Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Sejarah merupakan uraian semua kejadian atau semua peristiwa masa

lampau yang terjadi ruang dan waktu yang di perankan oleh manusia.

Manusia sebagai sentral sejarah dalam masa kininya dapat mengekspresikan

sejarah itu sebagai satu dasar realitas hidupnya sambil menyusun rencana dan

berorientasi didepan untuk mengembangkan, meningkatkan, serta

menyempurnakan harkat dan martabat sebagai makhluk yang berbudaya.

Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan

perubahan-perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini .yaitu kisah

tentang pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang biasa dipakai

untuk mengungkapkan Injil tersebut. Menurut Jonar S. dalam bukunya yang

berjudul sejarah gereja umum (2014: 1) menyatakan sejarah gereja adalah

sejarah yang berbicara mengenai bagaimana perjalanan berdirinya gereja

dimuka bumi ini; Suka dan duka yang dialami oleh pendiri gereja tersebut.

Dalam dunia studi mengenai sejarah gereja katolik adalah syarat utama untuk

membuka lembaran baru pada sejarah dan perkembangan gereja katolik.

Menciptakan karya yang proporsional, baik, dan mantap untuk masak ini

maupun masa mendatang. Bangunan-bangunan kuno dan bangunan

tradisional karya nenek moyang merupakan sumber inspirasi yang tidak dapat

1
diabaikan bagi para arsitek dalam proses penciptaan karya bangun. Para

arsitek tradisional mencipta bangunannya dengan memperhatikan unsure

fungsional, keindahan, kuat sesuai dengan kondisi alam, dan kebutuhannya

(Sumalyo 1993, 1).

Studi mengenai sejarah perkembangan gereja sebuah bangunan dapat

memberikan gambaran mengenai proses penciptaan material budaya sehingga

membantu studi arkeologi dalam hal ini adalah mengungkap dan

merekonstruksi kehidupan maupun budaya manusia melalui tinggalan budaya

masa lampau (Sharer dan Ashmore 2003, 15).

Kata Gereja sendiri memiliki beberapa arti. Para misionaris Portugis

mengenalkan kata igraja sebagai penyebutan gereja yang berasal dari bahasa

Latin ecclesia. Kata ecclesia sendiri berasal dari kata Yunani Kuno yaitu

ekklesia yang diartikan sebagai kumpulan atau perkumpulan (Koeler dan

Grimbly 2004, 28). Dalam Encyclopedia of Faiths and Religion of the World

Vol. I,I gereja disebut sebagai rumah Tuhan, sebagai tempat berdoa, dan

sebagai kuil (Fox 2002: 53).

Pada hakikatnya sejarah memberikan landasan bagi manusia dalam

mengamati dan mengubah dunia pada masa kini dan masa mendatang.

Berdasarkan pengamatan-pengamatan pada peristiwa di masa lampau, maka

orang akan mengenal dan mengerti tentang kaidah-kaidah yang akan dijadikan

sebagai bahan berpikir dan berbuat untuk memajukan kehidupan manusian

dan semesta alam di masa kini dan masa mendatang (kartodirdjo,1997:18)

2
Agama katolik merupakan salah satu agama yang cukup terkenal di

seluruh dunia. Agama katolik didirikan pada abad pertengahan dan

terbentuknya tidaklah sama dengan agama kristen dan berbeda dengan

demonisasi lainya.

Sejarah mengingatkan kita betapa heterogen dan pluralistik asal-usul

masing-masing umat katolik yang tersebar di seluruh indonesia. Bangsa

indonesia beraneka wajah karena beda budaya, geografi dan sejarah.

Keberadaan dan kehdiran sebuah paroki Maria Diangkat Kesurga

memang tak lepas dari keberadaan kepala Cor Jesu. Menurut catatan dari

Sr.Helena,Osu tentang kapel jesu celaket berdasarkan buku Ursulin.

Tahun 1943 dari penguasa jepang kami (Ursulin) mendapat ijin memakai

kapel kami (yang diluar biara) untuk umat katolik yang jumlah nya cukup

banyak. Walaupun tidak ada Romo, namun mereka berkumpul setiap hari

minggu kami adakan ibadat sabda.’’

Pada tahun 1953 permulaan bulan maret, Mgr.Albertus da-tang untuk

visitasi ka-nonik. Beliau memuji komunitas malang dan mengucapkan

selamat karena para suster sungguh bersemangat. Beliau juga sangat

berterimakasih kami karena kapel susteran boleh dipakai oleh umat katolik

Berdasarkan uraian ringkasan latar belakang tersebut di atas maka

penelitimemilih judul : Analisis Sejarah Perkembangan Gereja Katolik

Maria Diangkat Kesurga di Kelurahan Lowokwaru Malang.

3
B. Fokus Penelitian

Moleong, (2016:62) menyebutkan ada dua tujuan penelitian dalam penetapan

fokus penelitian yaitu:

1. Untuk membatasi studi, sehingga peneliti dapat membatasi bidang inquiri,

dalam hal ini fokus akan faktor-faktor apa saja yang akan diteliti;

2. Untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi (inclusion-exclusion criteria) dari

suatu informasi yang di peroleh dilapangan. Artinya melalui penetapan fokus,

peneliti akan dapat mengetahui data mana yang perlu dikumpulkan dan data

mana yang walaupun menarik, tidak perlu dikumpulkan karena tidak relevan.

Fokus penelitian sangat perlu diperhatikan dan ditentukan, kerena fokus

penelitian adalah hal-hal yang menjadi pusat penelitian. Penentuan fokus

penelitian bertujuan untuk membatasi studi agar tidak meluas,dalam penelitian

ini yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana Sejarah perkembangan gereja dari aspek fisik Gereja Katolik

Maria Diangkat Kesurga di kelurahan lowokwaru malang?

2. Bagaimana Sejarah perkembangan gereja dari non fisik Gereja Katolik Maria

Diangkat Kesurga di kelurahan lowokwaru malang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pemaparan masalah penelitian yang diuraikan, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Sejarah perkembangan gereja dari aspek fisik Gereja Katolik Maria Diangkat

Kesurga di kelurahan lowokwaru malang.

4
2. Sejarah perkembangan gereja dari non fisik Gereja Katolik Maria Diangkat

Kesurga di kelurahan lowokwaru malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

a. Bagi gereja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan,

bahan sumbangan pemikirandan bahan informasi mampu memberikan

kontribusi dalam kegiatan pelayanan kegiatan keagamaan daerah kota malang,

khususnya gereja katolik maria diangkat kesurga.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar sehingga peneliti dapat

menambah wawasan yang berguna dalam ilmu pengetahuan.

2. Manfaat teoritis

Secara teoritis khususnya bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu

upaya terhadap pemahaman dan pendalaman ilmu pengetahuan dalam bidang

sejarah.

E. Penjelasan Istilah

1. Perkembangan Gereja

Perkembangan gereja yang dimaksud dalam penelitian di gereja Maria

Diangkat Ke Surga ini adalah perkembangan-perkembangan dari aspek

fisik dan non fisik gereja.

5
2. Aspek fisik

Aspek fisik berkaitan dengan fasilitas fisik yang dibuat oleh manusia.

Aspek fisik adalah jenis-jenis di dalam faktor alam yang mempunyai

peranan langsung atau tak langsung dengan kehidupan manusia dalam arti

memberikan fasilitas kepada manusia

3. Aspek non fisik

Pembangunan non fisik berkaitan dengan penggunaan sumber daya

manusia itu sendiri. Adapun pembangunan antara lain pembangunan di

bidang kesehatan, pembangunan di bidang pendidikan, pembangunan di

bidang ekonomi dan lain sebagainya. Pembangunan non fisik

mengedepankan sumberdaya manusia, dikarenakan dengan adanya

pembangunan non fisik menjadi dasar untuk melakukan pembangunan

fisik. Jangan sampai pembangunan bertumpu pada salah satu aspek saja,

tetapi pembangunan tersebut haruslah bersinergi satu sama lain.

Pembangunan non fisik dilakukan guna meningkatkan taraf dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya, baik peningkatan dan

kesejahteraan masyarakatnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan

masyarakat bidang kesehatan maupun kesejahteraan dalam bidang

lainnya. Oleh karena itu peran manusia dalam pembangunan nonfisik

perlu diperhatikan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Perkembangan Agama Katolik

1. pengertianSejarah

Menurut Ali (2005;12), sejarah adalah (1) jumlah perubahan-perubahan,

kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam sekitar kita.(2) cerita tentang

perubahan-perubahan itu itu sebagainya, dan (3) ilmu yang bertugas menyelidiki

tentang perubahan dan sebagainya.

Pati (2005;5) mengatakan bahwa sejarah ditujukan pada kejadian masa lalu

dan berusaha menjelaskan secara detail setiap peristiwa yang terjadi dan

kemudian dihubungkan denagn peristiwa lainnya, untuk mengetahui keadaan

secara menyeluruh pada waktu itu.

Kartodidjro (1997;4-5) sejarah memiliki dua aspek penting yaitu (1) sejarah

dalam arti subjektif sebagai suatu kontruksi atau bangunan yang disusun oleh

sejarawan sebagai suatu uraian atau cerita. Dikatan subjektif karena sejarah

memuat unsur-unsur dan isi subjek (penulis) dan (2) sejarah d alam arti objektif

yang menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, sebagai proses dalam

aktualitasnya.

Gottschalk (1969:27) kata sejarah dari bahasa arab yaitu sajaratun yang

artinya pohon dalam bahasa inggris history artinya masa lampau. Bahasa yunani

historia yang artinya ilmu. Bahasa jerman geschicte sesuatu yang terjadi pada

7
masa lampau umat manusia yang harus berkembang dari tingkat yang sederhana

ketingkat yang lebih maju. Selanjutnya Hugiona dan poerwantana (1992;2)

mengatakan bahwa sejarah adalah perubahan-perubahan, peristiwa atau kejadian-

kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alsan yang di kaitkan sehingga

membentuk suatu kejadian yang lengkap. Roeslan Abdulgani (dalam

Hugiono1992) sejarah adalah salah satu bidang ilmuyan meneliti dan menyelidiki

secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di

masa lampau, Rustam. E.Taraburaka (2002:2) sejarah ialah cerita perubahan-

perubahan, peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau.

Gazalba (1969:13) mendefinisikan sejarah sebagai gambaran tentang masa lalu

tentang manusia dan lingkungan, situasi sekitarnya sebagai makhluk sosial yang

disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi fakta masa tersebut dengan tafsiran

dan penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah

berlalu. Sebagaimana ilmu sejarah terikat pada prosedur penelitian ilmiah sejarah

juga terikat pada pengajaran yang bersandar pada fakta. Kebenaran sejarah

terletak pada kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas,

sehingga diharapkan ia akan mengungkapkan secara objektif.

Hasil akhir yang diharapkan adalah kecocokan antara pemahaman sejarahwan

dengan fakta. Dari pendapat diatas penulis dapat simpulkan bahwa, sejarah

adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara

sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta gambaran tentang masa

lalu manusia dan lingkungan, situasi sekitarnya yang terjadi dimasa lampau yang

di susun secara ilmiah dan lengkap.

8
Dari beberapa defenisi sejarah menurut para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa sejarah adalah peristiwa masa lampau umat manusia yang hanya sekali

terjadi (objektif) namun bisa dikontruksi dalam kehidupan sekarang maupun

yang akan datang.

Sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang

berkaitan dengan proses kehidupan manusai dan dipelajari di masa kini dan yang

akan mendatang. Dapat dirumuskan bahwa arti sejarah adalah peristiwa atau

kejadian masa lampau pada diri induvidu dan masyarakat untuk mencapai

kebenaran suatu penjelasan tentang sebab-sebab dan asal usul segala sesuatu,

suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-

peristiwa itu terjadi.

Sunnal dan Haas (1993:278) menyebutnya ; history is a chronological study

that interprets and gives meaning to events and applies systematic methods to

discover the truch’’. Car (1982:30) menyatakan bahwa,” history is continous

prosess of interaction between the present and the past”.

Sejarah dalam bentuk rangkaian cerita seperti terdapat dalam buku sejarah,

merupakan peristiwa nyata kehidupan manusia pada masa lampau. Cerita sejarah

tersebut adalah hasil kerja sejarahwan dengan berdasar temuan sumber-sumber

masa lalu, menggambarkan pengalaman-pengalaman manusia yang hidup

didalam kelompok-kelompok beradab, berupa deretan peristiwa yang

berhubungan dengan negara, masyarakat,seseorang, dan keadaan tertentu

(Abdullah & suryomiharjo,1982:xii; Renier, 1961:Ali,1961)

9
B. Sejarah Gereja Katolik

1. Pengertian Gereja Katolik:

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, gereja berarti:

a. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Katolik.

b. Badan (organisasi) umat Katolik yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya

(-Katolik, Protestan, dan lain-lain).

Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia.(J. S Badudu dan Sutan Mohammad

Zain, Op Cit., hal. 272)

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, gereja adalah:

1. (Port) rumah tempat beribadah bagi orang Katolik.

2. Mazhab atau kaum Katolik: Doa.

3. Organisasi umat Katolik yang sama aliran, ajaran dan tata caranya(misalnya:

Katolik, Roma, dan lain-lain).

Sumber: Kamus umum Bahasa Indonesia.(Ibid., hal. 516.)

Jadi, gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa

dan tempat untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata

caranya (Katolik, Roma, dan lain-lain). Pengertian lain gereja menurut

pengamatan gereja-gereja di Malang adalah tempat atau sarana dan prasana untuk

melakukan ibadah, persekutan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus

serta tempat melakukan pelayanan kepada jemaat gereja (belajar doa, katekisasi,

belajar menyanyi dan lain-lain) dan pelayanan kepada masyarakat di sekitar gereja

(pengadaan fasilitas kesehatan, seperti: poliklinik).

10
2. Menurut Asal Katanya

Gereja berasal dari Bahasa Portugis igreja dan Bahasa Yunani ekklêsia yang

berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil).Jadi,

ekklesia berarti persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar darikegelapan

datang kepada terang Allah yang ajaib.

Kata gereja dalam Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti:

1. Arti pertama gereja ialah “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Katolik. Gereja

pertama-tama bukan sebuah gedung. Dalam hal ini, gereja terbentuk 50 hari setelah

kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu: ketika Roh Kudus yang

dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus.

2. Arti kedua gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Katolik,

bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, atau pun tempat

rekreasi. Jadi, gereja belum tentu sebuah gedung khusus ibadah.

3. Arti ketiga gereja ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Katolik,

misalnya: Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll.

4. Arti keempat gereja ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Katolik.

5. Arti terakhir dan juga arti umum gereja adalah sebuah “rumah ibadah” umat

Katolik, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/gereja

Pengertian gereja ini kemudian dikembangkan dan dapat dibedakan dari beberapa

segi, yaitu:

1. Segi Obyektif

11
Gereja dilihat sebagai tempat manusia dengan keselamatan yang diberikan

Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus.

2. Segi Subyektif

Persekutuan orang-orang yang percaya dan ingin beribadah kepada Allah.

Gereja tidak hanya sebagai tempat dimana manusia mendengarkan dan menerima

firman Tuhan tetapi juga tempat dimana manusia menjawab dan mengerti

panggilan Allah.

3. Segi Apostoler dan segi Ekstravert

Gereja tidak hanya sebagai jembatan antara Allah dengan orang-orang

percayatetapi juga jembatan antara Allah dengan manusia.

Sumber: Bahan Pelajaran Katekisasi,(Majelis Sinode GPIB,2004, hal.4)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi agama adalah sistem yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha

kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia

serta lingkungannya. Diketahui, bahwa sebenarnya kata agama berasal dari Bahasa

Sanskerta āgama yang berarti "tradisi". Istilah lain yang memiliki makna identik

dengan agama adalah religi yang berasal dari Bahasa Latin religio dan berakar

pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Mengikat di sini

maksudnya adalah dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat dirinya

kepada Tuhan. Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam

agama iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman

mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang

tidak (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996:158). Katolik berasal dari Bahasa

12
Yunani, yang berarti “untuk umum”. Kalimat ini terbagi dalam dua suku kata

yaitu: “Cathos‟ yang berarti „untuk‟ dan “Lichus” yang berarti umum‟.

Cathoslichus berarti untuk umum atau universal. Kata ini untuk pertama kalinya

ditemukan dalam tulisan Ignatius dari Antiokia (Antkhiocia) yaitu surat yang

dikirim kepada jemaat-jemaatnya di Smirna. Dalam terminologi Kristen/Katolik,

kata ini dipergunakan untuk beberapa arti sebagai berikut:

1. Gereja yang universal, sebagai unsur pembeda dengan Gereja-Gereja lokal.

2. Gereja yang benar, sebagai pembeda dengan aliran skimastik.

3. Bagi penulis sejarah , hal ini dipakai untuk menunjuk kepada Gereja sebelum

perpecahan antara Gereja Barat dengan Gereja Timur pada tahun 1054 M.

4. Semenjak munculnya gerakan reformasi yang dipimpin oleh Marthinus Luther,

Gereja Barat memakai kata ini untuk nama dirinya.

Dalam ajaran Katolik percaya kepada Yesus Kristus atau Nabi Isa Al-masih.

Pokok-pokok ajaran Katolik salah satunya adalah Hukum Kasih yang berbunyi:

Ketika ditanya, “Hukum manakah yang paling utama?” Yesus menjawab:

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu,

dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Alkitab.Mrk 12:30-31)

Salah satu dari proses sejarah perkembangan ialah melihat perkembangan

sebagai suatu proses pemberdayaan. Pentingnya kekuatan peranan lokal ditengah

perkembangan global, seperti yang di kemukakan Nalsbitt dalam bukunya ‘Global

paradox’(1994) juga menjadi perhatian pengamat di bidang arsitektur.Gereja

katolik sebagai sebuah peguyuban umat Allah yang mengimani Yesus kristus dan

13
sebuah peguyuban yang tepat untuk memanusiakan kemanusiaan kita (Pr

J.T.,2016). Kekhasan gereja katolik merupakan wujud dari jati diri yang teletak

pada kesatuan, kekudusan, kekatolikan, apostolaritas gereja itu sendiri. Muncul

rumusan yang berbunyi “ gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.”.

Gereja dalam kata bahasa indonesia berasal dari kata portugis ‘igreeja', yang

berasal dari kata yunani ‘ekklesia’ (= mereka y ang di panggil, kaum, golongan ) ‘

kyriake ‘ (= yang di miliki Tuhan). maka kata ‘gereja’ sama asal – usulnya seperti

kata ‘kerk’ (belanda) dan kirche (jeman). Kata gereja di gunakan baik untuk

gedung-gedung ibadat maupun untuk umat-umat kristen. (ekklesia) merupakan

terjemahan dari istilah ibrani (Qahal). Gereja dalam keseluruhan dimengerti

sebagai sakramen, tanda dan sarana kesatuan mesra umat manusia dengan Allah

dan persatuan seluruh umat manusia. Dasar biblisnya adalah Matius 18:20

“Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaku, di situ Aku ada di tengah-

tengah mereka.” Setiap kumpulan orang beriman adalah Gereja. Pengertian umum

gereja adalah kelompok atau sekumpulan murid-murid kristus yang di persatukan

dalam persekutuan kudus umat Allah yang percaya kepada Yesus kristus sebagai

juru selamat.

Dengan demikian kata “gereja” bisa mencakup makna rohani, yaitu jemaatnya,

dan dan makna material yaitu gedungnya. Namun dalam bahasa indonesia , kita

menulis “gereja” (dengan huruf G besarr) bila kita maksudkan Gereja sebagai

orang beriman dan “gereja” (dengan huruf g kicil) bila universal, menyeluruh.

Katolik sebagai tempat ibadatnya.

14
Katolik berasal dari kata latin yang berarti umum, universal, menyeluruh.

Katolik sebagai ajaran agama berarti ajaran agama yang mengimani Yesus kristus

dan berlandaskan pada pokok keutamaan ilahi yaitu iman, pengharapan dan cinta

kasih.katolik berlaku umum, untuk semua manusia di dunia.

Gereja katolik dalam pengertian sebagai “wadah aktivitas umat” memiliki

beberapa rung untuk menjalankan fungsinya. Ruang yang di butuhkan ada yang

pokok/ wajib, namun juga menyesuakin kebutuhan umat. Ruang induk (terdiri

dari : panti imam, sakristi, panti umat, tempat koor, tempat pengakuan dosa,

menara lonceng), pastoran (tempat tinggal Romo dan pengelola paroki fungsinya

mirip dengan rumah tinggal).

3. Sejarah berkembangnya Gereja katolik

Berkembangnya Agama Katolik di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian

waktu. Bagian pertama sebelum kolonialisme Belanda yaitu pada abad ke- 7 di

Sumatera Utara, bagian kedua saat Kolonialisme Belanda yaitu pada tahun 1534,

di kepulauan Maluku melalui orang Portugis, dan bagian ketiga setelah

kolonialisme Belanda yaitu Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia,

agama Katolik mulai berkembang pesat.

Hal ini didukung pula oleh beberapa pendapat tentang masuknya Agama

Katolik di Indoesia yaitu teori Shaykh Abu Salih al-Armini, teori Portugis dan

teori Santo Thomas.

a. Teori Shaykh Abu Salih al-Armini

Menurut Dr.Jan Bakker SJ, mantan dosen di Yogyakarta yang mempelajari

agama Islam dan sejarahnya di Beirut, Libanon, Ia menemukan tulisan dari

15
seorang ilmuwan Islam, bernama Shaykh Abu Salih al-Armini. Dia menulis

semacam ensiklopedi tentang segala gereja dan wihara serani di seluruh dunia

Timur. Bahan historis itu mengenai kira-kira 900 tempat ibadah Kristiani di Afrika

dan Asia, antara lain di Sumatera Utara. Judul bukunya ialah “Tadhakkur fiha

Akhbar min al-Kana‟is wa‟l-Adyar min Nawahin Misri w‟al Iqtha‟aihu”, artinya

“Daftar berita tentang gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari provinsi-provinsi

di Mesir dan tanah-tanah di luarnya” yang memuat berita tentang 707 gereja dan

181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat,

Spanyol, Arabia, India dan Indonesia. Dalam buku itu terdapat suatu kutipan

tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara sebagai berikut: Fansur, di sana

terdapat banyak gereja dan semuanya adalah dari “Nasara Nasathirah” (Nasrani =

Serani = Kristiani), dan dengan demikian keadaan di situ. Dan dari itu berasal

kapur Baros dan bahan itu merecik dari pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja

dengan nama Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia jilid 1,

diterbitkan oleh KWI : 156).

b. Teori Portugis

Agama Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang

kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Katolik Roma

pertama tiba pada tahun 1534, di Kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang

dikirim untuk eksplorasi.Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma bekerja di

kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.

Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis

ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,

16
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara ) yang dibaptis

bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima

pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para

pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan

bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga

datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah

Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang

mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa

ribu penduduk setempat (Gereja Katolik Indonesia jilid 1, diterbitkan oleh KWI :

174).

c. Teori Santo Thomas

Menurut buku “Gereja Katolik Indonesia Jilid 1”, Santo Thomas mewartakan

Injil sampai di India Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Katolik

kecil berkembang di India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan

dengan Sumatera Utara, khususnya dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya

ketika itu belum ada pelabuhan Belang di Sumatera Utara. melalui saudagar dari

India agama Kristen Katolik mulai diwartakan di Sumatera Utara (Indonesia).

Dengan demikian kemungkinan agama Katolik memang telah masuk ke Indonesia

sejak abad ke 7, namun kemudian masuk lagi dengan efek yang lebih meluas pada

sekitar abad ke 15-20.

3. Gereja Katolik Maria Diangkat Kesurga

Sejarah gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-

perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini. yaitu kisah tentang pergumulan

17
antara Injil dengan bentuk-bentuk yang biasa dipakai untuk mengungkapkan Injil

tersebut. Menurut Jonar S. dalam bukunya yang berjudul sejarah gereja umum (2014:

1) menyatakan sejarah gereja adalah sejarah yang berbicara mengenai bagaimana

perjalanan berdirinya gereja dimuka bumi ini. Suka dan duka yang dialami oleh

pendiri gereja tersebut. Secara umum, bahan-bahan mengenai sejarah berkembangnya

Gereja celakat/ Katolik maria diangkat ke surga. Cikal babal paroki maria diangkat

kesurga yang lebih di “kenal” dengan sebutan Celaket tidak dapat di pisahkan dari

kehadiran para suster ursulin di jl.J.A. Suprapto 55 (komplek sekolah cor jesu) sejak

tahun 1900 dan ordo karmel sejak 1923.

Perkembangan Gereja mula-mula di Indonesia pada akhir abad ke-18, di

Eropa timbul gerakan Revival (kebangunan) yang kelak membawa hidup baru

(kerohanian). Gerakan ini menimbulkan semangat untuk mengabarkan Injil. Gerakan

ini sangat erat hubungannya dengan kaum pietisme (kesucian). Kaum pietisme ini

melakukan penginjilan secara individual dan bukan dalam kelembagaan. Gerakan

yang muncul di Inggris disebut metodisme dengan tokohnya, yaitu John Wesley

(1703-1791) bersama adiknya, Charles Wesley. Pada abad ke-19 dalam tubuh gereja

di Belanda timbul gerakan hervorm dan dalam gereja itu di bentuk badan penginjilan,

antara lain Nederlands Zendeling Genootschap (NZG) (Brotosudarmo, 2007:68).

Kristen Katoik mulai masuk dan berkembang di Malang melalui penjajahan

Belanda. Kristen Katholik mulai terus berkembang sampai dengan pasca

kemerdekaan. Pada tanggal 24 Januari 1947 diresmikan Seminari Tinggi Karmel di

Kayutangan. Perkembangan lembaga pendidikan, panti sisial, rumah sakit,

penerbitan, aula dan gedung serbaguna, gereja dan banyak lagi paroki yang didirikan

18
hingga saat ini. Di kota Malang terdapat delapan paroki, yaitu: Kayutangan, Ijen,

Tidar, Langsep, Janti, Blimbing, Celaket dan Kesatrian..

Kapel permanen di biara ursulin yang di pakai untuk umat mulai di bangun pada

tanggal 12 september 1924, lama sesudah lembaga pendidikannya berhasil dirintis.

Hal tersebut menjadi sngat berarti untuk dicermati karena suatu pesan tersirat dalam

perencanaannya: Mgr.Van Velsen SJ (vikaris apostosik batavia waktu itu)

mengusulkan agar kapel di bangun cukup untuk menampung 400 orang. Ini terbukti

lewat perannya sampai hari ini. Inilah salah satu “benih penentu” terbentuknya gereja

celaket /maria diangkat kesurga menjadi paroki.

Tanggal 29 juni 1925 pembangunan kapel di selesaikan dan di berkati pula pada

tanggal yang samaoleh Mgr.van velsen SJ. Segerah sudah itu,kapel banyank di

fungsikan untuk pusat pelayanan sakramen dan kegiatan rohani. Saat ini di malang

paroki maria diangkat kesurga adalah merupakan bagian gereja dari kayu tangan

(sebelumnya di kayu tangan) yang sekarang terletak di kelurahan Lowokwaru,

kecamatan Lowokwaru kota Malang di jl. Bunga lely no. 17 yang di baptis sejak 15

September 1953.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Andre Kristian Watania (2015) dengan judul penelitian, Sejarah Perkembangan

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Pusat Silian (1956-2014). Penulisan ini

menceritakan Sejarah Perkembangan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI)

Pusat Silian tahun 1956-2014. Dalam penulisan ini mengunakan metode sejarah

yang terdiri dari empat tahap, yaitu, Heuristik, Kritik dan Analisa, Interpretasi

19
dan Historiografi. Selain menggunakan metode sejarah, penulisan ini juga

mengunakan landasan konsep dan pendekatan sebagai kekuatan penulisan

sehingga dapat menjawab dengan detel sesuai dengan masalah yang diangkat.

Pantekosta di sulawesi utara khusunya di tanah minahasa pertama kali masuk

tahun 1929 oleh dua misionaris asal minahasa, yaitu pendeta Alexius Tambuwun

dan Julianus Reppi. Kedua misionaris ini adalah taburan dari pendeta Cornelius

Groesbeck dan Van Claveren yang memperkenalkan ajaran Pantekosta pertama

kali di Indonesia pada tahun 1920. Kemudian tanggal 14 februari 1932 khusunya

di desa silian, ajaran Pantekosta ini diperkenalkan oleh pendeta Markus

Tumigolung. Gedung gereja pantekosta pusat silian pertama kali berdiri sekitar

tahun 1934 dengan konstruksi semi permanen, dinding gereja terbuat dari kayu

dan lantai gereja dari batu beton. Panjang gereja sekitar 12 meter, lebar bagian

depan 10 meter, lebar bagian belakang 8 meter dan tinggi sekitar 6 meter.

Kemudian di tahun 1956 di tengah pelayanan pendeta Rudolft Rumohoy terjadi

perkembangan yang pesat sehingga pembangunan gedung gereja dibangun

dengan bentuk permanen dengan kedalaman pondasi sekitar 3 meter, panjang 40

meter, lebar 24 meter, dan tinggi 10 meter.

2. Alvarian Utomo, O.Carm (2016) dengan judul penelitian, Sejarah dan

Perkembangan Gereja di Dusun Gempol Marga Bhakti. Sejauh perkembangan

yang ada, sarana dan prasarana yang dibangun sudah cukup memenuhi

kebutuhan mereka menuju hal ini. Kapel sudah diperbaharui dan menjadi lebih

indah. Keindahannya dapat menunjukkan harapan akan masyarakat madani.

Selain itu, keindahan kapel itu juga memotivasi warga menuju masyarakat

20
madani. Dari hal ini, pastoral planing yang saya ajukan adalah pendidikan

karakter dan mental harus tetap terus menerus diadakan bagi warganya sampai

pada tingkat lanjut. Perlu ada usaha agar pendidikan yang diperoleh warga tidak

hanya berhenti pada tingkat dasar saja. Pendidikan lanjut dan semangat warga

untuk mendidik generasi muda mereka hingga pendidikan lanjut sangat

dibutuhkan. Selain itu, perlu ada pastoral keluarga, dalam pastoral ini keluarga-

keluarga perlu mendapat pendampingan agar menjadi keluarga yang baik,

sehingga persoalan “broken home” dapat diatasi. Dengan demikian, semoga

warga dapat menjadi masyarakat madani seindah kapel baru mereka.

21
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapang (field research), sumber data yang

diperoleh dari kejadian di lapangan, sementara sumber pustaka (buku) digunakan

untuk landasan teori sekaligus bahan analisis. Adapun pendekatan penelitian yang

penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif yang menggambarkan keadaan

lapangan dan tidak menggunakan angka-angka. Mulyana (2002) menyatakan, metode

penelitian kualitatif tidak memakai inferen sistatistik untuk melakukan penarikan

kesimpulan, tetapi perspektif dari dalam. Metode penelitian kualitatif berupaya

menjelaskan masalah berdasarkan data-data melalui observasi dan wawancara yang

mendalam dan disesuaikan dengan tujuan dan perumusan masalah penelitian.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik, antara lain; ilmu-ilmu lunak, fokus

penelitian komplek dan luas, holistic dan menyeluruh, subjektif dan perspektif,

penalaran (dialiktik-induktif), basis pengetahuan (makna dan temuan),

mengembangkan atau membangun teori, sumbangsih tafsiran, komunikasi dan

observasi, elemen dasar analisis, interpretasi individu, dan keunikan (Danim dalam

Ardianto, 2010).

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan analisa sejarah (Historis) pada Gereja Katolik

Paroki Maria Diangkat KeSurga – Lely, yang beralamat di JalanBunga Lely Nomor

22
17, Malang. Subyek penelitian merupakan Romo Paroki beserta staf Gereja Maria

diangkat Ke Surga.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digali dalam penelitian ini, yaitu:

a) Sejarah Perkembangan Gereja Paroki Maria diangkat Ke Surga

b) Gambaran umum lokasi penelitian

c) Visi dan misi Gereja Paroki Maria diangkat Ke Surga.

d) Keadaan dan susunan pengurus Gereja Paroki Maria diangkat Ke Surga.

2. Sumber Data

Untuk memperoleh data penelitian tersebut peneliti mendapatkan dari

sumber yang dijabarkan sebagai berikut:

a) Responden adalah orang yang memberikan informasi secara langsung,

yaitu Romo Paroki, dan staf pengurus Gereja Maria diangkat Ke Surga.

b) Informan adalah orang yang memberikan informasi tambahan sebagai

pelengkap, perencanaan dan juga faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

segala kegiatan yang terjadi di Gereja Paroki Maria diangkat Ke Surga.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan bertujuan untuk mendapatkan data penelitian dengan

akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

23
1. Wawancara(interview) Digunakan untuk mengumpulkan informasi

dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan. Menurut

Amirul (2010), wawancara dilakukan dengan cara kontak langsung atau

tatap muka antara pencari informasi dan sumber infomasi. Wawancara

yang dimaksud ditujukan untuk memperoleh informasi tentang sejarah

perkembangan Gereja Paroki Maria diangkat Ke Surga Malang

2. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian, baik yang dilakukan pada saat

berlangsungnya peristiwa atau tidak pada saat berlangsungnya peristiwa

(Margono, 2007). Misalnya peristiwa itu diamati melalui film, rangkaian

slide atau photo mengenai sejarah berkembangnya Gereja Paroki Maria

diangkat KeSurga, Malang.

3. Studi Pustaka, yaitu studi literature dilakukan untuk mendapatkan

kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian (Amirul, 2010) melalui

buku yang berkaitan dengan sejarah bekembangan berkembangnya Gereja

Paroki Maria diangkat Ke Surga, Malang.

4. Dokumentasi yaitu merupakan catatan atas peristiwa yang telah terjadi.

Dokumenter sebut bias dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental sejarah bekembangan berkembangnya Gereja Paroki Maria

diangkat Ke Surga, Malang.

E. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan selama penelitian

berlangsung, bahkan sejak pertama kali penelitian lapangan dengan cara penjabaran

24
dan analisis suatu kasus. Penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-

penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 2014). Patton (dalam Moleong, 2016) juga

mengidentifikasi bahwa analsis data adalah mengatur urutan data, dan

mengorganisasikannya kedalam satupola, kategori, dan satuan urutan dasar.

Gambar 3.1 Metode analisis data (Milles dan Huberman, 2014)

3.E.1 Pengolahan Data

Setelah data penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh,

Menurut Sugiyono (2012), penelitiakan melakukan langkah-langkah berikut :

a. Pertama adalah reduksi data, yaitu tahap melakukan kategorisasi dan

reduksi data. Juga melakukan pengumpulan terhadap informasi penting

yang terkait dengan masalah penelitian. Lalu data yang sudah didapatakan

dikelompokkan berdasarkan topic masalah.

25
b. Kedua adalah pengumpulan data, yaitu menyusun data yang sudah

dikelompokan menjadi narasi-narasi, agar berbentuk rangkaian-rangkaian

informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

c. Ketiga adalah penyajian data, yaitu melakukan interpretasi atas

rangkaian-rangkaian informasi pada tahapan kedua.

d. Keempat adalah penarikan kesimpulan, yaitu pengambilan kesimpulan

atas susunan narasi dan interpretasi yang sudah disusun supaya

memberikan jawaban atas masalah penelitian.

e. Kelima adalah evaluasi, yaitu memverifikasi hasil analisis data dengan

informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini

bermaksud menghindari kesalahan interprestasi dari hasil wawancara

terhadap sejumlah sumber yang bias saja membuat keruh.

3.E.2 Analisa Data

Data penelitian yang telah diolah dan disusun kedalam suatu urutan atau

pola kemudian dianalisa melalui uji keabsahan data yang dilakukan dengan uji

validitas internal (credibility) dan Uji kredibilitas data pada penelitian ini

dilakukan melalui cara sebagai berikut:

a. Triangualasi adalah pengujian kredibilitas dengan pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menguji

kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Sebagai contoh, triangulasi atas data

diperoleh dengan hasil wawancara akan dicek dengan observasi, serta

26
tidak lupa mempelajari dokumentasi yang telah dikumpulkan oleh

peneliti.

b. Membercheck dengan cara pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada informan dengan tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data

yang didapat sesuai dengan yang diberikan oleh pemberi data.

Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan secara individual, dengan cara

peneliti dating keinforman.

27
BAB IV

PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Gereja Katolik Maria diangkat Ke Sorga beralamat di Jl. Bunga Lely No. 17 –

19, Kel/Kec. Lowokwaru. Gedung Gereja Katolik Maria Diangkat Ke Surga ini

berdiri di atas tanah seluas 2500 m2. Sedangkan bangunan fisik menempati arel 1417

m2. Pembangunan ini menelan biaya sekitar Rp. 295.000.000,- yang merupakan hasil

swadaya murni Umat Paroki Maria Diangkat Ke Surga dengan dibantu para

Dermawan. Dalam sensus tahun 1962, umat di Paroki Maria diangkat ke surga

tercatat sejumlah +/- 2222 jiwa. Sedangkan data tahun 2003 menunjukkan bahwa

umat Paroki Maria Diangkat ke Surga sudah mencapai ± 8000 jiwa. Ini berarti

pertumbuhan umat rata-rata 8% pertahun (Johnnie, 2003:10).

Batas wilayah Gereja Katolik Maria diangkat Ke Sorga dapat dilihat sebagai

berikut:

Kecamatan Kelurahan
Utara Lowokwaru Lowokwaru
Barat Blimbing Bunulrejo
Timur Lowokwaru Jatimulyo
Selatan Klojen Samaan
Sumber: Data Gereja MDKS, 2018

Penyertaan umat dalam reksa pastoral boleh diatakan secara resmi baru dimullai

tahun 1965 dan pada bulan Oktober 1967. Dewan Paroki 1 ditetapkan dan

28
dikukuhkan oleh Mgr. Albers O.Carm dengan ketuanya bapak Soewandi. Selanjutnya

jabatan ketua Dewan Paroki pernah diemban oleh Bapak BX Soeherman, Bapak H.

Soepardi, Bapak FX Soeparno, Bapak A.Y Johnie Hartawan. Sejak awal dibentuknya

Dewan Paroki, pengurus senantiasa berusaha meningkatkan rasa persatuan antara

umat katholik. Untuk meningkat rasa persatuan di antara umat katholik. Untuk

memudahkan pelayanan, wilayah paroki dibagi menjadi 4 lingkungan. Hal ini

dilanjutkan oleh pengurus dewan paroki Maria Diangkat Ke Surga sudah terbentuk

14 lingkungan yang rata-rata mampu mewujudkan cita-cita gereja dengan pelayanan

yang memadai.

Adapun daftar personil Bidang Paguyuban Paroki Maria diangkat ke surga

adalah sebagai berikut:

Ketua bidang paguyuban : J. Hepy Soehadi

Sekretaris : Stepanus Wilono

Seksi Keluarga : Gregorius Haryanto

Seks i Muda-Mudi : M.E Nina Setiawan

Seksi Olahraga : E. Sigit Permadi

2. Perkembangan gereja katholik Maria Diangkat Ke Surga

a. Perkembangan fisik gereja katolik maria di angkat kesurga

Kristen Katoik mulai masuk dan berkembang di Malang melalui penjajahan

Belanda. Kristen Katholik mulai terus berkembang sampai dengan pasca

kemerdekaan. Pada tanggal 24 Januari 1947 diresmikan Seminari Tinggi Karmel di

Kayutangan. Perkembangan lembaga pendidikan, panti sosial, rumah sakit,

29
penerbitan, aula dan gedung serbaguna, gereja dan banyak lagi paroki yang didirikan

hingga saat ini. Di kota Malang terdapat delapan paroki, yaitu: Kayutangan, Ijen,

Tidar, Langsep, Janti, Blimbing, Celaket dan Kesatrian.

Pada tanggal 29 Juni 1925 pembangun kapel diselesaikan dan diberkati pula pada

tanggal yang sama oleh Mgr. Van Velsen SJ. Segera sesudah itu, kapel banyak

difungsikan untuk pusat pelayanan sakramen dan kegiatan rohani.Penetapan Celaket

sebagai Paroki disebut dalam catatan Sr. Romana Haberhausen OSU terjadi pada 13

September 1953. Petunjuk ini meyakinkan, sebab pada tanggal yang sama telah

dimulai catatan pertama di Buku Pembaptisan Paroki Celaket atas nama Anna Maria

Tan Kwie Hiang (bayi terlahir 29 Agustus 1953) oleh Rm. Hendriks O.Carm.

Perkembangan aspek fisik Paroki Gereja Katolik Maria diangkat Ke Sorga yang

berasal dari hasil wawancara dengan Bapak Romo Geovanni Indrawan pada tanggal

24 Agustus 2018 adalah sebagai berikut.

Disini itu mulai punya gereja mulai tahun1980-an. Kalau sebagai persekutuan dulu
itu gerejanya aslinya ke Kayu Tangan, sekarang umurnya sudah 65 tahun sejak
berpisah dengan Kayu Tangan atau mekar sendiri. Yang melatar belakangi
pemekaran ini adalah karena jumlah umatnya sudah memenuhi syarat untuk
membentuk paroki sendiri, dan yang kedua supaya umat terlayani dengan baik.
Jadi kalau gereja katholik itu sudah ada 800 jiwa begitu dia sudah bisa menjadi
paroki sendiri (Indrawan, 24/08/2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa Paroki Maria

Diangkat Ke Surga sudah dapat menjadi paroki yang mandiri adalah karena syaratnya

telah terpenuhi. Syarat tersebut adalah umat telah mencapai paling tidak 800 jiwa.

Dengan dibentuknya paroki yang mandiri maka diharapkan gereja akan lebih baik

dalam menyediakan pelayanan kepada umat. Umat tidak perlu menempuh perjalanan

30
yang jauh untuk mengikuti kegiatan keagamaannya. Masih berdasarkan wawancara

tentang awal berdirinya gereja katholik Maria Diangkat Ke Surga dengan Bapak

Romo Geovani Indrawan, di dapat hasil sebagai berikut.

Dulu waktu berpisah dengan Kayu tangan, gereja belum memiliki gedung sendiri.
Gedung gereja itu masih menumpang di biaranya suster Ursulin II di jalan
Suprapto Agung no 55 Malang. Nah, terus umat pingin juga punya gedung gereja
sendiri, akhirnya pada tahun 1980-an itu dibuat semacam seminar begitu.
Bagaimana kita mau punya gereja sendiri atau tidak, lalu tahun itu dibuatlah
pengumpulan dana dari umat, dari keuskupan dibantu untuk beli tanah di sini.
Tanah disini dulu belum ada nama jalannya. Masih belum bagus semua, yang
mengerjakan gerejanya waktu itu adalah mahasiswa sekolah Tinggi Ilmu Pastoral
IPI di jalam Bunga Dilim itu. Mereka kerja bakti satu mahasiswa kalau tidak salah
3 SKS untuk membantu pembangunan gereja. Jadi, dihargai dengan SKS. Setiap
hari harus gantian datang entah sekali dua kali dalam seminggu untuk memenuhi
SKS(Indrawan, 24/08/2018)
.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pada awalnya gereja

Maria Diangkat Ke Surga tidak memiliki gedung sendiri sekalipun sudah menjadi

Paroki sendiri. Gedung gereja yang digunakan untuk ibadah Umat menumpang pada

biara Suster Ursulin II. Gereja baru dapat berdiri sendiri setelah mendapatkan bantuan

dari keuskupan untuk membeli tanah dan mengandalkan dana umat yang

dikumpulkan secara swadaya.Pembangunan gereja memanfaatkan mahasiswa sekolah

Tinggi Ilmu Pastoral IPI. Para mahasiswa ini mendapatkan jatah 3 SKS untuk

membantu pembangunan gereja. Mereka mendapatkan jadwal bergantian untuk

memenuhi target SKS-nya.

Menurut artikel yang dirilis pada Buku Kenangan Pesta Emas Paroki Maria

Diangkat Ke Surga leh Bapak Johnnie Hartawan pada tanggal 29 Juni 1925

pembangun kapel diselesaikan dan diberkati pula pada tanggal yang sama oleh Mgr.

Van Velsen SJ. Segera sesudah itu, kapel banyak difungsikan untuk pusat pelayanan

31
sakramen dan kegiatan rohani.Penetapan Celaket sebagai Paroki disebut dalam

catatan Sr. Romana Haberhausen OSU terjadi pada 13 September 1953. Petunjuk ini

meyakinkan, sebab pada tanggal yang sama telah dimulai catatan pertama di Buku

Pembaptisan Paroki Celaket atas nama Anna Maria Tan Kwie Hiang (bayi terlahir 29

Agustus 1953) oleh Rm. Hendriks O.Carm.

Cikal bakal Paroki Maria Diangkat Ke Surga - yang lebih "dikenal" dengan

sebutan Paroki Celaket - tidak dapat dilepas-pisahkan dari kehadiran para suster

Ursulin di Jl. J.A. Suprapto 55 (Kompleks Sekolah Cor Jesu) sejak tahun 1900 dan

Ordo Karmel sejak 1923. Kapel permanen di Biara Ursulin - yang sampai hari ini

dipakai untuk umat - mulai dibangun pada tanggal 12 September 1924, lama sesudah

lembaga pendidikannya berhasil dirintis. Hal tersebut menjadi sangat berarti untuk

dicermati karena satu pesan tersirat dalam perencanaannya: Mgr. Van Velsen SJ

(Vikaris Apostolik Batavia waktu itu) mengusulkan agar kapel dibangun cukup untuk

menampung 400 orang. Ini terbukti lewat perannya sampai hari ini. inilah salah satu

"benih-penentu" terbentuknya Celaket menjadi Paroki.

Pada bagian lain dari catatan tersebut, dikatakan pula dalam Misa Natal

berbahasa Jawa pada tahun 1952, bahwa Mgr. Albers membuka rencana penetapan

ini di hadapan umat yang hadir. Pada Maret 1952, tampaknya rencana itu telah

diutarakan di hadapan para suster Ursulin sendiri dalam sambutan Mgr. Albers yang

waktu itu datang ke biara untuk visitasi kanonik.

Dan pada hari Minggu Kliwon pekan kedua bulan September 1953, Celaket

ditetapkan menjadi Paroki. bertempat di lapangan Cor Jesu, umat menandai

penetapan ini dengan Perayaan Ekaristi meriah yang dipersembahkan oleh Mgr.

32
Albers. Pada hari yang sama, penetapan itu diumumkan pula di Gereja-gereja Katolik

di Malang dan sekitarnya. Mgr. Albers menamakan paroki ini Paroki St. Perawan

Maria Diangkat Ke Surga (Beatae Mariae Virginis Assumptionis). Sejak saat itu,

kapel Biara Ursulin dinyatakan sebagai gedung gereja sementara untuk umat paroki.

Pada awal berdirinya, gereja Katholik Maria Diangkat Ke Surga melalui

banyak rintangan dan permasalahan. Kondisi ini diketahui berdasarkan hasil

wawancara dengan Romo Geovani Indrawan pada tanggal 24 Agustus 2018 berikut

ini.

Kepengurusan gereja waktu itu masih sederhana sekali yang penting ada pastor
Kepala dan dewan Paroki. Kendala yang dialami pada awal pendirian gereja
adalah menunggu infrastruktur: jalan, listrik, air, telpon. Nunggunya masih lama
sekali, belum langsung ada. Padahal kalau gali sumur itu dalam sekali. Kemudian
banyak orang katholik yang pada beli rumah. Jadi sekeliling jl. Lely ini 80% orang
katolik. Jaman itu angkutan umum belum masuk di sini, kalau di Cor Jesu itu ada
angkutan umum.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa pada awalnya

kondisi gereja Maria Diangkat Ke Surga sangat sederhana. Kepengurusannya

masih sangat sederhana, hanya pastor kepala dan dewa paroki. Masalah pada awal

berdirinya gereja adalah masalah infrastruktur yang masih minim dan air yang

belum lancar. Karena untuk mendapatkan air sumur harus digali dalam. Tetapi

dengan seiring berjalannya waktu, sekitar gereja banyak dihuni oleh umat katholik

sehingga pelan-pelan segala kebutuhan gereja dapat dipenuhi.

Selain kondisi infrastruktur yang minim, gereja juga menghadapi masalah

tentang pembangunan gedung yang digugat oleh ahli waris. Hal tersebut dapat

33
diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Romo Geovani Indrawan pada

tanggal 24 Agustus 2018 berikut ini.

Pernah paroki digugat, si keluarga penjual karena kurang kwitansi. Jadi gereja
tidak mulus-mulus saja keberadaannya. Masih harus dipandang harus dipersulit
dan dijadikan sapi perah gitu. Tapi kami maju ke pengadilan menunjukkan bukti.
Pada akhirnya dimenangkan oleh gereja dan ada saksi-saksi yang mendukung.
Lagian hukum di Indonesia itu kalau kamu menempati lebih dari 20 tahun dan
tidak ada yang mempersalahkan menimbulkan hal itu kata ahli-ahli tanah. Kalau di
sini kan mulai tahun 1980-an tapi muncul gugaa atau selisih kekurangan bayarab
baru tahun 2000.

Berdasarkan hasil wawancara salah satu kendala dalam pendirian gereja Maria

Diangkat Ke Surga ini adalah masalah hak kepemilikan tanah. Ahli waris penjual

merasa pembelian tanah belum beres dan mengajukan gugatan. Tapi, pihak gereja

pun membela diri dengan mengajukan saksi-saksi yang menyatakan bahwa

pembayaran tanah tersebut telah diselesaikan dengan baik. Keputusan akhirnya

dimenangkan oleh gereja karena menurut hukum tanah di Indonesia, jika suatu

tanah atau bangunan telah ditempati lebih dari 20 tahun tanpa ada keluhan maka

hak tanah tersebut ada pada yang menempati.

Berdasarkan hasil wawancara tentang kondisi umat dengan Romo Geovani

Indrawan pada tanggal 24 Agustus 2018 berikut ini.

Kondisi umat dibanding awal berdirinya gereja itu sudah mulai bertambah lalu
yang kedua mulai alih generasi. Jadi generasi yang dulu sudah ada yang
meninggal, pensiun, sudah lansia. Ini sudah kira-kira generasi ke 3 orang-orang
ini. Yang dulu mahasiswa IPI ikut membangun gereja ini sekarang sudah jadi
pemuka-pemuka umat. Bisa dibayangkan yang dulu mash mengangkut semen,
pasir tapi sekarang sudah jadi pengurus gereja.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa yang mengelola

gereja Maria di Angkat Ke Surga sekarang adalah generasi ke tiga. Karena

34
generasi yang dulu sudah ada yang meninggal, pensiun, sudah lansia. Yang dulu

membangun gereja telah menjadi pemuka agama dan menjadi panutan bagi anak-

cucunya. Regenerasi umat penting demi kelangsungan eksistensi kehidupan

gereja. Tentang kondisi umat pada awal pendirian gereja Maria diangkat Ke Surga

juga dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Johnie sebagai

berikut.

Kondisi umat waktu awal itu banyakan mahasiswa kurang lebih 300 anggota.
Pastoran dewan paroki dulu dijadikan 5 seksi/bidang, yaitu seksi sosial, seksi
pewartaan, seksi liturgi, seksi pelayanan dan seksi paguyuban. Kemudian
diperbarui mengaju ke keuskupan menjadi, liturgi, pewartaan, pelayanan,
paguyuban dan kesaksian. Dari 5 bidang yang masih berjalan yaitu kesaksian,
paguyuban, bidang pelayanan yang paling lama ada, 1) donor darah setiap 3 bulan
sekali dan 2) bantuan SPP mulai dari SMP- SMK/SMA setiap bulan.

Berdasarkan hasil wawancara tentang bentuk bangunan gereja Maria diangkat

Ke Surga saat ini dengan Romo Geovani Indrawan pada tanggal 24 Agustus 2018

berikut ini.

Bentuk bangunan yang pasti sudah lengkap, kemudia dulu ini dapat tambahan no.
15 kemungkinan tahun 2010 itu juga mengadakan pengumpulan dana sehingga
dapat lagi gedung parkiran itu. Dulu tanah itu punya orang lain. dana yang di dapat
dipakai beli tanah itu dari umat sendiri. Mereka mengumpulkan uang seberapa
punya mereka sumbangkan lalu beli tanah itu. Saat ni paroki mandiri. Artinya
kalau dulu untuk memenuhi kebutuhan masih minta keuskupan. Sekarang sudah
bisa memenuhi sendiri. Mau beli alat perlengkapan listrik dan lain sebagainya
sudah bisa sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa bentuk

bangunan pada saat ini sudah baik. Bangunan gedung sudah lengkap dan

mendapatkan tambahan tempat parkir. Tanah untuk lahan parkir didapat dari hasil

patungan umat. Bangunan gedung yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai

35
bangunan gedung yang baik. Paroki sudah tidak bergantung kepada keuskupan

untuk memenuhi semua kebutuhannya. Paroki sudah bisa mandiri secara finansial.

Perubahan bentuk gedung yang lebih layak ini juga diamini oleh pak Johnnie

sebagai berikut.

Perkembangan bentuk bangunan hingga saat ini tidak sama perubahannya


karena ada pesan waktu pertemuan daru bapak Suwarjono sebagai kolonel
angkatan laut bahwa bangunan ini bentuknya simetris. Tidak boleh diperbarui
samping kiri kanan. Kondisi angunan awalnya itu bagus, sampai saat ini tidak
diubah. Awalnya Cuma dua gedung, pastoran dan gereja. Tapi sekarang sudah
memiliki aula dan tempat parkir juga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Johnie dapat diketahui bahwa

pada awalnya bangunan memang sudah dibentuk seperti itu dan dipertahankan

bentuknya sampai saat ini. Bangunan dulunya cuma terdiri dari dua gedung yaitu

pastoran dan gereja. Tetapi seiring dengan bertambanhnya waktu maka gedung

pun bertambah dan fasilitasnya lebih lengkap.

b. Perkembangan Aspek Non Fisik Gereja Katolik Maria diangkat Ke Surga

Perkembangan aspek non fisik gereja adalah pada perkembangan umat dan

kepengurusan gereja. Perkembangan jemaat MDKS ini mulai tahun 1980-an.

Jumlah umatnya sudah memenuhi syarat untuk membentuk paroki sendiri, dan

yang kedua supaya umat terlayani dengan baik. Pada tahun 1825 saat paroki telah

terbentuk sendiri, sudah ada 800 jiwa sebagai jemaat. Perkembangan aspek non

fisik gereja Katolik Maria diangkat Ke Sorga dapat diketahui dari perkembangan

kepengurusan Paroki. Tentang kepengurusan paroki Maria diangkat Ke Surga saat

36
ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Romo Geovani Indrawan

pada tanggal 24 Agustus 2018 berikut ini.

Kepengurusan gereja saat ini sudah campuran, sudah banyak yang lebih muda.
Yang mengurus saat ini berusia antara 35-50 tahun. Kondisi keaktifan umat saat
ini, umat sudah lebih paham hidup menggereja. Mereka tidak menunggu perintah
dari pastor. Misal latihan koor, dulunya masih di ajak. Jadi pelayan itu partisipasi
besar. Kalau dulu tergantung pada pemimpin. Tanggapan masyarakat saat ini
cukupbaikhanya beberapa waktu yang lalu kelompok radikal ternyata di
Lowokwaru ini kelompok tu tidak bisa berkembang. Tidak ditanggapi oleh warga
masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pengurus gereja Maria

Diangkat Ke Surga saat ini berusia muda. Mereka telah memiliki inisiatif untuk

mengembangkan gereja. Tidak tergantung pada perintah pimpinan lagi. Pengurus

gereja telah memiliki kemauan untuk mengembangkan gereja. Masyarakat yang

bukan berasal dari satu golongan katholik saja juga menanggapi kehadiran gereja

dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak ditanggapinya kelompok

radikal yang mencoba memecah belah kerukunan umat beragama di sekitar gereja

Maria diangkat Ke Surga.

Perkembangan non fisik yang lain dari Gereja Katolik Maria diangkat Ke

Sorga adalah pada kegiatan penguatan iman dan pelayanan.

(a) Pembinaan Rohani-Spiritual

Perkembangan aspek non fisik gereja MDKS adalah pembinaan

rohani-spiritual. Pembinaan rohani-spiritual ini telah dilaksanakan sejak

paroki berdiri sendiri pada 1925. Pembinaan dipimpin oleh pastor yang

bertugas. Pembinaan rohani-spiritual ini adalah hal penting bagi keimanan

umat. Karena jika secara rohani seseorang itu kuat, maka dalam kehidupan

37
sehari-hari ia akan menjaga lingkungan dan dirinya secara harmonis.

Pekembangan pembinaan rohani ini dapat diketahui berdasarkan hasil

wawancara dengan Geovani Indrawan pada tanggal 24 Agustus 2018 sebagai

berikut:

Pada tahun 2009, Gereja mencanangkan sebagai tahun pemuda. Tema yang
diambil adalah: “Orang Muda Katolik Menggugah Dunia”. Gereja berharap
kita kembali memperhatikan Orang Muda Katolik. Bagaimanapun juga yang
tua-tua suatu saat harus mundur dan akan diganti oleh kaum muda. Maka
mempersiapkan mereka secara baik untuk melanjutkan proses kepengurusan
gereja dan negara tentu menjadi tugas bersama.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa

orang muda lebih berperan dalam kepengurusan gereja. Sebab, orang muda

memiliki banyak waktu dan tenaga untuk melaksanakan tujuan dari gereja

dalam mengasuh jemaat. Berbagai model upaya untuk pendampingan

bisa dilakukan untuk mendampingi mereka. Pendampingan ini terkait erat

dengan fase pertumbuhan manusia. Menutur hasil wawancara singkat dengan

Geovani Indrawan pada tanggal 24 Agustus 2018 yang bertugas di Paroki

didapat hasil wawancara sebagai berikut.

Setiap fase pertumbuhan manusia memiliki sifat kekhasan tersendiri,


sehingga metode pembinaan atau pendampingannyapun juga menyesuaikan
perkembangan dan dinamikanya. Pada fase usia Pendidikan Iman Anak dan
Pendidikan Iman Remaja mungkin agak sedikit mudah diarahkan dan
disamakan dalam pendampinganya, mengingat pada usia-usia itu pola pikir
mereka relatif sama; karena perbedaan usianya pun tidak terlampau jauh
berbeda. Akan tetapi memasuki usia fase Orang Muda Katolik tentu jauh
sangat berbeda. Jarak usia antara 13 tahun sampai dengan 35 tahun jelas
memiliki perbedaan yang sangat beragam. Sangatlah tidak mudah
menyatukan mereka antara anak usia 13-17 tahun dengan anak usia 20-25
tahun dan apalagi usia 27-35. Baik dari pola pikir, aktifitas maupun
kebiasaannyapun sangat berbeda.

38
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa perkembangan

aspek non fisik adalah dengan membentuk OMK dan memberikan model

pendampingan yang dilakukan pada jemaat disesuaikan dengan usia orang

yang akan didampingi. Pendampingan ini terkait erat dengan fase

pertumbuhan manusia. memiliki peran yang sentral dalam pendampingan

untuk anak muda. OMK harus menjadi organisasi yang mampu mengayomi

anak muda dalam proses transisi mereka dalam kehidupannya. Dengan adanya

pendampingan tersebut diharapkan anak muda akan dapat lebih bertanggung

jawab terhadap diri dan lingkungannya.

Pentingnya berkomunitas bagi OMK mesti didasarkan pula oleh

paham teologis yang tepat mengenai Gereja. Sampai dengan Konsili Vatikan

II, banyak orang memahami Gereja sebagai sebuah ‘fenomena

sosial/keagamaan’ yakni kelompok orang kristiani yang dipimpin oleh hirarki.

Konsili menegaskan bahwa paham seperti itu tidak cukup! Gereja harus

dimengerti bukan sebagai fenomena sosial, yang kelihatan, yang jasmani

belaka. Ia adalah komunitas iman, harapan dan kasih dalam Kristus

(bdk. Lumen Gentium, 8) Gereja ada bukan karena prakarsa manusia

melainkan atas prakarsa Allah (bdk. Lumen Gentium 2,3,4). Pembimbing

OMK mesti menyadari bahwa komunitas-komunitas OMK perlu berjejaring

dan bergerak dalam misteri ini. Perlu dibatinkan oleh pembimbing, bahwa

OMK ada karena panggilan Allah sendiri melalui Kristus dalam Roh Kudus.

Mereka tak sekedar berkumpul karena sama-sama berminat akan hobi

tertentu, namun pertama-tama karena inisiatif Yesus yang memanggil mereka

39
menjadi satu kawanan. Jika hal ini dibuat, tentu keluhan bahwa OMK lari ke

komunitas lain tak akan terjadi, atau yang lari akan kembali, karena

merasakan kehangatan rohani dalam misteri panggilan Kristus dalam

gerejaNya. Seorang muda yang menulis surat kedua di atas akan tertolong jika

memiliki dan dimiliki oleh sebuah komunitas OMK yang hangat, yang

berpusat pada misteri kehadiran Kristus.

(b) Doa Lingkungan

Doa lingkungan telah dilaksanakan sejak konsili Ekumenis Vatikan

Kedua atau Vatikan II. Pada pertemuan ini cikal bakal doa lingkungan

ditentukan dan menjadi dasar pelaksanaan doa lingkungan di seluruh dunia.

Konsili Vatikan II dimulai pada 11 Oktober 1962 oleh Paus Yihanes XXIII

dan ditutup oleh Paus VI pada 8 Desember 1965. Doa lingkungan adalah doa

yang dilakukan oleh umat Katolik yang berada di sebuah lingkungan Katolik,

yang biasanya dilaksanakan di rumah-rumah secara bergiliran. Doa

lingkungan dapat berupa ibadat sabda, sharing Kitab Suci dan devosi-devosi

kepada orang kudus, terutama devosi kepada Bunda Maria dalam doa rosario.

Doa lingkungan juga dapat bermanfaat sebagai wadah pertemuan antarumat,

untuk membentuk suatu persaudaraan kasih. Persaudaraan ini mesti

berlandaskan pada ajaran Yesus Kristus yang tampak jelas dalam Injil.

Perkembangan aspek non fisik dalam penyelenggaraan doa lingkungan

ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Romo Geovani Indrawan

pada tanggal 24 Agustus 2018 sebagai berikut.

40
Orang Muda Katolik, sebagai anggota Gereja, diharapkan terlibat
aktif dalam doa lingkungan ini. Melalui doa lingkungan, mereka dapat
merasakan suasana hidup persaudaraan Gereja, yang mengikat
mereka dalam cinta. Dengan demikian, Orang Muda Katolik merasa
bahwa mereka juga memiliki tugas dan panggilan yang sama dengan
anggota Gereja yang lain. Mereka merasa diterima dan dihargai oleh
Gereja dan dengan demikian mereka terpanggil untuk secara aktif
terlibat dalam berbagai kegiatan Gereja.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa peran anggota OMK

dalam lingkungannya salah satunya adalah doa lingkungan. Anggota OMK menjadi

mesin penggerak untuk melaksanakan doa lingkungan. Dengan adanya doa

lingkungan maka suasana persaudaraan antara anggota lingkungan akan dapat terjaga.

Dengan rutin mengadakan doa lingkungan, jemaat akan merasa diayomi dan

diperhatikan oleh gereja. Hal ini akan membawa pengaruh positif yaitu menjaga

lingkungan tetap harmonis.

Doa lingkungan bukanlah Ekaristi. Oleh sebab itu strukturnya lebih terbuka

untuk variasi menurut situasi umat, peristiwa dan intensi keluarga, Masa liturgis serta

Mei dan Oktober. Memang dianjurkan agar struktur Doa hendaknya mirip Liturgi

Sabda dalam perayaan Ekaristi tetapi itu pun lebih dimaksudkan untuk ”Ibadat Sabda

Hari Minggu tanpa Imam” di stasi-stasi yang jauh.Oleh karena itu sebagai

”pertemuan doa” kelompok kecil, doa lingkungan merupakan kesempatan untuk

meneladani Umat Gereja perdana yang suka berhimpun bersama untuk berdoa,

mendengarkan Sabda Tuhan dan pengajaran ”para rasul”, kadang-kadang ada Misa

Lingkungan, saling bersikap solider dalam berbagai persoalan hidup, sekaligus untuk

mewujudkan secara lebih intensif program-program paroki.

41
Pemimpin Doa ialah awam baik laki-laki maupun perempuan; bukan imam

atau diakon.Tetapi kalau mereka hadir maka pembacaan Injil diserahkan kepada

mereka, dan selanjutnya mendengarkan pengajaran/renungan dari mereka.Unsur

utama dalam setiap penyelenggaraan Doa Lingkungan ialah pemakluman Sabda

Tuhan dan pendalaman Kebenaran iman itu. Dari Sabda tuhan kita memuji,

memuliakan Tuhan, bersyukur kepada-Nya dalam mazmur dan kidung serta

mengungkapkan permohonan-permohonan.

Tentang kendala yang dihadapi oleh gereja saat ini dapat diketahui berdasarkan

hasil wawancara dengan Bapak Johnie pada tanggal 24 Agustus 2018 berikut ini.

Kalau mengenai kendala yang dialami oleh gereja saat ini adalah, 1) jumlah
umatnya melebihi kapasitas para romonya. Ada 3000 jiwa umat sedangkan romo
Cuma 2 orang. Itu tidak imbang, mestinya 3000 jiwa itu minimal 3 orang romo.
Idealnya 4 orang. Jadi 750 jiwa itu satu Romo. Sekarang kondisinya yang kurang
ideal dan romo kewalahan. Kadang ada misam ada orang meninggal itu
pelayanannya tidak 100%. 2) umat yang mutasi datang, pergi terutama yang
mahasiswa pada umumnya tidak laporan.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa kendala

yang dialami oleh gereja adalah kurangnya tenaga untuk pelayanaan karena rasio

Romo dan umat yang tidak seimbang. Ada 3000 jiwa umat sedangkan Romo Cuma 2

orang. Itu tidak seimbang, mestinya 3000 jiwa itu minimal 3 orang romo. Idealnya 4

orang. Jadi 750 jiwa itu satu Romo sehingga umat dapat mendapatkan pelayanan

yang maksimal.

42
B. Temuan Penelitian

Temuan dalam penelitian ini adalah bentuk fisik gereja yang tidak boleh

dipugar sebab memiliki kisah yang panjang. Gereja Katholik Maria Diangkat Ke

Surga merupakan salah satu gereja yang memiliki bentuk simetris, sehingga untuk

mempertahankan ciri khasnya bangunan yang ada tetap dipertahankan bentuknya.

Hal tersebut sesuai dengan permintaan bapak Suwarjono sebagai kolonel angkatan

laut yang berpran dalam pembangunan gereja. Kondisi bangunan awalnya itu

bagus, sampai saat ini tidak diubah. Awalnya Cuma dua gedung, pastoran dan

gereja. Tapi sekarang sudah memiliki aula dan tempat parkir juga. Bangunan

memang sudah dibentuk seperti itu dan dipertahankan bentuknya sampai saat ini.

Hal itu dilakukan agar kisah dibalik pembangunan gereja tetap dapat dikenang oleh

penerus.

Pada awal berdirinya, gereja Katholik Maria Diangkat Ke Surga melalui

banyak rintangan dan permasalahan. Pada awalnya gereja Maria Diangkat Ke Surga

tidak memiliki gedung sendiri sekalipun sudah menjadi Paroki sendiri. Gedung

gereja yang digunakan untuk ibadah Umat menumpang pada biara Suster Ursulin II.

Gereja baru dapat berdiri sendiri setelah mendapatkan bantuan dari keuskupan

untuk membeli tanah dan mengandalkan dana umat yang dikumpulkan secara

swadaya.Pembangunan gereja memanfaatkan mahasiswa sekolah Tinggi Ilmu

Pastoral IPI. Para mahasiswa ini mendapatkan jatah 3 SKS untuk membantu

pembangunan gereja. Mereka mendapatkan jadwal bergantian untuk memenuhi

target SKS-nya.

43
Pada awalnya perkembangan aspek fisik yang berhubungan dengan kondisi

gereja Maria Diangkat Ke Surga sangat sederhana. Kepengurusannya masih sangat

sederhana, hanya pastor kepala dan dewa paroki. Masalah pada awal berdirinya

gereja adalah masalah infrastruktur yang masih minim dan air yang belum lancar.

Karena untuk mendapatkan air sumur harus digali dalam. Tetapi dengan seiring

berjalannya waktu, sekitar gereja banyak dihuni oleh umat katholik sehingga pelan-

pelan segala kebutuhan gereja dapat dipenuhi. Selain kondisi infrastruktur yang

minim, gereja juga menghadapi masalah tentang pembangunan gedung yang

digugat oleh ahli waris.

Saat ini bangunan gedung sudah lengkap dan mendapatkan tambahan tempat

parkir. Tanah untuk lahan parkir didapat dari hasil patungan umat. Bangunan

gedung yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai bangunan gedung yang baik.

Paroki sudah tidak bergantung kepada keuskupan untuk memenuhi semua

kebutuhannya. Paroki sudah bisa mandiri secara finansial.

Namun, bentuk fisik bangunan gereja sedapat mungkin dipertahankan sesuai

dengan bangunan aslinya. Perkembangan bentuk bangunan hingga saat ini tidak

sama perubahannya karena ada pesan waktu pertemuan dari bapak Suwarjono

sebagai kolonel angkatan laut bahwa bangunan ini bentuknya simetris. Tidak boleh

diperbarui samping kiri kanan. Kondisi bangunan awalnya itu bagus, sampai saat ini

tidak diubah. Awalnya Cuma dua gedung, pastoran dan gereja. Tapi sekarang sudah

memiliki aula dan tempat parkir juga. Bangunan memang sudah dibentuk seperti itu

dan dipertahankan bentuknya sampai saat ini. Hal itu dilakukan agar kisah dibalik

pembangunan gereja tetap dapat dikenang oleh penerus.

44
Perkembangan aspek non fisik adalah dengan membentuk OMK dan

memberikan model pendampingan yang dilakukan pada jemaat disesuaikan dengan

usia orang yang akan didampingi. Pendampingan ini terkait erat dengan fase

pertumbuhan manusia. memiliki peran yang sentral dalam pendampingan untuk

anak muda. OMK harus menjadi organisasi yang mampu mengayomi anak muda

dalam proses transisi mereka dalam kehidupannya. Dengan adanya pendampingan

tersebut diharapkan anak muda akan dapat lebih bertanggung jawab terhadap diri

dan lingkungannya.

45
BAB V

PEMBAHASAN

Agama Kristen di Indonesia terdapat berbagai aliran gereja dengan dogma

yang berbeda-beda, sehingga menarik penulis untuk meneliti sejarah gereja. Istilah

sejarah gereja history berasal dari dua kata Yunani, historia kata benda dan kata kerja

historeo, yang berarti belajar melalui penelitian. Sebagai disiplin ilmu modern,

Sejarah gereja adalah uraian sistematis tentang riwayat, asal-usul, perkembangan, dan

dampak kekristenan terhadap masyarakat.

1. Perkembangan Fisik Gereja Katolik Maria di Angkat Kesurga

Perkembangan Gereja mula-mula di Indonesia pada akhir abad ke-18, di

Eropa timbul gerakan Revival (kebangunan) yang kelak membawa hidup baru

(kerohanian). Gerakan ini menimbulkan semangat untuk mengabarkan Injil. Gerakan

ini sangat erat hubungannya dengan kaum pietisme (kesucian). Kaum pietisme ini

melakukan penginjilan secara individual dan bukan dalam kelembagaan. Gerakan

yang muncul di Inggris disebut metodisme dengan tokohnya, yaitu John Wesley

(1703-1791) bersama adiknya, Charles Wesley. Pada abad ke-19 dalam tubuh gereja

di Belanda timbul gerakan hervorm dan dalam gereja itu di bentuk badan penginjilan,

antara lain Nederlands Zendeling Genootschap (NZG) (Brotosudarmo, 2007:68).

Pembangunan gereja dilaksanakan pada mulanya dengan bantuan seorang Arsitek

Belanda bernama arsitek Westmaas pada 3 Maret 1900 dari Surabaya yang

membangun gereja di Kepanjen. Westmaas membuat rencana dan gambar

pembangunan asrama, kemudian ia memeriksa seluruh tanah dan menemukan sumber

46
air yag sangat baik dan berguna sampai sekarang. Pada tahun 1926 dibangunlah

gedung yang lebih besar oleh biro arsitek Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers dari

Batavia. Semua gedung milik Katolik biasanya dirancang oleh biro ini. Gedung yang

saat ini dikenal sebagai Frateran dahulu bernama Kloosterschool Zuster Ursulinen

yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan suster Ursulin sampai pada akhirnya

berdiri sendiri dengan nama Frateran.

Bentuk bangunan pada saat ini sudah baik. Bangunan gedung sudah lengkap dan

mendapatkan tambahan tempat parkir. Tanah untuk lahan parkir didapat dari hasil

patungan umat. Bangunan gedung yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai

bangunan gedung yang baik. Paroki sudah tidak bergantung kepada keuskupan untuk

memenuhi semua kebutuhannya. Paroki sudah bisa mandiri secara finansial.

Perubahan bentuk gedung yang lebih layak ini juga diamini oleh pak Johnnie sebagai

berikut.

Perkembangan fisik gereja Maria diangkat Ke Surga dimulai pada tanggal 29 Juni

1925 pembangun kapel diselesaikan dan diberkati pula pada tanggal yang sama oleh

Mgr. Van Velsen SJ. Segera sesudah itu, kapel banyak difungsikan untuk pusat

pelayanan sakramen dan kegiatan rohani.Penetapan Celaket sebagai Paroki disebut

dalam catatan Sr. Romana Haberhausen OSU terjadi pada 13 September 1953.

Petunjuk ini meyakinkan, sebab pada tanggal yang sama telah dimulai catatan

pertama di Buku Pembaptisan Paroki Celaket atas nama Anna Maria Tan Kwie Hiang

(bayi terlahir 29 Agustus 1953) oleh Rm. Hendriks O.Carm.

Kristen Katolik mulai masuk dan berkembang di Malang melalui penjajahan

Belanda. Kristen Katholik mulai terus berkembang sampai dengan pasca

47
kemerdekaan. Pada tanggal 24 Januari 1947 diresmikan Seminari Tinggi Karmel di

Kayutangan. Perkembangan lembaga pendidikan, panti sosial, rumah sakit,

penerbitan, aula dan gedung serbaguna, gereja dan banyak lagi paroki yang didirikan

hingga saat ini. Di kota Malang terdapat delapan paroki, yaitu: Kayutangan, Ijen,

Tidar, Langsep, Janti, Blimbing, Celaket dan Kesatrian.

Pada tanggal 29 Juni 1925 pembangun kapel diselesaikan dan diberkati pula pada

tanggal yang sama oleh Mgr. Van Velsen SJ. Segera sesudah itu, kapel banyak

difungsikan untuk pusat pelayanan sakramen dan kegiatan rohani.Penetapan Celaket

sebagai Paroki disebut dalam catatan Sr. Romana Haberhausen OSU terjadi pada 13

September 1953. Petunjuk ini meyakinkan, sebab pada tanggal yang sama telah

dimulai catatan pertama di Buku Pembaptisan Paroki Celaket atas nama Anna Maria

Tan Kwie Hiang (bayi terlahir 29 Agustus 1953) oleh Rm. Hendriks O.Carm.

Sejarah Paroki Gereja Katolik Maria diangkat Ke Surga sudah dapat menjadi

paroki yang mandiri adalah karena syaratnya telah terpenuhi. Syarat tersebut adalah

umat telah mencapai paling tidak 800 jiwa. Dengan dibentuknya paroki yang mandiri

maka diharapkan gereja akan lebih baik dalam menyediakan pelayanan kepada umat.

Umat tidak perlu menempuh perjalanan yang jauh untuk mengikuti kegiatan

keagamaannya.

Perkembangan agama katholik yang mempunyai kekhasan yaitu pada kesatuan,

kekudusan, kekatholikan membuat agama katholik diterima baik oleh masyarakat

dikotaMalang. Dalam ajaran Katolik percaya kepada Yesus Kristus atau Nabi Isa Al-

masih. Pokok-pokok ajaran Katolik salah satunya adalah Hukum Kasih yang

berbunyi:

48
Ketika ditanya, “Hukum manakah yang paling utama?” Yesus menjawab:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu,
dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Alkitab.Mrk 12:30-31)

Salah satu dari proses sejarah perkembangan ialah melihat perkembangan sebagai

suatu proses pemberdayaan. Pentingnya kekuatan peranan lokal ditengah

perkembangan global, seperti yang di kemukakan Nalsbitt dalam bukunya ‘Global

paradox’(1994) juga menjadi perhatian pengamat di bidang arsitektur.Gereja katolik

sebagai sebuah peguyuban umat Allah yang mengimani Yesus kristus dan sebuah

peguyuban yang tepat untuk memanusiakan kemanusiaan kita (Pr J.T.,2016).

Kekhasan gereja katolik merupakan wujud dari jati diri yang teletak pada kesatuan,

kekudusan, kekatolikan, apostolaritas gereja itu sendiri. Muncul rumusan yang

berbunyi “ gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.”

Dengan demikian kata “gereja” bisa mencakup makna rohani, yaitu jemaatnya,

dan dan makna material yaitu gedungnya. Namun dalam bahasa indonesia , kita

menulis “gereja” (dengan huruf G besar) bila kita maksudkan Gereja sebagai orang

beriman dan “gereja” (dengan huruf g kecil) bila universal, menyeluruh. Katolik

sebagai tempat ibadatnya.

Perkembangan aspek fisik gereja pada masa awal berdirinya gereja katholik

Maria Diangkat Ke Surga tidak memiliki gedung sendiri sekalipun sudah menjadi

Paroki sendiri. Gedung gereja yang digunakan untuk ibadah Umat menumpang pada

biara Suster Ursulin II. Gereja baru dapat berdiri sendiri setelah mendapatkan bantuan

dari keuskupan untuk membeli tanah dan mengandalkan dana umat yang

dikumpulkan secara swadaya. Pembangunan gereja memanfaatkan mahasiswa

49
sekolah Tinggi Ilmu Pastoral IPI. Para mahasiswa ini mendapatkan jatah 3 SKS untuk

membantu pembangunan gereja. Mereka mendapatkan jadwal bergantian untuk

memenuhi target SKS-nya.

Cikal bakal Paroki Maria Diangkat Ke Surga - yang lebih "dikenal" dengan

sebutan Paroki Celaket - tidak dapat dilepas-pisahkan dari kehadiran para suster

Ursulin di Jl. J.A. Suprapto 55 (Kompleks Sekolah Cor Jesu) sejak tahun 1900 dan

Ordo Karmel sejak 1923. Kapel permanen di Biara Ursulin - yang sampai hari ini

dipakai untuk umat - mulai dibangun pada tanggal 12 September 1924, lama sesudah

lembaga pendidikannya berhasil dirintis. Hal tersebut menjadi sangat berarti untuk

dicermati karena satu pesan tersirat dalam perencanaannya: Mgr. Van Velsen SJ

(Vikaris Apostolik Batavia waktu itu) mengusulkan agar kapel dibangun cukup untuk

menampung 400 orang. Ini terbukti lewat perannya sampai hari ini. inilah salah satu

"benih-penentu" terbentuknya Celaket menjadi Paroki.

Dan pada hari Minggu Kliwon pekan kedua bulan September 1953, Celaket

ditetapkan menjadi Paroki. bertempat di lapangan Cor Jesu, umat menandai

penetapan ini dengan Perayaan Ekaristi meriah yang dipersembahkan oleh Mgr.

Albers. Pada hari yang sama, penetapan itu diumumkan pula di Gereja-gereja Katolik

di Malang dan sekitarnya. Mgr. Albers menamakan paroki ini Paroki St. Perawan

Maria Diangkat Ke Surga (Beatae Mariae Virginis Assumptionis). Sejak saat itu,

kapel Biara Ursulin dinyatakan sebagai gedung gereja sementara untuk umat paroki.

Pada awal berdirinya, gereja Katholik Maria Diangkat Ke Surga melaui banyak

rintangan dan permasalahan. Awalnya kondisi gereja Maria Diangkat Ke Surga

sangat sederhana. Kepengurusannya masih sangat sederhana, hanya pastor kepala dan

50
dewa paroki. Masalah pada awal berdirinya gereja adalah masalah infrastruktur yang

masih minim dan air yang belum lancar. Karena untuk mendapatkan air sumur harus

digali dalam. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, sekitar gereja banyak dihuni

oleh umat katholik sehingga pelan-pelan segala kebutuhan gereja dapat dipenuhi.

Kondisi umat yang mengelola gereja Maria di Angkat Ke Surga sekarang adalah

generasi ke tiga. Karena generasi yang dulu sudah ada yang meninggal, pensiun,

sudah lansia. Yang dulu membangun gereja telah menjadi pemuka agama dan

menjadi panutan bagi anak-cucunya. Regenerasi umat penting demi kelangsungan

eksistensi kehidupan gereja.

Paroki Maria Diangkat Ke Surga mempunyai bentuk bangunan yang di adaptasi

dari rumah tradisional Jawa yang berbentuk Joglo. Gaya arsitekturnya merupakan

perpaduan dari gaya neoklasik dan rumah tradisional Jawa. Gaya Neoklasik juga

diperkuat dengan bentuk bangunannya yang simetris, dinding yang tebal, plafon yang

tinggi serta lantai marmer yang akan ditemu pada bahasan di halaman berikutnya.

Pada awal kehadirannya di Indonesia, bentuk bangunan gereja Katolik merujuk pada

bentuk arsitektur Romanesk, Gotik pada abad ke 12 di Eropa Barat dan Tengah.

Arsitektur Gotik telah menjadi bagian dalam khasanah estetika arsitektur dunia sejak

berabad-abad dan dianggap sebagai simbol kesakralan, karena pada masa itu Gereja

Katolik mencapai puncak kebesarannya secara lembaga, kekuasaan atas struktur

sosial maupun arsitektur. Namun, dalam perkembangannya, Gereja Katolik melalui

proses inkulturasi, dituntut untuk tidak hanya berkontribusi pada kebudayaan

setempat, melainkan belajar dari budaya setempat dan memperkaya diri dengan nilai-

nilai setempat; kebudayaan dimaknai secara baru dengan kacamata iman Katolik.

51
Perkembangan bentuk bangunan hingga saat ini tidak sama perubahannya karena

ada pesan waktu pertemuan dari bapak Suwarjono sebagai kolonel angkatan laut

bahwa bangunan ini bentuknya simetris. Tidak boleh diperbarui samping kiri kanan.

Kondisi angunan awalnya itu bagus, sampai saat ini tidak diubah. Awalnya Cuma dua

gedung, pastoran dan gereja. Tapi sekarang sudah memiliki aula dan tempat parkir

juga.

2. Perkembangan Aspek Non Fisik Gereja Katolik Maria diangkat Ke Surga

Perkembangan aspek non fisik gereja adalah pada perkembangan umat dan

kepengurusan gereja. Perkembangan jemaat MDKS ini mulai tahun 1980-an. Jumlah

umatnya sudah memenuhi syarat untuk membentuk paroki sendiri, dan yang kedua

supaya umat terlayani dengan baik. Pada tahun 1825 saat paroki telah terbentuk

sendiri, sudah ada 800 jiwa sebagai jemaat. Perkembangan aspek non fisik gereja

Katolik Maria diangkat Ke Sorga dapat diketahui dari perkembangan kepengurusan

Paroki. Mereka telah memiliki inisiatif untuk mengembangkan gereja. Tidak

tergantung pada perintah pimpinan lagi. Pengurus gereja telah memiliki kemauan

untuk mengembangkan gereja. Masyarakat yang bukan berasal dari satu golongan

katholik saja juga menanggapi kehadiran gereja dengan baik. Hal tersebut dibuktikan

dengan tidak ditanggapinya kelompok radikal yang mencoba memecah belah

kerukunan umat beragama di sekitar gereja Maria diangkat Ke Surga. Perkembangan

non fisik yang lain adalah doa lingkungan dan pembinaan rohani-spiritual.

Perkembangan aspek non fisik gereja MDKS adalah pembinaan rohani-spiritual.

Pembinaan rohani-spiritual ini telah dilaksanakan sejak paroki berdiri sendiri pada

1925. Pembinaan dipimpin oleh pastor yang bertugas. Pembinaan rohani-spiritual ini

52
adalah hal penting bagi keimanan umat. Karena jika secara rohani seseorang itu kuat,

maka dalam kehidupan sehari-hari ia akan menjaga lingkungan dan dirinya secara

harmonis.

Pendampingan ini terkait erat dengan fase pertumbuhan manusia. memiliki peran

yang sentral dalam pendampingan untuk anak muda. OMK harus menjadi organisasi

yang mampu mengayomi anak muda dalam proses transisi mereka dalam

kehidupannya. Dengan adanya pendampingan tersebut diharapkan anak muda akan

dapat lebih bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya.

Pentingnya berkomunitas bagi OMK mesti didasarkan pula oleh paham teologis

yang tepat mengenai Gereja. Sampai dengan Konsili Vatikan II, banyak orang

memahami Gereja sebagai sebuah ‘fenomena sosial/keagamaan’ yakni kelompok

orang kristiani yang dipimpin oleh hirarki. Konsili menegaskan bahwa paham seperti

itu tidak cukup! Gereja harus dimengerti bukan sebagai fenomena sosial, yang

kelihatan, yang jasmani belaka. Ia adalah komunitas iman, harapan dan kasih dalam

Kristus (bdk. Lumen Gentium, 8) Gereja ada bukan karena prakarsa manusia

melainkan atas prakarsa Allah (bdk. Lumen Gentium 2,3,4). Pembimbing OMK mesti

menyadari bahwa komunitas-komunitas OMK perlu berjejaring dan bergerak dalam

misteri ini. Perlu dibatinkan oleh pembimbing, bahwa OMK ada karena panggilan

Allah sendiri melalui Kristus dalam Roh Kudus. Mereka tak sekedar berkumpul

karena sama-sama berminat akan hobi tertentu, namun pertama-tama karena inisiatif

Yesus yang memanggil mereka menjadi satu kawanan. Jika hal ini dibuat, tentu

keluhan bahwa OMK lari ke komunitas lain tak akan terjadi, atau yang lari akan

kembali, karena merasakan kehangatan rohani dalam misteri panggilan Kristus

53
dalam gerejaNya. Seorang muda yang menulis surat kedua di atas akan tertolong jika

memiliki dan dimiliki oleh sebuah komunitas OMK yang hangat, yang berpusat pada

misteri kehadiran Kristus.

Doa lingkungan telah dilaksanakan sejak konsili Ekumenis Vatikan Kedua atau

Vatikan II. Pada pertemuan ini cikal bakal doa lingkungan ditentukan dan menjadi

dasar pelaksanaan doa lingkungan di seluruh dunia. Konsili Vatikan II dimulai pada

11 Oktober 1962 oleh Paus Yihanes XXIII dan ditutup oleh Paus VI pada 8

Desember 1965. Doa lingkungan adalah doa yang dilakukan oleh umat Katolik yang

berada di sebuah lingkungan Katolik, yang biasanya dilaksanakan di rumah-rumah

secara bergiliran. Doa lingkungan dapat berupa ibadat sabda, sharing Kitab Suci dan

devosi-devosi kepada orang kudus, terutama devosi kepada Bunda Maria dalam doa

rosario. Doa lingkungan juga dapat bermanfaat sebagai wadah pertemuan antarumat,

untuk membentuk suatu persaudaraan kasih. Persaudaraan ini mesti berlandaskan

pada ajaran Yesus Kristus yang tampak jelas dalam Injil.

Selain kondisi infrastruktur yang minim, gereja juga menghadapi masalah tentang

pembangunan gedung yang digugat oleh ahli waris. Salah satu kendala dalam

pendirian gereja Maria Diangkat Ke Surga ini adalah masalah hak kepemilikan

tanah. Ahli waris penjual merasa pembelian tanah belum beres dan mengajukan

gugatan. Tapi, pihak gereja pun membela diri dengan mengajukan saksi-saksi yang

menyatakan bahwa pembayaran tanah tersebut telah diselesaikan dengan baik.

Keputusan akhirnya dimenangkan oleh gereja karena menurut hukum tanah di

Indonesia, jika suatu tanah atau bangunan telah ditempati lebih dari 20 tahun tanpa

ada keluhan maka hak tanah tersebut ada pada yang menempati.

54
Kendala yang dialami oleh gereja adalah kurangnya tenaga untuk pelayanaan

karena rasio Romo dan umat yang tidak seimbang. Ada 3000 jiwa umat sedangkan

romo Cuma 2 orang. Itu tidak seimbang, mestinya 3000 jiwa itu minimal 3 orang

romo. Idealnya 4 orang. Jadi 750 jiwa itu satu Romo sehingga umat dapat

mendapatkan pelayanan yang maksimal.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ristianang (2015: 3) yang menyatakan

peran orang muda katolik dalam keterlaksanaan visi-misi Gereja dalam menjalankan

tugasnya di masyarakat sangat penting. Sebab, orang muda katolik secara umum

memiliki tanggung jawab dalam menjalankan agenda Gereja yan telah menjadi tugas

mereka. Orang Katolik secara umum, dituntut secara aktif untuk menghidupi kegiatan

kepemudaan maupun umat.

Namun, peran pemuda dalam organisasi kelompok sering terbentur dengan

loyalitas dan totalitas oran muda dalam keiatan kepemudaan Gereja. Alasan utama

permasalahan tersebut adalah pada pengelolaan waktu dan pencapaian peran sosial

dalam kehidupan bermasyarakatnya. Sehingga, tugas dan perkembanan orang katolik

tidak berjalan dengan lancar.

55
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan Paroki Gereja Katolik Maria diangkat Ke Sorga dimulai pada

tahun 1980-an. Gedung gereja yang digunakan untuk ibadah Umat menumpang

pada biara Suster Ursulin II. Gereja baru dapat berdiri sendiri setelah

mendapatkan bantuan dari keuskupan dan swadaya masyarakat.Perkembangan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkembangan fisik dan non fisik.

Perkembangan aspek fisik adalah pada bentuk bangunan pada saat ini sudah

baik. Bangunan gedung sudah lengkap dan mendapatkan tambahan tempat

parkir. Tanah untuk lahan parkir didapat dari hasil patungan umat. Bangunan

gedung yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai bangunan gedung yang

baik. Paroki sudah tidak bergantung kepada keuskupan untuk memenuhi semua

kebutuhannya. Paroki sudah bisa mandiri secara finansial. Perubahan bentuk

gedung yang lebih layak ini juga diamini oleh pak Johnnie sebagai

berikut.Kondisi bangunan awalnya itu bagus, sampai saat ini tidak diubah.

Awalnya Cuma dua gedung, pastoran dan gereja. Tapi sekarang sudah memiliki

aula dan tempat parkir juga.

Perkembangan aspek non fisik pada awal berdirinya, gereja Katholik Maria

Diangkat Ke Surga melaui banyak rintangan dan permasalahan. Awalnya kondisi

gereja Maria Diangkat Ke Surga sangat sederhana. Kepengurusannya masih

sangat sederhana, hanya pastor kepala dan dewa paroki. Masalah pada awal

56
berdirinya gereja adalah masalah infrastruktur yang masih minim dan air yang

belum lancar. Karena untuk mendapatkan air sumur harus digali dalam. Tetapi

dengan seiring berjalannya waktu, sekitar gereja banyak dihuni oleh umat

katholik sehingga pelan-pelan segala kebutuhan gereja dapat dipenuhi. Sekarang,

umat yang mengelola gereja Maria di Angkat Ke Surga sekarang adalah generasi

ke tiga. Karena generasi yang dulu sudah ada yang meninggal, pensiun, sudah

lansia. Yang dulu membangun gereja telah menjadi pemuka agama dan menjadi

panutan bagi anak-cucunya. Regenerasi umat penting demi kelangsungan

eksistensi kehidupan gereja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut.

1. Bagi Paroki Maria Diangkat Ke Surga

Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan

peran pemuda katolik di gereja. Sehingga Pemuda Katolik dapat menjawab

kebutuhan pemuda melalui pendekatan aktivitas kepemudaan terutama

melalui bidang dialok dan kerja sama dengan organisasi kepemudaan lainnya.

Pengembangan Pemuda Katolik lebih ditekankan menjadi wadah bagi

generasi muda untuk beraktivitas dan bergaul secara bebas dalam pluralitas,

sekaligus menjadi wadah bagi anggota untuk belajar dan mengembangkan diri

dalam pluralitas tersebut.

57
2. Bagi Anggota Paroki Maria Diangkat Ke Surga

Diharapkan hasil penelitian akan dapat membuat pemuda katolik menjadi

wadah yang menciptakan kebersamaan secara optimal. Sehingga tercipta

perjuangan yang menyatu dan menyeluruh untuk semakin memperkuat

perjuangan pemuda katolik, di satu sisi secara internal dapat memperkuat kinerja

organisai. Koordinasi dan Komunikasi yang semakin baik antar Pemuda Katolik

dengan hirarki serta dalam lingkungan internal katolik juga menjadi prioritas

Pemuda Katolik dalam aktivitasnya. Tuntutan yang harus di penuhi juga tidak

terbatas memberi wawasan namun lebih peningkatan analisis permasalahan

sehingga menumbuhkan kepekaan sosial dan ketajaman analisis kader Pemuda

Katolik

58

Anda mungkin juga menyukai