Anda di halaman 1dari 6

DEFENISI

Kecanduan merupakan suatu keterlibatan secara terus-menerus dengan sebuah aktivitas


meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif (Ma’rifatul Laili & Nuryono,
2015) Seseorang yang mengalami kecanduan pada internet dapat menggunakannya dalam waktu
yang lama.
Seseorang bisa dikatakan kecanduan internet jika penggunaannya bisa lebih dari tiga puluh menit
dalam sehari atau jika dilihat dari frekuensinya maka penggunaannya bisa lebih dari tiga kali
dalam sehari (Ma’rifatul Laili & Nuryono, 2015). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Markeeters pada tahun 2013, hampir 70% pengguna internet di Indonesia berusia lima belas
sampai usia dua puluh dua tahun menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sehari menggunakan
internet. Tiga hal utama yang dilakukannya adalah mengakses media sosial 94%, mencari info
64% dan membuka email 60,2% (Santika, 2015).
Kecanduan internet atau internet addiction disorder merupakan ketidakmampuan individu untuk
mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis,
sosial, dan pekerjaaan pada kehidupan individu tersebut (Young ks, dkk. 1998)
Kecanduan internet adalah suatu impulse control disorder yang disebabkan oleh pemakaian
internet berlebihan yang menghabiskan waktu 19 jam perminggu (Anggraeni M dkk, 2014)
Pengguna tidak dapat mengendalikan diri dalam penggunaan internet, yang mengakibatkan
gangguan signifikan di sekolah, rumah, pekerjaan, kesehatan, atau hubungan interpersonal.
Mereka mungkin merasa sulit untuk berhenti menggunakan internet karena anonimitas,
kenyamanan dan aksesibilitasnya dan mungkin menggunakannya sebagai cara untuk melarikan
diri dari kenyataan. Jenis aktivitas yang terlibat dalam IA meliputi game online, jejaring sosial,
perjudian online, belanja online, seks virtual, dan informasi yang berlebihan. (Wu, C.Y., dkk,
2015)

RISK FACTOR
1) faktor internal : faktor yang paling beresiko menyebabkan kecanduan yang terdiri dari
aspek kontrol diri yag rendah, sensation seeking yang tinggi dan self esteem yang rendah,
2) faktor situasional terdiri dari aspek tentang situasi psikologis individu,
3) faktor eksternal merupakan faktor ketika yang beresiko, terdiri dari aspek tentang pemaparan
media yang tinggi terhadap smartphone,
4) faktor sosial merupakan faktor keempat yang beresiko, terdiri dari aspek tentang interaksi
sosial siswa.
SYMPTOMS
Internet atau yang dikenal dengan singkatan dari Interconnected Network adalah jaringan
yang menghubungkan komputer-komputer yang ada pada seluruh dunia. Didukung
perkembangan zaman yang sangat maju membuat internet dijadikan sebagai alat
pengiriman, pertukaran, pengambilan data bahkan dijadikan sebagai fasilitas untuk
bekerja, berkarir, dan proses menjalin realsi. Dimana pada internet dapat menembus batas
dimensi kehidupan penggunanya, waktu, dan ruang yang membuat internet dapat diakses
oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun ditambah lagi untuk mengakses internet
sekarang bukan suatu perkara yang sulit dengan adanya fasilitas yang murah dan mudah
untuk didapatkan dimana-mana (Novianty etal., 2019).

Internet sudah marak disemua kalangan baik itu tua muda, laki-laki ataupun perempuan,
dan berbagai kalangan usia tidak terkecuali remaja. Remaja adalah masa dimana
seseorang mengalami transisi. Usia remaja merupakan masa terjadinya beberapa
perubahan seperti sosial, kognitif, emosi dan keinginan akan sesuatu. Sehingga pada usia
remaja adalah masa dimana mereka sedang mencari jatidiri sesuai dalam tahap dan
perkembangannya.

CRITERIA
Internet Addiction smartphone adalah masalah yang semakin umum di kalangan
masyarakat, dan untuk memahami penyebabnya, kita dapat memilahnya menjadi empat
kriteria utama.

1. Kriteria internal adalah yang pertama, yang mencakup aspek individu yang paling
berperan dalam Internet Addiction. Ini melibatkan rendahnya kontrol diri,
tingginya tingkat sensation seeking, dan self-esteem yang rendah.
2. Kriteria situasional berperan penting dalam memahami Internet Addiction
smartphone, terkait dengan situasi psikologis individu saat menggunakan
perangkat tersebut.
3. Kriteria eksternal adalah yang ketiga. Ini termasuk pemaparan yang tinggi
terhadap media smartphone, yang menciptakan peluang yang lebih besar untuk
Internet Addiction.
4. Kriteria sosial, yang merupakan kriteria keempat yang berperan dalam Internet
Addiction, melibatkan aspek interaksi sosial siswa. Interaksi ini dapat
memengaruhi perilaku penggunaan smartphone dan menjadi salah satu pemicu
yang berperan dalam perkembangan Internet Addiction.

Real Life Implication


Di Indonesia, pengguna internet dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Menurut pusat kajian komunikasi Universitas Indonesia yang
bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pada tahun
2013 pengguna internet di Indonesia sebanyak 71,9 juta pengguna. Pada tahun 2014,
pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi
81 juta pengguna. Dan pada tahun 2015, pengguna internet di Indonesia Kembali
mengalami penin gkatan sebesar 7 juta pengguna sehingga pada tahun 2015 pengguna
internet di Indonesia sebanyak 88 juta pengguna. Tahun 2016 Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet merilis data statistic jumlah pengguna internet di Indonesia yaitu
sebanyak 132,7 juta pengguna, sehingga terjadi peningkatan jumlah pegguna internet
di Indonesia dari tahun 2015 sebesar 51,8%.

Zuchdi dkk (2009) menyatakan ada beberapa nilai yang perlu dipelajari dan diajarkan
di sekolah, yang dinamai sebagai Mega Skills. Karakter kerja sama merupakan
karakter yang harus dimiliki agar dapat hidup berdampingan dengan baik antara
individu yang satu dengan individu yang lain. Namun demikian terkadang terdapat
benturan dan konflik ketika individu yang satu dengan yang lain harus bekerja sama.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kemampuan yang tidak dimiliki individu dalam
bersosialisasi diantaranya yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan kemampuan
untul berinteraksi Seiring bertambahnya perkembangan teknologi menyebabkan
dunia semakin tanpa batas. Internet dapat diakses dengan mudah dimana pun dan
kapanpun sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Namun demikian dengan kecanggihan teknologi tersebut menyebabkan antara


individu yang satu dengan individu yang lain justru semakin jarang berinteraksi
secara langsung karena lebih nyaman berinteraksi melalui dunia maya
denganmenggunakan internet. Padahal menurut Yopung (1998) kecanduan internet
berpotensi melumpuhkan kepribadian iondividu. Individu yang sebenarnya mampu
berinteraksi dengan baik dalam dunia nyata cenderung memilih beriteraksi melalui
dunia maya karena kenyamanan yang ditawarkan. Akibatnya, kemampuan individu
untuk berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tumpul.

Intervention

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)


CBT berfokus pada perubahan perilaku maladaptif klien dan pola piker disfungsional
daripada struktur kepribadian
2. Psikoedukasi Berbasis Audio Visual
Intervensi psikoedukasi, yaitu dengan memberikan intervensi pada psikologis
sekaligus memberikan edukasi.
3. Behavioral Self-Management Technique
Teknik modifikasi perilaku yang berguna untuk mengatur dan mengarahkan perilaku
bermasalah.
4. Intervensi Mindfulness
Intervensi mindfulness bertujuan untuk menumbuhkan perhatian dan kesadaran
konseli menjadi lebih besar dari kondisi sebelumnya.
5. Terapi Bermain
Terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah dipersiapkan
untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang, sedih, marah,
dendam, tertekan, atau emosi yang lain.
6. Terapi Filial
Terapi yang efektif dalam menangani permasalahan keluarga yang cakupannya
memuat tentang pentingnya interaksi orangtua dengan anak yang berdampak positif
pada perkembangan anak.
7. Terapi Regulasi Emosi
Terapi regulasi emosi diberikan supaya individu dapat mengelola emosi-emosi
negatif
maladaptif menjadi emosi yang positif dan adaptif sehingga individu mampu menilai,
mengatasi mengelola dan mengungkapkan emosi secara tepat dalam rangka mencapai
keseimbangan emosional.
Contoh Kasus
Pada beberapa orang, penggunaan internet serupa dengan zat yang mengubah suasana
hati karena ia merampas pusat kesenangan dan penghargaan di otak mereka. Individu
ini mendapatkan rasa kesenangan yang lebih besar dari menggunakan internet
daripada orang lain, yang kemudian berkontribusi pada kebutuhan mereka untuk
menggunakannya berulang kali, yang menghasilkan ketergantungan psikologis.
Penggunaan internet secara berlebihan telah menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan perilaku adiktif yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental
seseorang. Dari uraian diatas diketahui bahwa internet Addiction memiliki dampak
bagi penderitanya. Berikut ini dampaknya dalam kehidupan sehari hari yaitu dampak
akademik dan profesional, kesehatan fisik, kesehatan mental, hubungan, konsekuensi
keuangan, kekhawatiran keamanan, manajemen waktu, kehilangan pengalaman, efek
kognitif, dan gejala fisik.

DAFTAR PUSTAKA
Wu, C. Y., Lee, M. B., Liao, S. C., & Chang, L. R. (2015). Risk factors of internet
addiction among internet users: an online questionnaire survey. PloS one, 10(10),
e0137506.
Young, K. S., & Rogers, R. C. (1998). The relationship between depression and Internet
addiction. Cyberpsychology & behavior, 1(1), 25-28.
Sari, A. P., Ilyas, A., & Ifdil, I. (2017). Tingkat kecanduan internet pada remaja
awal. Jppi (jurnal penelitian pendidikan indonesia), 3(2), 110-117.
LAILI, F. M. (2015). Penerapan Konseling Keluarga untuk mengurangi kecanduan
Game online pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya (Doctoral dissertation, State
University of Surabaya).
Anggraeni, M., Husain, A. N., & Arifin, S. (2014). Hubungan tipe kepribadian introvert
dengan kecanduan internet pada siswa kelas X di SMAN 1 Banjarmasin. Berkala
Kedokteran, 10(1), 1-8.
Wu, C. Y., Lee, M. B., Liao, S. C., & Chang, L. R. (2015). Risk factors of internet
addiction among internet users: an online questionnaire survey. PloS one, 10(10),
e0137506.
Sari, A. P., Ilyas, A., & Ifdil, I. (2017). Tingkat kecanduan internet pada remaja
awal. Jppi (jurnal penelitian pendidikan indonesia), 3(2), 110-117.
Estria, S. & Nurjanah, S. (2020). Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Berbasis Audio
Visual Terhadap Internet Addiction. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 5 (1), 85-
95.
Putri, D. W. L. (2022). Konseling Keluarga dengan Terapi Regulasi Emosi dan Terapi
Bermain untuk Menurunkan Internet Addiction pada Anak-Anak. Jurnal Bimbingan
dan Konseling Islam, 12(1), 92-103.
Young, K.S., & Cristiano, N. (2017). Kecanduan Internet. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai