Anda di halaman 1dari 28

MATERI PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

08.03 Materi Kuliah Keperawatan 2 comments


A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan terutama oleh gigitan nyamuk aedes aegypti.

B. Ciri- Ciri Nyamuk Penyebar Penyakit


1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
2. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi,
tempayan, drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung.
3. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap
dan lembab
4. Menggigit di siang hari
5. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter

C. Tanda Dan Gejala Penyakit


1. Mendadak demam (panas tinggi), suhu badan antara 38 C-40 C atau lebih
selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas.
2. Lemah/ lesu
3. Gelisah
4. Nyeri ulu hati
5. Tampak bintik-bintik merah
6. Kadang mimisan, berak darah atau muntah darah
7. Kesadaran menurun atau renjatan (shock)

D. Cara Penanganan Pertama


1. Berikan air minum yang banyak berupa oralit, the, susu dan lain-lain.
2. Kompres dingin pada ubun-ubun, lipatan paha dan ketiak.
3. Jika belum sembuh segera bawa ke dokter dan puskesmas terdekat

E. Pencegahan

1. Biologi : misalnya memelihara ikan pemakan jentik


2. Fisik
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M :
a. Menguras bak mandi
b. Menutup tempat penampungan air
c. Mengubur atau menyingkirkan benda- benda yang dapat digenangi air seperti
3. Kimia : Dengan cara pemberian abatisasi, pengasapan dan foging.
Makalah Promkes Diare, DBD, imunisasi BCG
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap tahun kasus tenang penyakit diare semakin meningkat. Angka kesakitan
dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang diare menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap diare. Selain itu,
belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pencegahan serta
pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang menderita sakit perut
yang mungkin tidak disebabkan Diare menjadi ketakutan berlebihan sehingga
minta rawat inap di rumah sakit. Di samping itu, masyarakat belum banyak
mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang pencegahan dan
pengendalian vektor Diare. Akibatnya, peran serta masyarakat terhadap
pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di masyarakat,
masih banyak yang tidak peduli terhadap asupan makan makanan yang mereka
konsumsi yang pada akhirnya menimbulkan diare. Pada beberapa gerakan
penyuluhan dalam rangka pencegahan diare sering salah sasaran.

B. TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pencegahan diare.
Tujuan khusus :
1.

Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit diare.

2.

Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.

3.

Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.

4. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya kebersihan makanan yang akan


dikonsumsi
5.

Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.

C. RUMUSAN MASALAH

Apakah definisi penyakit diare?

Apa saja penyebab penyakit diare?

Bagaimana tanda dan gejala penyakit diare?

Bagaimana cara pencegahan penyakit diare?

Bagaimana pengobatan penyakit diare?

Siapakah sasaran promosi kesehatan pada penyakit diare?

Apakah tujuan promosi kesehatan diare?

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah


menggunakan metode pustaka dan study literature, dengan mencari dan
mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti website, internet dan bukubuku yang ada.

BAB II

PROPOSAL PROGRAM PROMOSI KESEHATAN


DENGAN PENYAKIT GASTRITIS

A. PENDAHULUAN

Nama kegiatan

: Promosi Kesehatan

Masalah

: Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diare

Pokok bahasan

: Penyakit saluran pencernaan

Sub pokok bahasan

: Diare

Sasaran

: Masyarkat di RW 3

Pelaksana

: Mahasiswa Akper Depkes Baturaja


Tingkat IIA

Waktu

: 30 menit (10.00-10.30 WIB)

Pertemuan ke-1

: 25 November 2011

Tempat

: Air Gading, Baturaja

B. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana terdiri dari mahasiswa tingkat IIA Poltekkes Depkes Palembang
Prodi Keperawatan Baturaja. Susunan panitia pada kegiatan promosi kesehatan
ini adalah sebagai berikut :
Ketua

: Yuriendo Najimi

Sekertaris

: Defri Aryanti

Bendahara

: Defri Aryanti

Moderator

: Septia Reni

C. Tujuan promosi kesehatan

Tujuan penyuluhan pencegahan penyakit Diare yaitu:


Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan
diare.
2.

Meningkatkan perilaku masyarakat untuk berprilaku hidup sehat

3.

Meningkatkan status kesehatan masyarakat

Tujuan khusus :
1.

Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit diare.

2.

Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.

3.

Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.

4. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya kebersihan makanan yang akan


dikonsumsi
5.

Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.

D. Sasaran promosi kesehatan


a. Tatanan rumah tangga
Sasaran di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan didesa Air Gading, Baturaja yang terbagi dalam :
1.) Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah prilakunya atau
anggota keluarga yang bermasalah.
2.) Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang
bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader
tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sector terkait.
3.)

Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure pembantu dalam


menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya promosi kesehatan misal, kepala desa, lurah, camat, kepala
Puskesmas, guru, tokoh masyarakat.

b. Kemungkinan hambatan dan kesuitan.


Hambatan yang mungkin dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan warga dan
terbatasnya waktu dan dana yang tersedia.
c. Sumber daya yang potensial.
Tokoh kunci di masyarakat dapat menjadi mitra dalam pemberdayaan
masyarakat adalah ketua RT, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader kesehatan
dan tokoh pemuda.
d. Penyebab permasalahan yang bersifat prilaku dan budaya.

Adanya prilaku masyarakat yang tidak sehat seperti kurangnya kebersihan


makanan, kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan..

E. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan
pencegahan penyakit diare adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster,
penyebaran leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan slide
untuk pengetahuan tentang Diare.

F. Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi


Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi tentang kapan
pelaksanaan dan evaluasi akan dilaksanakan, dimana, sasaran serta siapa yang
akan melakukan pelaksanaan dan evaluasi.

G. Pokok materi

1.

Pengertian penyakit diare.

2.

Penyebab penyakit diare.

3.

Tanda dan gejala penyakit diare.

4.

Pencegahan penyakit diare.

5.

Pengobatan penyakit diare.

6.

Perawatan pada penderita diare.

H. Kegiatan Belajar Mengajar


1.

Metode

: Ceramah, Tanya jawab.

2.

Langkah-langkah kegiatan

a.

Kegiatan pra pembelajaran

1.

Mempersiapkan materi, media dan tempat.

2.

Memberikan salam

3.

Perkenalan

4.

Kontrak waktu

b.

Membuka pembelajaran

1.

Menjelaskan pokok bahasan

2.

Menjelaskan tujuan

3.

Apersepsi

c.

Kegiatan inti

1.

Penyuluh menjelaskan materi diare.

2.

Sasaran menyimak materi daire.

3.

Sasaran mengajukan pertanyaan tentang diare.

4.

Penyuluh menjawab pertanyaan.

5.

Penyuluh menyimpulkan jawaban.

d.

Penutup

1.

Evaluasi

2.

Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi

3.

Memberi salam

I. Media dan sumber


Media

: Leaflet (terlampir), Power Point , gambar

Sumber

: berbagai referensi buku dan internet

J. Evaluasi
1.

Prosedu

: Pre Test dan Post Test

2.

Jenis test

: Pertanyaan secara lisan

3.

Butir soal

:6

a.

Jelaskan pengertian penyakit Diare !

b.

Jelaskan penyebab penyakit Diare !

c.

Jelaskan tanda dan gejala penyakit Diare !

d.

Jelaskan cara pencegahan penyakit Diare !

e.

Jelaskan cara pengobatan penyakit diare !

f.

Jelaskan cara merawat penderita diare !

BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris =
diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun

B. Penyebab
Diare disebabkan oleh infeksi dari lumen saluran cerna, dan dindingnya seperti
akibat dari komplikasi penyakit lain di luar saluran cerna. Bisa juga karena
sejenis zat racun yang tidak sesuai dan atau tidak bisa dikenal oleh saluran
cerna yang berasal dari makanan atau minuman.
Kuman Penyebab adalah amuba, kebanyakan adalah kelompok shigella dan
salmonella (termasuk Salmonella typhi, dan para typhi A dan B, demam typhoid
dan paratyphoid, dan masih banyak lagi jenis salmonella lainnya, termasuk
salmonella typhimurium0. belakangan ternyata jenis Campilobacter diakui
merupakan penyebab diare yang utama di seluruh dunia.
Pada bayi yang hanya berbaring di dalam boks dan juga minum susu saja,
terutama yang tinggal di daerah yang sanitasinya kurang baik, maka jenis
Clastridium juga merupakan penyebab diare (sering terdapat pada daging babi
maupun sapi).
Diare yang berat sering disebabkan oleh kuman Vibrio, terutama Vibrio cholera.
Penyebab lainnya juga dari kelompok protozoa (misalnya, jenis Amoeba,
Blantidium, dan Giardia yang langsung menginfeksi saluran cerna, dan malaria
sebagai akibat komplikasinya). Begitu juga beberapa jenis cacing seperti cacing
bulat (Nematoda), cacing dalam darah (seperti Schistosoma dan Fasciolopsis).
Diare yang berat kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah bersama tinja,
mungkin karena racun yang dihasilkan kuman penyebab (endotoksin). Toksin
atau racun, bisa juga dari makanan dan minuman yang masuk seperti air dan
susu yang tercemar. Toksin meresap ke dinding saluran cerna menimbulkan luka
sehingga berdarah. Kuman yang paling sering bertanggung jawab jawab atas
kejadian ini adalah Staphylococus aureus, beberapa jenis Salmonella dan kuman

yang masuk golongan enteropathik Eschercia coli. Karena gangguan proses


penyerapan makanan, mungkin diare lebih populer diistilahkan oleh awam
sebagai sebagai gangguan pencernaan (malabsorbtion), tinja sering berlemak,
sering merupakan tahap awal kekurangan vitamin. Pada zaman dahulu sewaktu
rombongan Colombus mengelilingi dunia, karena terlalu lama dalam pelayaran
tidak makan sayuran dan buah-buahan segar maka kekurangan vitamin C
(scorbutl sprue) disertai infeksi sejenis Protozoa. Seperti jenis Giardia lambia dan
sejenis cacing Capillaria. Gejala ini juga terjadi pada anak-anak yang kekurangan
enzym pencernaan khususnya enzym lactase untuk mencerna susu.
Diare yang kronis yaitu, hilang lalu timbul kembali, bisa jadi disebabkan oleh
infeksi yang terus menerus oleh jenis Shigella, Entamoeba, dan Schistosoma
sebagaimana udah disebutkan di atas.
Pada keadan seperti ini terjadi pada perubahan pada sel epitel dinding saluran
cerna yang merupakan permulaan terjadi perdangan usus besar yang kronis
(Colitis chronica) dan selaput lendir usus besar akan berkerut. Lama kelamaan
bisa menjadi keganasan (carcinoma=kanker), sehingga diare makin berat dan
kadang-kadang disertai tinja berdarah.
Infeksi virus bisa menimbulkan diare ringan sampai berat. Diare karena virus
tidak terlalu menginfeksi langsung pada saluran cerna, tetapi karena infeksi
menurunkan daya tahan tubuh secara umum.

C. Tanda dan Gejala Penyakit Diare


Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai
mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada
punggung,dan perut berbunyi.
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering ke toilet dan
terganggunya aktivitas sehari-hari; diare yang berat juga dapat menyebabkan
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium,
magnesium dan klorida.
Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun dan
dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan kelainan
serius lainnya. Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang
dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat.

Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan


keseimbangan asam-basa dalam darah.
Pertama-tama, dipastikan dulu apakah diarenya timbul tiba-tiba dan untuk
sementara waktu atau menetap. Dilihat juga apakah:
Penyebabnya adalah perubahan makanan

Terdapat gejala lain seperti demam, nyeri dan ruam kulit


Ada orang lain yang juga memiliki gejala yang sama.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan contoh tinja.
Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya, ditemukannya
lemak, darah atau zat-zat yang tidak dapat dicerna, dan jumlahnya dalam 24
jam.

Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja untuk:


Mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya
Menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik
Mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba dan Giardia.

Bila secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar, maka pencahar yang


diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja. Untuk memeriksa lapisan rektum
dan anus dapat dilakukan sigmoidoiskopi. Kadang-kadang perlu dilakukan biopsi
(pengambilan contoh lapisan rektum untuk pemeriksaan mikroskop).
D. Perawatan pasien diare
Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang
mencukupi untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan
elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi.
Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak
dibutuhkan.
Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
Diare pada balita
Diare menengah atau berat pada anak-anak
Diare yang bercampur dengan darah.
Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam,
kehilangan berat badan, dan lain-lain.
Diare pada orang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti
parasit)
Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan
mental.
E. Pengobatan Diare

Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada


penyebabnya. Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan
penyebabnya, misalnya permen karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk
menghentikan diare.Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang
berhenti minum kopi atau minuman cola yang mengandung cafein.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang
digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa
membantu meringankan diare Untuk membantu mengeraskan tinja bisa
diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu
dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung
air, gula dan garam.
Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang dapat
dilakukan adalah:
Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh
yang hilang;
Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
Berikan garam Oralit.
Segeralah priksakan penderita ke dokter apabila diare berkelanjutan untuk
menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

F. Pencegahan diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
-

Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:

1)

sebelum makan,

2)

setelah buang air besar,

3)

sebelum memegang bayi,

4)

setelah menceboki anak

5)

sebelum menyiapkan makanan;

Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan Diare memang penting bagi
sasaran yaitu masyarakat Air Gading Baturaja. Untuk menambah kesadaran
tentang pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap Diare.

DAFTAR PUSTAKA

Angga. 2008. http://anggasite.blogspot.com/Makalah tentang diare - Pengertian


diare - Laporan pendahuluan diare - Makalah Diare _ peutuah.html
Fitriani, Sinta. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Tambunan, Hetty. 2009. http:/hetty.wordpress.com/diare/promosi-kesehatanuntuk-kader.html
Wikipedia. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Diare

PROMKES DEMAM BERDARAH

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap memasuki awal dan akhir musim hujan kita selalu disibukkan oleh
terjadinya kenaikan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah
dengue (DBD). Kejadian tersebut selalu berulang dan meresahkan sehingga
masyarakat dihantui ketakutan tertular atau terinfeksi virus dengue penyebab
DBD. Sebab, DBD dapat secara cepat menimbulkan kematian. Sektor kesehatan
dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota bahkan sampai ke pelayanan
terdepan, para pejabat publik selalu kewalahan mengatasi masalah KLB DBD
yang sampai saat ini belum mampu dikendalikan dengan baik.
Angka kesakitan dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang DBD menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap
infeksi virus dengue. Selain itu, belum optimalnya peran serta masyarakat dalam
pencegahan serta pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang
menderita demam yang mungkin tidak disebabkan DBD menjadi ketakutan
berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah sakit. Di samping itu,
masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang
pencegahan dan pengendalian vektor DBD. Akibatnya, peran serta masyarakat
terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di
berbagai pemukiman/rumah-rumah, termasuk di asrama banyak jentik nyamuk
aedes di tempat-tempat penampungan air; baik di tipe perumahan tertata
maupun yang tidak tertata. Bahkan, tidak jarang jentik nyamuk aedes ditemukan
dalam jumlah cukup banyak di fasilitas umum, seperti sekolah, kantor, tempattempat ibadah. Pada beberapa gerakan kebersihan dalam rangka pencegahan
dan pengendalian nyamuk DBD sering salah sasaran.
Yang dilakukan adalah membersihkan saluran pembuangan limbah, drainase,
dan sampah sehingga tempat penampungan air sebagai habitat
perkembangbiakan nyamuk DBD tidak tersentuh. Gerakan kebersihan tersebut
tidak salah dan sangat bagus untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).Apabila, hal itu bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan
DBD tidak tepat sasaran. Gerakan tersebut membuktikan bahwa pemahaman
masyarakat tentang DBD dan cara pengendalian vektor masih belum baik.
Pengetahuan atau pemahaman tentang DBD, cara pencegahan, dan
pengendaliannya secara baik dan benar oleh masyarakat, aparat pemerintah,
dan lintas sektor terkait, termasuk LSM dan tokoh masyarakat akan
meningkatkan kepedulian, kemampuan, dan peran sertanya secara tepat.
Dengan demikian, diharapkan mempunyai daya ungkit yang positif dalam
mencegah terjadinya penularan dan KLB DBD di Indonesia.

Karena itu, perlu dilakukan terobosan baru untuk meningkatkan pemaham


terhadap masyarakat melalui penyuluhan, kampanye, atau promosi kesehatan
tentang DBD, vektor, cara penularan, serta cara pencegahan dan
pengendaliannya secara berkesinambungan.
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Artinya,
kejadian dan penularannya dipengaruhi berbagai faktor lingkungan. Tiga faktor
lingkungan yang berpengaruh, antara lain lingkungan biologi, fisik, sosialbudaya.
Lingkungan biologi, seperti virus dengue sebagai penyebab/ agen penyakit,
nyamuk aedes sebagai penular disebut sebagai vektor DBD, manusia sebagai
penjamu atau hospes yang menderita sakit dengue dan DBD, faktor-faktor
biologi lain, seperti musuh alami nyamuk (bakteri, predator, parasit, parasitoid)
dan vegetasi lainnya.
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk vektor, masyarakat umum
menyebut sebagai nyamuk demam berdarah, yaitu nyamuk aedes, aedes
aegypti sebagai vektor utama, dan Ae albopictus sebagai vektor sekunder.
Nyamuk aedes warna hitam dan belang-belang sehingga sering disebut sebagai
nyamuk harimau, lebih banyak menggigit manusia sehingga disebut bersifat
antropofilik. Nyamuk aedes aegypti sebagai vektor DBD sangat efektif, di
samping rentan terhadap virus dengue juga bersifat multiple feeding. Artinya,
aedes aegypti dalam menghisap darah sampai kenyang sering berpindah hospes
dari satu orang ke orang lain. Sifat ini meningkatkan risiko penularan pada masa
KLB karena satu nyamuk aedes infektif dalam satu hari akan mampu menularkan
virus dengue kepada lebih dari satu orang (calon pasien). Kebiasaan menggigit
atau menghisap darah hospes terjadi pada siang hari, puncak aktivitas
menggigit antara pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00. Di
Indonesia, vektor DBD sebagai nyamuk pemukiman. Artinya, berada dan
ditemukan di daerah pemukiman penduduk. Habitat perkembangbiakan stadium
pradewasa,yaitu telur, larva, dan pupa, terdapat di segala jenis tempat
penampungan air, seperti bak mandi, penampungan air minum, pot bunga,
kaleng bekas, drum, ban bekas, aksila pohon, talang air, tempat minum
unggas.Wadah ini yang berisi air bersih, relatif jernih dan tidak langsung kontak
dengan tanah.

B. TUJUAN

Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya


pencegahan demam berdarah dengan 3M.
Tujuan khusus :
1.

Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit demam berdarah.

2.

Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.

3.

Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.

4. Masyarakat dapat menghilangkan jentik-jentik nyamuk penyebab demam


berdarah.
5.

Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Demam Berdarah (DBD)


Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat
jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan
demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis
di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta
kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.

B. Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang
merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang
diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus
tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru
muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis
virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem
imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan
mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi
untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus
dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat
menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan
Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan
menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa
inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke

keturunannya melalui telur (transovarial).Beberapa penelitian menunjukkan


bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula
berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor
nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang
yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu,
risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia
kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah
Masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus
dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala
demam berdarah sebagai berikut :
1.

Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)


perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4.

Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5.

Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 7 terjadi penurunan


trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
8.

Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada


persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

D. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah


A. Bagaimana Cara Mencegah DBD ?
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes Aegypti) harus
diberantas, sebab vacsin untuk pencegahannya belum tersedia

Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah memberantas


jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal sebagai
"Gerakan 3M" yaitu menguras, menutup, menimbun
Olehkarena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di kamar-kamar dalam
asrama dan tempat-tempat umum, seperti pemandian umum. Maka setiap
mahasiswa harus melaksanakan "3M" secara teratur sekuang-kurangnya
seminggu sekali
B. Bagaimana Cara melaksanakan "3M" ?
Untuk mencegah penyakit DBD setiap mahasiswa dianjurkan untuk
melaksanakan "3M" di kamar atau di rumah dan halaman masing-masing
dengan melibatkan seluruh warga asrama, dengan cara sebagai berikut :
Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, ember-ember.
Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali
Mengganti air tempat minum burung
Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air
Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang
sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu
penampungan air hujan
E. Pengobatan Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,
mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan
agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh
dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet
dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian
obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan demam
Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.
Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan
alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus
jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik,

akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan
peningkatan nilai trombosit darah.

BAB III
Perencanaan Promosi

A. Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan penyuluhan pencegahan penyakit Demam berdarah yaitu:


Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya pencegahan
demam berdarah dengan 3M.
2.

Meningkatkan perilaku mahasiswa untuk berprilaku hidup sehat

3.

Meningkatkan status kesehatan mahasiswa di asrama

Tujuan khusus :
1.

Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit demam berdarah.

2.

Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.

3.

Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.

4. Masyarakat dapat menghilangkan jentik-jentik nyamuk penyebab demam


berdarah.
5.

Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.

B. Sasaran promosi kesehatan

a. Mahasiswa yang tinggal di asrama Poltekes Palembang Prodi Keperawatan


Baturaja
Sasaran di asrama adalah seluruh anggota asrama secara keseluruhan
terbagi dalam :
1.) Sasaran Primer

Adalah sasaran utama dalam asrama yang akan dirubah prilakunya atau
anggota asrama yang bermasalah.
2.) Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam asrama yang
bermasalah misalnya, Pengawas Asrama, Ketua Asrama, petugas kesehatan
asrama dan sector terkait.
3.) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya promosi kesehatan misal, Kepala Prodi keperawatan Baturaja,
Poltekes Palembang. Pengawas Asrama, Para Dosen terkait.

b. Kemungkinan hambatan dan kesulitan.


Hambatan yang mungkin dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan
mahasiswa dan terbatasnya waktu dan dana yang tersedia.

c. Penyebab permasalahan yang bersifat prilaku dan budaya.


Adanya prilaku mahasiswa yang tidak sehat seperti membuang sampah
sembarangan, tidak berpola hidup sehat, dan kurangnya kesadaran dari
mahasiswa asrama tentang pentingnya pencegahan timbulnya penyakit demam
berdarah dikalangan asrama.

C. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan
pencegahan penyakit demam berdarah adalah penyuluhan langsung,
pemasangan poster, penyebaran leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa
foto-foto dan slide untuk pengetahuan tentang DBD.

D. Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi


Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi tentang kapan
pelaksanaan dan evaluasi akan dilaksanakan, dimana, sasaran serta siapa yang
akan melakukan pelaksanaan dan evaluasi.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan DBD memang penting bagi
sasaran yaitu mahasiswa yang tinggal di asrama. Untuk menambah kesadaran
tentang pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap DBD.

PROMKES IMUNISASI BCG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Data statistik menunjukkan makin banyak penyakit menular bermunculan dan
senantiasa mengancam kesehatan. Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu,
anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih
dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya
Imunisasi. Bayi-bayi yang baru lahir, anak-anak usia muda yang bersekolah dan
orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit
menular yang mematikan.Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan
sangat vital agar bayi-bayi, anak-anak muda dan orang dewasa terlindungi
hanya dengan melakukan Imunisasi.
Di Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak-anak,
yakni BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia
(WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari penyakit
tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada
pula jenis vaksin yang dianjurkan, misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza,
MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela. Dalam makalah ini hanya akan membahas
mengenai imunisasi BCG.

1.2. Tujuan Makalah


a.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan

b.

Untuk lebih memahami materi mengenai imunisasi.

c.

Untuk mengetahui manfaat imunisasi BCG.

1.3. Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode library research.
Maksudnya, pengumpulan data dengan membaca literature dan buku buku
perpustakaan. Dan sebagian mencari sumber dari media elektronik.

1.4. Rumusan Masalah


a.

Apa yang dimaksud dengan imunisasi BCG?

b.

Berapa kali jumlah pemberian imunisasi BCG?

c.

Pada usia berapa bulan imunisasi BCG diberikan?

d.

Dimana letak penyuntikan imunisasi BCG?

e.

Bagaimana tanda keberhasilan vaksinasi BCG?

f.

Bagaimana efek samping dari imunisasi BCG?

g.

Apa manfaat dari vaksin BCG?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti unuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut
seperti vaksin polio.
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC. (Dirjen PPM dan PLP, 1989 : 71). Vaksin BCG merupakan
vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah vaksin beku kering
seperti campak berbentuk bubuk.BCG berasal dari strain bovinum M.
Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang mengandung sebanyak 50.000
1.000.000 partikel/ dosis. Bakteri ini menyebabkan TBC pada sapi tapi tidak pada
manusia. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M. tuberculosis

yang hidup, karenanya bisa berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa
mengindus antibody seumur hidup.

2.2. Jumlah Pemberian


Cukup 1 kali, karena vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
terbentuk akan memiliki kualitas yang sama dengan yang terinfeksi secara
alami. Oleh karena itu, antibodi yang dihasilkan melalui vaksinasi sudah tinggi.
Berbeda dari vaksin yang berisi kuman mati, umumnya memerlukan booster
atau pengulangan.

2.3. Usia Pemberian


Kelompok umur yang rentan terserang TB adalah usia balita, terutama usia
kurang dari 1 tahun. Hal ini disebabkan anak umumnya punya hubungan erat
dengan penderita TB dewasa, seperti dengan ibu, bapak, nenek, kakek, dan
orang lain yang serumah. Karena itulah, vaksin BCG sudah diberikan kepada
anak sejak berusia kurang dari 1 tahun, yaitu usia 2 bulan. Di usia ini sistem
imun tubuh anak sudah cukup matang untuk mendapat vaksin BCG. Namun, bila
ada anggota keluarga yang tinggal serumah atau kerabat yang sering
berkunjung ke rumah menderita TB, maka ada baiknya bayi segera diimunisasi
BCG setelah lahir. Bila umur bayi sudah terlewat dari 2 bulan, sebelum dilakukan
vaksinasi hendaknya jalani dulu tes Mantoux (tuberkulin). Gunanya untuk
mengetahui, apakah tubuh si anak sudah kemasukan kuman Mycobacterium
tuberculosis atau belum. Vaksinasi BCG dilakukan apabila tes Mantoux negatif.

2.4. Lokasi Penyuntikan


Yang dianjurkan oleh WHO adalah di lengan kanan atas. Cara menyuntikkannya
pun membutuhkan keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit.
Bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak
di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Para orangtua juga tak perlu khawatir
dengan luka parut yang bakal timbul di lengan, karena umumnya luka parut
tersebut tidaklah besar.

2.5. Tanda Keberhasilan Vaksinasi


Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-8
minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh
sendiri, mengering dan meninggalkan luka/jaringan parut. Jika bisul tak muncul,
jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat
cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam

kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena
lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar
rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB,
infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat
vaksinasi alamiah.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid
jangka panjang, penderita infeksi HIV), serta tidak
dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya.

2.6. Efek samping


Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau selangkangan bila
penyuntikan dilakukan di paha) , tanpa disertai nyeri tekan maupun demam,
yang akan menghilang dalam waktu 3 6 bulan. Biasanya akan sembuh sendiri.
Reaksi yang mungkin terjadi:
a.
Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12
minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
b.
Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher
bagian bawah (atau selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha), tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena


penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan.
Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam


atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

2.7. Manfaat Vaksin BCG


Tujuan dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah
untuk mencegah penyakit TBC. Telah diketahui bahwa penyakit TBC mudah
sekali menular, sedangkan pada masa bayi telah diketahui pula sangat peka
terhadap serangan penyakit, apalagi terhadap penyakit menular. Tentunya
memberikan peluang yang sangat besar untuk terkena penyakit menular atau
TBC kalau anak tersebut tidak diimunisasi BCG.
Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat penting diberikan sedini mungkin.
Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan kesehatan dan kesejahteraan
anak di waktu dewasa nantinya. Dengan imunisasi BCG dapat mencegah
terjadinya komplikasi yang serius penyakit TBC, misalnya TBC dapat menjadi TBC
otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan cacat di waktu kecil dan
pastinya pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu di masa dewasa
nantinya. Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh
seperti : paru-paru, tulang, kelenjar getah bening, sendi, ginjal, dan hati. Untuk
itu, pemberian imunisasi BCG secara dini sangatlah diperlukan.
TBC sendiri merupakan penyakit yang disebabkan bakteri mycobacterium
tuberculosis. Masa inkubasinya berbeda dari penyakit lain. Pada penyakit lain,
inkubasi diartikan sebagai tenggang waktu antara mulai masuknya bibit penyakit
sampai munculnya gejala seperti demam. Sedangkan pada TBC, masa inkubasi
dihitung dari masuknya kuman hingga timbulnya pembesaran getah bening di
dalam paru-paru yang kadang tidak memperlihatkan gejala. Masa inkubasi ini
rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu. Di saat itulah dokter sudah bisa
mengatakan si kecil telah positif mengidap TBC. Setelah masa inkubasi barulah
timbul gejala.

Anak umumnya mengidap TBC lantaran tertular orang dewasa. Pada orang
dewasa, bakteri penyebab TBC masuk ke paru-paru kemudian menyerang
dinding saluran napas dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri
TBC. Setiap kali yang bersangkutan batuk, bakteri TBC yang berukuran kurang
dari 10 mikron ikut terlontar keluar dan melayang-layang di udara. Kalau anak
yang sehat menghirup udara yang kebetulan mengandung bakteri TBC, maka ia
berkemungkinan terkena.
Namun pada anak-anak, bakteri yang ikut masuk tadi hanya menyerang jaringan
paru-paru. Jadi, tidak sampai menyerang dinding saluran napas/bronchus. Itulah
sebabnya, anak yang menderita TBC umumnya tidak memperlihatkan gejala
batuk. Karena tidak pernah batuk, bakteri jadi tidak pernah keluar dan anak tidak
akan pernah menularkan penyakitnya kepada orang lain. Fase ini dinamakan
sebagai TBC tertutup.
Meski begitu, pada anak-anak dengan status gizi sangat buruk, bakteri TBC bisa
saja menyerang saluran bronchusnya hingga menimbulkan rongga bernanah
berisi bakteri TBC seperti layaknya TBC pada orang dewasa. Anak akan sering

terbatuk dan ikut keluarlah nanah dan bakteri yang bercokol di tubuhnya. TBC
anak yang seperti ini bersifat menular dan fasenya bukan tertutup lagi,
melainkan sudah terbuka.
Hal yang perlu diwaspadai dari penyakit ini adalah terjadinya komplikasi.
Komplikasi terjadi karena bakteri yang masuk ke paru-paru tidak bisa dilawan
oleh sel darah putih. Akibatnya, bakteri tersebut masuk ke aliran darah dan
menyerang organ-organ vital seperti tulang, sendi panggul, otak, dan lain-lain.
Hal ini umumnya terjadi pada anak yang belum mendapat vaksinasi BCG atau
bisa juga karena ibu menderita TBC di masa hamil dan kemudian menularkannya
pada bayi melalui ASI. Risiko tertular makin besar bila si anak memiliki kondisi
gizi buruk.
Tes untuk mendeteksi
Tidak mudah untuk memvonis seorang anak mengidap TBC. Dibutuhkan
serangkaian tes dan konsultasi langsung dengan keluarga untuk menemukan
jawaban pastinya:
1.

Tes Rontgen

Tes ini untuk mengetahui ada tidaknya flek paru pada anak. Sayangnya hasil foto
rontgen tak bisa dijadikan patokan mutlak. Sebab, flek paru pada anak untuk
menentukan sebuah penyakit tidaklah khas. Artinya, flek yang disebabkan oleh
TBC dan asma, contohnya, relatif sama. Ini berbeda dengan orang dewasa, foto
flek paru akibat TBC pada orang dewasa umumnya sedikit berawan pada bagian
atas, sedangkan pada penderita asma berawan pada bagian bawah.
Selain itu, anak yang tidak ada flek parunya saat di-rontgen bukan berarti bebas
dari TBC. Bisa saja dia tidak terkena TBC paru, tapi TBC tulang hingga hasilnya
tidak tampak. Pemeriksaan rontgen ini tentu saja mesti diikuti tes lainnya.
2.

Tes Mantoux

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kadar sel darah putih (leukosit) pada
anak. Jika jumlah sel leukosit menunjukkan peningkatan tajam melebihi standar
normal (>10 milimeter), ada kemungkinan yang bersangkutan menderita TBC.
Meningkatnya sel darah putih ini berguna untuk melawan bakteri TBC.
Pemeriksaan ini umumnya dilanjutkan dengan screening untuk menentukan
apakah ia positif terkena TBC atau tidak. Pemeriksaan ini juga mesti dilakukan
hati-hati, karena bukan berarti anak yang jumlah leukositnya rendah negatif
pastilah TBC. Mungkin saja si anak berstatus gizi sangat buruk, hingga tubuhnya
tidak bisa memproduksi sel darah putih, alias kekebalan tubuhnya terganggu.
3.

Tes Darah

Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana laju endap darahnya. Selain bisa juga
ditemukan adanya antibodi TBC. Jika laju endap darahnya kurang baik dan
ditemukan antibodi TBC, besar kemungkinan si kecil terkena TBC.

4.

Wawancara

Untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit anak, wawancara mesti dilakukan


secara detail. Beberapa yang hal yang biasanya ditanyakan antara lain lamanya
demam, siapa saja anggota keluarga yang berpotensi kemungkinan menularkan
penyakit, adakah keluarga yang mengidap TBC. Semua pertanyaan itu sangat
penting untuk menegakkan diagnosa TBC pada anak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Ketahanan
terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel
bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif,
dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG
(Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia termasuk negara
endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB
disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita
batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen
untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk mendeteksi peningkatan
kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju
endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk
mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan
tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada
yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain
menhindarianak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan
tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

DAFTAR PUSTAKA

1.

www.google.com

2.

www.astaqauliyah.com

3.

http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=459

PENYULUHAN MELALUI SIARAN KELILING


Pada hari Jumat 28 Oktober 2011 telah dilaksanakan penyuluhan melalui siaran keliling tim
Puskesmas Banjarangkan 1 yang berlokasi di Desa Negari dari pukul 08.00-09.00 wita.
Materi penyuluhan yang diberikan adalah mengenai penyakit Deman Berdarah(DBD) dan Flu
Burung.
Untuk materi Demam berdarah dijelaskan kepada masyarakat mulai dengan pengertian penyakit
(DBD) itu sendiri, penyebab, cara penularan, gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyaki DBD
serta cara pencegahannya.
Dalam penyuluhan tersebut dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memberantas sarang
nyamuk yang menjadi penyebab dari penyakit(DBD) yaitu dengan gerakan 3M, yang diantaranya
adalah dengan Menguras bak mandi seminggu sekali. Menutup tempat penampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Untuk materi Flu Burung dijelaskan Pengertian Flu Burung, penyebab Flu Burung, cara
penularan dan gejala dari penyakit Flu Burung.
Dalam penyuluhan Flu Burung di sisipkan pesan-pesan kepada masyarakat, antara lain:
Diharapkan kepada masyarakat jika menemukan unggas mati mendadak tanpa sebab
dalam jumlah banyak untuk segera melaporkan kepada Kepala Desa, Dinas Peternakan
atau Puskesmas.
Untuk masyarakat yang memelihara unggas agar memisahkan kandang ayam dan
bebek dengan pemukiman.

Setelah menyentuh unggas serta sebelum atau sesudah memasak supaya mencuci
bersih tangan dengan sabun dan air mengalir.

Jangan sentuh unggas mati tanpa pelindung tangan,mulut dan sepatu boot.

Bakar dan kubur bangkai sedalam lutut,jangan buang bangkai ke sungai.

Ayam sakit jangan diperjualbelikan.

Masak matang daging unggas dan terlur.

Bagi anggota keluarga yang sakit seperti panas atau pilek untuk segera berobat ke
puskesmas.

Dengan diadakannya penyuluhan melalui siaran keliling dengan materi Demam Berdarah(DBD)
dan Flu Burung diharapkan kepada masyarakat tahu dan mengerti sehingga bisa melaksanakan
tindakan untuk mencegah terjadinya penularan dari penyakit tersebut.

Istikharah Cinta The Movie.3gp

Cinta Ramadan.mp4

Janji Adam.KB.E01.mp4

Kekasih.Awak.Dan.Akhir.2011.SDTVRip.sgadmovies.mp4.mp4

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/makalahpromkes-diare-dbd-imunisasi-bcg.html

Anda mungkin juga menyukai