PENDAHULUAN
Sumber daya manusia sebagai prediktor dalam keterikatan kerja memiliki andil
yang sangat besar pada organisasi. Ketika karyawan memiliki kondisi mental yang positif
dan merasa puas akan pekerjaannya, menurut Bakker dan Demerouti (2008), akan muncul
lebih mengacu pada perasaan penuh energi ketika bekerja. Dedikasi mengarah pada
adanya keterlibatan yang kuat pada suatu pekerjaan dan merasakan suatu pengalaman
penghayatan dipahami dengan penuh konsentrasi dan ketika bekerja, pekerja merasa
bahwa waktu berjalan dengan cepat sehingga mengalami kesulitan untuk lepas dari
pekerjaan.
jarang membuat ia ingin menyerah dan berhenti mengerjakan pekerjaannya. Hal itu juga
karyawan untuk memiliki kecerdasan yang tinggi. Kecerdasan menjelaskan sifat pikiran
belajar.
Adversity Quotient (AQ) dan Internal Locus of Controlp (ILOC). Definisi AQ menurut
Stoltz (2000), adalah nilai yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam mengatasi
dan bertahan dalam kesulitan yang dihadapi. Orang dengan AQ tinggi diharapkan akan
mampu membantu dirinya dalam meningkatkan daya saing, produktivitas, kreativitas dan
inovasi, juga motivasi. Stoltz (2000) juga menambahkan bahwa control, origin and
menimbulkan kesulitan dan berkaitan dengan cara merespon dan menangani kesulitan
kepuasan. Dan orang tersebut menurut Stoltz termasuk dalam salah satu pendaki
kesuksesan atau climber dan tergolong sebagai orang yang memiliki AQ tinggi.
Pusat kendali atau locus of control merupakan sebuah variabel yang seringkali
dikaitkan dengan self esteem, kepuasan kerja, etika kerja atau kinerja. Pusat kendali
menjadi penting karena kotrol kinerja seseorang bisa diukur dari kemampuan seseorang
dalam menguasai peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus of control dapat diartikan
sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu peristiwa apakah dia dapat atau
tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus of control
menurut Kreitner dan Kinicki (2001) terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan
eksternal, dimana apabila seseorang yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu
berada dalam kontrolnya dan selalu mengambil peran serta bertanggung jawab
kontrol seseorang ada pada dalam dirinya. Mantis dan Roesleer (2010) menyatakan
bahwa internal locus of control merupakan cara pandang bahwa hasil yang baik atau
buruk dapat diperoleh dari tindakan sesuai kapasitas diri (dapat dikontrol) atau faktor dari
penting dengan diketahuinya pengukuran kinerja yang tepat. Kinerja diukur berdasar
dalam Ayudiati, 2010). Menurut Dessler (2005) kinerja merupakan prestasi kerja yakni
perbandinagn antara hasil kerja nyata dan standar kerja yang ditetapkan. Karena
organisasi merupakan lembaga yang digerakkan oleh manusia maka kesesuaian perilaku
fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan
2014:406).
Kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari kata job performnce
atau actual performance (prestasi karya atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
(dalam Mangkunegara, 2005) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran
serta tenaga kerja persatuan waktu. Sementara menurut Mangkunegara (2004) bahwa
kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
yang diberikan kepadanya. Maka dapat dikatakan juga bahwa kinerja adalah suatu
hasil kerja seseorang berdasarkan standar kinerja yang telah ditentukan oleh
perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka peneliti
B. Rumusan Masalah
Karyawan?
C. Tujuan Penelitian
Kinerja Karyawan.
D. Manfaat Penelitian
penelitian sejenis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Adversity Quotient
jadi atau tidaknya, sertasejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja dapat
Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian yaitu
Quitter, Camper, dan Climber dengan ciri, deskripsi dan karakteristik sebagai
berikut :
Mereka cenderung untuk selalu memilih jalan yang lebih datar dan
(Stoltz, 2000:18).
b) Campers, yaitu orang yang berhenti dan tinggal di tengah pendakian.
untuk maju menjadi lepas karena fokus sudah tidak ada lagi pada
hasil yang sudah dicapai. Akan tetapi camper ini lebih baik karena
capek” atau “segini juga sudah cukup” adalah moto para Camper.
atas empat dimensi yang disingkat dengan CORE (Control, Ownership, Reach,
terdiri dari Control, Origin, dan Ownership, Reach, dan Endurance (CO2RE).
saling berkaitan, seseorang harus menyalahkan orang lain untuk peristiwa yang
buruk agar tetap gembira padahal orang yang paling efektik adalah memikul
masalah.
yang AQ-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas
c) R = Reach (Jangkauan)
2000:104).
2000:108).
diantaranya :
a) Daya Saing
(Stoltz, 2000:330).
b) Produktivitas
Orang yang tidak dapat merespon kesulitan yang dia alami dengan
baik akan kurang bisa melakukan sesuatu yang dia kerjakan seperti
c) Kreatifitas
kesulitan dengn baik menjadi tidak mampu untuk bertindak kreatif dan
d) Motivasi
dilakukan.
e) Mengambil Resiko
bagian dari sebuah kesuksesan, akan lebih bisa mencoba sesuatu yang
tidak bisa dikerjakan oleh orang yang ber-AQ sedang atau rendah.
f) Ketekunan
dalam segala hal yang dia lakukan akan dihadapkan dengan berbagai
g) Belajar
seseorang bahwa dia dapat mengendalikan atau tidak, sebuah peristiwa yang
terjadi. Locus of control sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan
individu merasa atau melihat garis atau hubungan antara tingkah lakunya dan
akibatnya, apakah dia dapat menerima tangung jawab atau tidak atas tindakannya
memiliki beberapa aspek dari Adversity Quotient (Ambriz, Izal, Montorio, 2012).
Skala ILOC merupakan suatu skala yang dapat memperkirakan para mahasiswa,
perilakunya. Terdapat dua lokus untuk sumber penguatan, lokus internal dan lokus
Sedangkan lokus eksternal merupakan kontrol penguatan yang diperoleh dari luar
lingkungan.
diri memadai, 2) perilaku berorientasi tugas dengan tujuan yang jelas, 3) Aspirasi
informasi dari lingkungan mereka, dan juga mencari informasi baru tentang diri
mereka sendiri dan dunia, untuk diterapkan dalam tindakan konkret; 4. Tidak
melampirkan penting pendapat orang lain, tetapi dipandu oleh kontrol diri mereka
konsep dasar, yaitu potensi perilaku, harapan, nilai unsur penguat dan suasana
penguatan atas hasil dari berbagai penguat hasil lainya yang dipilih
atau kegagalan ditentukan oleh kekuasaan yang berad diluar dirinya atau nasib,
C. Kinerja Karyawan
fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan
2014:406).
banyak mereka member kontribusi kepada perusahaan yang antara lain termasuk:
1) Kuantitas output.
2) Kualitas output.
5) Sikap kooperatif.
Haryanto (2002) mendefinisikan kinerja karyawan sebagai proses kerja
kinerjanya.
melaksanakan pekerjaan.
organisasi.
pokok, yaitu (1) manager memerlukan evaluasi yang objectif terhadap kinerja
karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan dibidang
SDM dimasa datang; dan (2) manager memerlukan alat yang memungkinkan
karyawannya.
pelatihan, (b) umpan balik kinerja, (c) menentukan transfer dan penugasan,
perusahaan.
Untuk mengetahui hasil kerja yang dicapai oleh seorang pekerja harus
umpan balik kepada pegawai dan menentukan apakah dan bagaimana kinerja
bawahan langsung).
riset.
langsung.
peneloitian oleh endah Woro Utami (2013) dengan judul penelitian, “ Pengaruh
variabelp Mediasi (Studi di RSUD “Ngudi Waluyo.”) Penelitian ini bertujuan untuk
standar asuhan keperawatan melalui motivasi kerja di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi Kabupaten
Blitar. Desain penelitian ini merupakan survey diskriptif analitik menggunakan metode cross
sectional study, pada 76 responden dengan teknik cluster random sampling perawat di RSUD
Adversity Quotient, motivasi kerja, dan study dokumentasi kinerja perawat dalam
pendokumentasian standar asuhan keperawatan. Teknik analisis data menggunakan path analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adversity Quotient berpengaruh tidak langsung terhadap
kinerja perawat dalam pendokumentasian standar asuhan keperawatan melalui motivasi kerja di
Penelitian kedua adalah penelitian oleh Ratri Holiday Putri (2009) dengan
tingkat adversity quotient dan tingkat kinerja karyawan. Metode yang digunakan
Adversity Quotient (AQ) dan Internal Locus of Control (ILOC). Definisi AQ menurut
Stoltz (2000), adalah nilai yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam mengatasi
dan bertahan dalam kesulitan yang dihadapi. Orang dengan AQ tinggi diharapkan akan
mampu membantu dirinya dalam meningkatkan daya saing, produktivitas, kreativitas dan
inovasi, juga motivasi. Stoltz (2000) juga menambahkan bahwa control, origin and
menimbulkan kesulitan dan berkaitan dengan cara merespon dan menangani kesulitan
kepuasan. Dan orang tersebut menurut Stoltz termasuk dalam salah satu pendaki
kesuksesan atau climber dan tergolong sebagai orang yang memiliki AQ tinggi.
Pusat kendali atau locus of control merupakan sebuah variabel yang seringkali
dikaitkan dengan self esteem, kepuasan kerja, etika kerja atau kinerja. Pusat kendali
menjadi penting karena kotrol kinerja seseorang bisa diukur dari kemampuan seseorang
dalam menguasai peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus of control dapat diartikan
sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu peristiwa apakah dia dapat atau
tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus of control
menurut Kreitner dan Kinicki (2001) terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan
eksternal, dimana apabila seseorang yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu
berada dalam kontrolnya dan selalu mengambil peran serta bertanggung jawab
kontrol seseorang ada pada dalam dirinya. Mantis dan Roesleer (2010) menyatakan
bahwa internal locus of control merupakan cara pandang bahwa hasil yang baik atau
buruk dapat diperoleh dari tindakan sesuai kapasitas diri (dapat dikontrol) atau faktor dari
penting dengan diketahuinya pengukuran kinerja yang tepat. Kinerja diukur berdasar
dalam Ayudiati, 2010). Menurut Dessler (2005) kinerja merupakan prestasi kerja yakni
perbandinagn antara hasil kerja nyata dan standar kerja yang ditetapkan. Karena
organisasi merupakan lembaga yang digerakkan oleh manusia maka kesesuaian perilaku
karyawan dengan standar kerja akan menghasilkan kinerja yang diharapkan. Secara
Adversity Quotient
Kinerja Karyawan
Internal Locus of
Control
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dari para partisipan. Menurut Sugiyono (2012: 8) ada lima ciri pokok karakteristik metode
2)9 Memiliki sifat deskriptif analitik. 3) Tekanan pada proses bukan hasil. 4)
kuantitatif.
B. Ruang Lingkup
kinerja karyawan.
C. Lokasi Penelitian
1. Data Primer
a) Data Kualitatif
kinerja karyawan.
b) Data Kuantitatif
2. Data Sekunder
E. Instrumen Penelitian
1) Observasi
Pengamatan merupakan alat pengumpulan data guna merumuskan nilai-
kinerja karyawan.
2) Dokumentasi
3) Kuisioner
yang diberi bobot sesuai dengan item, dan dalam penelitian ini bobotnya
adalah satu sampai lima (1 sampai 5). Skala ini disebut skala Likert.
Berikut ini aadalah contoh alternatif jawaban yang akan digunakan dalam
1. Populasi
2. Sampel
populasi.
subyek yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik subyek tersebut
Jumlah
Unit Pegawai
Sekretariat 9
Bidang Formasi dan Informasi 6
Bidang Mutasi 7
Bidang Pendidikan dan Pelatihan 6
Bidan Kesejahteraan dan Pebinaan Disiplin 6
TOTAL
pegawai 34
yakni :
Y = α + β1 X 1 +β 2 X 2 + e
Dimana :
Y : Kinerja
α : Konstanta
X1 : AQ
X2 : ILOC
e : Variabel Pengganggu
yang paling baik dari analisis regresi. Semakin besar R2, berarti
1. Analisa Data
Data dari hasil tes dan pengukuran setelah diolah dan dimasukkan
sebagai berikut :
N XY - ( X ) ( Y )
rxy
{ N X 2 ( X ) 2 } { N Y 2 (Y) 2 }
Keterangan :
rxy = Koefisien hubung
X= Variabel AQ dan ILOC
Y = Variabel Kinerja
N = Jumlah sampel
Kriteria Pengujian:
Hipotesis diterima apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r
hitung ≥ r tabel ) dengan derajat kebebasan (df = n – 1). dan = 0.05 (95
%). Ini artinya ada hubungan yang berarti (signifikan) antara kedua
adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai
hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho
b. Uji Hipotesis
1) Perumusan Hipotesis
H0 : β1 =β 2 = 0
Ha : β1 ≠β 2≠ 0
Variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh
1) Memformulasikan Hipotesis
5% (0,05).
4) Uji Statistik Menggunakan Uji t.
nilai Sig t.
Jika nilai Sig t < α, maka tolak H0 (variabel X berpengaruh secara individu
terhadap variabel Y). Jika nilai Sig t > α, maka terima H0 (variabel X tidak
untuk X1 signifikan dan koefisien arah β1 ≠ lebih besar dari pada koefisien β2.