Skripsi
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
PENDAHULUAN
Istilah Adiksi Internet (Internet Addiction Disorder) merupakan suatu kondisi patologi,
gangguan obsesif/ kompulsif, yang mendorong seseorang untuk menggunakan teknologi ini secara
berlebihan. Kecanduan internet ini sulit untuk dihilangkan karena terkait dengan mengejar
kesenangan dan kebahagiaan. Hal tersebut dapat berdampak buruk terhadap kehidupan orang
sehari-hari, seperti kurangnya minat dengan kegiatan sehari-hari, menjadi individu yang pasif,
mengalami perubahan suasana hati (mood modification), toleransi (tolerance), penarikan diri
(withdrawal), perselisihan (conflict), dan kemungkinan terjadi kembali ke kebiasaan buruk
(relapse)1.
Berdasarkan survei dari 148 negara2 menemukan bahwa pada tahun 2011 sebanyak 32% orang
dewasa pernah mengakses internet. Persentase tersebut meningkat cukup signifikan. Mayoritas
mereka menggunakan internet untuk mengakses e-mail, mengobrol (chatting), pesan singkat
(instant messaging), penelitian (researching), belanja (shopping), dan media sosial3. Tidak hanya
orang dewasa, jumlah remaja di Amerika Serikat yang mengakses internet juga cukup banyak.
Berdasarkan Youth Risk Behavior Survey, pada tahun 2013 remaja di Amerika Serikat mengalami
peningkatan yang cukup signifikan di mana penggunaan internet oleh remaja terdapat 41,3% 4, yang
menghabiskan waktu online pada hari aktif masuk sekolah. Jenis penggunaan internet yang paling
sering adalah game online, mewakili 50,9% pengguna internet dan layanan informasi, mewakili
46,8%5.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017 di tiga provinsi, yaitu DKI
Jakarta, Banten dan Jawa Barat dengan menggunakan dan mengembangkan kuesioner Youth Risk
Behavior Survey versi terjemahan bahasa Indonesia didapatkan bahwa sebagian besar pengguna
internet berkisar antara usia 15 sampai 18 tahun (94,7%) dari 2071 responden. Selain itu diketahui
sekitar 1868 (90%) siswa yang menggunakan internet dalam 30 hari terakhir. Dari mereka, terdiri
dari 93% perempuan dan 87% laki-laki. Berdasarkan jenis kelamin, mahasiswi lebih sering setiap
hari menggunakan internet selama 30 hari terakhir dibandingkan laki-laki. Kelompok etnis
mahasiswa pada umumnya adalah Jawa (56%) dan umumnya beragama Islam6.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka penggunaan internet di
Indonesia dengan responden berusia di atas 13 tahun telah mencapai 171,17 juta jiwa dari total
populasi Indonesia 264,16 juta orang (64,8%) pada akhir tahun 2018. Hasil catatan APJII untuk
pengguna internet tahun 2018 sedikit berbeda dari proyeksi pertumbuhan pengguna internet pada
tahun 2017 yaitu sebesar 143,26 juta jiwa. Survei ini terbagi menjadi di enam wilayah besar di
Indonesia yaitu Jawa, Bali-Nusa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku-Papua. Wilayah
Jawa menduduki presentase penggunaan internet sebesar 55,70%. Ditinjau dari durasi penggunaan
internet, 19,60% pengguna mengakses internet lebih dari delapan jam per hari 7. Sebagian dari
mereka berstatus sebagai mahasiswa, baik mahasiswa program sarjana, maupun pasca sarjana. Hal
ini dikarenakan tuntutan akademis dan aktivitas lain yang memaksa mahasiswa untuk mencari
informasi tambahan melalui internet dan mungkin juga disebabkan oleh kesibukan dan aktivitas
yang banyak dari mahasiswa yang membuat mereka mencari hiburan melalui internet 7.
Adanya teknologi internet berdampak besar bagi kehidupan manusia pada era digital yang terus
berkembang ini, dan mempengaruhi generasi saat ini. Aksesibilitas internet menimbulkan risiko
penggunaan Internet yang berlebihan, dimana perkembangan remaja banyak yang tidak sesuai
dengan tugas-tugas perkembangannya. disebabkan banyak faktor, salah satunya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tidak bisa terlepas dari internet atau media sosial yang sangat
mudah dijelajahi dan tidak memiliki batas ruang dan waktu89.
Adapun dampak dari adiksi internet dapat dilihat dalam bidang akademik, hubungan
(relationship), pekerjaan (occupational), keuangan (financial), fisik, gangguan tidur, kecemasan dan
mendapatkan masalah psikologi yang serius di kemudian hari. Begitupun dengan mahasiswa karena
mahasiswa identik dengan perangkat computer, laptop maupun gadget seperti handphone atau
smartphone, dan Tablet Mobile Phone yang memudahkan mereka dalam mengakses internet.
Dengan mudahnya mengakses internet tentunya kecenderungan mengalami kecanduan internet
semakin besar pada mahasiswa10.
Gangguan pola tidur pada mahasiswa adalah keadaan saat mahasiswa merasakan kesulitan tidur,
tidur tidak tenang, kesulitan menahan tidur, sering terbangun di pertengahan malam, dan sering
terbangun di awal. Keadaan tersebut bisa berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu
yang dialami mahasiswa yang masih aktif kuliah11. Berdasarkan penelitian, Prevalensi gangguan
tidur di dunia diperkirakan antara 5-15%12. Sedangkan gangguan tidur di Indonesia sekitar 10%
yang berarti 28 juta dari total 256,2 juta penduduk Indonesia13.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan hubungan antara adiksi internet dan gangguan tidur
sehingga mengurangi waktu tidur14, kecenderungan untuk tidur larut15, insomnia16, peningkatan
kelelahan17, dan kantuk di siang18. Selain itu, paparan cahaya terang telah dikaitkan dengan
penekanan sekresi melatonin dan penundaan tidur dan terjaga, yang dapat meningkatkan kesadaran
dan gangguan tidur1920.
Melihat dampak dari kecanduan internet khususnya dalam pola tidur. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk meneliti hubungan kecanduan internet terhadap pola tidur Mahasiswa Pre-
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta perlu
dilaksanakan.
Tahap pratidur
Tidur REM
ُ
والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها َّ إضاعةُ الوقت أش ُّد من الموت ؛
،ألن إضاعة الوقت تقطعك عن هللا والدار اآلخرة
Karena adanya adiksi internet mengakibatkan penurunan Rapid Eye Movement (REM) sehingga
sering terjaga dan terbangun saat siklus tidur yang akan mempengaruhi gangguan mekanisme tidur
yaitu pada mekanisme ritme sirkadian, dimana adanya gangguan ritme sirkadian ini menyebabkan
gangguan pula pada proses keluarnya neurotransmitter serotonin dan kortisol, sehingga terjadilah
gangguan pola tidur. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Berikut,
Gambar 2. Kerangka Teori
Tidur
Pekerjaan Alkohol
Kuantitas
Gangguan Pola Tidur
Kualitas
Behavioural
Neurobiologis
Adiksi Internet
Tidur
Obat Lingkungan
Alkohol Pekerjaan
Behavioural
Neurobiologis
Kuantitas Gangguan Penurunan Adiksi Internet
Pola Tidur tidur REM
Kualitas
Salience
Tolerance
Mood
modification
Withdrawl
Syndrome
Conflict
Relaps
Mempertahankan homeostasis
kewaspadaan atau terjaga
Faktor-faktor yang
Gangguan mempengaruhi
Pola Tidur
Penyakit Kebutuhan
Lingkungan Keinginan
Behavioural Neurobiologis
Gangguan keluarnya Stress emosional Keterpaksaan
neurotransmitter Nutrisi atau tuntutan
serotonin dan kortisol Obat-obatan/alcohol Berkurangnya aktivitas
Pekerjaan korteks prefrontal medial
Gaya hidup Adiksi Internet ventral dan keterlibatan jalur
mesolimbik dopaminergik
Sering Penurunan
terjaga tidur REM Kriteria:
Faktor-faktor penyebab:
Salience
Psikodinamika dan
Terbangun saat Tolerance
personalitas
siklus tidur
Sosiokultural (jenis Mood modification
kelamin, usia, status
ekonomi, akademik dll) Withdrawl syndrome
Biomedis (genetik, Conflict
ketidakseimbangan otak
dan neurotransmitter) Relaps
Gangguan
mekanisme tidur
Keterangan:
: Mempengaruhi
Faktor-faktor penyebab
Pekerjaan Alkohol
Normal
Ringan
Sedang
berat
Normal
Ringan Tidak pernah
Sedang Jarang
berat Sering
Selalu
Gambar 3. Kerangka konsep hubungan adiksi internet dengan pola tidur pada mahasiswa Pre-
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
BAB 3
METODE PENELITIAN
n= N
1 + N (e)²
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = taraf kesalahan
Dalam penelitian ini jumlah populasinya sebanyak 333 mahasiswa dan mahasiswi pre-klinik,
maka :
333
n=
1 + 333(0,05)²
333
n=
1 + 333(0,0025)
333
n=
1 + 333(0,0025)
333
n=
1 + 0,8325
333
n=
1,8325
n = 181,718
n = 182
Jadi, setelah dilakukan perhitungan didapatkan besar sampel sebanyak 182 mahasiswa Pre-
Klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Angkatan 2019 96
×182=52,46=53 Mahasiswa
333
Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan link g-form kuesioner kepada responden.
Kuesioner ini terdiri dari lima bagian antara lain:
1) Kuesioner data demografi responden yang terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, angkatan,
alat yang digunakan akses internet, ketersediaan WiFi di kediaman, tempat yang paling
sering menggunakan akses internet, tempat tinggal, anak keberapa, alasan menggunakan
internet, media sosial yang paling sering digunakan.
2) Kuesioner Internet Addiction Test (IAT)
Kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat adiksi internet yang terdiri dari 20 pernyataan
yang diambil dari Internet Addiction Test (IAT) milik Young (1998) dan berdasarkan aspek-
aspek yang disusun oleh Griffiths1. Kuesioner ini menggunakan penilaian skala likert
dimana setiap item memiliki alternatif jawaban dengan skor dari nol sampai lima. Jika
responden menjawab tidak pernah diberi skor nol, jarang skor satu, kadang-kadang skor dua,
sering skor tiga, sangat sering skor empat, dan jika selalu skor lima. Dimana setiap
pertanyaan akan mengukur tingkat adiksi yang dimiliki, dengan demikian semakin tingginya
poin yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula tingkat adiksi yang dialami. Peneliti
melakukan kombinasi dan modifikasi Instrumen Internet Addiction Test (IAT) ini sehingga
didapatkan 23 pernyataan. Parameter adiksi internet antara lain salience, mood modification,
tolerance, withdrawal, conflict, dan relapse. Parameter salience terdapat dalam pernyataan
nomor 5 dan 12, mood modification terdapat dalam pernyataan nomor 2, 3 dan 4, tolerance
terdapat dalam pernyataan nomor 1, 8, 10, 16, 17, 21 withdrawal terdapat dalam pernyataan
nomor 13, 14, 15, 23, conflict terdapat dalam pernyataan 6, 7, 11, 18, 20, 22, serta relapse
terdapat dalam pernyataan nomor 9 dan 19. Interpretasi kuesioner ini adalah jika total skor
20-49 maka penggunaan internet sedikit berlebihan namun masih dapat dikontrol, total skor
50-79 dinyatakan adiksi internet sedang, skor 80-100 maka dinyatakan adiksi internet berat.
4) Kuesioner PSQI
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index), yang
diadaptasi dari teori yang dikemukakan oleh Buysse (1989) 82. PSQI merupakan alat ukur
tidur yang paling subyektif. Instrumen ini telah digunakan peneliti lain dan diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia83. PSQI mengukur kualitas tidur dalam tujuh aspek yaitu kualitas
tidur subjektif, latensi tidur, gangguan saat tidur, durasi tidur, efisiensi dalam kebiasaan
tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan dalam aktivitas di siang hari.
Tabel 3.3 Blue Print Kuesioner Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Skala yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat langsung dan tertutup yaitu
pernyataan dalam skala tersebut jawabannya sudah disediakan, subyek tinggal memilih salah
satu jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan kondisi atau keadaann dirinya. Pada
penelitian ini terdapat dua kategori data utama. Kategori data pertama adalah data demografis
subjek, yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, dan berbagai pertanyaan lain mencakup
penggunaan internet dan pola tidur dalam keseharian. Data demografis diperoleh dengan
menggunakan kuisioner tertutup dengan jawaban yang telah disediakan untuk dipilih oleh
subjek penelitian. Data demografis selanjutnya dianalisa secara sebaran frekuensinya untuk
didapatkan profil atau gambaran pengguna internet dan pola tidur pada kalangan Mahasiswa
Pre-Klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kriteria Kode
Baik 1
Buruk 2
b. Scoring, merupakan pemberian skor terhadap jawaban yang memerlukan skor.
Pada penelitian ini scoring dilakukan pada kuesioner kecanduan internet dan
gangguan pola tidur.
a) Variabel kecanduan internet
Scoring pada kuesioner adiksi internet untuk pertanyaan nomor 1-20 adalah
tidak pernah =0, jarang =1, kadang =2, sering =3, sangat sering =4, selalu=5.
b) Variabel gangguan tidur
Scoring pada kuesioner gangguan tidur untuk pertanyaan nomor 1-19 adalah
tidak pernah = 1, jarang = 2, sering = 3, selalu = 4. Pengelompokkan dilakukan
dengan menggunakan software SPSS for windows versi 25 dengan
menentukan skor minimal, maksimal, rentang dan mean data.
c. Tabulating, merupakan proses memasukkan data yang telah dituliskan sesuai
pengkodean dalam suatu tabel untuk mempermudah entry data ke komputer.
d. Entry yaitu proses memasukkan data hasil tabulasi yang sudah dilakukan dalam
program komputer.
3) Tahap Analisis Statistik
Data penelitian yang telah didapat dalam penelitian ini akan dilakukan uji
statistik untuk mengukur hubungan antar variabel yang ada. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan uji statisik Spearman untuk mengetahui signifikasi
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan skala numerik,
dan tingkat kemaknaan α = 0,05. Artinya jika hasil uji statistik menunjukkan p <
0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Uji korelasi ini juga digunakan untuk mengetahui arah suatu hubungan. Tanda
positif (+) menunjukkan arah hubungan positif yang berarti jika variabel dependen
tinggi maka variabel independen juga tinggi, sedangkan tanda variabel (-)
menunjukkan arah hubungan negatif yang berarti jika variabel dependen tinggi maka
variabel independen akan turun dan sebaliknya. Analisis statistik ini menggunakan
SPSS 25 dalam penelitian ini yang dihubungkan antara kecanduan internet dengan
gangguan pola tidur mahasiswa pre-klinik Fakultas kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tabel 3.6 derajat kekuatan hubungan (koefisien korelasi) (Dahlan, 2014)85
Etika Penelitian
Pengajuan kepada komisi etik FK UIN Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
3. Molinos Martin. The Relationship Between Video Game Usi, Internet Use, Addiction
and Subjective Well-Being. University of California; 2016.
4. Jorgenson, A. G. dan Hsiao RC. Internet Addiction and Other Behavioral Addictions.
2016.
7. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna
Internet Indonesia. Apjii [Internet]. 2017;51. Available from:
https://apjii.or.id/survei2018s/download/TK5oJYBSyd8iqHA2eCh4FsGELm3ubj pada
tanggal 15 Mei 2020 pukul 12:36
11. Rahmat DH. Pengantar Psikolog Untuk Tenaga Kesehatan Ilmu Perilaku Manusia.
Jakarta: TIM; 2009.
12. Levenson JC, Kay DB BD. The Pathophysiology of Insomnia. 2015;147:1179-92.
14. Hardie E. TM. Excessive Internet use: the role of personality, loneliness and social
support networks in Internet Addiction. Aust J Emerg Technol Soc. 2007;5:34–7.
15. Van den Bulck J. Television viewing, computer game playing, and Internet use and
self-reported time to bed and time out of bed in secondary-school children. Sleep.
2004;27:101–4.
16. Cheung L.M. WW. The effects of insomnia and internet addiction on depression in
Hong Kong Chinese adolescents: an exploratory cross-sectional analysis. J Sleep Res.
2011;20:311–7.
17. Caci H., Robert P. BP. Novelty seekers and impulsive subjects are low in morningness.
Eur Psychiatry. 2004;(19):79–84.
18. Lin M.-P., Ko H.-C. WJY-W. Prevalence and psychosocial risk factors associated with
Internet addiction in a nationally representative sample of college students in Taiwan.
Cyberpsychol, Behav Soc Netw. 2011;(14):741–6.
19. Higuchi S., Motohashi Y., Liu Y. MA. Effects of playing a computer game using a
bright display on presleep physiological variables, sleep latency, slow wave sleep and
REM sleep. J Sleep Res. 2005;(14):267–73.
20. Touitou Y., Touitou D. RA. Disruption of adolescents’ circadian clock: the vicious
circle of media use, exposure to light at night, sleep loss and risk behaviors. J Physiol
Paris. 2016;110:101–4.
22. Young KS. The Evaluation and treatment of Internet Addiction. 19th ed. L.
VandeeCreek dan T. Jackson, editor. The American Journal of Family Therapy. USA:
Ammerican Behavioral Scientist; 2009. 355–372 p.
24. Heffner CL. Internet Addiction Disorder, Allpsych. 2013; Available from:
http://allpsych.com/journal/internetaddiction/ pada tanggal 15 April 2020 pukul 14:30.
25. Nalwa K. AAP. Internet addiction in students: a cause for concern. Cyberpsychol
Behav. 2013;6:653–6.
26. Brand M., Young K.S. LC. Prefrontal control and internet addiction: a theoretical
model and review of neuropsychological and neuroimaging findings. Front Hum
Neurosci. 2014;(8):375.
27. Ko C.H., Lin G.C., Hsiao S. et. al. rain activities associated with gaming urge of
online gaming addiction. J Psychiatr Res. 2016;(43):739–47.
28. Koepp M.J., Gunn R.N., Lawrence A.D. et. al. vidence for striatal dopamine release
during a video game. 2011;(393):266–8.
29. Widiana, H. s., Retnowati, S. dan Hidayat R. Kontrol Diri dan Kecenderungan
Kecanduan Internet. Indones Psychol J. 2004;1(Humanitas).
30. Young K et al. Cyber-Disorders: The Mental Health Concern for the New Millenium.
CyberPsychology Behav. 2000;5(5):475–9.
31. Young KS. Internet Addiction: The emergence of a new clinical disorder.
CyberPsychology Behav. 1999;1(3):237–44.
32. Andaryani. Perbedaan Tingkat Self Control Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan
yang Kecanduan Internet. J Psikol Pendidik dan Perkemb. 2013;3:206–8.
33. Widyanto, L. dan McMurran M. The Psychometric Properties of the Internet Addiction
Test. CyberPsychology Behav. 2004;7:433–50.
34. Siste K. Development of kuesioner diagnostik adiksi Internet for adolescents: Brain
functional connectivity through fMRI BOLD, study of prevalence, risk factors, and
protective factors. In Indonesia: Universitas Indonesia: Indonesia; 2019.
35. Siste, K., Hanafi, E., Sen, L. T., Christian, H., Adrian, Siswidiani, L. P. L, A. P.,
Murtani, B. J., & Suwartono C. The Impact of Physical Distancing and Associated
Factors Towards Internet Addiction Among Adults in Indonesia During COVID-19
Pandemic: A Nationwide Web-Based Study. Front Psychiatry. 2020;1–11.
36. Guerreschi C. Alla scoperta di nuove forme di dipendenza. Fam oggi n. 2011;5.
38. Pierce T. Computers in Human Behavior Social Anxiety and Technology: Face-to-face
Communication Versus Technological Communication Among Teens. Comput Human
Behav. 2009;25(6):1367–72.
39. Şenormanci Ö, Konkan R, Sungur MZ. Internet addiction and its cognitive behavioral
therapy. Anadolu Psikiyatr Derg. 2010;11(3):261–8.
40. Young KS. Cognitive behavior therapy with Internet addicts: Treatment outcomes with
Internet addicts. CyperPsychology Behav. 2007;70(5):671–9.
41. Fischer G, Brunner R, Parzer P et al. Depression, deliberate self-harm and suicidal
behavior in adolescents engaging in risky and pathological Internet use. Prax der
Kinderpsychologie und Kinderpsychiatrie. 2012;61:16–31.
42. Young KS. CBT-IA: The first treatment model to address Internet addiction. J Cogn
Ther. 2011;25:304–12.
43. Potter PA & Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. 4th ed. Jakarta: EGC; 2005.
44. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. In Jakarta: Salemba Medika; 2008.
45. CDC. Perceived insufficient rest or sleep among adults. United States. 2008;
46. Harkreader, H., Hogan, M.A., & Thobaben M. Fundamental of nursing caring and
clinical judgment. 3rd ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier; 2007.
47. King LA. Psikolog umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Medika;
2010.
48. Czeisler, CA., & Gooley J. Sleep and circadian rhythms in humans. Cold spring Harb
Symp Quant Biol. 2007;72:579–97.
49. Guo, Y. F dan Stein PK. Circadian Rhythm in Cardiovascular System: Consideration
in Non-Invasive Electrophysiology. 2012;6(3):267–72.
50. Wade C& CT. No Title. 1st ed. Psikolog. Jakarta: Erlangga; 2008.
51. Rudimin, Harianto, T. & Rahayu W. Hubungan Tingkat Umur dengan Kualitas Tidur
pada Lansia di Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kecamasan Lowokwaru
Malang. Nurs News (Meriden). 2017;(2(1)):119–27.
52. Pitaloka RD, Utami GT NR. Hubungan kulitas tidur dengan tekanan darah dan
kemampuan kosentrasi belajar mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. JOM. 2015;2(2):1435-1443.
54. Haug S, Castro RP, Kwon M, Filler A, Kowatsch T SM. Smartphone use and
smartphone addiction among young people in Switzerland. J BehavAddictions.
2015;4(4):299–307.
55. Dimitriou, D. Knight, F. L. C. & Milton P. The Role of Enviromental Factors on Sleep
Patterns and School Performance in Adolescents. Front Psychiatry [Internet].
2015;6:1–9. Available from: https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.01717
56. Castro, M.C.M. & Daltro C. Sleep patterns and symptoms of anxiety and depression in
patients with chronic pain. Arq Neuropsiquiatr. 2009;67(1):25–8.
57. Hidayat AAA. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2006.
59. Jaehne A, Unbehaun T, Feige B, Ulrich CL, Batra A RD. How Smoking effect sleep:
A polysomnographical analysis. Sleep Med. 2012;13(10):1286–92.
60. Adan, A.,Archer, S. N., Hidalgo, M. P., Dimilia, L., Natale, V., Randler C. Circardian
Typology: A Comprehensive Review. Chronobiol Int. 2012;29(9):1153–75.
61. Eser I dkk. Journal of Gerontological Nursing about Sleep Quality of Older Adults In
Nursing Homes In turkey. 2007; Available from:
http://journal.gerontologicalnursing.com
62. McArthur AJ, Lewy AJ SR. Non-24-hour sleep-wake syndrome in a sighted man:
circadian rhythm studies and efficacy of melatonin treatment. Sleep. 1997;544–53.
63. Maas JB. Power Sleep: Kiat – kiat sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi puncak.
Bandung: Kaifa; 2002.
64. Rafknowledge. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media
Komputindo; 2004.
65. Prasadja A. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: Penerbit
Hikmah; 2009.
66. Kaneita, Y., Ohida, T., Osaki, Y., Tanihata T., Minowa, M., Suzuki, K., Wada, K.,
Kanda, H & Hayashi K. Insomnia Among Japanese Adolescents: A Nationwide
Representative Survey. Sleep. 2006;29(12):1543–50.
67. Lueckenotte AG. Gerontologic Nursing Second Edition. Mosby, Inc; 2000.
70. Nancy Roper. Perawatan Personal Hygiene. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2002.
71. Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan PPDGJ III dan DSM IV. Jakarta: FK
Unika Atmajaya; 2013.
73. Nor RK. Pola hidup dan Tidur Sehat Ala Rasulullah SAW. Jakarta: PT. Gramedia;
2014.
74. Ash-Shai’ari M bin SM bin S. Menggungah semangat Qiyamullail. Jakarta: PT. Darul
Falah; 2007.
75. As Sidokare AA. Kitab Shahih Bukhari Terjemahan. Yogyakarta: Kiswah; 2011.
76. Kunnah, MA dkk. Kiat Tidur Sehat dan Berpahala. Yogyakarta: Kiswah; 2014.
77. Sofyan dkk. Pola Hidup sehat Ala Rasulullah. In 2012. Available from:
http://www.imsa.us/index.php?option=com_content&view=article&id=177:-pola-
hidup-sehat-ala-rasulullah&catid=57:article-ramadan2010&Itemid=10
78. Yusuf Al-Qardhawi. “al-Waqtu fi Hayati al-Muslim”, terj. Ali Imron, Waktu Adalah
Kehidupan. Yogyakarta: Mardhiyah Press; 2012. 1 p.
81. Suyanto. Metodelogi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2011.
82. Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R., & Kupfer DJ. The
Pittsburgh Sleep Quality Index: a new instrument for psychiatric practice and research.
Psychiatry Res. 1989;28(2):193–213.
83. Ratnasari CD. Gambaran Kualitas Tidur Pada Komunitas Game Online Mahasiswa
Teknik Elektro Universitas Diponegoro. In Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2016.
84. Sujarweni wiratna. Metodelogi Penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah dipahami.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru; 2014.