0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan12 halaman
Studi ini meneliti hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghabiskan waktu lama di jejaring sosial dan mengalami kesulitan tidur, serta terdapat hubungan antara intensitas penggunaan jejaring sosial dengan insomnia.
Studi ini meneliti hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghabiskan waktu lama di jejaring sosial dan mengalami kesulitan tidur, serta terdapat hubungan antara intensitas penggunaan jejaring sosial dengan insomnia.
Studi ini meneliti hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghabiskan waktu lama di jejaring sosial dan mengalami kesulitan tidur, serta terdapat hubungan antara intensitas penggunaan jejaring sosial dengan insomnia.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2017 HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sains Terapan Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Disusun oleh : Lisa Puspita Dewi 1610104382
PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2017 HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA1
Lisa Puspita Dewi2, Suesti3
puuspita12@yahoo.co.id
INTISARI : Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab terjadinya insomnia pada remaja yang paling sering disebabkan oleh faktor kebiasaan seperti gaya hidup remaja yang haus akan teknologi sehingga sering berlama-lama menggunakan internet terutama dalam penggunaan jejaring sosial yang intens. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Responden penelitian 134 responden siswa siswi kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta menggunakan teknik Proportional stratified random sampling. Intensitas penggunaan situs jejaring sosial diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas 0,916 dan insomnia diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas 0,914. Analisa data menggunakan Chi square. Hasil analisa data dengan Chi square dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) 73,1% pernyataan kuesioner tertinggi mengatakan siswa siswi yang aktif di jejaring sosial lebih menyenangkan daripada dunia nyata; (2) 69,4% siswa siswi intens dengan penggunaan situs jejaring sosial; (3) 61,2% pernyataan kuesioner tertinggi mengatakan siswa siswi terbangun pada malam hari dan tidak bisa tidur lagi; (4) 57,5% siswa siswi terdapat kejadian insomnia; (5) Ada hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Disarankan untuk memberikan informasi tentang penggunaan situs jejaring sosial yang berpengaruh terhadap kejadian insomnia pada siswa.
Kata kunci : Insomnia, Intensitas, Situs Jejaring Sosial
1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta PENDAHULUAN mencapai 55.000.000 pengguna (Dyach, 2012)4. Berkembangnya dunia Penggunaan internet terbesar di komunikasi telah membawa Indonesia dapat ditemukan di kota masyarakat pada suatu peradaban baru pelajar Yogyakarta, yaitu sebanyak dimana setiap individu dipelosok 36,2%. Disusul oleh Jakarta Selatan penjuru dunia manapun dapat saling dan kota industri Tangerang Selatan, berkomunikasi melalui interaksi dunia masing-masing sebanyak 33,2% dan maya atau yang lebih dikenal dengan 29,29%. Rata-rata penggunaan internet sebutan internet. Salah satu media per kabupaten/kota di Pulau Jawa komunikasi melalui internet yang sebesar 12,02% meliputi wilayah diminati oleh masyarakat adalah Mojokerto, Bandung, Madiun, dan jejaring sosial (Salim, 2009 dalam Kota Pasuruan (Ismaini, dkk 2011)5. Octaviana 2010)1. Berdasarkan usia pengguna, Pada tahun 2014, data termutahir mayoritas pengguna internet di menunjukkan pengguna internet dunia Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu diperkirakan sudah melampaui 2,2 sebesar hampir setengah dari total milyar atau sekitar 30% dari total jumlah pengguna internet di Indonesia populasi dunia. Di Indonesia pada (49%). Secara merata di setiap tahun 2014 “Pengguna internet provinsi, pengguna internet di mencapai 15% atau 38,2 juta dari total Indonesia paling banyak yang jumlah penduduk sekitar 251,2 juta pendidikannya di tingkat SMU jiwa, sedangkan pengguna jejaring sedarajat yaitu sebesar 64,7% (Profil sosial di Indonesia juga sekitar 15% Pengguna Internet Indonesia, 2014)6. dari total jumlah penduduk Indonesia Pemanfaatan situs jejaring sosial (Kementerian Perdagangan RI, 2014)2. telah menjadi tren atau gaya hidup Penelitian yang berjudul “Sleep bagi sebagian masyarakat di Quality And Elevated Blood Pressure Indonesia. Jejaring sosial pada saat ini In Adolescents” oleh Javaheri dan telah menguasai kehidupan para Cleveland (2008) dalam Ariani (2013) pengguna internet. Buktinya situs dari Case western Reserve Scholl Of jejaring sosial facebook berada pada Medicine yang dilakukan pada 238 peringkat pertama website yan paling orang remaja mengenai penurunan banyak di akses di Indonesia. Jejaring kualitas tidur menunjukkan sosial merupakan sebuah sistem menurunnya jam tidur lebih dari 1 jam struktur sosial yang terdiri dari dalam 20-30 tahun terakhir yang elemen-elemen individu atau diakibatkan oleh salah faktor yaitu organisasi. Jejaring ini akan membuat penggunaan internet (Potter & Perry, mereka memiliki kesamaan sosialitas, 2008)3. Peneliti dari University of mulai dari mereka yang telah dikenal Gothenburg’s Sahlgrenska Academy, sehari-hari sampai dengan keluarga Swedia berkesimpulan penggunaan bisa saling berhubungan (Kindarto, ponsel dan komputer secara intensif 2010)7. menimbulkan stres, gangguan tidur, Menurut wiyono (2009) orang dan gejala depresi. Semakin tidak selamanya dapat menikmati tidur berkembangnya dunia internet saat ini dengan baik. Rata-rata waktu tidur sudah banyak sekali orang yang yang dibutuhkan manusia perhari pada memakai teknologi internet. Indonesia usia remaja 12-18 tahun jumlah urutan ke-4 sebagai negara dengan kebutuhan tidur 8,5 jam perhari. Untuk pengguna internet terbanyak di Asia menjelajah internet sekedar mengakses setelah China, India dan Jepang yang jejaring sosial seringkali remaja begadang sehingga menyebabkan Berdasarkan studi pendahuluan remaja mengalami kurang tidur, yang diperoleh di SMA walaupun hanya sekedar mengakses Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada jejaring sosial dengan chatting atau siswa siswi kelas XI IPA dan IPS yang berinteraksi dengan pengguna lainnya terdiri dari kelas XI IPA 1 sampai XI sebelum jam tidur dapat mengganggu IPA 3 dan XI IPS 1 sampai XI IPS 4 pola tidur, memicu insomnia, sakit berjumlah 201 siswa. Hasil wawancara kepala dan kesulitan konsentrasi. penulis terhadap Guru BK (Bimbingan Insomnia merupakan salah satu Konseling) menemukan bahwa setiap gangguan tidur yang paling sering siswa memiliki lebih dari 2 jenis dijumpai. Biasanya timbul sebagai jejaring sosial dan 75-85% siswa suatu gejala dari gangguan lain yang melakukan aktivitas begadang mendasarinya, terutama gangguan sehingga disebut dengan julukan psikologis seperti kecemasan, depresi “manusia 24 jam”. atau gangguan emosi lainnya (Ferrita, Sedangkan hasil wawancara 2010)8. penulis terhadap 10 siswa kelas XI, Menurut Uppsala University di yang merupakan pengguna media Swedia (dalam Jackson, 2010), sosial aktif didapatkan fakta bahwa penggunaan jejaring sosial yang intens setiap siswa memiliki lebih dari 2 jenis melalui gadget ataupun smartphone jejaring sosial, remaja menggunakan secara berlebihan dapat menyebabkan jejaring sosial melalui smartphone, remaja merasakan kesenangan sendiri gadget maupun Lalptop/komputer dalam mengakses jejaring sosial lebih dari 30 menit bahkan mereka sehingga menyebabkan mereka mengaku dapat menghabiskan waktu kecanduan yang dapat memicu mereka berjam-jam dan seringkali menjadi lebih intens dalam menggunakan jejaring sosial hingga menggunakan jejaring sosial. larut malam walaupun hanya sekedar Penggunaan jejaring sosial setiap hari berkomunikasi dengan teman lain, serta kebiasaan membawa ponsel atau mengupdate status dan berbagi gadget ketempat tidur dan semakin informasi kepada pengguna jejaring lama penggunaan jejaring sosial sosial lainnya, serta disetiap kelas melalui gadget tersebut maka akan sudah terdapat Grup kelas dengan semakin mengganggu pengaturan dari menggunakan aplikasi LINE. hormon melatonin sehingga dapat menyebabkan insomnia bagi METODE PENELITIAN penggunanya (Kompas Kesehatan, Penelitian ini bertujuan untuk 2010). mengetahui hubungan intensitas situs Berdasarkan Peraturan Menteri jejaring sosial dengan insomnia pada Kesehatan (Permenkes)9 Nomor remaja di SMA Muhammadiyah 7 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin Yogyakarta. Jenis penelitian dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kuantitatif korelatif dengan Peran bidan yaitu menjalankan pendekatan waktu cross sectional. program Pemerintah mendapat Responden penelitian 134 responden kewenangan tambahan untuk siswa siswi kelas XI. Teknik sampling melakukan pelayanan kesehatan salah Proportional stratified random satunya yaitu melakukan pembinaan sampling. Instrumen penelitian adalah peran serta masyarakat di bidang kuesioner dengan analisis data kesehatan ibu dan anak, anak usia menggunakan Chi square. sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan. HASIL PENELITIAN responden mengarah pada perilaku intens terhadap penggunaan jejaring 1. Distribusi Frekuensi Intensitas sosial. Penggunaan Situs Jejaring Sosial di SMA Muhammdiyah 7 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Yogyakarta Kategori Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Intensitas Kategori Intensitas Frekuensi Presentase % Penggunaan Situs Jejaring Sosial Intens 93 responden 69,4 % Tidak Intens 41 responden 30,6 % Sumber : Data primer 2017 Ya Tidak Pernyataan F % F % Merasa cemas jika tidak 64 47,8% 70 52,2% Tabel 4.2 memperlihatkan mengakses jejaring bahwa mayoritas responden sosial. Lupa waktu tidur jika 91 67,9% 43 32,1% mempunyai perilaku intens terhadap sudah bergabung di penggunaan jejaring sosial yaitu jejaring sosial. sebanyak 93 responden (69,4%) Update status setiap hari 77 57,5% 57 42,5% di jejaring sosial. kemudian responden yang mempunyai Aktif di jejaring sosial 98 73,1% 36 26,9% perilaku tidak intens sebanyak 41 lebih menyenangkan responden (30,6%). daripada dunia nyata. Lebih banyak 79 59% 55 41% menghabiskan waktu 2. Distribusi Frekuensi Insomnia di untuk aktif di jejaring sosial dibandingkan di SMA Muhammdiyah 7 dunia nyata. Yogyakarta Lebih banyak punya 83 61,9% 51 38,1% teman di jejaring sosial daripada di dunia nyata. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Saya jarang 50 37,3% 84 62,7% Jawaban Kuesioner Insomnia menggunakan jejaring sosial. Ya Tidak Hanya menggunakan 47 35,1% 87 64,9% Pernyataan F % F % jejaring sosial jika perlu Saya merasa sulit untuk 77 57,5% 57 42,5% saja. tertidur pada malam Menggunakan 1 jejaring 91 67,9% 43 32,1% hari. sosial saja. Saya tidur kurang dari 78 58,2% 56 41,8% Jejaring sosial bukan 41 30,6% 93 69,4% 7-8 jam dalam sehari. bentuk komunikasi Saya terbangun pada 82 61,2% 52 38,8% prioritas utama. malam hari dan tidak Buku lebih menarik 42 31,3% 92 68,7% bisa tidur lagi. daripada jejaring sosial. Saya merasa terbangun 76 56,7% 58 43,3% Lebih banyak punya 53 39,6% 81 60,4% terlalu cepat. teman di dunia nyata Saya merasa tidur tidak 74 55,2% 60 44,8% daripada di jejaring memuasakan. sosial. Saya merasa kurang 75 56% 59 44% Sumber : Data primer 2017 semangat atau kurang segar saat bangun tidur. Tabel 4.1 Memperlihatkan Saya merasa mudah 56 41,8% 78 58,2% bahwa frekuensi jawaban pada untuk tertidur pada malam hari. kuesioner tentang intensitas Saya memiliki waktu 56 41,8% 78 58,2% penggunaan jejaring sosial yang paling tidur yang cukup (7-8 banyak yaitu jawaban “ya” pada jam perhari). Saya merasa tidur saya 52 38,8% 82 61,2% pernyataan kuesioner yang dalam dan tidak mudah mengatakan bahwa siswa siswi yang dibangunkan. Saya merasa mudah 63 47% 71 53% aktif di jejaring sosial lebih beraktivitas pada siang menyenangkan daripada dunia nyata hari. sebanyak 98 responden (73,1%). Hal Saya tidak pernah 58 43,3% 76 56,7% mengantuk saat tersebut menunjukkan bahwa jawaban mengikuti pelajaran di kelas. Berdasarkan tabel 4.5 diatas Saya merasa fokus 57 42,5% 77 57,5% dalam belajar. didapatkan bahwa responden yang Sumber : Data primer 2017 tidak intens terhadap penggunaan jejaring sosial mengalami tidak Tabel 4.3 memperlihatkan insomnia sebanyak 40 responden bahwa frekuensi jawaban pada (97,6%), yang mengalami insomnia kuesioner tentang insomnia yang sebanyak 1 responden (2,4%). paling banyak yaitu jawaban “ya” Sedangkan untuk responden yang pada pernyataan kuesioner yang intens terhadap penggunaan jejaring mengatakan bahwa siswa siswi sosial mengalami tidak insomnia terbangun pada malam hari dan tidak sebanyak 17 responden (18,3%), yang bisa tidur lagi sebanyak 82 responden mengalami insomnia sebanyak 76 (61,2%). Hal tersebut menunjukkan responden (81,7%). bahwa jawaban responden mengarah Berdasarkan tabel di atas di pada insomnia. dapatkan hasil bahwa uji Chi Square dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0.05) Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi menunjukan bahwa hipotesis yang Kategori Insomnia menyatakan ada hubungan intensitas penggunaan jejaring sosial dengan Kategori Intensitas Frekuensi Presentase % insomnia dapat di terima sehingga H0 Insomnia 77 responden 57,5 % Tidak Insomnia 57 responden 42,5 % ditolak dan Ha di terima artinya ada Sumber : Data primer 2017 hubungan antara intensitas penggunaan jejaring sosial dengan Tabel 4.4 memperlihatkan insomnia. Keeratan hubungan kedua bahwa mayoritas responden variabel tersebut termasuk pada mengalami insomnia yaitu sebanyak kategori sedang dengan nilai koefisien 77 responden (57,5%) kemudian contingency hitung sebesar 0,594 responden yang tidak mengalami yang terletak pada diantara 0,40 – insomnia sebanyak 57 responden 0,599. Hal tersebut mengindikasi (42,5%). bahwa apabila intens terhadap penggunaan jejaring sosial maka akan 3. Hubungan Intensitas Situs mengalami insomnia sedangkan Jejaring Sosial dengan Insomnia apabila tidak intens terhadap pada Remaja di SMA penggunaan jejaring sosial maka tidak Muhammadiyah 7 Yogyakarta akan mengalami insomnia. Tabel 4.5 Hubungan Intensitas PEMBAHASAN Situs Penggunaan Jejaring Sosial 1. Intensitas Penggunaan Jejaring dengan Insomnia pada Remaja di Sosial pada Remaja di SMA SMA Muhammadiyah 7 Muhammadiyah 7 Yogyakarta Yogyakarta Intensitas Insomnia Pearson Tabel 4.1 Memperlihatkan Jejaring Tidak Insomnia Total Chi bahwa frekuensi jawaban pada Sosial Insomnia Square kuesioner tentang intensitas Tidak 40 41 Intens (97,6% ) 1 (2,4%) (30,6%) penggunaan jejaring sosial yang paling banyak dari 12 pernyataan yaitu Intens 17 76 93 0,000 (18,3%) (81,7%) (69,4%) jawaban “ya” pada pernyataan Total 57 77 134 kuesioner yang mengatakan bahwa (42,5%) (57,5%) (100%) Sumber : Data primer 2017 siswa siswi yang aktif di jejaring sosial lebih menyenangkan daripada dunia nyata sebanyak 98 responden mempunyai perilaku intens terhadap (73,1%). Hal tersebut menunjukkan penggunaan jejaring sosial yaitu bahwa jawaban responden mengarah sebanyak 93 responden (69,4%) pada perilaku intens terhadap kemudian responden yang mempunyai penggunaan jejaring sosial. perilaku tidak intens sebanyak 41 Menurut Kuss & Griffiths responden (30,6%). (2011), penggunaan jejaring sosial Menurut Daryanto (2010)10 secara berlebihan dapat menyebabkan definisi intensitas penggunaan media adiksi bagi penggunanya. Individu sosial adalah seberapa sering dan dapat dikatakan mengalami adiksi atau seberapa lama seseorang dalam kecanduan situs jejaring sosial apabila menggunakan atau mengakses sebuah memenuhi tiga atau setegah dari enam media sosial. Intensitas penggunaan indikator yang dinyatakan oleh situs jejaring sosial bukan hanya Griffiths, indikator adiksi situs jejaring mengukur durasi pemakaian, tetapi sosial yaitu salience (dominasi situs juga keterlibatan diri dan seberapa jejaring sosial dalam pikiran dan pentingnya situs jejaring sosial tingkah laku peserta didik), mood terhadap diri seseorang. modification (peserta didik Faktor-faktor yang mendapatkan kesenangan dari mempengaruhi intensitas penggunaan aktivitas online situs jejaring sosial), situs jejaring sosial adalah suasana tolerance (aktivitas online situs emosional (mood), tingkat identifikasi jejaring sosial mengalami peningkatan khalayak dengan tokoh dalam situs secara progresif selama rentang jejaring sosial, persepsi kepuasan, periode untuk mendapatkan efek persepsi penggunaan, serta persepsi kepuasan), withdrawal (perasaan tidak nilai informasi (Andarwati dan menyenangkan pada saat peserta didik Sankarto, 2008)11. tidak melakukan aktivitas online situs jejaring sosial), conflict (pertentangan 2. Insomnia pada Remaja di SMA yang muncul dari dirinya sendiri Muhammadiyah 7 Yogyakarta tentang tingkat kegemarannya online situs jejaring sosial yang berlebihan Tabel 4.3 memperlihatkan maupun konflik yang terjadi antara bahwa frekuensi jawaban pada remaja dengan orang lain sebagai kuesioner tentang insomnia yang akibat perilakunya online situs jejaring paling banyak dari 12 pernyataan yaitu sosial) dan relapse (kecenderungan jawaban “ya” pada pernyataan perilaku peserta didik untuk kuesioner yang mengatakan bahwa mengulangi pola yang sempat siswa siswi terbangun pada malam dilakukan pada awal mengenal situs hari dan tidak bisa tidur lagi sebanyak jejaring sosial meskipun telah 82 responden (61,2%). Hal tersebut mencoba melakukan kontrol atas menunjukkan bahwa jawaban dirinya). responden mengarah pada insomnia Indikator tersebut mewakili yaitu kesulitan untuk memulai waktu jawaban pernyataan terbanyak yang tidur. dipilih oleh responden. Sehingga dapat Menurut Widya (2011)12 ”ada 15 disimpulkan responden mengalami tanda-tanda umum apabila seseorang intens paling banyak dikarenakan mengalami serangan insomnia yaitu, mereka aktif di jejaring sosial lebih Adanya gangguan tidur yang menyenangkan daripada dunia nyata. bervariasi dari ringan sampai parah, Tabel 4.2 memperlihatkan Sulit jatuh ke dalam fase tidur, Sering bahwa mayoritas responden terbangun di malam hari, Saat terbangun sulit untuk tidur kembali, sosial mengalami tidak insomnia terbangun terlalu pagi, terbangun sebanyak 17 responden (18,3%), yang terlalu cepat, tidur yang tidak mengalami insomnia sebanyak 76 memulihkan, pikiran seolah dipenuhi responden (81,7%). berbagai hal, selalu kelelahan di siang Hasil uji korelasi Chi Square hari, penat, mengantuk, sulit didapatkan hasil dengan nilai p sebesar berkonsentrasi, lekas marah/emosi, 0,000 (p<0.05) menunjukan bahwa merasa tidak pernah mendapat tidur hipotesis yang menyatakan ada yang cukup, sering sakit/nyeri kepala”. hubungan intensitas penggunaan Indikator tersebut mewakili jawaban jejaring sosial dengan insomnia dapat pernyataan terbanyak yang dipilih oleh di terima sehingga H0 ditolak dan Ha responden. di terima artinya ada hubungan antara Tabel 4.4 memperlihatkan intensitas penggunaan jejaring sosial bahwa mayoritas responden dengan insomnia. mengalami insomnia yaitu sebanyak Dari hasil penelitian pada 134 77 responden (57,5%) kemudian responden didapatkan pengguna responden yang tidak mengalami jejaring sosial yang intens dan insomnia sebanyak 57 responden insomnia sebanyak 76 responden (42,5%). (81,7%) yang disebabkan karena siswa Menurut Rafknowledge siswi yang aktif di jejaring sosial lebih 13 (2009) , insomnia adalah menyenangkan daripada dunia nyata, ketidakmampuan memenuhi waktu lupa waktu tidur jika sudah bergabung tidur, baik secara kualitas maupun di jejaring sosial, menggunakan 1 kuantitas. Gejala-gejala insomnia jejaring sosial saja, serta siswa siswi secara umum yaitu seseorang sulit lebih banyak punya teman di jejaring untuk memulai waktu tidur, sering sosial daripada di dunia nyata. terbangun pada malam hari ataupun Penggunaan jejaring sosial secara aktif ditegah tengah saat tidur. Penyebab dan intens dapat menyebabkan insomnia Menurut Widya (2011) yaitu kecanduan situs jejaring sosial karena masalah psikologis, jet lag, begadang, merasa mendapatkan kesenangan dari alat elektronik, alkohol, rokok, kopi, aktivitas online situs jejaring sosial. pemakaian obat-obatan, penyakit Dalam mengakses jejaring sosial tertentu, perubahan hormon serta setiap saat menggunakan smarthphone keturunan. dan gadget menyebabkan cahaya dari smartphone dapat memicu dan 3. Hubungan antara Intensitas menstimulus otak untuk membuat kita Penggunaan Jejaring Sosial tetap terbangun dan menunda dengan insomnia pada Remaja di keinginan untuk tidur sehingga SMA Muhammadiyah 7 menyebabkan remaja mengalami Yogyakarta insomnia (Jackson, 2010). Selain itu terdapat responden Berdasarkan tabel 4.5 yang intens tapi tidak mengalami didapatkan bahwa responden yang insomnia sebanyak 17 responden tidak intens terhadap penggunaan (18,3%), hal ini disebabkan karena jejaring sosial mengalami tidak siswa siswi tidak aktif di jejaring insomnia sebanyak 40 responden sosial lebih menyenangkan daripada (97,6%), yang mengalami insomnia dunia nyata dan tidak menggunakan sebanyak 1 responden (2,4%). jejaring sosial sebelum tidur sehingga Sedangkan untuk responden yang gejala insomnia dari mengakses intens terhadap penggunaan jejaring jejaring sosial melalui smartphone juga tidak ada. Selain itu juga terdapat gadget ketempat tidur dan semakin reponden yang tidak intens dan lama penggunaan jejaring sosial mengalami insomnia sebanyak 1 melalui gadget tersebut maka akan responden (2,4%), penggunaan semakin mengganggu pengaturan dari jejaring sosial yang jarang dilakukan hormon melatonin sehingga dapat tatapi mengalami insomnia, menurut menyebabkan insomnia bagi peneliti hal ini disebabkan karena penggunanya (Kompas Kesehatan, faktor lain seperti stres, banyak fikiran 2010). atau kecemasan akan sesuatu masalah Penelitian ini didukung oleh yang dirasakan oleh remaja itu sendiri, penelitian dari Case Western Reserve sehingga menyebabkan remaja School of Medicine, Cleveland mengalami insomnia. Sehingga (2008)14 yang melibatkan 238 remaja intensitas penggunaan jejaring sosial dengan rentang umur 13-16 tahun bukan satu-satunya penyebab dari didapatkan bahwa ”salah satu faktor insomnia. Adapun responden yang penyebab insomnia pada remaja tidak intens dan tidak insomnia adalah akses media sosial di internet sebanyak 40 responden (97,6%), hal melalui telepon seluler dan komputer ini berarti remaja tidak aktif yang dapat mempengaruhi kualitas mengakses jejaring sosial dan juga tidur pada remaja”. tidak mengalami gejala insomnia baik Hasil penelitian dari dikarenakan oleh penggunaan jejaring Northwestern University oleh Phyllis sosial yang berlebihan atau karena hal Zee (dalam Wydia, 2015) juga lain. mengungkapkan bahwa benda Berdasarkan hasil penelitian, elektronik yang bersinar terang dan insomnia yang terjadi pada remaja di langsung menyorot pada mata dapat SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta mengganggu kerja otak dan merusak dikarenakan siswa mengalami sistem jam biologis tubuh, apabila kesulitan untuk memulai tidur, seseorang sering menyalakan penggunaan situs jejaring sosial yang notebook atau iPad sebelum tidur, intens yang diakses melalui fasilitas cahayanya dapat memicu atau media elektronik berupa smarthphone menstimulasi otak untuk membuat kita dan gadget yang mereka miliki yang terbangun dan menunda keinginan diketahui bahwa benda tersebut dapat untuk tidur dan mengganggu mempengaruhi kerja otak yang pengaturan hormon melatonin yang menyebabkan penggunanya berperan dalam pengaturan jam tidur, mengalami gangguan tidur seperti sehingga nantinya seseorang akan insomnia dengan gejala yang ada. mengalami gangguan tidur (Insomnia). Menurut Uppsala University di Swedia (dalam Jackson, 2010), SIMPULAN DAN SARAN penggunaan jejaring sosial yang intens melalui gadget ataupun smartphone Berdasarkan hasil penelitian secara berlebihan dapat menyebabkan dapat disimpulkan (1) 73,1% remaja merasakan kesenangan sendiri pernyataan kuesioner tertinggi dalam mengakses jejaring sosial mengatakan siswa siswi yang aktif di sehingga menyebabkan mereka jejaring sosial lebih menyenangkan kecanduan yang dapat memicu mereka daripada dunia nyata; (2) 69,4% siswa menjadi lebih intens dalam siswi intens dengan penggunaan situs menggunakan jejaring sosial. jejaring sosial; (3) 61,2% pernyataan Penggunaan jejaring sosial setiap hari kuesioner tertinggi mengatakan siswa serta kebiasaan membawa ponsel atau siswi terbangun pada malam hari dan tidak bisa tidur lagi; (4) 57,5% siswa siswi terdapat kejadian insomnia; (5) Jakarta : PT. Elex Media Ada hubungan antara intensitas Komputindo. penggunaan situs jejaring sosial 8 dengan insomnia pada remaja di SMA Ferrita, K. (2010). Hubungan Antara Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Derajat Insomnia dengan Disarankan untuk memberikan beratnya Kebiasaan Merokok informasi tentang penggunaan situs pada Mahasiswa Universitas jejaring sosial yang berpengaruh Muhammadiyah Malang. terhadap kejadian insomnia pada Skripsi. Program Pascasarjana siswa. Universitas Muhammadiyah. Malang. DAFTAR PUSTAKA 9 Peraturan Menteri Kesehatan 1 Republik Nomor Salim, P. (2009). Kamus Bahasa 1464/Menkes/Per/X/2010 Indonesia Kontemporer. Jakarta: tentang izin dan Modern English Press. penyelenggaraan praktik bidan 2 Kementerian Perdagangan Republik (diakses tanggal 12 Februari Indonesia (Kemendag RI). 2017) didapat dari : http://www.kemendag.go.id/stati http://www.kesehatan stik_neraca_perdagangan_indon depkes.go.id/pdf. esia/. (Diakses tanggal 10 10 Daryanto S.S. (2010). Kamus September 2014 jam 20:37). Bahasa Indonesia Lengkap. 3 Potter, P.A, Perry, A.G. (2008). Buku Surabaya: Apollo. Ajar Fundamental Keperawatan 11 Andarwati, S.R dan Sankarto, B.S. : Konsep, Proses, Dan Praktik. (2008). Pemenuhan Kepuasan Edisi 4.Volume 1. Alih Bahasa : Pengguna Internet Oleh Yasmin Asih, dkk. Jakarta : Pengguna Badan Litban EGC. Pertanian di Bogor. Jurnal 4 Dyach, 2012. http:// pengaruh- Perpustakaan Pertanian Vol. dukungan-keluarga- 14, Nomor 1. terhadap_15.html. Hubungan 12 Widya. (2011). Mengatasi Insomnia Intensitas Penggunaan Media : Cara Mudah Mendapatkan Internet dengan Pola Tidur pada Kembali Tidur Nyenyak Anda. Remaja. (Diakses tanggal 28 Yogyakarta: Katahati. Februari 2014). 13 5 Rafknowledge. (2009). Insomnia dan Ismaini, dkk. (2012). Analisis Regresi Gangguan Tidur Lainnya. Tobit Spasial:Studi Kasus Jakarta : PT.Elex Media Penggunaan Internet Di Pulau Komputindo. Jawa. Institut Teknologi 14 Sepuluh Nopember. Surabaya. Case Western Reserve School of 6 Medicine. (2008). Poor Teen Profil Pengguna Internet Indonesia. Sleep Habits may raise Blood (2014). Asosiasi Penyelenggara Pressure. Journal. Jasa Internet Indonesia. Jakarta: Indonesia. 7 Kindarto, A. (2010). Efek Bogging Dengan Aplikasi Facebook.