan melakukan penelitian keperawatan,
c) Menyebarluaskan hasil penelitian,
d) Mengaplikasikan temuan hasil riset ke dalam praktik.
2.2 Pembahasan Kasus

1. Manajemen Kasus
Model manajemen kasus melibatkan pelayanan multidisiplin.
Dalam model ini, perawat sebagai manajer kasus bekerja dengan
disiplin lain memberikan pelayanan kepada pasien dengan berbagai
penyakit atau ketidakmampuan fungsional. Perawat menentukan jenis
pelayanan yang dibutuhkan pasien, membuat perencanaan kunjungan
(jadwal kunjungan) multidisiplin dan mengadakan konferensi dengan
tenaga kesehatan lain secara periodik atau sesuai kebutuhan untuk
menilai perkembangan pasien/ keluarga terhadap pelayanan yang
diberikan serta menilai kualitas pelayanan yang diberikan.
Kegiatan manajemen kasus mencakup proses manajemen yang
meliputi langkah-langkah yaitu; seleksi kasus, pengkajian kebutuhan
pelayanan, perencanaan kebutuhan pelayanan pasien, pelaksanaan
koordinasi pemenuhan kebutuhan pelayanan, dan berikutnya
pemantauan dan evaluasi penyediaan pelayanan multidisiplin. Proses

15
manajemen kasus dalam pelayanan keperawatan kesehatan di rumah
mencakup:
a. Melakukan seleksi kasus yang membutuhkan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah melalui metode manajemen kasus
antara lain:
a) Resiko tinggi; Bayi, Balita, remaja, Ibu maternal, lansia;
b) Cidera Tulang Belakang, Fraktur Multiple, Cidera Kepala;
c) Pasien koma, Diabetes Melitus (DM), AIDS, Gagal Jantung,
Asma berat;
d) Cerebro Vascular Accident (CVA, Stroke);
e) Pasien dengan amputasi;
f) Ketergantungan obat;
g) Pasien dengan luka kronis;
h) Disfungsi kandung kemih, neurologis;
i) Pasien yang menerima pelayanan rehabilitasi;
j) Pasien yang mendapat terapi atau Nutrisi melalui infus;
k) Masalah ibu post partum dan masalah reproduksi;
l) Pasien psikiatri, demensia;
m) Kekerasan dalam rumah tangga.
b. Membuat Perencanaan Penyediaan Pelayanan, dalam membuat
perencanaan, manajer kasus bekerja sama dengan pasien, keluarga
dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lain. Kegiatan yang
dilakukan:
a) Membuat rencana kunjungan (jadwal kunjungan) yang berisi;
b) Membuat rencana berkaitan dengan tindakan dan pembiayaan
yang diperlukan pasien dari berbagai pemberi pelayanan;
c) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat
seperti pemberi pelayanan dan pelayanan kesehatan yang
tersedia sesuai kebutuhan pasien.
c. Melakukan Koordinasi Penyediaan Pelayanan, manajer kasus
melakukan koordinasi penyediaan pelayanan dengan tim kesehatan

16
lain serta melakukan rujukan kasus. Kegiatan yang dilakukan,
meliputi :
a) Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
berbagai pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat
yang dapat digunakan pasien sesuai dengan kebutuhan mereka;
b) Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga
tentang tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang akan
diberikan (Informed Consent);
c) Mengkoordinasikan rencana manajemen kasus kepada tim
kesehatan yang akan memberikan pelayanan kepada pasien
berdasarkan jadwal kunjungan yang telah dibuat;
d) Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien sepanjang rentang
perawatan yang dibutuhkan pasien;
e) Melaksanakan pelayanan keperawatan berfokus pada tujuan
yang telah ditetapkan hingga pasien mampu mandiri dalam
memenuhi kebutuhannya;
f) Melakukan rujukan dengan berbagai pelayanan kesehatan
dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang akan dirujuk,
keterjangkauan pelayanan dan sumber-sumber yang tersedia.
d. Melakukan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan,
yaitu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang
diberikan untuk menilai perkembangan pasien dan ketercapaian
tujuan serta kualitas pelayanan yang diberikan.
a) Melakukan monitor tindakan yang dilakukan oleh tim
kesehatan serta perkembangan pasien terkait dengan perubahan
status medis, perubahan kemampuan fungsional pasien,
kebutuhan pendidikan kesehatan pasien dan keluarga;
b) Menilai respon atau hasil akhir pelayanan untuk membuat
keputusan tentang penghentian perawatan di rumah.
2. Mengevaluasi Proses Manajemen Kasus
Mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan.

17
Dalam sistem Praktik Keperawatan Mandiri, struktur
organisasi pengelola dapat digambarkan seperti pada bagan
dibawah ini yang dapat pula diterapkan dalam Pelayanan
Keperawatan Kesehatan Di Rumah. Pemimpin unit yang
membawahi dua sub unit yaitu sub unit yang bertanggung jawab
terhadap administrasi dan sub unit yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan. Sub unit pelayanan membawahi tenaga
Koordinator Kasus (case manager) dan tenaga pemberi pelayanan
(care giver). Dalam pelaksanaannya struktur organisasi dapat
disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia sehingga beberapa
fungsi dapat dilaksanakan oleh satu orang. Demikian pula
sebutan/penamaannya sesuai dengan kesepakatan setempat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Allender, et all. (1999). Community Health Nursing. Philladelphia: Lippincott.


Ayers, et all. (1998). Community – Based Nursing Care. Philladelphia: Mosby
Years Books.
Cecep, T. 2012. Home Care : Konsep Kesehatan Masa Kini. Edisi ke-1. Nuha
Medika, Yogyakarta
Clark, M. J. (1999). Nursing in The Community. California: Appleton & Lange.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman Perawatan Kesehatan di Rumah.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gilliss, C. L., et all. (1989). Toward a Science of Family Nursing.California:
Addison and Whalley.
Smith, M. C. (2001). Community Nursing Care. Philadelphia: Mosby Years
Books

19

Anda mungkin juga menyukai