E. Pencegahan
A. Latar Belakang
Setiap tahun kasus tenang penyakit diare semakin meningkat. Angka kesakitan
dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang diare menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap diare. Selain itu,
belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pencegahan serta
pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang menderita sakit perut
yang mungkin tidak disebabkan Diare menjadi ketakutan berlebihan sehingga
minta rawat inap di rumah sakit. Di samping itu, masyarakat belum banyak
mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang pencegahan dan
pengendalian vektor Diare. Akibatnya, peran serta masyarakat terhadap
pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di masyarakat,
masih banyak yang tidak peduli terhadap asupan makan makanan yang mereka
konsumsi yang pada akhirnya menimbulkan diare. Pada beberapa gerakan
penyuluhan dalam rangka pencegahan diare sering salah sasaran.
B. TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pencegahan diare.
Tujuan khusus :
1.
2.
3.
C. RUMUSAN MASALAH
D. METODE PENULISAN
BAB II
A. PENDAHULUAN
Nama kegiatan
: Promosi Kesehatan
Masalah
Pokok bahasan
: Diare
Sasaran
: Masyarkat di RW 3
Pelaksana
Waktu
Pertemuan ke-1
: 25 November 2011
Tempat
B. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana terdiri dari mahasiswa tingkat IIA Poltekkes Depkes Palembang
Prodi Keperawatan Baturaja. Susunan panitia pada kegiatan promosi kesehatan
ini adalah sebagai berikut :
Ketua
: Yuriendo Najimi
Sekertaris
: Defri Aryanti
Bendahara
: Defri Aryanti
Moderator
: Septia Reni
3.
Tujuan khusus :
1.
2.
3.
Sasaran tersier
E. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan
pencegahan penyakit diare adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster,
penyebaran leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan slide
untuk pengetahuan tentang Diare.
G. Pokok materi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Metode
2.
Langkah-langkah kegiatan
a.
1.
2.
Memberikan salam
3.
Perkenalan
4.
Kontrak waktu
b.
Membuka pembelajaran
1.
2.
Menjelaskan tujuan
3.
Apersepsi
c.
Kegiatan inti
1.
2.
3.
4.
5.
d.
Penutup
1.
Evaluasi
2.
3.
Memberi salam
Sumber
J. Evaluasi
1.
Prosedu
2.
Jenis test
3.
Butir soal
:6
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris =
diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun
B. Penyebab
Diare disebabkan oleh infeksi dari lumen saluran cerna, dan dindingnya seperti
akibat dari komplikasi penyakit lain di luar saluran cerna. Bisa juga karena
sejenis zat racun yang tidak sesuai dan atau tidak bisa dikenal oleh saluran
cerna yang berasal dari makanan atau minuman.
Kuman Penyebab adalah amuba, kebanyakan adalah kelompok shigella dan
salmonella (termasuk Salmonella typhi, dan para typhi A dan B, demam typhoid
dan paratyphoid, dan masih banyak lagi jenis salmonella lainnya, termasuk
salmonella typhimurium0. belakangan ternyata jenis Campilobacter diakui
merupakan penyebab diare yang utama di seluruh dunia.
Pada bayi yang hanya berbaring di dalam boks dan juga minum susu saja,
terutama yang tinggal di daerah yang sanitasinya kurang baik, maka jenis
Clastridium juga merupakan penyebab diare (sering terdapat pada daging babi
maupun sapi).
Diare yang berat sering disebabkan oleh kuman Vibrio, terutama Vibrio cholera.
Penyebab lainnya juga dari kelompok protozoa (misalnya, jenis Amoeba,
Blantidium, dan Giardia yang langsung menginfeksi saluran cerna, dan malaria
sebagai akibat komplikasinya). Begitu juga beberapa jenis cacing seperti cacing
bulat (Nematoda), cacing dalam darah (seperti Schistosoma dan Fasciolopsis).
Diare yang berat kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah bersama tinja,
mungkin karena racun yang dihasilkan kuman penyebab (endotoksin). Toksin
atau racun, bisa juga dari makanan dan minuman yang masuk seperti air dan
susu yang tercemar. Toksin meresap ke dinding saluran cerna menimbulkan luka
sehingga berdarah. Kuman yang paling sering bertanggung jawab jawab atas
kejadian ini adalah Staphylococus aureus, beberapa jenis Salmonella dan kuman
F. Pencegahan diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
-
Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:
1)
sebelum makan,
2)
3)
4)
5)
Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan Diare memang penting bagi
sasaran yaitu masyarakat Air Gading Baturaja. Untuk menambah kesadaran
tentang pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap Diare.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap memasuki awal dan akhir musim hujan kita selalu disibukkan oleh
terjadinya kenaikan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah
dengue (DBD). Kejadian tersebut selalu berulang dan meresahkan sehingga
masyarakat dihantui ketakutan tertular atau terinfeksi virus dengue penyebab
DBD. Sebab, DBD dapat secara cepat menimbulkan kematian. Sektor kesehatan
dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota bahkan sampai ke pelayanan
terdepan, para pejabat publik selalu kewalahan mengatasi masalah KLB DBD
yang sampai saat ini belum mampu dikendalikan dengan baik.
Angka kesakitan dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang DBD menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap
infeksi virus dengue. Selain itu, belum optimalnya peran serta masyarakat dalam
pencegahan serta pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang
menderita demam yang mungkin tidak disebabkan DBD menjadi ketakutan
berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah sakit. Di samping itu,
masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang
pencegahan dan pengendalian vektor DBD. Akibatnya, peran serta masyarakat
terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di
berbagai pemukiman/rumah-rumah, termasuk di asrama banyak jentik nyamuk
aedes di tempat-tempat penampungan air; baik di tipe perumahan tertata
maupun yang tidak tertata. Bahkan, tidak jarang jentik nyamuk aedes ditemukan
dalam jumlah cukup banyak di fasilitas umum, seperti sekolah, kantor, tempattempat ibadah. Pada beberapa gerakan kebersihan dalam rangka pencegahan
dan pengendalian nyamuk DBD sering salah sasaran.
Yang dilakukan adalah membersihkan saluran pembuangan limbah, drainase,
dan sampah sehingga tempat penampungan air sebagai habitat
perkembangbiakan nyamuk DBD tidak tersentuh. Gerakan kebersihan tersebut
tidak salah dan sangat bagus untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).Apabila, hal itu bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan
DBD tidak tepat sasaran. Gerakan tersebut membuktikan bahwa pemahaman
masyarakat tentang DBD dan cara pengendalian vektor masih belum baik.
Pengetahuan atau pemahaman tentang DBD, cara pencegahan, dan
pengendaliannya secara baik dan benar oleh masyarakat, aparat pemerintah,
dan lintas sektor terkait, termasuk LSM dan tokoh masyarakat akan
meningkatkan kepedulian, kemampuan, dan peran sertanya secara tepat.
Dengan demikian, diharapkan mempunyai daya ungkit yang positif dalam
mencegah terjadinya penularan dan KLB DBD di Indonesia.
B. TUJUAN
2.
3.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang
merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang
diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus
tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru
muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis
virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem
imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan
mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi
untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus
dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat
menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan
Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan
menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa
inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke
5.
akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan
peningkatan nilai trombosit darah.
BAB III
Perencanaan Promosi
3.
Tujuan khusus :
1.
2.
3.
Adalah sasaran utama dalam asrama yang akan dirubah prilakunya atau
anggota asrama yang bermasalah.
2.) Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam asrama yang
bermasalah misalnya, Pengawas Asrama, Ketua Asrama, petugas kesehatan
asrama dan sector terkait.
3.) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya promosi kesehatan misal, Kepala Prodi keperawatan Baturaja,
Poltekes Palembang. Pengawas Asrama, Para Dosen terkait.
C. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan
pencegahan penyakit demam berdarah adalah penyuluhan langsung,
pemasangan poster, penyebaran leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa
foto-foto dan slide untuk pengetahuan tentang DBD.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan DBD memang penting bagi
sasaran yaitu mahasiswa yang tinggal di asrama. Untuk menambah kesadaran
tentang pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap DBD.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
PEMBAHASAN
yang hidup, karenanya bisa berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa
mengindus antibody seumur hidup.
kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena
lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar
rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB,
infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat
vaksinasi alamiah.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid
jangka panjang, penderita infeksi HIV), serta tidak
dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
Anak umumnya mengidap TBC lantaran tertular orang dewasa. Pada orang
dewasa, bakteri penyebab TBC masuk ke paru-paru kemudian menyerang
dinding saluran napas dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri
TBC. Setiap kali yang bersangkutan batuk, bakteri TBC yang berukuran kurang
dari 10 mikron ikut terlontar keluar dan melayang-layang di udara. Kalau anak
yang sehat menghirup udara yang kebetulan mengandung bakteri TBC, maka ia
berkemungkinan terkena.
Namun pada anak-anak, bakteri yang ikut masuk tadi hanya menyerang jaringan
paru-paru. Jadi, tidak sampai menyerang dinding saluran napas/bronchus. Itulah
sebabnya, anak yang menderita TBC umumnya tidak memperlihatkan gejala
batuk. Karena tidak pernah batuk, bakteri jadi tidak pernah keluar dan anak tidak
akan pernah menularkan penyakitnya kepada orang lain. Fase ini dinamakan
sebagai TBC tertutup.
Meski begitu, pada anak-anak dengan status gizi sangat buruk, bakteri TBC bisa
saja menyerang saluran bronchusnya hingga menimbulkan rongga bernanah
berisi bakteri TBC seperti layaknya TBC pada orang dewasa. Anak akan sering
terbatuk dan ikut keluarlah nanah dan bakteri yang bercokol di tubuhnya. TBC
anak yang seperti ini bersifat menular dan fasenya bukan tertutup lagi,
melainkan sudah terbuka.
Hal yang perlu diwaspadai dari penyakit ini adalah terjadinya komplikasi.
Komplikasi terjadi karena bakteri yang masuk ke paru-paru tidak bisa dilawan
oleh sel darah putih. Akibatnya, bakteri tersebut masuk ke aliran darah dan
menyerang organ-organ vital seperti tulang, sendi panggul, otak, dan lain-lain.
Hal ini umumnya terjadi pada anak yang belum mendapat vaksinasi BCG atau
bisa juga karena ibu menderita TBC di masa hamil dan kemudian menularkannya
pada bayi melalui ASI. Risiko tertular makin besar bila si anak memiliki kondisi
gizi buruk.
Tes untuk mendeteksi
Tidak mudah untuk memvonis seorang anak mengidap TBC. Dibutuhkan
serangkaian tes dan konsultasi langsung dengan keluarga untuk menemukan
jawaban pastinya:
1.
Tes Rontgen
Tes ini untuk mengetahui ada tidaknya flek paru pada anak. Sayangnya hasil foto
rontgen tak bisa dijadikan patokan mutlak. Sebab, flek paru pada anak untuk
menentukan sebuah penyakit tidaklah khas. Artinya, flek yang disebabkan oleh
TBC dan asma, contohnya, relatif sama. Ini berbeda dengan orang dewasa, foto
flek paru akibat TBC pada orang dewasa umumnya sedikit berawan pada bagian
atas, sedangkan pada penderita asma berawan pada bagian bawah.
Selain itu, anak yang tidak ada flek parunya saat di-rontgen bukan berarti bebas
dari TBC. Bisa saja dia tidak terkena TBC paru, tapi TBC tulang hingga hasilnya
tidak tampak. Pemeriksaan rontgen ini tentu saja mesti diikuti tes lainnya.
2.
Tes Mantoux
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kadar sel darah putih (leukosit) pada
anak. Jika jumlah sel leukosit menunjukkan peningkatan tajam melebihi standar
normal (>10 milimeter), ada kemungkinan yang bersangkutan menderita TBC.
Meningkatnya sel darah putih ini berguna untuk melawan bakteri TBC.
Pemeriksaan ini umumnya dilanjutkan dengan screening untuk menentukan
apakah ia positif terkena TBC atau tidak. Pemeriksaan ini juga mesti dilakukan
hati-hati, karena bukan berarti anak yang jumlah leukositnya rendah negatif
pastilah TBC. Mungkin saja si anak berstatus gizi sangat buruk, hingga tubuhnya
tidak bisa memproduksi sel darah putih, alias kekebalan tubuhnya terganggu.
3.
Tes Darah
Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana laju endap darahnya. Selain bisa juga
ditemukan adanya antibodi TBC. Jika laju endap darahnya kurang baik dan
ditemukan antibodi TBC, besar kemungkinan si kecil terkena TBC.
4.
Wawancara
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Ketahanan
terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel
bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif,
dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG
(Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia termasuk negara
endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB
disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita
batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen
untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk mendeteksi peningkatan
kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju
endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk
mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan
tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada
yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain
menhindarianak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan
tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
DAFTAR PUSTAKA
1.
www.google.com
2.
www.astaqauliyah.com
3.
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=459
Untuk materi Flu Burung dijelaskan Pengertian Flu Burung, penyebab Flu Burung, cara
penularan dan gejala dari penyakit Flu Burung.
Dalam penyuluhan Flu Burung di sisipkan pesan-pesan kepada masyarakat, antara lain:
Diharapkan kepada masyarakat jika menemukan unggas mati mendadak tanpa sebab
dalam jumlah banyak untuk segera melaporkan kepada Kepala Desa, Dinas Peternakan
atau Puskesmas.
Untuk masyarakat yang memelihara unggas agar memisahkan kandang ayam dan
bebek dengan pemukiman.
Setelah menyentuh unggas serta sebelum atau sesudah memasak supaya mencuci
bersih tangan dengan sabun dan air mengalir.
Jangan sentuh unggas mati tanpa pelindung tangan,mulut dan sepatu boot.
Bagi anggota keluarga yang sakit seperti panas atau pilek untuk segera berobat ke
puskesmas.
Dengan diadakannya penyuluhan melalui siaran keliling dengan materi Demam Berdarah(DBD)
dan Flu Burung diharapkan kepada masyarakat tahu dan mengerti sehingga bisa melaksanakan
tindakan untuk mencegah terjadinya penularan dari penyakit tersebut.
Cinta Ramadan.mp4
Janji Adam.KB.E01.mp4
Kekasih.Awak.Dan.Akhir.2011.SDTVRip.sgadmovies.mp4.mp4
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/makalahpromkes-diare-dbd-imunisasi-bcg.html