7
Riska Mayeni, dkk, Dampak Perkembangan Teknologi Dikalangan Mahasiswa DIlihat dari Nila-Nilai Karakter,
(Jurnal Penelitian dan Pengabdian, Turast 7 (2), 2019) hal 242
8
Peter Horsfield, Willey Blackwell, From Jesus To Internet A History of Christianity, And Media, (Oxford : John
Willey & Sons.Ltd, 2015), hlm 289.
9
Ibid, 292.
10
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude. (NewYork :Routledge.Ltd,
2005), hlm. 74-78
3
kelompok usia mahasiswa, serta turunnya nilai-nilai sosial dalam kehidupan mahasiswa,
serta meningkatnya fenomena kenakalan remaj.
Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam pemahaman manuasia
(Kuswarno, 2009: 1). Oleh karena itu, fenomena bukan semata-mata merujuk apa yang
tampak mata, namun sesuatu yang adanya disadari dan dinyatakan pula dengan kesadaran.
Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak atau apa yang
menampakkan diri; ilmu tentang penampakan (fenomena) (Adian, 2010: 5).11
Berdasarkan hal tersebut, maka saya mencoba melakukan penelitian sosial dengan
metode penelitian kualitatif terhadap kaum mahasiswa, dengan judul Perilaku Kenakalan
Mahasiswa di Tengah Perkembangan Teknologi Komunikasi. Sebagai sebuah bentuk
penyelesaian tugas matakuliah Metodologi Penelitian Sosial yang diampu oleh ibu Pdt. Dr.
Sanggam M.L. Siahaan, M.Th. Untuk melakukan penelitian sosial dengan pendekatan
kualitatif tersebut, penulis memakai pemahan dari ilmu sosiologi. Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hubungan masyarakat dalam kesehariannya. Dimana semua itu
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan masalah ekonomi, gejala keluarga, gejala
moral, gejala politik dan budaya yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.12 Oleh
sebab itu untuk mengetahui hal tersebut dengan baik dan jelas maka perlu (dianjurkan)
dilakukannya analisis sosial terhadap masyarakat itu sendiri agar mendapatkan informasi
yang akurat mengenai masalah apa saja yang sedang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Penelitian atau Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis suatu
keadaan atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh
gambaran lengkap mengenai keadaan sosial dan menelaah kaitan-kaitan historis, struktral
dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana situasi sosial
yang menyebabkan masalah-masalah sosial dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.13 Dengan pemahaman demikian, penulis berangkat melakukan penelitian
sosial di daerah lingkungan penulis tinggal, yakni di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar
Tentunya dalam melakukan penelitian tersebut, penulis selaku peneliti
menjadikan etika penelitian menjadi pedoman, yakni dengan memperhatikan aspek-aspek
yang menjadi bagian dari norma-norma yang berlaku dalam kehidupan, dengan melakukan
hal-hal yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. 14 Untuk melihat lebih jauh
terkait penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif yang penulis lakukan, maka penulis
akan memaparkannya pada bagian selanjutnya dari laporan penelitian penulis sebagai
berikut.
I. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang penulis tersebut, maka penulis merangkum rumusan masalah
terkait perilaku kenakalan mahasiswa di tengah perkembangan teknologi komunikasi sebagai
berikut :
1. Apa yang mempengaruhi perilaku kenakalan mahasiswa di tengah perkembangan
teknologi komunikasi yang ada di lingkungan asrama STT-HKBP Pematangsiantar ?
2. Siapa yang bertanggungjawab terkait perilaku kenakalan mahasiswa di tengah
perkembangan teknologi komunikasi di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar ?
3. Bagaimana respon dari para orangtua terhadap perilaku kenakalan mahasiswa di tengah
perkembangan teknologi komunikasi di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar ?
II. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam menggunakan metode pendekatan kualitatif
ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan
11
Oksiana Jatiningsih, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), hlm.
87-88.
12
Kamant Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2004), hlm. 5
13
Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi,( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia,1974), hlm. 23
14
Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Sidoarjo : Zifatama Publishing, 2016), hlm 12.
4
pada budaya yang bersangkutan dengan mencari makna semantis universal dengan gejala
yang sedang diteliti.
Dalam hal ini penulis sebagai peneliti mengambil teori-teori yang berkaitan
tentang kategori mahasiswa sebagai sebuah fenomena, kemudian memperhadapkannya
dengan hasil observasi lapangana peneliti.
A. Teori Fenomenologi
Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata pahainomenon dari bahasa Yunani
yang berarti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah fenomena dapat dilihat
dari dua sudut pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk keluar dan fenomena dari sudut
pandang kesadaran kita. Oleh karena itu, dalam memandang suatu fenomena kita harus
terlebih dulu melihat penyaringan atau ratio, sehingga menemukan kesadaran yang sejati.
Sejarah awal mula munculnya filsafat fenomenologi berkembang pada abad ke-15 dan ke-16.
Pada masa itu, terjadi perubahan besar dalam diri manusia tentang perspektif dirinya di dunia
ini. Pada abad sebelumnya, manusia selalu memandang segala hal dari sudut pandang
Ketuhanan. Selanjutnya, terjadilah gelombang besar modernitas pada kala itu yang mengubah
sudut pandang pemikiran tersebut. Para filsuf banyak yang menolak doktrin-doktrin Gereja
dan melakukan gerakan reformasi yang disebut sebagai masa pencerahan.Fenomenologi
adalah pendekatan yang dimulai oleh Edmund Husserl15 dan dikembangkan oleh Martin
Heidegger untuk memahami atau mempelajari pengalaman hidup manusia. Pendekatan ini
berevolusi sebuah metode penelitian kualitatif yang matang dan dewasa selama beberapa
dekade pada abad ke dua puluh. Fokus umum penelitian ini untuk memeriksa/meneliti esensi
atau struktur pengalaman ke dalam kesadaran manusia (Tuffour: 2017). Definisi
fenomenologi juga diutarakan oleh beberapa pakar dan peneliti dalam studinya.
Menurut Alase (2017) fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan
interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori. Kedua, definisi yang dikemukakan oleh
Creswell dikutip Eddles-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Sebagai contoh, studi 8 fenomenologi tentang
anorexia bagi beberapa orang yang terjadi dewasa ini. Anorexia merupakan gangguan (kalau
dapat dikatakan demikian) makan yang dialami seseorang karena takut terhadap kenaikan
berat badan yang disebabkan gaya hidup dan tuntutan budaya populer. Studi ini dapat
ditekankan pada kondisi mengapa seseorang ingin seperti ini dan menginterpretasikan hidup
mereka berdasarkan sudut padang yang mereka pahami. Studi ini bertujuan untuk memahami
dan menggambarkan sebuah fenomena spesifik yang mendalam dan diperolehnya esensi dari
pengalaman hidup partisipan pada suatu fenomena (Yuksel dan Yidirim: 2015).
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif, khususnya yang
menggunakan pendekatan fenomenologi. Banyak peneliti kontemporer yang mengklaim
menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi mereka jarang menghubungkan metode
tersebut dengan prinsip dari filosofi fenomenologi (Sohn dkk: 2017). Hal ini perlu
digarisbawahi agar kualitas penelitian fenomenologi yang dihasilkan memiliki nilai dan hasil
standar yang tinggi. Untuk menuju ke hasil tersebut, penelitian fenomenologi harus
memperhatikan ciri-ciri yang melingkupinya, yaitu: (1) mengacu pada kenyataan, (2)
memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam situasi
tertentu, dan (3) memulai dengan diam.
Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam pemahaman manuasia
(Kuswarno, 2009: 1). Oleh karena itu, fenomena bukan semata-mata merujuk apa yang
tampak mata, namun sesuatu yang adanya disadari dan dinyatakan pula dengan kesadaran.
Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak atau apa yang
menampakkan diri; ilmu tentang penampakan (fenomena) (Adian, 2010: 5). 16
III. Metodologi17
Secara umum, ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan
penelitian kualitatif. Dalam beberapa referensi, mungkin terdapat sedikit perbedaan tahapan
namun pada dasarnya memliki prosedur yang sama. Menurut Newman (2014) ada beberapa
tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif, yaitu:
15
Dr. Sanggam Siahaan, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Prenadamedia, 2018), hlm xxi
16
Dr. Sanggam Siahaan, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, hlm 9.
17
Ibid, hlm 23-30.
5
Penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer yang digunakan yaitu dengan wawancara, sedangkan sumber data sekunder yaitu
penggalian informasi dari buku-buku.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis sesuai dengan metode
penelitian kualitatif yaitu dengan teknik wawancara.Teknik analisis data yang digunakan
oleh penulis yaitu melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
18
Emy Susanti Hendrarso, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, dalam Bagong Suyanto (ed), Metode Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT Ardhitya Andrebina Agung, 2005), hal 166
19
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, hal 105-114
6
Para partisipan diberi dua pertanyaan umum: Apakah yang telah anda alami terkait
dengan fenomena tersebut? Konteks atau situasi apakah yang biasanya
memengaruhi pengalaman anda dengan fenomena tersebut?
Langkah analisis data fenomenologis secara umum sama untuk semua fenomenolog
psikologis yang membahas metode.Moustakas menyebut langkah ini horizonalisasi.
Berikutnya, peneliti mengembangkan berbagai kelompok makna dari pernyataan
penting ini menjadi berbagai tema.
Pernyataan penting dan tema ini kemudian digunakan untuk menulis deskripsi
tentang apa yang dialami oleh para partisipan.
Pada penelitian kali ini penulis mengunakan metode wawancara dengan mengambil
wawancara dengan narasumber adalah mahasiswa STT-HKBP,dimana locus penelitian
penulis berada pada lingkungan STT-HKBP Pematangsiantar. Adapun data wawancara
tersebut, diantaranya :
IV.1.1. Biodata Narasumber
Ega Pandapotan Situmorang (22 tahun)
Paweranzes Lubis (22 tahun)
Maysanto Manurung (29 tahun)
Aldi Matanari (22 tahun)
Fidelis Manalu (23 tahun)
IV.1.2. Respon Narasumber
Ega Pandapotan Situmorang (22 tahun)
Menurut saudara Ega Situmorang, hal yang cenderung mempengaruhi kenakalan
mahasiswa ditengah perkembangan teknologi komunikasi di lingkunan asrama terletak
pada keberadaan rutinitas yang cenderung monoton. Hal tersebut menjadikan pada
mahasiswa secara khusus yang sedang mengerjakan skripsi dan tugas akhir akan
mencari pelarian dan refreshing dengan pemanfaatan perkembangan teknologi
komunikasi. Artinya para mahasiswa seharusnya diberikan kegiatan yang bertujuan
melepaskan penat yang akan meminimalisir waktu dari mahasiswa untuk memanfaatkan
teknologi
Kemudian pertanggungjawaban terhadap fenomena kenakalan mahasiswa di
lingkungan asrama STT-HKBP itu menjadi tanggungjawab utama dari mahasiswa itu
sendiri, akan tetapi tidak menutup kemungkinan factor lingkungan yang inovatif, kreatif
dan positif juga akan meminimalisir kemungkinan terjadinya penyalahgunaan teknologi
komunikasi tersebut kearah negative yang menjurus kepada kenakalan mahasiswa.
Perihal respon dari orangtua menurut saudara Ega Situmorang sudah pasti akan
merasa kecewa, marah dan hal-hal yang tidak baik akan menjadi respon dari orangtua
terhadap fenomena tersebut. Namun keberadaan penyalahgunaan teknologi komunikasi
tersebut cenderung dirahasiakan oleh para mahasiswa dari orangtua mereka., sehingga
orangtua mahasiswa tidak mengetahui akan perbuatan para anak mereka, dalam hal ini
para mahasiswa.
Paweranzes Lubis (22 tahun)
Menurut saudara Pawer Lubis, pengaruh terjadinya kenalakan mahasiswa dalam
hal penggunaan teknologi komunikasi itu dipengaruhi oleh keberadaan diri mahasiswa
itu sendiri. Saudara Pawer mengatakan bahwa keberadaan STT-HKBP sebagai sebuah
lingkungan untuk menciptakan para calon pemimpin Gereja, sudah seharusnya
memiliki kesadaran akan bagaimana berperilaku positif yang membangun karakter diri
untuk menjadi seorang calon pemimpin yang baik bagi Gereja di masa yang akan
dating.
Sehingga jelas yang bertangungjawab atas hal tersebut adalah mahasiswa itu
sendiri. Keberadaan motivasi awal untuk masuk ke STT HKBP dari para mahasiswa
harus dijadikan sebuah pedoman untuk menjauhkan diri dari perilaku-perilaku
menyimpang tersebut. Sehingga jika masih saja ada mahasiswa STT-HKBP yang
terlibat hal tersebut, itu udah menjadi tanggungjawabnya si mahasiswa itu masing-
masing.
Pawer Lubis menambahkan, siapapun orangtua akan kecewa bila mengetahui
anaknya melakukan tindakan penyimpangan. Apalagi sang anak diketahui adalah
seorang yang akan menjadi pemimpin di Gereja. Hal tersebut sudah barang tentu,
sehingga bila orangtua mengetahui pasti akan berupaya sebisa mungkin agar sang
anak bertobat, dan tidak terlibat dengan “kenakalan-kenakalan” tersebut.
bahwa teknologi ini bukan digunakan untuk mendorong pembelajaran, justru malah
membuat anaknya tidak disiplin waktu karena bermain game dan menonton film.
IV.2. Pembahasan
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, techne yang berarti “keahlian” dan logia yang
berarti “pengetahuan”. Maka secara sempit dapat dikatakan bahwa teknologi mengacu pada
obyek benda yang digunakan dengan tujuan untuk mempermudah aktivitas manusia, seperti
mesin, internet, dan perangkat lainnya.20
Dapat diidentifikasi pula, bahwa teknologi berasal dari bahasa latin yaitu texere yang
berarti menyusun atau membanguna, sehingga teknologi tidak terbatas pada penggunaan mesin,
meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.21
Menurut Naisbit (2007) mengatakan bahwa teknologi merupakan sebuah benda dan juga
objek, serta bahan dan juga wujud yang berbeda dibandingkan dengan manusia biasa. Kemudian
menurut Miarso (2007) mengungkapkan bahwa teknologi merupakan suatu bentuk proses yang
meningkatkan nilai tambah. Menurut dia, proses tersebut dapat menghasilkan produk tertentu.
Lebih lanjut lagi dia menyebut bahwa teknologi merupakan suatu bagian dari sebuah integral
yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu.
Salah satu jenis teknologi yang sangat berkembang pesat adalah teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Websters New World Dictionary dan Comunicationmengatakan
bahwa teknologi informasi adalah pemprosesan, pengolahan, dan penyebaran data oleh
kombinasi computer dan telekomunikasi.22 Lalu Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo,
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data untuk menghasilkan informasi
yang relevan dan akurat.23
Lalu kenakalan remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu juvenile delinquere. Kata
juvenilis berarti anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode
Remaja. Kata delinquere artinya mengabaikan yang kemudian diperluas menjadi pelanggaran
aturan, pengacau. Menurut Fuad Hasan, kenakalan remaja diartikan sebagai perbuatan anti sosial
yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan
sebagai tindakan kejahatan.24
Sumiati (2009), mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang
dilakukan remaja oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Hurlock (1999) mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana apabila seorang remaja melakukan tindakan tersebut
dapat membuatnya msauk ke dalam penjara.
remaja menjadi dua jenis kenakalan yaitu: kenakalan ringan seperti keras kepala, tidak patuh
pada orangtua, bolos sekolah, tidak mau belajar, berkelahi dll. Yang kedua kenakalan berat
seperti judi, kenakalan seksual (seks bebas), mabuk, berjudi, tawuran yang mengakibatkan
adanya korban jiwa.25
25
Zakia Dradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hal 10