Anda di halaman 1dari 10

1

Nama : Yosua Togi Pangihutan Manurung


NIM : 18.3342
Matakuliah : Metodologi Penelitian Teologi
Dosen Pengampu : Pdt. Mixon Simarmata, M.Th.

Penelitian Teologi Sosial Terhadap


“Perilaku Kenakalan Mahasiswa di Tengah Perkembangan Teknologi Komunikasi.”
Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif
BAB I
Pendahuluan
I.1. Latarbelakang
Perkembangan teknologi pada zaman sekarang sudah semakin canggih, bahkan
teknologi yang berkembang pesat tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan manusia.
Ada beberapa macam teknologi yang berkembang pada zaman sekarang ini, diantaranya
teknologi komunikasi, teknologi industry, teknologi pertanian, dll. perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membawa beberapa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Pengaruh tidak langsung yang dapat dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan adalah
menyebabkan perkembangan masyarakat yang bergantung kepada teknologi, dan
perkembangan tersebut menimbulkan problema-problema baru yang menuntut
pemecahan.1 Sains dan teknologi yang terus berkembang diakibatkan melalui kreatvitas
manusia dalam melakukan penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai
bentuk inovasi dan rekayasa.2
Salah satu bentuk dari kemajuan teknologi yang sangat mudah ditemukan dalam
masyarakat dan sangat berdampak bagi masyarakat adalah kemajuan teknologi dalam
bidang Informasi dan Komunikasi atau yang disebut dengan Information Communication
and Technology (ICT). Kemajuan teknologi dalam informasi dan komunikasi sangat
berkembang baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. 3
Contoh dari perkembangan teknologi dalam informasi dan komunikasi adalah dengan
munculnya google, facebook, instagram, whatsapp, dan juga SMS. Jonathan dalam
Journal of Information Technology Impact (2007), menyatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh manusia melalui internet dapat mengurangi kualitas berinteraksi dalam
lingkungan fisik (masyarakat secara langsung) karena kebanyakan orang cenderung atau
lebih sering berinteraksi dengan orang lain melalui internet dan komunikasi secara
langsung akan semakin memudar.4 Menurut Alfin Toffler dalam bukunya Tumanggor
(2010), mengumpamakan teknologi sebagai mesin yang besar atau sebuah eskalator yang
dahsyat dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu
pengetahuan secara kuantitatif dan kualitatif, maka kian meningkat pula proses akselerasi
yang ditimbulkan oleh mesin pengubah, lebih-lebih iptek mampu menghasilkan teknologi
yang lebih banyak dan lebih baik.
Pada tahun 2014, tercatat oleh e-Marketer bahwa pengguna internet di Indonesia
mencapai 83,7 juta orang.5 Angka tersebut terus meningkat hingga tahun 2016, dimana
tercatat bahwa pengguna intermet di Indonesia mencapai 132 juta jiwa, data survei juga
mengungkap bahwa rata-rata pengakses internet di Indonesia menggunakan perangkat
genggam. hal tersebut dibuktikan dengan data Statistiknya sebagai berikut, 67,2 juta orang
atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan computer,63,1 juta orang atau
47,6 persen mengakses dari smartphone.2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya
dari computer, data tersebut diperoleh dari hasil survei sepanjang tahun 2016 yang
dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia.6
1
Yoan F.Taopan, Mintje Ratoe Oedjoe, & Andy Nabu Sogen, Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Terhadap Perilaku Moral Mahasiswa di SMA Negeri 3 Kota Kupang, (Maret 2019, Vol 5, No 1), hal 61
2
Ana Puji Astuti, Anike Nurmalita, Teknologi Komunikasi dan Perilaku Mahasiswa, (Jurnal Analisa Sosiologi, April
2014, 3(1): 91-111) hal 91
3
Yoan F.Taopan, Mintje Ratoe Oedjoe, & Andy Nabu Sogen, Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Terhadap Perilaku Moral Mahasiswa di SMA Negeri 3 Kota Kupang, (Maret 2019, Vol 5, No 1), hal 62
4
Pendapat yang dikemukakan oleh Jonathan dalam Journal of Information Technology
5
Data tersebut diambil dari data yang disediakan oleh Kompas.com (2014) diakses pada 2 Desember 2020 pukul
10.04 WIB
6
Data tersebut diambil dari http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/15064727/2016 diakses pada 2
Desember 2020 pukul 10.15 WIB
2

Terkait dengan data-data diatas, kemungkinan besar juga termasuk kedalam


pengguna adalah golongan mahasiswa. Mahasiswa merupakan masa dimana orang tersebut
berada pada masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai
macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan emosional
serta psikososial. Semuanya itu dapat mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan
keluarga maupun masyarakat.7 Salah satu dampak dari kebebasan dalam mencari informasi
karena kemajuan teknologi adalah kemudahan dalam mengakses situs-situs yang tidak
seharusnya dilihat oleh orang berusia mahasiswa seperti situs pornografi. Yang
mengakibatkan para anak usia mahasiswa tersebut memiliki rasa penasaran untuk
melakukannya secara langsung.Data membuktikan bahwa fenomena tingginya mahasiswa
melakukan aborsi adalah akibat perkosaan dan hubungan suka sama suka. di tahun 2013
setiap bulan tiga sampai empat kasus perkosaan terjadi seluruh Indonesia. Tahun 2014,
empat hingga enam setiap bulan. Tercatat, hingga 50 persen pelaku perkosaan adalah anak
berusia di bawah 20 tahun. Sebagian dari para mahasiswa memperkosa teman
perempuannya,(Sadewo dalam Republika, 2014).
Perkembangan teknologi tersebut mengarah ke perkembangan digital.8 Dari
beberapa perkembangan teknologi tersebut, perkembangan teknologi komunikasi
merupakan salah satu yang sangat mempengaruhi perilaku kehidupan manusia. adapun
teknologi komunikasi yang telah berkembang tersebut terdapat pada komunikasi nirkabel,
atau online. Berbagai media online yakni internet banyak tersedia zaman sekarang ini,
diantaranya jejaring sosial seperti Facebook, Whatsapp, Gmail, Instagram, Twitter, serta
situs-situs jejaring sosial lainnya.9
Dari munculnya berbagai jejaring sosial sebagai bentuk peralihan perkembangan
teknologi dalam bidang komunikasi tersebut, tentu mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan dari manusia, termasuk dalam hal perilaku. Tentutnya kaum pemuda dan
mahasiswa adalah kategori kelompok manusia yang banyak terpengaruh akibat dari
perkembangan teknologi komunikasi tersebut.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap
sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan
suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena
perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur
oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat
timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku sering kali dilakukan dalam
rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.10
Dalam kasus kali ini, perilaku kenakalan di kategorial Mahasiswa di tengah
perkembangan teknologi komunikasi dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang serta
perilaku yang tidak wajar. Suatu perilaku disebut menyimpang bila perilaku tersebut
dinyatakan sebagai perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang juga harus bisa
dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. Berbagai macam perilaku
kenakalan mahasiswa yang diakibatkan penggunaan yang salah dari perkembangan
teknologi komunikasi diantarnya, mahasiswa menjadi malas untuk bergerak dan
melakukan segala sesuatu, karena adanya kemudahan dari teknologi komunikasi tersebut,
dengan order melalui ponsel semuanya tersedia, banyak mahasiswa yang sudah tidak lagi
mau berusaha menghasilkan sebuah karya dalam bidang ilmiah, karena internet sebagai
bentuk perkembangan teknologi komunikasi menyediakan banyak sekali karya ilmiah yang
dapat diakses, serta maraknya perlakuan bullying di media sosial dari para mahasiswa ke
mahasiswa bahkan ke yang lebih tua darinya. Dan masih banyak lagi.
Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kehidupan semua manusia dari berbagai
bidang kehidupan untuk kategori mahasiswa tersebut, diantaranya, merosotnya moral dari
kelompok manusia dengan usia mahasiswa, turunnya minat berkarya dari kategori

7
Riska Mayeni, dkk, Dampak Perkembangan Teknologi Dikalangan Mahasiswa DIlihat dari Nila-Nilai Karakter,
(Jurnal Penelitian dan Pengabdian, Turast 7 (2), 2019) hal 242
8
Peter Horsfield, Willey Blackwell, From Jesus To Internet A History of Christianity, And Media, (Oxford : John
Willey & Sons.Ltd, 2015), hlm 289.
9
Ibid, 292.
10
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude. (NewYork :Routledge.Ltd,
2005), hlm. 74-78
3

kelompok usia mahasiswa, serta turunnya nilai-nilai sosial dalam kehidupan mahasiswa,
serta meningkatnya fenomena kenakalan remaj.
Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam pemahaman manuasia
(Kuswarno, 2009: 1). Oleh karena itu, fenomena bukan semata-mata merujuk apa yang
tampak mata, namun sesuatu yang adanya disadari dan dinyatakan pula dengan kesadaran.
Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak atau apa yang
menampakkan diri; ilmu tentang penampakan (fenomena) (Adian, 2010: 5).11
Berdasarkan hal tersebut, maka saya mencoba melakukan penelitian sosial dengan
metode penelitian kualitatif terhadap kaum mahasiswa, dengan judul Perilaku Kenakalan
Mahasiswa di Tengah Perkembangan Teknologi Komunikasi. Sebagai sebuah bentuk
penyelesaian tugas matakuliah Metodologi Penelitian Sosial yang diampu oleh ibu Pdt. Dr.
Sanggam M.L. Siahaan, M.Th. Untuk melakukan penelitian sosial dengan pendekatan
kualitatif tersebut, penulis memakai pemahan dari ilmu sosiologi. Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hubungan masyarakat dalam kesehariannya. Dimana semua itu
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan masalah ekonomi, gejala keluarga, gejala
moral, gejala politik dan budaya yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.12 Oleh
sebab itu untuk mengetahui hal tersebut dengan baik dan jelas maka perlu (dianjurkan)
dilakukannya analisis sosial terhadap masyarakat itu sendiri agar mendapatkan informasi
yang akurat mengenai masalah apa saja yang sedang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Penelitian atau Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis suatu
keadaan atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh
gambaran lengkap mengenai keadaan sosial dan menelaah kaitan-kaitan historis, struktral
dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana situasi sosial
yang menyebabkan masalah-masalah sosial dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.13 Dengan pemahaman demikian, penulis berangkat melakukan penelitian
sosial di daerah lingkungan penulis tinggal, yakni di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar
Tentunya dalam melakukan penelitian tersebut, penulis selaku peneliti
menjadikan etika penelitian menjadi pedoman, yakni dengan memperhatikan aspek-aspek
yang menjadi bagian dari norma-norma yang berlaku dalam kehidupan, dengan melakukan
hal-hal yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. 14 Untuk melihat lebih jauh
terkait penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif yang penulis lakukan, maka penulis
akan memaparkannya pada bagian selanjutnya dari laporan penelitian penulis sebagai
berikut.

I. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang penulis tersebut, maka penulis merangkum rumusan masalah
terkait perilaku kenakalan mahasiswa di tengah perkembangan teknologi komunikasi sebagai
berikut :
1. Apa yang mempengaruhi perilaku kenakalan mahasiswa di tengah perkembangan
teknologi komunikasi yang ada di lingkungan asrama STT-HKBP Pematangsiantar ?
2. Siapa yang bertanggungjawab terkait perilaku kenakalan mahasiswa di tengah
perkembangan teknologi komunikasi di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar ?
3. Bagaimana respon dari para orangtua terhadap perilaku kenakalan mahasiswa di tengah
perkembangan teknologi komunikasi di lingkungan asrama STT-HKBP
Pematangsiantar ?
II. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam menggunakan metode pendekatan kualitatif
ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan

11
Oksiana Jatiningsih, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), hlm.
87-88.
12
Kamant Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2004), hlm. 5
13
Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi,( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia,1974), hlm. 23
14
Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Sidoarjo : Zifatama Publishing, 2016), hlm 12.
4

pada budaya yang bersangkutan dengan mencari makna semantis universal dengan gejala
yang sedang diteliti.
Dalam hal ini penulis sebagai peneliti mengambil teori-teori yang berkaitan
tentang kategori mahasiswa sebagai sebuah fenomena, kemudian memperhadapkannya
dengan hasil observasi lapangana peneliti.
A. Teori Fenomenologi
Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata pahainomenon dari bahasa Yunani
yang berarti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah fenomena dapat dilihat
dari dua sudut pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk keluar dan fenomena dari sudut
pandang kesadaran kita. Oleh karena itu, dalam memandang suatu fenomena kita harus
terlebih dulu melihat penyaringan atau ratio, sehingga menemukan kesadaran yang sejati.
Sejarah awal mula munculnya filsafat fenomenologi berkembang pada abad ke-15 dan ke-16.
Pada masa itu, terjadi perubahan besar dalam diri manusia tentang perspektif dirinya di dunia
ini. Pada abad sebelumnya, manusia selalu memandang segala hal dari sudut pandang
Ketuhanan. Selanjutnya, terjadilah gelombang besar modernitas pada kala itu yang mengubah
sudut pandang pemikiran tersebut. Para filsuf banyak yang menolak doktrin-doktrin Gereja
dan melakukan gerakan reformasi yang disebut sebagai masa pencerahan.Fenomenologi
adalah pendekatan yang dimulai oleh Edmund Husserl15 dan dikembangkan oleh Martin
Heidegger untuk memahami atau mempelajari pengalaman hidup manusia. Pendekatan ini
berevolusi sebuah metode penelitian kualitatif yang matang dan dewasa selama beberapa
dekade pada abad ke dua puluh. Fokus umum penelitian ini untuk memeriksa/meneliti esensi
atau struktur pengalaman ke dalam kesadaran manusia (Tuffour: 2017). Definisi
fenomenologi juga diutarakan oleh beberapa pakar dan peneliti dalam studinya.
Menurut Alase (2017) fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan
interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori. Kedua, definisi yang dikemukakan oleh
Creswell dikutip Eddles-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Sebagai contoh, studi 8 fenomenologi tentang
anorexia bagi beberapa orang yang terjadi dewasa ini. Anorexia merupakan gangguan (kalau
dapat dikatakan demikian) makan yang dialami seseorang karena takut terhadap kenaikan
berat badan yang disebabkan gaya hidup dan tuntutan budaya populer. Studi ini dapat
ditekankan pada kondisi mengapa seseorang ingin seperti ini dan menginterpretasikan hidup
mereka berdasarkan sudut padang yang mereka pahami. Studi ini bertujuan untuk memahami
dan menggambarkan sebuah fenomena spesifik yang mendalam dan diperolehnya esensi dari
pengalaman hidup partisipan pada suatu fenomena (Yuksel dan Yidirim: 2015).
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif, khususnya yang
menggunakan pendekatan fenomenologi. Banyak peneliti kontemporer yang mengklaim
menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi mereka jarang menghubungkan metode
tersebut dengan prinsip dari filosofi fenomenologi (Sohn dkk: 2017). Hal ini perlu
digarisbawahi agar kualitas penelitian fenomenologi yang dihasilkan memiliki nilai dan hasil
standar yang tinggi. Untuk menuju ke hasil tersebut, penelitian fenomenologi harus
memperhatikan ciri-ciri yang melingkupinya, yaitu: (1) mengacu pada kenyataan, (2)
memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam situasi
tertentu, dan (3) memulai dengan diam.
Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam pemahaman manuasia
(Kuswarno, 2009: 1). Oleh karena itu, fenomena bukan semata-mata merujuk apa yang
tampak mata, namun sesuatu yang adanya disadari dan dinyatakan pula dengan kesadaran.
Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak atau apa yang
menampakkan diri; ilmu tentang penampakan (fenomena) (Adian, 2010: 5). 16
III. Metodologi17
Secara umum, ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan
penelitian kualitatif. Dalam beberapa referensi, mungkin terdapat sedikit perbedaan tahapan
namun pada dasarnya memliki prosedur yang sama. Menurut Newman (2014) ada beberapa
tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif, yaitu:
15
Dr. Sanggam Siahaan, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Prenadamedia, 2018), hlm xxi
16
Dr. Sanggam Siahaan, dkk, Fenomenologi Dalam Penelitian Ilmu Sosial, hlm 9.
17
Ibid, hlm 23-30.
5

1. menyeleksi topik (perencanaan penelitian)


2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. menginterpretasi data atau validasi data, dan
5. publikasi atau memberikan laporan penelitian kepada orang lain.
Jenis Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.. Penelitian
Kualitatif merupakan suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. 18
Dengan fokus penelitian penulis adalah siswa SMP Negeri 3 Sidikalang.

Penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer yang digunakan yaitu dengan wawancara, sedangkan sumber data sekunder yaitu
penggalian informasi dari buku-buku.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis sesuai dengan metode
penelitian kualitatif yaitu dengan teknik wawancara.Teknik analisis data yang digunakan
oleh penulis yaitu melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.

Penulis menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan


fenomenologi. Studi fenomenologis mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah
individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena.
Para fenomenolog memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama/umum dari semua
partisipan ketika mereka mengalami fenomena. Tujuan utama dari fenomenologi adalah
untuk mereduksi pengalaman individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau
intisari universal. Tipe fenomenologi yang digunakan oleh penulis adalah fenomenologi tipe
transdental. Dengan proses sebagai berikut:19

 Peneliti menentukan apakah problem risetnya paling baik dipelajari dengan


menggunakan pendekatan fenomenologis. Tipe permasalahan yang paling cocok
untuk bentuk riset adalah permasalahan untuk memahami pengalaman yang sama
atau bersama dari beberapa individu pada fenomena.
 Fenomena yang menarik untuk dipelajari- misalnya, kemarahan, profesionalisme,
apa yang dimaksud dengan kurang berat badan, atau apa yang dimaksud dengan
seorang pegulat-diidentifikasi.
 Peneliti mengenali dan menentukan asumsi filosofis yang luas dari fenomenologi.
Misalnya, seseorang dapat menulis tentang kombinasi dari realitas objektif dan
pengalaman individual
 Data dikumpulkan dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Sering
kali pengumpulan data dalam studi fenomenologis dilakukan melalui wawancara
yang mendalam dengan para partisipan.

18
Emy Susanti Hendrarso, Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, dalam Bagong Suyanto (ed), Metode Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT Ardhitya Andrebina Agung, 2005), hal 166
19
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, hal 105-114
6

 Para partisipan diberi dua pertanyaan umum: Apakah yang telah anda alami terkait
dengan fenomena tersebut? Konteks atau situasi apakah yang biasanya
memengaruhi pengalaman anda dengan fenomena tersebut?
 Langkah analisis data fenomenologis secara umum sama untuk semua fenomenolog
psikologis yang membahas metode.Moustakas menyebut langkah ini horizonalisasi.
Berikutnya, peneliti mengembangkan berbagai kelompok makna dari pernyataan
penting ini menjadi berbagai tema.
 Pernyataan penting dan tema ini kemudian digunakan untuk menulis deskripsi
tentang apa yang dialami oleh para partisipan.

Dengan ciri utama sebagai berikut:

 Penekanan pada fenomena yang hendak dieksplorasi berdasarkan sudut pandang


konsep atau ide tunggal, misalnya ide pendidikan tentang “pertumbuhan
professional”, konsep psikologis tentang dukacita, atau ide kesehatan tentang
hubungan keperawatan.
 Eksplorasi fenomena pada kelompok individu yang semuanya telah mengalami
fenomena tersebut.
 Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan dalam studi fenomenologi.
Pembahasan ini menelusuri pengalaman subjektif dari fenomena tersebut maupun
pengalaman subjektif dari fenomena tersebut maupun pengalaman objektif dari
sesuatu yang sama dengan orang-orang lain.
 Pada bagian bentuk fenomenologi, peneliti mengurung dirinya di luar studi tersebut
dengan membahas pengalaman pribadinya dengan fenomena tersebut. Hal ini tidak
sepenuhnya mengeluarkan peneliti dari studi tersebut, tetapi hal ini berfungsi untuk
mengidentifikasi pengalaman pribadi dengan fenomena tersebut dari sebagian untuk
meyingkirkan pengalaman itu, sehingga peneliti dapat berfokus pada pengalaman
dari para partisipan dalam studi tersebut.
 Prosedur pengumpulan data yang secara khas melibatkan wawancara terhadap
individu yang telah mengalami fenomena tersebut.
 Analisis data yang dapat mengikuti prosedur sistematis yang bergerak dari satuan
analisis yang sempit menuju satuan yang lebih luas kemudian menuju deskripsi
yang detail merangkum dua unsur apa yang telah dialami oleh individu dan
bagaimana mereka mengalaminya.
 Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskriptif yang membahas esensi dari
pengalaman yang dialami individu tersebut dengan melibatkan apa yang telah
mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya.

IV. Analisa Data dan Pembahasan


IV.1. Data
7

Pada penelitian kali ini penulis mengunakan metode wawancara dengan mengambil
wawancara dengan narasumber adalah mahasiswa STT-HKBP,dimana locus penelitian
penulis berada pada lingkungan STT-HKBP Pematangsiantar. Adapun data wawancara
tersebut, diantaranya :
IV.1.1. Biodata Narasumber
 Ega Pandapotan Situmorang (22 tahun)
 Paweranzes Lubis (22 tahun)
 Maysanto Manurung (29 tahun)
 Aldi Matanari (22 tahun)
 Fidelis Manalu (23 tahun)
IV.1.2. Respon Narasumber
 Ega Pandapotan Situmorang (22 tahun)
Menurut saudara Ega Situmorang, hal yang cenderung mempengaruhi kenakalan
mahasiswa ditengah perkembangan teknologi komunikasi di lingkunan asrama terletak
pada keberadaan rutinitas yang cenderung monoton. Hal tersebut menjadikan pada
mahasiswa secara khusus yang sedang mengerjakan skripsi dan tugas akhir akan
mencari pelarian dan refreshing dengan pemanfaatan perkembangan teknologi
komunikasi. Artinya para mahasiswa seharusnya diberikan kegiatan yang bertujuan
melepaskan penat yang akan meminimalisir waktu dari mahasiswa untuk memanfaatkan
teknologi
Kemudian pertanggungjawaban terhadap fenomena kenakalan mahasiswa di
lingkungan asrama STT-HKBP itu menjadi tanggungjawab utama dari mahasiswa itu
sendiri, akan tetapi tidak menutup kemungkinan factor lingkungan yang inovatif, kreatif
dan positif juga akan meminimalisir kemungkinan terjadinya penyalahgunaan teknologi
komunikasi tersebut kearah negative yang menjurus kepada kenakalan mahasiswa.
Perihal respon dari orangtua menurut saudara Ega Situmorang sudah pasti akan
merasa kecewa, marah dan hal-hal yang tidak baik akan menjadi respon dari orangtua
terhadap fenomena tersebut. Namun keberadaan penyalahgunaan teknologi komunikasi
tersebut cenderung dirahasiakan oleh para mahasiswa dari orangtua mereka., sehingga
orangtua mahasiswa tidak mengetahui akan perbuatan para anak mereka, dalam hal ini
para mahasiswa.
 Paweranzes Lubis (22 tahun)
Menurut saudara Pawer Lubis, pengaruh terjadinya kenalakan mahasiswa dalam
hal penggunaan teknologi komunikasi itu dipengaruhi oleh keberadaan diri mahasiswa
itu sendiri. Saudara Pawer mengatakan bahwa keberadaan STT-HKBP sebagai sebuah
lingkungan untuk menciptakan para calon pemimpin Gereja, sudah seharusnya
memiliki kesadaran akan bagaimana berperilaku positif yang membangun karakter diri
untuk menjadi seorang calon pemimpin yang baik bagi Gereja di masa yang akan
dating.
Sehingga jelas yang bertangungjawab atas hal tersebut adalah mahasiswa itu
sendiri. Keberadaan motivasi awal untuk masuk ke STT HKBP dari para mahasiswa
harus dijadikan sebuah pedoman untuk menjauhkan diri dari perilaku-perilaku
menyimpang tersebut. Sehingga jika masih saja ada mahasiswa STT-HKBP yang
terlibat hal tersebut, itu udah menjadi tanggungjawabnya si mahasiswa itu masing-
masing.
Pawer Lubis menambahkan, siapapun orangtua akan kecewa bila mengetahui
anaknya melakukan tindakan penyimpangan. Apalagi sang anak diketahui adalah
seorang yang akan menjadi pemimpin di Gereja. Hal tersebut sudah barang tentu,
sehingga bila orangtua mengetahui pasti akan berupaya sebisa mungkin agar sang
anak bertobat, dan tidak terlibat dengan “kenakalan-kenakalan” tersebut.

 Maysanto Manurung (29 tahun)


Menurut saudara Maysanto Manurung, yang mempengaruhi para mahasiswa STT
HKBP Pematangsiantar terlibat dalam tindakan penyalahgunaan teknologi komunikasi
adalah keberadaan rasa ingintahu yang tinggi. Menurut Maysanto, mahasiswa STT
HKBP adalah orang-orang yang dibentuk untuk menjadi karakter yang haus akan
kebenaran. Sehingga menjadi hal lumrah bila teknologi yang adalah hal baru
diekslorasi oleh para mahasiswa. Akan tetapi mereka akan terbimbing bila
8

dilingkungan STT-HKBP ada pengendalian dan pendampingan pemanfaatan teknologi


komunikasi kearah positif.
Sehingga jelas yang bertangungjawab atas hal tersebut adalah mahasiswa itu
sendiri. Keberadaan motivasi awal untuk masuk ke STT HKBP dari para mahasiswa
harus dijadikan sebuah pedoman untuk menjauhkan diri dari perilaku-perilaku
menyimpang tersebut. Sehingga jika masih saja ada mahasiswa STT-HKBP yang
terlibat hal tersebut, itu udah menjadi tanggungjawabnya si mahasiswa itu masing-
masing.
Perihal respon dari orangtua menurut saudara Maysanto Manurung sudah pasti
akan merasa kecewa, marah dan hal-hal yang tidak baik akan menjadi respon dari
orangtua terhadap fenomena tersebut. Namun keberadaan penyalahgunaan teknologi
komunikasi tersebut cenderung dirahasiakan oleh para mahasiswa dari orangtua mereka.,
sehingga orangtua mahasiswa tidak mengetahui akan perbuatan para anak mereka,
dalam hal ini para mahasiswa.

 Aldi Matanari (22 tahun)


Menurut Saudara Aldi Matanari, hal yang mempengaruhi perilaku kenakalan
mahasiswa ditengah perkembangan teknologi yang ada di STT HKBP Pematang
Siantar yaitu banyaknya disalahgunakan. Terlebih lagi tenarnya bermain judi online
seperti chip-chip higgs domino, dimana pada masyarakat umum dapat diperjual
belikan dan menghasilkan uang. Banyak juga yang menggunakan teknologi ini untuk
menonton film dan bermain game. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan
kehidupan mahasiswa di STT HKBP Pematang Siantar, karena hal ini membuat
mahasiswa dan mahasiswi tidak disiplin akan waktu, sehingga membuat mereka
teledor akan sistem pembelajaran mereka dan tidak menjaga kesehatan mereka
Kemudian yang bertanggung jawab atas hal ini seharusnya orang itu sendiri,
karena mereka yang tidak dapat mengontrol dirinya dalam menggunakan teknologi
tersebut. Banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang terpengaruh lingkungan,
seperti contoh yang ikut-ikutan bermain game dan menonton film sampai tengah
malam tanpa memperdulikan kesehatan mereka.
Respon orang tua pastinya kecewa akan tindakan dan perilaku anaknya terhadap
kemajuan teknologi sekarang ini, karena banyak sekali yang menyalahgunakan
teknologi ini sampai berbuat dosa, seperti bermain chip higgs domino, yang secara
tidak langsung dapat dikatakan judi online. Orang tua pasti marah jika mengetahui
anaknya menggunakan teknologi ini untuk berjudi dan berbuat dosa.

 Fidelis Manalu (22 tahun)


Menurut Saudara Fidelis Manalu, hal yang mempengaruhi perilaku kenakalan
mahasiswa di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang ada di STT HKBP
Pematang Siantar cenderung teledor dengan waktu, dikarenakan bermain game,
menonton online dan sosial media lainnya. Hal ini membuat banyak mahasiswa dan
mahasiswi lupa waktu dan menjadi tidak disiplin. Pada beberapa kasus seperti
begadang untuk menonton film dan bermain game. Hal ini membuat banyak
mahasiswa yang berkurang jam tidurnya dan membuat terlambat bangun, sehingga
banyak yang terlambat masuk ke ruang kuliah, bahkan absen. Ada juga yang tidak
mengerjakan tugas karena asik bermain game. Perkembangan teknologi ini membuat
mahasiswa dan mahasiswi banyak yang tidak memperhatikan kesehatan karena
begadang dan aktivitasnya tidak beraturan.
Kemudian yang bertanggung jawab atas hal ini seharusnya mahasiswa dan
mahasiswi itu sendiri. Sebagaimana mereka harusnya bisa mengatur waktu untuk
menggunakan teknologi. Mereka harusnya bisa memanfaatkan teknologi itu sebagai
pendorong dalam pendidikan dan proses belajar, bukannya menjadikan perkembangan
ini menjadi hal yang negatif bagi mereka. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan,
dimana banyak mahasiswa yang begadang karena bermain game, kemudian banyak
mahasiswa lain yang ikut-ikutan bermain game.
Respon dari orang tua pastinya kebanyakan marah, terlebih dalam penggunaan
teknologi yang berlebihan untuk hal yang tidak berguna. Namun, banyak mahasiswa
yang tidak menceritakan hal tersebut kepada orang tua mereka dan banyak yang
berbohong demi kebaikan sementara. Orang tua pastinya kecewa jika mengetahui
9

bahwa teknologi ini bukan digunakan untuk mendorong pembelajaran, justru malah
membuat anaknya tidak disiplin waktu karena bermain game dan menonton film.
IV.2. Pembahasan
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, techne yang berarti “keahlian” dan logia yang
berarti “pengetahuan”. Maka secara sempit dapat dikatakan bahwa teknologi mengacu pada
obyek benda yang digunakan dengan tujuan untuk mempermudah aktivitas manusia, seperti
mesin, internet, dan perangkat lainnya.20

Dapat diidentifikasi pula, bahwa teknologi berasal dari bahasa latin yaitu texere yang
berarti menyusun atau membanguna, sehingga teknologi tidak terbatas pada penggunaan mesin,
meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.21

Menurut Naisbit (2007) mengatakan bahwa teknologi merupakan sebuah benda dan juga
objek, serta bahan dan juga wujud yang berbeda dibandingkan dengan manusia biasa. Kemudian
menurut Miarso (2007) mengungkapkan bahwa teknologi merupakan suatu bentuk proses yang
meningkatkan nilai tambah. Menurut dia, proses tersebut dapat menghasilkan produk tertentu.
Lebih lanjut lagi dia menyebut bahwa teknologi merupakan suatu bagian dari sebuah integral
yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu.

Salah satu jenis teknologi yang sangat berkembang pesat adalah teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Websters New World Dictionary dan Comunicationmengatakan
bahwa teknologi informasi adalah pemprosesan, pengolahan, dan penyebaran data oleh
kombinasi computer dan telekomunikasi.22 Lalu Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo,
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data untuk menghasilkan informasi
yang relevan dan akurat.23

Lalu kenakalan remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu juvenile delinquere. Kata
juvenilis berarti anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode
Remaja. Kata delinquere artinya mengabaikan yang kemudian diperluas menjadi pelanggaran
aturan, pengacau. Menurut Fuad Hasan, kenakalan remaja diartikan sebagai perbuatan anti sosial
yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan
sebagai tindakan kejahatan.24

Sumiati (2009), mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang
dilakukan remaja oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Hurlock (1999) mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana apabila seorang remaja melakukan tindakan tersebut
dapat membuatnya msauk ke dalam penjara.

Gunarsa (2004) juga menungkapkan pendapatnya mengenai kenakalan remaja, dia


mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada remaja yang mempunyai konsep diri lebih
negatif dibandingkan remaja yang tidak bermasalah. Zakiah dradjat mengelompokkan kenakalan
20
Rusman,dkk, Pembelajaran Berbasis: Teknologi dan Komunikasi . (Jakarta : Grafindo, 2012) hal 78
21
Ibid hal 79
22
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan (Bandung: AlfaBeta, 2008), hal 183
23
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal 157
24
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal 14
10

remaja menjadi dua jenis kenakalan yaitu: kenakalan ringan seperti keras kepala, tidak patuh
pada orangtua, bolos sekolah, tidak mau belajar, berkelahi dll. Yang kedua kenakalan berat
seperti judi, kenakalan seksual (seks bebas), mabuk, berjudi, tawuran yang mengakibatkan
adanya korban jiwa.25

25
Zakia Dradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hal 10

Anda mungkin juga menyukai