Anda di halaman 1dari 19

BAB II

MENINJAU SEJARAH GEREJA METHODIST INDONESIA BULUDURI

Dalam bab ini penulis akan memaparkan teori-teori sejarah gereja dan ilmu sejarah

secara holistik dengan pengertian-pengertian gereja dan sejarah. Pertumbuhan gereja

juga menjadi bagian yang akan ditulis dalam bab ini. Teori kajian sejarah gereja dan

pertumbuhan warga gereja menjadi motivasi GMI Bulu Duri membangun persekutuan

di tengah-tengah kehidupan beragam yang terjadi. Gambaran kehidupan jemaat GMI

Buluduri juga akan di bahas dalam bab ini.

2.4. Pengertian Sejarah Gereja

2.4.1. Pengertian Sejarah

Kata sejarah atau history artinya adalah pencarian pengetahuan dan kebenaran.

Secara umum, sejarah meliputi pengalaman masa lampau untuk membantu mengetahui

apa yang harus dikerjakan sekarang dan apa yang akan dikerjakan pada masa yang akan

datang. Sejarah menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta di

masa lampau. Penulisan adalah puncak segalanya, sebab apa yang dituliskan itulah

sejarah yaitu sebagaimana dikisahkan yang mencoba menangkap dan memahami

sejarah sebagaimana terjadinya (histoire-realite). Dengan bahasa slogan, dapat

dikatakan bahwa ”tanpa pernyataan, tidak ada sejarah”.1

Menurut asal katanya sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajara yang

berarti terjadi, sedangkan dalam bahasa Arab terdapat kata syajarah atau syajaratun

yang berarti pohon, syajarah an nasab yang artinya pohon silsilah. Pada waktu itu ada

kebiasaan menyusun daftar silsilah disusun secara sistematis, menyerupai pohon yang

lengkap dengan cabang-cabang dan ranting-rantingnya. Dalam bahasa Inggris, kata

sejarah berarti history yang berarti masa lampau umat manusia atau kejadian-kejadian
1
W. J. Van der Meulen, Ilmu Sejarah dan Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), xv.
1
yang dibuat oleh alam. Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan, selain arti silsilah

ada dua arti untuk kata sejarah. Pertama, sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang

benar-benar terjadi pada masa yang lampau. Kedua, sejarah adalah pengetahuan atau

uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di

masa yang lampau. Ilmu sejarah harus memiliki fakta yang benar-benar terjadi di masa

lampau untuk tidak diulangi kesalahan di masa yang akan datang. Ilmu sejarah berguna

untuk mengerti masa silam dan menerangkannya, tidak untuk menciptakannya kembali

atau menghidupkannya kembali pada masa sekarang, sebab sejarah pun menghendaki

adanya kemajuan. Sehingga sebuah penulisan sejarah adalah usaha untuk membuat

suatu rekonstruksi peristiwa-peristiwa dan menempatkan itu dalam suatu konteks yang

paling mendekati kebenaran. Penelitian sejarah berkaitan dengan pemahaman,

penjelasan, rekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau. Tujuan dari penelitian sejarah

adalah untuk mencapai kesimpulan sehubungan dengan sebab, akibat, atau

kecenderungan dari masa lampau yang dapat membantu masa kini dan membantu

mengantisipasi kejadian yang akan datang.2

Menurut pendapat Eddy Kristiyanto, Ilmu sejarah berarti mengajak orang untuk

memahami kehidupan bertolak dari masa lampau dan melihat kaitannya dengan situasi

dan tuntutan aktual yang terarah pada masa depan yang menantang di dalam berbagai

aspek kehidupan yang melingkupinya. Dengan demikian, menurut penulis sejarah

berarti yang berisikan kejadian-kejadian, pengalaman-pengalaman di masa lampau, dan

ilmu sejarah ingin membantu memperluas pengalaman kita dan membuat kita untuk

lebih menghargai setiap peristiwa yang terjadi. Karena sejarah akan menjadi pelajaran

yang sangat baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Sejarah tidak secara

langsung menyentuh masalah-masalah aktual (langsung), tetapi dengan meninjau


2
Departemen Agama R.I, Penerapan Metode Kuantitatif dalam Penelitian Gerejawi , (Jakarta: Bimbingan
Masyarakat (Kristen) Protestan, 8.
2
praduga ilmiah atau kultural dan mempertanyakan kembali kecenderungan serta

memberikan catatan sejarah karena sejarawan bukanlah sekedar tukang tetapi ilmuan

yang sadar akan tanggungjawabnya sebagai cendikiawan. Sejarah harus relevan dan

diulang-ulang tentang beda “fakta” dan “interpretasi” yang akan menjadi nilai untuk

dikemudian waktu. Pada akhirnya sejarah menyadarkan para pembaca bahwa dunia

manusia dengan peradabannya akan berubah dari masa ke masa. 3

2.1.2. Pengertian Gereja


H. Berkhof dalam bukunya Sejarah Gereja, menerangkan bahwa gereja ada oleh

sebab Yesus memanggil orang menjadi pengiring-Nya. Lalu mereka dipanggil dalam

persekutuan dengan Dia, yaitu “Gereja”. Jadi wujud gereja ialah pertama-tama ialah:

persekutuan dengan Kristus. Hal ini menunjukan jika di dalam gereja itu tidak ada

persekutuan dengan Allah maka gereja tersebut tidak dapat disebut sebagai gereja.

Permulaan sejarah gereja dapat dipelajari dari kitab Kisah Para Rasul yang melukiskan

hidup jemaat mula-mula, rukun, berbahagia dan penuh cinta kasih. Jemaat tetap

mempercayai bahwa Allah adalah satu-satunya yang dapat memberi keselamatan. Yesus

dianggap sebagai teladan dan pengajar yang sempurna sehingga jemaat diajar untuk

berbuat amal kepada sesama manusia. Sejarah gereja dapat membuka wawasan

pemikiran kita dengan menggunakan metode historisnya dapat melatih kita untuk

mampu berfikir secara tuntas, kritis dan objektif dan melalui penelitian sejarah gereja

akan didapati kegagalan-kegagalan yang dapat menolong kita untuk tidak mengulang

kegagalan tersebut di masa yang akan datang. Jika kita mengetahui kegagalan yang

terjadi di dalam perkembangan gereja serta sebabnya, maka kita dapat menghindarinya

dan memperbaiki kegagalan tersebut. Sehinggah sejarah gereja dapat memberikan

3
Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam. Sejarah Gereja Zaman Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 2004),5
3
contoh-contoh, teladan-teladan dan koreksi bagi gereja masa kini dan kehidupan

selanjutnya.4

2.1.3. Pengertian Sejarah Gereja


Ilmu sejarah gereja merupakan ilmu yang mempelajari, menyelidiki, serta menulis

segala peristiwa masa silam mengenai jemaat yang percaya telah dipanggil oleh Yesus

sebagai bentara dan yang mempunyai makna untuk perkembangan mitologi, liturgi

serta moral para pengikut Yesus.5 Ilmu sejarah gereja yaitu memeriksa apakah,

bagaimanakah, dan sampai di mana gereja sadar dan setia akan wujud dan amanatNya,

dan bagaimanakah gereja diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini menurut wujud

dan amanatNya sepanjang sejarahnya dari dulu sampai sekarang. 6 Sejarah gereja dapat

membuka wawasan pemikiran kita dengan menggunakan metode historisnya dapat

melatih kita untuk mampu berfikir secara tuntas, kritis dan objektif 7 dan melalui

penelitian sejarah gereja akan didapati kegagalan-kegagalan yang dapat menolong kita

untuk tidak mengulang kegagalan tersebut di masa yang akan datang. Jika kita

mengetahui kegagalan yang terjadi di dalam perkembangan gereja serta sebabnya,

maka kita dapat menghindarinya dan memperbaiki kegagalan tersebut. Sehinggah

sejarah gereja dapat memberikan contoh-contoh, teladan-teladan dan koreksi bagi

gereja masa kini dan kehidupan selanjutnya.8 Menurut Berkhof & Enklaar, sejarah

gereja merupakan suatu ilmu untuk mendiskusikan sesuatu yang lampau menjadi

bahan pertimbangan kedepan untuk kehidupan jemaat yang lebih baik dari masa

lampau. Sejarah gereja harus bekerjasama dengan mempelajari secara benar sejarah

dogma/ajaran gereja untuk lebih kontekstual menjawab permasalahan doktrin. 9 Sejarah


4
H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 8
5
G. Van Schie, Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani dalam Konteks Sejarah Agama-Agama Lain, (Jakarta: OBOR.
1994), 63.
6
H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK G.M, 2009), viii.
7
Jonatahan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 15-16.
8
Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja Jilid I, 6.
9
H. berkhof & I.H. Inklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), viii.
4
gereja dapat diartikan sebagai uraian sistematis tentang riwayat, asal-usul,

perkembangan dan dampak kekristenan terhadap masyarakat dunia berdasarkan

penelitian yang dilakukan menurut metodologi ilmiah tertentu. Dengan demikian

sejarah gereja berusaha untuk mendalami pelbagai dokumen, naskah-naskah, temuan

purbakala, dan keterangan-keterangan yang digali juga dari orang-orang yang masih

hidup.10

Menurut Thomas Van Den End, sejarah gereja adalah suatu kisah tentang

perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami gereja selama

di dunia dalam pergolakan kehidupan. 11 Sejarah gereja dirumuskan dalam kejadian

masa lampau yang benar-benar terjadi dan tetap didasari Alkitab sebagai landasan

theologis yang relevan untuk menentukan tata liturgi dan nilai-nilai gereja. 12

Menurut Anne Ruck, dengan memberi pernyataan bahwa inti pokok dari sejarah

gereja ialah bukan menghafal nama dan tahun, melainkan bertanya siapa penabur benih

dan penyiramnya, siapa penginjil, pendiri gereja, pastor, pendeta dan pemimpinnya,

latar belakang dan motivasinya, bagaimana injil dinyatakan dalam setiap konteks, dan

apakah faktor pendukung perkembangan gereja tersebut.13

Menurut McGavran yang dikutip oleh C. Peter Wagner, bahwa Pertumbuhan Gereja

adalah suatu disiplin ilmu yang baru dikumandangkan sejak tahun 50-an, namun

pertumbuhan gereja itu sendiri sudah berlangsung sejak hari Pentakosta. Pertumbuhan

gereja berarti mampu membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan dengan

Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi

anggota gereja yang bertanggungjawab. Sehingga, studi pertumbuhan gereja berarti

untuk menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi dan


10
Jonathan E.Culver, Sejarah Gereja Umum (Bandung: Biji Sesawi,2013), h.15
11
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana “Sejarah Gereja Ringkas”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 1.
12
C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, 30.
13
Anne Ruck, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 3.
5
kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif

dari Amanat Allah untuk “menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya”. 14

Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualiltas dan

kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal. Ketiga komponen ini merupakan kunci

untuk memahami proses yang menyebabkan gereja bertumbuh. Jika ketiganya tidak

terjadi secara seimbang, maka sebuah gereja tidak akan mempertahankan kesehatan

yang baik. Pertumbuhan gereja dapat terjadi secara biologis, perpindahan anggota

gereja dan juga karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Pertumbuhan secara biologis terjadi

dari anak-anak keluarga Kristen yang bertumbuh menjadi dewasa, dan dilayani oleh

gereja. Pertumbuhan karena perpindahan anggota gereja terjadi ketika seorang Kristen

meninggalkan keanggotaan suatu gereja dan beralih ke gereja lainnya. Pertumbuhan

karena pertobatan jiwa-jiwa baru merupakan hasil pemberitaan Injil kepada orang-

orang yang belum mengenal Kristus dan menjadi anggota gereja. Pertumbuhan,

perkembangan, dan perubahan gereja juga dapat diakibatkan pengaruh dari luar, dari

dunia yang sedang berubah dan berkembang. Perkembangan pola pikir manusia, dari

pra-modern ke modern, dan kini menjadi post-modern, turut mempengaruhi

pertumbuhan gereja. Perkembangan nilai-nilai budaya, ekonomi, teknologi, dan

komunikasi juga berpengaruh langsung terhadap kehadiran gereja di tengah-tengah

dunia. Semua perkembangan tersebut turut mengakibatkan gereja yang esa itu tidak

lagi sama seperti gereja purba, gereja yang pada awal kelahirannya. Setiap perubahan

dan perkembangan tidak selalu berdampak positif, pasti ada negatifnya juga. 15

Jenis-Jenis Pertumbuhan Gereja

2.4.2. Pertumbuhan Kuantitas

14
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 1996), h. 100.
15
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja,..., H. 101.
6
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kuantitas berarti banyaknya atau merujuk jumlah

sesuatu. Pertumbuhan kuantitas berarti adanya pertumbuhan atau pertambahan

jumlah. Pertumbuhan kuantitas menunjuk pada jumlah murid yang dihasilkan gereja.

Berapa banyak orang yang sudah dibawa kepada Kristus, berkembang menjadi dewasa,

dan dikerahkan menjadi pelayan mengabarkan Injil.16

2.4.3. Pertumbuhan kualitas

Pertumbuhan gereja secara kualitas maksudnya memilikki spiritual yang

bertumbuh. Pertumbuhan gereja secara kualitas juga merujuk kepada murid yang

dihasilkan oleh sebuah gereja dalam arti apakah jemaat sebagai orang percaya benar

berbuah menjadi seperti Kristus lewat pengajaran. 17

2.3. Tri Tugas Gereja


Dalam hal ini, penulis membahas mengenai tentang 3 tugas panggilan gereja. Gereja

terpanggil untuk melaksanakan pelayanan, kesaksian, dan persekutuan, secara roh

sopan dan teratur. Ia tidak bertindak sembarangan, sewenang-wenang tetapi gereja

haruslah mempersiapkan diri dengan matang hingga Tuhan memperlengkapi untuk

melaksanakan panggilan-Nya. Sebab tidak mungkin orang bersaksi mengenai

pertobatan, pembaharuan, dan persekutuan jikalau keutuhan persekutuaan itu retak,

rapuh karena di dalam dirinya terdapat iri hati, kebencian, persaingan yang saling

menjegal, kecurigaan dan ambisi.18

Ada 3 bagian tugas panggilan gereja yang disebut Tridarma gereja yakni Marturia

(kesaksian), Koinonia (persekutuan), Diakonia (pelayanan). Marturia berhubungan

dengan aspek ritual dan kesaksian terhadap dunia luar, koinonia yang menyangkut

16
Dendy Sugono (Red), Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia, 2008), 745.
17
Rick Warren, Pertumbuhan Warga Gereja Masa Kini, 57
18
O.E.Ch. Wuwungan, Pemahaman Alkitab dan Warha Gereja, (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997),
228.
7
aspek instusional dan pembinaan kehidupan bersama, sedangkan Diakonia menyangkut

aspek etis dan pelayanan sosial. Kehadiran gereja adalah tanda pengutusan Allah agar

gereja secara aktif dan kreatif mengambil bagian dalam usaha untuk menolong umat

manusia.

2.3.1. Diakonia (Pelayanan)


Kata Diakonia disebut hypretes dalam bahasa Yahudi diartikan sebagai jabatan.

Jabatan ini menjurus pada jabatan seorang pelayan atau hamba yang ada dalam

hidupnya terus menerus menjadi hamba. Pada Zaman Helenisme, diakonia mendapat

arti sebagai tugas petugas ibadah atau petugas bait Allah yang bekerja untuk melayani

khusus di Bait Allah. Kata diakonia dipahami sebagai pelayanan kasih atau sering

disebut dengan pekerja sosial, secara khusus pelayanan orang-orang miskin dan orang-

orang yang menderita, Allah sangat mengasihi umat-Nya dan Allah menghendaki

supaya umat-Nya dapat mengasihi sesama dan mampu melakukan keadilan kepada

orang-orang menderita tersebut.19

Menurut A. Noordegraf diakonia mencakup arti yang luas, yaitu semua pekerjaan

yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus di jemaat, untuk membangun dan

memperluas jemaat. Dalam diakonia secara luas ini terdapat tempat untuk diakonia

dalam arti khusus, yaitu memberi bantuan kepada semua orang yang mengalami

kesulitan dalam kehidupan mmasyarakat arti khusus inilah yang dimaksudkan oleh

Noordegraf sebagai arti diakonia yang sesungguhnya. 20 Pelayanan sosial merupakan

salah satu kegiatan pokok umat Kristen kristen sebab dengan kegiatan ini kasih itu akan

semakin jelas, dan tugas gereja adalah melayani semua umat termasuk orang-orang

yang terpingkirkan (pemulung, miskin, pengemis) dan gereja bukan saja untuk di layani

tetapi harus melayani semua umat ciptaaNya.

19
J.L.Ch. Abineno, Sekitar Diakonia Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 12.
20
A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakrta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
8
2.3.2. Marturia (Kesaksian)

Kata Marturia berasal dari kata Yunani yaitu: Martyria yang merupakan salah satu

istilah yang dipakai gereja dalam melakukan aktivitas imanNya, sebagai tugas panggilan

gereja, yaitu dalam hal kesaksian iman. Kesaksian iman yang dimaksud ialah pemberian

injil sebagai berita keselamatan bagi manusia. Memang banyak Kristen perdana yang

harus mengalami penganiayaan karena kepercayaannya, dan pengobanan ini terus

berlanjut sampai sekarang, yaitu orang-orang kristen yang disiksa sampai mati karena

imanya, ataupun para misionaris yang dibunuh dalam menjalankan tugasnya

menyampaikan kabar Injil ketempat-tempat yang belum pernah mendengar Injil. 21

Gereja sebagai umat yang dipanggil untuk bersaksi mengenai terang yanng telah

diterima melalui kristus untuk memberikan “syaloom” dalam menampilkan tanda-tanda

kerajaan Allah. Tugas gereja dipanggil untuk menyampaikan injil Yesus Kristus, yaitu

injil perdamaian yang adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dalam

memperdamaikan segala sesuatu dengan Allah oleh karena itu gereja harus

memeberitakan Injil keseluruh dunia.22

2.3.3. Koinonia (Persekutuan)


Salah satu unsur yang penting dalam gereja adalah adanya persekutuan.

Persekutuan adalah orang-orang yang memiliki hak milik bersama partikular atau

sekutu yang mempunyai andil dalam urusan umum dan sosial. Gereja adalah sebuah

gereja apabila ia merupakan kawanan atau persekutuaan. Anggota jemaat harus dapat

merasakan bahwa dia adalah anggota sebuah anggota keluarga orang percaya sehingga

ia merasakan bahwa saudaranya dalam Tuhan itu sama atau bahkan lebih erat dari

saudara sedarahnya, karena persekutuaan itu diikat oleh kasih. 23 Koinonia ini

21
Rijinardus A. Van Kooji, dkk, Menguak Fakta Menata Karya Nyat , (Jakrta: BPK Gunung Mulia,
2007) 83.
22
Jhon Stott, Satu Umat, (Malang: Saat, 1992), 95.
23
Sutarno, Mengupayakan misi Gereja yang kontekstual, (Jakarta: Persetia, 1995), 12.
9
merupakan salah satu persekutuaan manusia saling berbagi didalam Yesus Kristus yang

berjuang untuk keadilan, kedamaian, dan tanggung jawab. Arti kata yang mendasar

dalam koinonia adalah suatu partisipasi bersama didalam kasih karunia sekaranag ini

dalam didalam kemuliaan nanti, meskipun juga di dalam penderitaan yang sementara.

Persekutuaan kristen adalah bagiaan kita bersama didalam “Keselamatan yang besar

dari Allah .

Visi Misi Gereja akan kelihatan berhasil bila di dalam kelompok persekutuaan

Kristen ada sifat yang saling mendorong untuk memimikirkan hal-hal positif yang

mendukung proses pertumbuhan gereja. Gereja akan bertumbuh jika didalamnya

terdapat persekutuan yang harmonis, saling membantu, saling memperhatikan, saling

mendorong dalam kasih dan perkerjaan baik. Maka ketika persekutuan yang ada

didalam gereja itu terpecah, tidak saling mendukung satu sama lainnya, dan hanya

mementingkan diri sendiri visi dan misi gereja tidak akan berhasil dan gereja akan sulit

bertumbuh24

Dengan demikian Koinonia merupakan panggilan gereja untuk bersekutu dengan

Allah dalam kasih, yang di dalamnya terdapat persekutuan yang harmonis, saling

membantu, saling memperhatikan, dan saling mendorong antara sesama umat manusia.

2.4. GMI Buluduri Sebagai Lokus Penelitian

2.4.1. Lingkungan (Budaya, Agama dan Ekonomi)

Secara garis besar Buluduri termasuk dalam Kecamatan Lae Parira, Kabupaten

Dairi Provinsi Sumatera Utara.

2.4.2. Ekonomi

Perekonomian yang baik di suatu jemaat akan sangat memengaruhi

pertumbuhan atau perkembangan gereja tersebut, karena jemaat akan memperhatikan

24
Jhon Stott, Satu Umat, (Malang: Saat, 1992) 96.
10
gerejanya dalam hal memberi, guna untuk mendukung apa yang dibutuhkan oleh gereja

tersebut, baik mendukung dalam kelancaran kegiatan gereja maupun pembangunan

secara fisik.

Bidang pekerjaan yang mempengaruhi perekonomian masyarakat Buluduri,

yaitu pertanian, industry, perdagangan, jasa-jasa, PNS (Pegawai Negeri Sipil), dan

lainnya. Pekerjaan atau pendapatan terbesar di Buluduri adalah sector pertanian,

perdagangan, kemudian diikuti sektor jasa-jasa, industri dan PNS. GMI Buluduri

memiliki jemaat yang memiliki pekerjaan dan pendapatan yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Namun yang menjadi dominan pekerjaan sesuai yang ada di atas

berdasarkan kriteria yang dibuat Badan Pusat Statistik (BPS) Buluduri, bahwa

mayoritas pekerjaan yang ada di GMI Buluduri adalah Petani.

a. Agama

Masyarakat di Desa Buluh Duri adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari
Agama Kristen dan beberapa diantaranya dalam jumlah yang kecil yaitu Agama
Islam, Dan Agama Kristen menjadi satu-satunya agama yang dianut masyarakat
yang ada di Desa Pamurpuran.

b. Budaya

Mengutip pernyataan Koentjaraningrat dalam Ilmu Sosial Dasar, kebudayaan

berasal dari istilah Sansekerta budhaya, bentuk jamak dari budhi yang berarti budi dan

akal. Sehingga kebudayaan akan selalu dikaitkan dengan hal-hal yang dihasilkan oleh

akal, biasanya hasil perundingan masyarakat. Budaya dapat juga dipahami dengan

penggunaan dua istilah penting ini “budi-daya” yang berarti “daya dari budi” yang

berupa cipta, karsa (daya untuk berkehendak) dan rasa. 25 James P. Stradley, seorang

antropolog Amerika, mendefiniskan kebudayaan dengan merujuk pada tesis Marvin

25
M. Munandar Sulaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), 21-22.
11
Harris, serta menganggap tesis Harris sebagai yang khas untuk mendeskripsikan

kebudayaan. Demikan bunyinya : konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola

tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti

“adat” dan/atau cara hidup masyarakat.

Namun, mengingat kembali kepada tujuan lahirnya budaya, maka yang menjadi

unsur pentingnya adalah memahami kebudayaan berdasarkan sudut pandang si pelaku

kebudayaan.26 Sikap dualistik, merupakan sikap tradisional. Dalam hal ini dunia

pertama adalah Kerajaan Allah, sedangkan dunia kedua adalah masyarakat. Manusia

adalah warga masyarakat dan sekaligus warga Kerajaan Allah. Sikap yang kritis dan

selektif diantara budaya dan Iman itu sendir (transformatif). 27

Dengan demikian budaya bukan menjadi penghalang untuk orang beriman

kepada Allah atau bahkan Iman bukan untuk menghalangi/menghapuskan budaya

orang. Tetapi harus ada saling keterbukaan dan memberi ruang di antara iman dan

budaya, yaitu siap untuk dikritik dan prihal mana yang perlu atau dianggap tidak layak

digunakan terhadap praktek-praktek dalam kebudayaan tersebut.

Masyarakat Buluh Duri adalah masyarakat yang majemuk yang memiliki suku

dan budaya yang berbeda-beda, yakni suku Batak Toba, Karo dan Pakpak. Dan di

tengah-tengah kemajemukan itu, Suku Batak Toba adalah suku yang mendominasi

masyarakat Buluh Duri. Dengan demikian, jemaat GMI Buluh Duri adalah jemaat yang

tidak hanya terdiri dari satu suku saja melainkan ada beberapa suku yang terdapat di

gereja tersebut, yaitu suku Batak Toba, pakpak dan beberapa diantaranya dengan

jumlah yang kecil yaitu suku Karo. Dan suku yang mendominasi anggota jemaat GMI

26
James P. Stradley (Terj.), Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), 5.
27
E. Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 40.
12
Buluh Duri adalah suku batak Toba. Walaupun ada perbedaan suku dan budaya

diantaranya tetapi hubungan yang baik.

2.4.3. Gambaran Jemaat

a. Jemaat

Berdasarkan buku Disiplin GMI, mengatakan bahwa jemaat adalah persekutuaan

orang-orang yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat, serta telah

mengikrarkan janji keanggotaan dan yang telah dihubungkan dalam persaudaraan

Kristus. Jemaat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Gereja Universal melalui

pengakuan Iman Rasuli sebagai Gereja yang Kudus dan Am. GMI Buluduri ini

dikategorikan menjadi jemaat penuh.28

Jemaat ini juga mendukung akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam

gereja, juga di luar gereja, baik itu di Distrik, Wilayah dan Pusat. Jemaat ini juga berhasil

membuka peluang untuk lebih mendalami akan persekutuan dengan Tuhan, terlihat

dari adanya organisasi di dalamnya, baik itu Persekutuan Pemuda-Pemudi Methodist

Indonesia (P3MI) dan Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI), sehingga

pertemuan dan persekutuan dengan teman seiman tidak hanya di hari minggu saja

melainkan dapat juga dilakukan dalam pertemuan organisasi yang ada. Jemaat GMI

Buluduri memberikan tanggung jawabnya yaitu lewat perpuuhan setiap bulanya dapat

dikategorikan baik.

b. Kemajelisan

Majelis Gereja adalah orang-orang percaya yang sudah menjadi warga gereja

yang secara khusus, atas kehendak Allah dalam kebijaksanaan-Nya dengan perantaraan

gereja, dipilih, dipanggil dan ditahbiskan atau diteguhkan untuk menerima tanggung

jawab jabatan gerejawi sebagai pendeta, penatua, diaken, yang secara kolektif mereka

28
Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2017, 35.
13
laksanakan dalam kepemimpinan gereja. Dalam Disiplin GMI tahun 2017 Bab III pasal

16, menyatakan bahwa Majelis Jemaat itu adalah badan pekerja, Majelis Jemaat

bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penyelenggaraan kehidupan jemaat, dan

Majelis Jemaat dilantik oleh Distrik Superintendent (DS) atau Pendeta yang ditugaskan

oleh DS. GMI Buluduri sudah memiliki susunan Kemajelisan yang bertugas di bidangnya

masing-masing. 29

Susunan Kemajelisan Jemaat Periode 2019-2021

NO Srtuktur Kemajelisan Nama

1 Ketua Majelis (Pimpinan Jemaat) Pdt.E. Sidabutar, S.Th

2 Lay Leader LS. J. Togatorop

29
Disiplin Gereja Methodist Indonesia 2017 GMI, Bab III Pasal 16, 40.
14
3 Sekretaris Majelis D. br. Sihombing

4 Bendahara LS. R. Br. Sitio

5 Pimpinan Sekolah Minggu Angelia br.Tamba

Komisi-Komisi

6 Komisi Keanggotaan dan Evanggelisasi B. br. Sianturi

8 Komisi Penatalayanan dan Keuangan LS. S. Br. Sihombing

10 Komisi Diakonia Sosial CLS.J.Sihite

Panitia-Panitia

11 Panitia Kebaktian Ibadah LS. K. Br. Siburian

12 Panitia Pemeliharaan Harta Benda M. Sihombing

Ketua Seksi-Seksi

14 Ketua P3MI Putri Sihombing

15 Ketua PWMI S. Br. Panggabean

Penulis menyoroti 2 komisi yang ada di GMI Buluduri ini, dikarenakan penulis

ingin melihat sejauh mana GMI Buluduri ini sudah menjalankan tugas dan panggilannya

ditengah-tengah keberadaanya untuk jemaat yang sedang mengalami dukacita maupun

sukacita, yaitu komisi PI/Misi dan Komisi Diakonia Sosial.

a. Keuangan

Sesuai dengan Disiplin GMI 2017 Bab VII Pasal 12, memuat isi tentang Keuangan

Gereja diperoleh dari usaha-usaha yang sah, yaitu:

1. Persembahan Persepuluhan (Mal. 3:10)

2. Persembahan Ucapan Syukur


15
3. Persembahan pada setiap kebaktian

4. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat

5. Hasil usaha dari lembaga-lembaga

6. Dan lain-lain yang diperoleh secara halal.30

Dari beberapa poin di atas, adapun keuangan Pos Pelayanan GMI Buluh Duri

diperoleh dari:

1. Persembahan setiap kebaktian

2. Persembahan dari persepuluhan

3. Ucapan syukur

2.4.4. Kegiatan-Kegiatan di GMI Buluh Duri

Pada bagian ini penulis akan menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di GMI

Buluh Duri Distrik 3 Wilayah I.

2.4.5. Kebaktian Umum

Ibadah atau kebaktian adalah perayaan tindakan Allah dalam sejarah, baik

penciptaan, pemeliharaan, perjanjian penebusan dan penyataan penebusan-Nya di

dalam Yesus Kristus. Ibadah tidak terbatas pada tindakan devosional, ritual dan

upacara. Ibadah bersinonim dengan hidup. Ibadah berarti mengalami kehadiran Allah

dalam setiap pengalaman hidup, yaitu seluruh hidup yang dicurahkan bagi Allah. 31

Ibadah adalah sebuah dialog dengan Allah, sebuah penyataan dan respon. Allah

mengambil inisiatif daam penyataan dan manusia meresponi dalam penyembahan.

Ibadah lebih dari sekedar percakapan, ibadah adalah sebuah perjumpaan dengan Allah.

30
Disiplin Gereja Methodist Indonesia, GMI, 2017, Bab VII, pasal 12, h.30.
31
Rob C. Mclaren, A Wesleyan Theology of Worship and Its Develoopments in Free Methodist, (USA: Fuller
Theological Seminary, 2002), 31.
16
Ibadah yang benar membawa seseorang menikmati pengalaman dengan Allah. Tujuan

ibadah yang terutama bukan untuk menerima berkat dari Allah tetapi justru

memberikan persembahan kepada Allah melalui segenap pikiran, perasaan, sikap dan

milik kita.32 Adapun kebaktian umum di GMI Buluh Duri dilakukan setiap hari Minggu

pada pukul 10.00 dengan menggunakan menggunakan bahasa Batak setiap minggunya.

2.4.6. Kebaktian Rumah Tangga/Evangelisasi

Pada masa kepemiminan Pdt.E. Sidabutar S. Th, beliau berhasil menjalankan salah

satu programnya yaitu membuat kebaktian rumah tangga/evangelisasi di GMI Buluh

Duri. Kebaktian rumah tangga/evangelisasi di GMI Bulu Duri dilakukan di rumah-rumah

jemaat secara bergantian. Adapun petugas atau pelayan yang melayani dalam kebaktian

rumah tangga/evangelisasi yaitu pimpinan jemaat dan majelis yang sudah ditentukan.

2.4.7. Sekolah Minggu

Sekolah minggu adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah gereja.

Karena melalui sekolah minggu anak-anak jemaat dapat mengikuti kebaktian sesuai

dengan tingkatan usia mereka. Pengajar sekolah minggu telah dipanggil dan telah

menerima karunia mengajar dan merupakan alat Tuhan untuk membawa kabari baik

tentang perdamaian kepada anak sekolah minggu. 33 Pengajar Sekolah Minggu juga

harus memiliki pengetahuan tentang Alkitab, menguasai teori dan memiliki metode

dalam memaparkan pengajaran kepada anak sekolah minggu agar dapat dimengerti apa

yang diajarkan.

Seorang guru Sekolah Minggu memiliki tanggung jawab kepada anak-anak sekolah

minggu dan guru sekolah minggu harus menyadari bahwa mengajar sekolah minggu

merupakan suatu panggilan dan memiliki kedudukan yang penting di dalam gereja.

Oleh karena itu, guru sekolah minggu harus memiliki kedisiplinan agar menjadi teladan
32
Hoyt L. Hickman, Worshiping With United Methodist, (Nashville, Abingdon Press, 2007), 28-29.
33
Richard L. Dresselhaus, Penginjilan di Sekolah Minggu, (Malang: Gandum Mas, 1974), 60.
17
serta memiliki sikap dan tingkah laku yang baik sehingga menjadi contoh bagi anak

sekolah minggu dan jemaat34 dan guru sekolah minggu harus memiliki pengetahuan

tentang Alkitab, kreatif dan memiliki metode dalam memaparkan pengajaran agar anak

sekolah minggu mudah untuk memahaminya. Guru sekolah minggu perlu memahami

administrasi dan bentuk organisasinya.35 Sekolah Minggu GMI Buluh Duri dilakukan

setiap minggu pada pukul 08.00 WIB. Dan guru-guru sekolah minggu akan memimpin

ibadah dengan menempatkan diri mereka kepada anak sekolah minggu, agar anak-anak

sekolah minggu dapat menerima pengajaran dari guru-guru sekolah minggu.

Penyampaian juga dilakukan dengan berbagai metode baik itu renungan, permainan,

cerita bergambar, cca, dll.

2.4.8. Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia (P3MI)

Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia adalah organisai yang resmi

dalam Gereja Methodist Indonesia. Adapun tujuan organisasi ini dibentuk untuk

membimbing pemuda-pemudi, agar memperoleh hubungan yang sempurna dengan

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta menuntun pemuda-pemudi untuk

hidup dalam akhlak ke-Kristenan dan memberi bakti kepada sesama manusia. Adapun

motto organisasi ini adalah “Kristus di Atas Segalanya”. 36

Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia (P3MI) dilaksanakan pada

hari Sabtu pukul 19.00 WIB di gedung gereja . Anggota P3MI nya adalah dari kalangan

anak-anak yang masih dalam jenjang pendidikan dan ada beberapa yang sudah bekerja

dan belum menikah. P3MI Bulu Duri juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh P3MI Distrik dan juga aktif dalam memberikan persembahan pujian di

ibadah umum setiap minggunya. Sehingga P3MI ini bermanfaat untuk meminimalisir
34
Richer Osmer, Teaching For Faith, (Kentucky: Jhon Knox Press, 1992), 16.
35
Stenley S. Will, Teach, (Nashville Tennesse: Southern Publishing Associations, 1974), 78.
36
Disiplin Gereja Methodist Indonesia tahun 2017, (Jakarta: Badan Disiplin Gereja Methodist Indonesia, 2017),
160-161.
18
kejahatan anak jaman sekarang yang senang akan kehidupan kenakalan-kenakalan

remaja, seperti narkoba, judi, geng motor, dan lain-lain.

2.4.9. Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI)

Persekutuan Wanita Methodist Indonesia adalah bagian dari GMI yang bertujuan

untuk membangun, memelihara, dan mengorganisir pelayanan wanita dalam GMI.

Organisasi ini adalah organisasi wanita yang resmi dari GMI, organisasi yang

berlandaskan Alkitab sebagai Firman Allah. Adapun tujuan dari organisasi ini ialah,

memperkenalkan Kristus kepada yang belum mengenal, menuntun wanita untuk

bertumbuh dalam proses penyempurnaan Iman Kristen pada Yesus Kristus, dan

membangun dan mengembangkan talenta wanita untuk pelayanan keluarga, gereja dan

masyarakat. Organisasi PWMI ini memiliki motto yaitu; Mempercayai Kristus dan

mengabarkan-Nya kepada sesama manusia (Mat. 28:18-20). 37 Adapun Persekutuan

Wanita Methodist Indonesia (PWMI) dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 16.00 – 18.00

WIB di gedung gereja.

2.4.10. Persekutuan Pria Methodist Indonesia (P2MI)

Persekutuan Pria Methodist Indonesia (P2MI) adalah bagian dari organisasi GMI

yang sah yang bertujuan untuk memelihara, membangun, meningkatkan rasa tanggung

jawab Kristen pada kehidupan kaum pria, dan menjadikan kaum pria sebagai pemimpin

yang bijaksana dalam keluarga. Persekutuan Pria Methodist Indonesia (P2MI) GMI Bulu

Duri dilakukan pada hari Kamis pukul 20.00 WIB di rumah salah satu anggota P2M

secara bergantian tiap minggunya.

37
Disiplin Gereja Methodist Indonesia,…, h. 176.
19

Anda mungkin juga menyukai