Anda di halaman 1dari 26

GEREJA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Nama : Ibefati Zai


: Yuraman Hulu
: Eliyusman Zega
: Weni Yanti Harefa
: Fewilwan Ndruru
Kelas : A
Mata Kuliah : Agama Kristen Protestan
Prodi : Fpmipa
Dosen Pengampu : Jonisman Kristian Laoli, M.Pd.K

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM(FPMIPA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha esa atas berkat dan anugrahnya
kepada kami sehingga makalah ini di selesaikan dengan semestinya.Makalah ini berjudul
”GEREJA” yang merupakan pembahasan yang akan menjadi salah satu pengetahuan yang
perlu kita ketahui dan dimengerti.Makalah ini dapat terselesaikan karena bimbingan dan
arahan dari dosen pengampu yang telah bersedia mengarahkan kami dan melengkapi
kekurangan kami selama ini dan memaklumi pembuatan makalah kami ini,Serta saran dan
masukan mahasiswa.

Pada kesempatan ini,Kami menyampaikan bahwa atau semua kerja sama baik dari dosen
pembimbing kami pada mata kuliah ini, Dan serta seluruh teman mahasiswa kami ucapkan
terima kasih banyak,Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Dan jika ada
kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah ini, Kami harap dapat di maklumi dan
juga menjadi pedoman kita kedepan untuk di perbaiki.

Demikian yang bisa kami sampaikan, Dan harapan kami semoga hasil makalah ini
Benar-benar menjadi bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terimah kasih.

Gunungsitoli 30, September 2021

Kelompok 3,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………….


Daftar Isi …………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………………….
C. Landasan Teori ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. Sejarah Gereja…………………………………………………………………….
B. Defenisi Gereja…………………………………………………………………..
C. Hakikat Gereja…………………………………………………………………….
D. Karakter Gereja…………………………………………………………………..
E. Peranan Gereja …………………………………………………………………..
F. Tugas dan Tanggungjawab Gereja ………………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gereja adalah tempat yang bisa memberikan setiap orang dapat menerima didikan
rohani yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab. Menurut KBBI, gereja adalah
gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen, dan atau badan
organisasi umat Kristen yang memiliki satu kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadah. Dari
pengertian kedua, gereja adalah organisasi, maka orang-orang yang mengatur gereja memiliki
suatu wewenang dalam mengatur kehidupan bergereja karena di dalam gereja tidak hanya
pendeta, tetapi ada majelis dan jemaat.

Gereja adalah pedoman belajar rohani bagi setiap orang yang berada di dalamnya.
Untuk itu, struktur dalam gereja adalah struktur yang melayani anggotaanggota gereja dalam
rangka keterlibatan mereka, karena kepemimpinan gereja pada hakekatnya adalah
kepemimpinan pelayanan. Dalam bahasa inggris, kata gereja adalah Church yang berasal dari
bahasa Kuriakon yang berarti “Milik Tuhan”. Kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan
hal-hal lainnya seperti tempat, orang-orang, atau denominasi yang menjadi milik Tuhan.
Yang menjadi dasar gereja adalah umat dan atau persekutuan serta orangorang yang berada di
dalamnya. Oleh karena itu tujuan dari gereja adalah pertumbuhan hidup rohani orang Kristen
secara pribadi. Pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang Kristen secara pribadi
adalah dasar pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja harus dimulai dari kualitas hidup
rohani.Sehingga, setiap pribadi yang menjadi bagian dari gereja mendapat perhatian khusus
agar mampu menjadi pribadi yang bertumbuh di dalam Yesus Kristus. Gereja hadir sebagai
“gereja yang mendidik”. Berkaitan 1 Widi Artanto, Gereja dan Misi-NYA: Mewujudkan
Kehadiran Gereja dan Misi-Nya di Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen
Indonesia, 2016), 17. 2 Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk Memahami
Kebenaran Alkitab ( Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1986), 143. 3 Dr. Peter Wongso, Tugas
Gereja dan Misi Masa Kini (Malang: SAAT, 1999), 69. 2 dengan pembinaan rohani, maka
gereja perlu melakukan pendidikan agama Kristen (PAK). Sebagaimana pandangan Miller
bahwa PAK di gereja merupakan suatu pelayanan yang berdiri di atas tradisi Kristen. Gereja
memiliki kurang lebih enam fungsi yakni pertama, gereja adalah persekutuan yang beribadah.
Orang belajar beribadah dengan mengambil bagian dalam kebaktian. Kedua, gereja adalah
persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya terpenuhi dan
hubungan yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan kembali. Ketiga, gereja
sebagai persekutuan belajar-mengajar.

Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dengan segala kategori usia.
Dalam gereja, orang mencari jawaban dari injil terhadap pertanyaan yang ditimbulkan oleh
pengalaman hidup. Keempat, gereja adalah persekutuan yang peduli akan kebutuhhan orang
lain terutama yang sakit, miskin, lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapa pun,
khususnya yang paling hina dan lemah. Kelima, gereja adalah persekutuan yang ingin
membagikan iman kepada orang yang belum menerima kabar baik. Keenam, gereja adalah
persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain, baik kelompok yang berbeda agama,
sosial dll.

B. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu Untuk mengetahui Sejarah
perkembangan gereja, mengetahui definisi gereja, hakikat gereja, karakter gereja, peranan
gereja serta tugas dan tanggung jawab gereja.
Setiap individu harus memahami dan mengetahui tujuan dan makna dalam pembuatan
makalah ini, sehingga menambah wawasan setiap pembaca khususnya dalam hal gereja.

C. LANDASAN TEORI

1. Sejarah gereja, Dr. H. Berkhof. Dr. I. H. Enklaar

2. Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah gereja. Drs. F.D.

Willem, M. Th

3. Gereja dalam pendakian puncak sejarah dunia. Dr. T. B. Simatupang

4. Aku dan BNKP sebuah renungan. Pdt. Serius T. Lase, MTH


BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH GEREJA
1. Keadaannya secara lahiriah

Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kekaisaran Romawi. Luasnya kekaisaran itu
dari selat Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di
sebelah utara ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentang Romawi dirasai sampai
jauh diluar batas itu. Pusat kekaisaran yang besar itu ialah kota Roma, tempat kaisar-kaisar
bersemayam. Sungguh pun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak kepada rakyat
untuk turut memerintah Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu republic (sebelum
kaisar sendiri sajalah yang memegang kuasa (Monarkhia mutlak)

Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa
pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine, artinya
bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru juga
dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi itu, yang
mungkin merintangi kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik, yang bukan
saja digunakan bagi saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi juga bagi para
rasul-rasul dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana untuk mamasyurkan
Nama Tuhan.

Perdagangan dan lalu lintas didarat dan dilaut mempererat hubungan antara semua
bagian kerajaan. Ketenteraman dan ketertiban terdapat disemua daerah. Perjalanan-perjalanan
Paulus dan perkembangan Gereja yang pesat itu akan sukar diartikan, jika tidak mengingat
keadaan dunia zaman itu, seperti yang diterangkan tadi.

2. Keadaan Secara Batiniah

Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-
bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya orang
Kopt di Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi kebudayaan
tinggi, yang menguasai hidup Rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang mempengaruhi
bangsa-bangsa itu. Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri. Sedangkan negeri-
negeri sekitar pusat kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah. Semangat Romawi
dibagian barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, dibagian Timur. Perbedaan itu juga
nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat dalam kitab ini.

Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah
bangsa-bangsa itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat
mundur (baca “Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk hidup
dengan senang sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing, tetapi keadaan
itu kemudian berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah hilang kuasanya
dalam dunia baru yang luas itu.

Dasar-dasar Rohani dari kehidupan manusia terguncang dan tubuh. Tak


mengherankan bahwa pada masa peralihan itu orang dengan bimbang bertanya pada diri
sendiri: Apakah yang harus kuperbuat? Apakah yang boleh kuharapkan supaya selamat
didunia ini dan diakhirat? Oleh karena soal-soal yang demikian, maka minat orang terhadap
perkara-perkara Rohani bertambah besar. Tetapi Agama Yunani dan Romawi yang menjadi
agama Negara yang resmi, tak sanggup memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan orang.
Sebagai ganti agama yang kolot itu mereka asyik mempelajari agama-agama dari bagian
timur kekaisaran, yang baru dikenal sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan negeri-
negeri disebelah timur Laut Tengah (sejak tahun 150 s.M)

3. Pengaruh Agama-Agama Timur

Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu?
Oleh sebab pokok utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia,
yakni kelepasan dari pada segala kesukaran didunia ini. Kehidupan yang penuh kesusahan
dibumi ini pandang sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka
diakhirat kelak. Tujuan yang indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni
bertarak, menahan diri, mematikan bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam
bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan dan
mengusahakan kemenangan hidup atas maut. Tambahan pula agama-agama ini member
kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan perlindungan
yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan kelak dari segala
kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh Tubuh dan jiwa dalam hidup yang Fana ini.

Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga berkembanglah ibadat kepada
dewa-dewa asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa
Osiris dinegeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia kecil.
Ilmu nujum (astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia
(misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya.

Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini
berdasarkan dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese dan oleh
rupa-rupa penabisan rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat mengalahkan kefanaan
sehingga akhirnya dipersatukan dengan keadaan ilahi yang baka, yang sebetulnya menjadi
dasar dan maksud hidup manusia. Tiap-tiap agama membawa manusia kepada keselamatan
itu, meskipun jalanya berbeda-beda. Sebab itu mereka tak mau berbantah-bantah, melainkan
harga- menghargai dan bersabar satu sama lain. Tak mengherankan bahwa dewa-dewa itu
disamakan saja, karena dianggap berbagai nama saja dari suatu zat ilahi yang am saja.
Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut sinkretisme.

Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme ialah
kepercayaan bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk manusia juga,
bersifat ilahi. Ilah (theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-tiap barang atau makhluk
mengandung zat ilahi yang esa itu. Dengan demikian sudah tentu bahwa ilah itu tidak
berpribadi. Menurut Dualisme, dunia ini berbagi atas dua bagian yang bertentangan, yakni
yang nampak dan yang tidak nampak, zat benda dan roh, tubuh dan jiwa yang lahiriah yang
jahat dan yang batiniah yang baik, dan sebagainya. Memang Dantheisme dan Dualism itu
berlawanan sama sekali dengan Alkitab dan ajaran Gereja Kristen, sungguhpun pandangan-
pandangan kafir itu sangat mempengaruhi, bahkan memerosotkan hidup dan Theologia
Gereja sepanjang segala abad.

4. Penyembahan Kepada Kaisar

Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup
keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum di
timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah) ini,
bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan. Demikianlah
misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain), raja Makedonia
yang membawa tentaranya sampai di India (325 s.M), sehingga namanya masyhur di Asia
Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi lambing keesaan kekaisarannya yang
sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah sesudah mangkat, tetapi kemudian Negara
menuntut korban bagi kaisar yang masih hidup, dari semua penduduk negeri, sebagai tanda
dan bukti bahwa mereka setia kepada kepala Negara dan orang-orang yang dapat dipercaya
dalam politik. Siapa yang tak mau berbakti kepada kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat
mengerti bahwa tentunan Negara ini menjadi pokok perselisihan yang besar antara
pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.

5. Ilmu Filsafat

Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa golongan
ahli filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di Italia dan di lain-
lain negeri. Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain (umpamanya golongan Stoa
berbeda filsafatnya dengan pengikut-pengikut Epicurus), tetapi pada umumnya tujuannya
sama saja, yakni mereka mau membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia boleh
mencapai bahagia dan kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan mengusahakan
kelakuan dan perbuatan yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis ini, antara lain ialah:
Seneca (guru kaisar Nero), Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius (161-180).

Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum kelahiran
Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat
mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal agama.
Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga ia
mengajarkan bahwa jiwa berasal dari dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi sekarang
terkurung dalam zat benda yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan berakstase (yaitu jiwa
membubung dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas dan bersukaria dalam suasana
ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa ilahi” Kis 10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II
Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha mengembalikan Rohnya kepada asalnya itu. Jadi
filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan Dualistis-Pantheistis, tak ubahnya dengan
kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat yang kurang terpelajar.

Jemaat kristen yang mula-mula

1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta
Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga mereka berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut Injil
dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil.
Keadaannya nampaknya seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih
mengunjungi bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian,
nyata juga perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebabngsanya,
karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang
dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah dacn sinagoge lambat-laun kurang penting
bagi kaum Kristen.

Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang
melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira dan
berbahagia. Sudah tentu, kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan, kerajinan
dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi janganlah kita lupa, bahwa mereka itu tak lain
dari manusia yang lemah dan berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan Safira (Kis 5),
perselisihan tentang pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6) dan
nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Kita maklum, bahwa
kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya sendiri, melainkan dalam
Tuhannya saja (1 Kor 1:30).

2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang mula-
mula bersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya dibagi-
bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis 5:4). Tetapi
hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, itu pun tidak di
haruskan. Tiada berapa lama lagi maka pangkat syamas diadakan untuk melayani orang
miskin , yakni semua anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.

3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa
“karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit,
mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh”
(glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang
banyak, tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat
kita lihat, bahwa pada abad-abad kemudian juga orang kadang-kadang dianugerahi karunia
semacam itu, tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap orang yang percaya
dikaruniai demikian. Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal ini (1 Kor 14 dan 19).

4. Gereja menjauhkan diri dari keyahudian. Mula-mula orang Kristen di Yerusalem belum
sadar akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang diderita dari pihak orang
Yahudi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka guna melihat
tugasnya, yakni menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu tercapai
perlulah kaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai sesudah
pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa taurat dan korban agama Yahudi tak
berharga lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh Sanhendrin,
sehingga mereka lari ke mana –mana. Dengan jalan itu Injil mulai dikabarkan di luar negeri,
mula-mula kepada orang Yahudi saja, tetapi kemudian juga kepada orang kafir (bangsa-
bangsa lain) pertama-tama di kota Anthiokia. Di sanalah pengikut Yesus mula-mula digelar
“orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari Anthiokia pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik
kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir, Gereja tak terkurung lagi dalam batas-batas
adat agama Yahudi, Gereja sedunia mulai berkembang.

5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda diantara orang kafir
dengan jemaat induk di Yerusalem. Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus
Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah
bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang Kristen
diantara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-rasul di
Yerusalem (Kis 15) hal ini diperbincangkan, sampai ke dua pihak sepakat untuk
membebaskan orang kafir yang masuk Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat hal
yang wajib diperhatikan (Kis 15:29).

6. Kemunduran jemaat di Yerusalem. Pada waktu kemudian kuasa jemaat di Yerusalem


semakin surut. Jumlah anggotan sedikit saja, jika dibanding dengan Gereja di luar negeri
yang bertambah-tambah besar. Menjelang kemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh
panglima Romawi Titus, maka orang Kristen asal Yahudi meninggalkan kota itu, karena tak
setuju dengan cita-cita dan maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke kota Pella
di daerah sebelah Timur sungai Yordan. Mereka digelar Ebionit (ebion = miskin, bahasa
Ibrani) dan kurang berhubungan dengan Gereja besar, bahkan mereka dianggap penyesat-
penyesat, karena mereka menolak ajaran Paulus, dan tidak mengakui pula, bahwa Yesus
dilahirkan oleh seorang perawan. Di samping Perjanjian Lama mereka memakai “Injil orang
Ibrani” suatu kitab apokrif. Lama kelamaan orang Ebionit dilupakan orang, dan sejak
Palestina ditaklukkan dan diduduki oleh orang Arab pada abad ke VII tidak ada kedengaran
lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil dan terpencil itu.

Zaman sesudah para rasul


1. Perkembangan Gereja

Pada masa sesudah rasul-rasul ( kira-kira 70-140 M ) terjadilah perubahan-perubahan besar


dalam gereja Kristen yang muda itu, baik secara lahiriah, maupun secara batinnya. Sangat
cepat ia berkembang kemana-mana. Cara berkembangnya gereja itu kurang kita ketahui.
Segera terdapat gereja Kristen di tanah Siria, asia kecil dan Yunani, tetapi juga di Mesir,
Mesupotonia, Italia dan di tempat-tempat lain yang lebih jauh lagi. Pada masa Paulus jemaat
Roma sudah besar. Rasul Petrus pun pernah bekerja disana dan disana pula ia mati syait.
Pusat Gereja Kristen pada waktu itu ada di negeri sekitar pantai timur laut tengah.
Perkembangan Gereja yang sangat pesat itu diakibatkan rajinnya semua orang percaya dalam
bersaksi tentang nama Yesus Kristus.

Jemaat-jemaat Kristen bukan memandang pada kelompok sendiri saja, melainkan


mereka merasa dirinya terhisap kepada persekutuan Kristen yang luas dan am (katolik) gereja
menganggap dirinya sebagai tujuan ciptaan Allah, alat Tuhan untuk menyelamatkan dunia,
Israel yang rohani dan benar, yang bertentangan dengan kaum Yahudi yang durhaka itu dan
umatNya yang baru dari zaman akhir.

2. Organisasi

Mula-mula pemimpin gereja diamanatkan kepada rasul-rasul (yaitu bukan saja saksi
kebangkitan Yesus, tetapi juga utussan-utusan Injil yang mengendarai semua negeri),
pengajar(guru-guru agama, yang menafsirkan Alkitab, seperti ahli-ahli taurat, dalam agama
Yahudi) dan nabi-nabi (yang menerima Karunia Roh yang istimewa). Saudara-saudara ini
bukan di pilih, melainkan dengan sendirinya mereka di hormati dan diakui kuasanya dalam
jemaat karena karunianya yang biasa itu dan mereka tidak terikat pada satu jemaat saja.

Disamping kata-kata itu ada penatua-penatua (Presbiter) dalam tiap-tiap jemaat dari
antaranya dipilih orang yang diberi tugas mengamati jemaat (Episkopos atau Uskup, artinya
penilik). Pejabat-pejabat itu diserahi pimpinan harian jemaat mengenai keuangan, organisasi
dsb. Mereka dibantu oleh Syamas (diakonos artinya pelayan), tugasnya ialah melayani orang
miskin, memungut uang derma dan menjaga rumah kebaktian.

Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang meninggal
dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting selaku gembala jemaat
dan pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil dan Siria dan dikepalai oleh
seorang Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu badan tetap, yang memilih uskup serta
pembantunya dalam kebaktian dan pemerintahan jemaat.

Pada Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia
adalah seorang iman, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seseorang pengantara,
selain dari pada Yesus Kristus. Saat terbentuk suatu kaum pejabat atau Klerus, segolongan
iman yang mengetahui segala seluk beluk agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang
banyak, yaitu anggota Gereja yang biasa, yang bukan Klerus itu berkuasa karena jabatannya
di padang ilahi asalnya, bukan lagi karena pekabaranya dan pekerjaannya sendiri. Inilah bibit
“pemerintahan Imam” atau Hierarkhia dari Gereja Romawi di kemudian hari.

3. kebaktian

Pada hari pertama suatu minggu, mengapa orang Kristen berkebaktian karena dihari
minggu Tuhan Yesus bangkit, maka jemaat Kristen juga berkumpul pada hari minggu (dari
kata dominggo, artinya Tuhan, bahasa Portugis). Pada zaman itu selalau mengadakan
perjamamuan bersama dalam perkumpulan (Kis 2:26). Jemaat berdoa, menyanyi dan
mendengarkan pembacaan dan penjelasan Alkitab. Pada awalnya sempat timbul kekacauan (1
Kor 14). Lambat laun kebaktian di langsungkan dengan memakai tatacara atau liturgi yang
lengkap. Bagian pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan Firman Tuhan dan Khotbah.
Pemimpin kebaktian (Uskup) mengucapkan syukur atas roti dan cawan, sebab itu dalam
gereja lama Perjamuan itu disebut “eukharistia” (Pengucap syukur).

Jemaat Kristen percaya bahawa Kristus sendiri sungguh-sungguh berada di dalam


Roti dan air anggur, tetapi bagaimanakah beradanya Tuhan itu? Kebanyakan orang Kristen
tentu mengartikannya secara realistis dan magis. Secara realistis itu berarti bahwa roti dan
anggur bukanlah mengiaskan atau melambangkan tubuh dan darah Kristus, melainkan ia
benar-benar dan sungguh-sungguh berada di dalamnya, secara magis ialah pandangan orang
kafir zaman itu, yakni bahwa benda-benda suci seperti itu mengandung suatu khasiat alam
atas atau zat ilahi yang mengatasi alam dunia ini, yang dengan sendirinya memberi berkat
rohani dan jasmani kepada seseorang yang menerimannya. Dengan itu roti dan anggur
dianggap membawa berkat dan karunia Allah, bahkan sebagai obat dan jaminan untuk
mendapat hidup kekal.

Eukharistia mulai di pandang sejalan dengan dan selaku lanjutan dari persembahan
syukur dalam perjanjian Lama. Nama “korban” dan “Mezbah” (altar) kedengaran pula.
Akibat dari pandangan yang salah ini ialah ajaran Gereja Romawi di waktu kemudian tentang
“korban misa”, yang di pandang selaku ulangan yang tak berdarah dari korban Kristus di
Golgota.

Berhubungan dengan sucinya eukharistia itu, tak mungkin lagi perayaan yang kudus
di hubungkan dengan makan bersama baik yang kaya maupun yang miskin akan menikmati
sajian yang ada, dan dipisahkan dengan Perjamuan atau eukharistia yang suci.

4. Ajaran dan Kebajikan

Zaman Rasul-rasul dengan zaman sesudahnya, jikalau kita menyelidiki bagaimana


berita Injil sendiri dipahami oleh jemaat. Ajaran Perjanjian Baru pada umumnya dan ajaran
Paulus pada khususnya, maka Keselamatan manusia bergantung semata-mata pada rahmat
Allah di dalam Yesus Kristus dan bukan pada suatu perbuatan manusia. Pada permulaan abad
ke II pokok utama Injil itu sudah kurang di mengerti orang. Jemaat Kristen tentulah masih
tetap percaya bahwa Allah saja yang dapat memberi keselamatan, tetapi yang di pentingkan
sebenarnya bukanlah lagi kebenaran yang dianugrahkan oleh Tuhan, melainkan usaha dan
perbuatan-perbuatan manusia untuk mencapai kebenarannya sendiri.

Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai Anak Allah,
tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap hidup Kristen menjadi
suatu perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama yang diajarkan oleh Yesus, supaya
amal dan kebajikan itu kelak diganjari oleh Tuhan. seseorang Kristen penting melakukan
perkabaran Injil namun bukan dalam arti dia tetap dibenarkan dihadapan mahkamah Tuhan,
dosanya yang kecil dapat diampuni di dunia ini sesudah ia dibaptiskan, asal ia menyatakan
penyesalannya yang sungguh-sungguh.

Segala amal patut diganjar. Tak mengherankan, bahwa jemaat mulai membedakan
amal-amal itu menurut harga dan pentingnya. Dosa –dosa pun dibedakan ada yang dipandang
berat, yang membawa kepada maut kekal, karena orang yang melakukannya kehilangan
rahmat dan jangan pula disebut dosa ringan, yang dapat ampuni jika orang yang bersalah itu
mengakui dan menyesal.

Gereaja zaman permulaan abad ke II, isalnya kesaksian Uskup Ignatius dari Antiokhia
didalam surat-suratnya yang bersengat, yang ditulisnya takala ia diantar keroma untuk
menghadap kepengadilan Tinggi (kurang lebih 115). Kebebasan dikaruniakan Kristus, yang
telah menjadi manusia dan menderita sensara karena kita, itulah pusat dan dasar agama
Kristen bagi Ignatius. Di kemudian hari ternyata bagian timur dari gereja lama suka
mementingkan mistik, sedangkan gereja dibarat yang bersifat lebih aktif, suka menekan
kepada amalan dan kebajikan. Tetapi pada abad ke II pada umumnya moralisme marajalela,
baik ditimur maupun dibarat.

Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam pikirannya
yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang dengannya akan menjadi
berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang banyak yang ternyata pula dalam
kitab-kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-hikayat tentang perbuatan rasul-rasul, yang
ditambahkan kepada surat-surat Perjanjian Baru yang diakui sah dan resmi didalam Gereja.
Kitab-kitab apokrif itu (seperti Injil orang Ibrani, Injil Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul,
Kisah Petrus dan sebagainnya.

5. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah tersedia
lengkap dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia, Moralisme, salah paham
tentang sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat. Barulah gereja protestan yang menunjuk
kepada jurang perbedaan yang dalam antara berita Perjanjian Baru.

B. DEFINISI GEREJA
Gereja adalah Tubuh Kristus. Persekutuan orang-orang percaya yang mengemban
misi Kristus ditengah-tengah dunia ini. Dia harus berhadapan dengan dunia yang tidak steril
dari kesalahan dan dosa. Dia terpanggil dan ditempatkan di dunia ini agar dunia berubah dan
diperbaharui oleh-Nya. Supaya dia mengalahkan dosa, kejahatan dengan kebaikan. Menjaga
dan memelihara jangan sampai "Gereja" ikut berenang dan bersenang-senang di dalam kolam
dan lumpur dosa tersebut. Semua orang dipanggil masuk ke dalamnya untuk melanjutkan
misi Kristus mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini secara konkrit.

Gereja harus solider dengan semua orang untuk membawa kebaikan dan kebenaran
sehingga kebaikan dan kebenaran menang atas kejahatan. Cinta kasih akan Allah dan sesama
manusia mendasari seluruh kegiatan dan hidup, sehingga manusia tidak mengalami tekanan,
penderitaan dan penindasan. Ini berarti bahwa kepemimpinan di Gereja adalah
kepemimpinan Kristokrasi – kepemimpinan Yesus Kristus, Raja dan Kepala Gereja, yang
seharusnya dilaksanakan berdasarkan pola kepemimpinan Yesus Kristus, tanpa melupakan
Tata Gereja serta peraturan-peraturan pelaksanaannya yang telah disepakati bersama sebagai
alat pengontrol "lalu lintas" kehidupan dalam organisasi gerejawi Gereja adalah kumpulan
umat yang dipanggil oleh Allah dan telah mempunyai iman kepercayaan bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan juru selamat manusia satu satunya melalui kematiannya,
kebangkitannya.
Tujuan gereja sendiri adalah untuk membentuk persekutuan umat Allah, memuliakan Allah
melalui ibadah, mendewasakan umat Allah melalui pengajaran-Nya yang bersumber dari
Firman Tuhan dan tugas penginjilan ke seluruh dunia sehingga semakin banyak orang yang
terpanggil sebagai umat Alla

C. HAKIKAT GEREJA

Mengapa Gereja atau orang Kristen perlu melaksanakan pelayanan kasih? Karena
Allah adalah kasih dan karena kita sudah mengenal kasih Allah tersebut. Juga karena
hakekat manusia. Selain daripada itu, karena hakekat Gereja. Apakah hakekat Gereja itu?

“Ecclesia“. Kata ecclesia dalam Bahasa Yunani ini memiliki arti ‘kumpulan’, ‘pertemuan’,
‘rapat’, namun tidak semata-mata sebagai sebuah kumpulan umat yang biasa. kumpulan
umat yang disebut Gereja ini merupakan kelompok Khusus. Hingga pada akhirnya kata
‘Ecclesia’, ‘Igreja’, ‘Gereja’ ini dimaknai sebagai kumpulan umat yang secara khusus
mendapat panggilan dari Allah.
1. Gereja adalah suatu persekutuan messianis. Gereja harus menampakkan pola rencana
Allah bagi segenap umat manusia, yakni kesejahteraan dan perdamaian. Oleh sebab itu
Gereja perlu berjuang untuk melenyapkan tirani, pertentangan antar kelas, ras, bangsa dan
pemeluk agama.
2. Gereja adalah suatu persekutuan yang bersaksi. Sebelum Gereja melancarkan kritik
terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran yang merajalela dalam masyarakat, Gereja itu
sendiri harus lebih dahulu mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam segenap tingkah
langkahnya. Yesus bersabda: "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua
orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,"
(Matius 5:14-16). Yesus juga pernah bersabda: "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar
itu dari mata saudaramu," (Matius 7:5).
3. Strategi yang diambil oleh Gereja sebagai persekutuan messianis haruslah
strategi yang diambil oleh Yesus, sang Kepala Gereja. Gereja bertindak di dalam dunia
untuk mengubah masyarakat. Untuk itu Gereja janganlah menjadi "serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna," (Roma 12:2). Gereja perlu melihat dirinya sendiri sebagai agen Allah untuk
mengakhiri ketidakadilan dan membawa keadilan sosial ke dalam dunia. Tetapi Gereja
tidak boleh memakai kekerasan, fitnah, dusta, penipuan, ketidaksopanan atau yang sejenis
itu di dalam menegakkan keadilan. Ketika salah seorang muridNya menghunus pedang,
ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, Yesus berkata: "Masukkan pedang itu
kembali ke dalam sarungnya..." (Matius 26:52). Pernah pula Yesus mengajar: "...siapapun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu," (Matius 5:39).
4. Bentuk keprihatinan sosial dalam persekutuan messianis adalah pengabdian

dalam arti yang asli dan yang sebenarnya, yakni "menjadi hamba" seperti halnya Yesus
Kristus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba," (Filipi 2:6-7).

D. KARAKTER GEREJA

John Calvin menyebutkan dua tanda dari Gereja sejati, yaitu pemberitaan firman
Tuhan dan pelaksanaan sakramen. Beberapa kredo Reformed kemudian menambahkan satu
tanda lagi, yaitu disiplin gereja.
Perbedaan ini tidak berarti bahwa Calvin mengabaikan disiplin, sebaliknya, Calvin sangat
menekankan hal ini. Hanya, dia tidak menganggap point ini sebagai salah satu tanda sejati
dari gereja. Ada 7 Karakteristik gereja :
1 . Kristus sendirilah yang menjadi Kepala Gereja. Kristuslah yang memberi petunjuk dan
perintah kepada gerejaNya. Gereja harus menanggapi perintah itu secara positif. Sebagai
Kepala, Kristus memberikan perintah itu melalui Roh Kudus kepada tubuhNya, dan tubuh itu
harus melakukan apa yang dikehendaki oleh Kepala. Jika hubungan tubuh terputus dari
Kepala, maka tubuh akan terputus dari SUMBER kehidupan. (Ef 1:22-23).

2 . adanya hiraraki yang jelas di dalam gereja. Kitab suci mengajarkan bahwa Allah adalah
Kepala dari semua, yang telah memberikan kepada AnakNya kedudukan sebagai pemimpin
(headship) atas gereja (Ef 1:20-23). Saat ini Kristus bekerja di dalam gereja melalui
pelayanan Roh Kudus (Yoh 14:18,26). Ia bekerja melalui para rasul (Ef 2:20) dan pemimpin
gereja selanjutnya (Ef 4:11-12) untuk menjalankan kepemimpinan di dalam gereja dan
memperlengkapi jemaat bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuhNya Perjanjian
Baru menyebutkan bahwa gereja memiliki dua pejabat gereja yang ditahbiskan yaitu Penatua
dan Diakon (Flp 1:1).

3 . Keimamatan dan pelayanan setiap orang percaya. Keunikan dari pekerjan Tuhan saat ini
adalah bahwa Ia tidak membesarkan nama salah satu pemimpin tetapi Ia menggunakan
seluruh Tubuh Kristus menjadi alatNya, dengan penuh kuasa Ia bekerja melalui seluruh
Tubuh Kristus di seluruh dunia. Roh Kudus memberikan karunia-karunia tertentu (spesifik)
kepada setiap orang percaya untuk melayani tubuh Kristus (1 Kor 12:4-11; Ef 4:11-13).

4 . Kitab Suci harus menjadi otoritas utama bagi iman dan praktik kehidupan Jemaat. Rasul
Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan
ajaran yang sehat” (Tit 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajarah sehat
dengan praktek kehidupan sehari-hari (Tit 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau
(didaskalia). Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara
orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat
menghasilkan pertumbuhan dan paktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.

5 . Merupakan kumpulan orang yang telah mengalami pembaharuan (KPR 2:41-42). Gereja
yang memiliki anggota jemaat dalam jumlah besar, tidak identik dengan gereja yang benar.
Ini bisa terjadi jika jemaat yang dimaksud belum mengalami pertobatan atau lahir baru.
Orang-orang yang telah lahir baru disebut murid Kristus. Kristus menginginkan semua
bangsa menjadi muridNya atau mathetes, yaitu para pengikut Yesus atau orang-orang yang
mengaku bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan.
6. Melaksanakan dua ordinansi. Kedua ordinansi (atau sakramen) tersebut adalah baptisan air
dan perjamuan kudus. Walaupun kedua ordinansi ini tidak dimaksudkan untuk mendatangkan
keselamatan atau anugerah tetapi kedua peraturan ini ditetapkan oleh Kristus agar
dilaksanakan oleh gereja (Mat 28:19; 1 Kor11:23-26).

7. Pelaksanaan amanat agung Kristus (Mat 28;18-20). Memperhatikan prioritas dari program-
program dan berbagai aktivitas gereja lokal sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah
gereja telah lupa atau bingung akan misinya sebagai orang-orang percaya. Gereja sibuk,
tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas benar-benar
menghasilkan jiwa-jiwa baru? Gereja sejati adalah gereja yang mengemban misi amanat
Kristus.

Epilog
Sebagaimana disebut di atas, bahwa buramnya gambar gereja sejati disebabkan
berbagai faktor, yang utamanya adalah ketidakjelasan terhadap ekklesiologikal yaitu
pengajaran tentang gereja yang benar menurut ajaran Kitab Suci. Isu ini sangat krusial karena
dengan memahami doktrin gereja yang benar akan mengarahkan para pemimpin gereja dan
jemaat kepada praktek yang benar pula, dengan demikian setidaknya sebagian permasalahan
yang ada di sekitar gereja dapat dicegah dan disikapi dengan lebih bijak.

Akhirnya, penting diingat bahwa gereja adalah kumpulan orang-orang yang tidak
sempurna, yaitu orang-orang yang mengakui bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang
telah diperbaharui (ditebus), ingin bertumbuh dan butuh kasih karunia Tuhan. Memahami arti
dan karakteristik dari gereja yang sejati justru membawa setiap jemaat bisa hidup damai
meski masing-masing memiliki perbedaan dan keragaman dalam berbagai denominasi saat
ini.

E. PERANAN GEREJA

Peran gereja dalam tugasnya sebagai pelayan allah dalam KBBI, kata peranan
memiliki arti yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Sebagai
Pelayan berarti tidak memerintah tetapi melayani, karena di dalam gereja tidak ada istilah
pendetakrasi, penatuakrasi atau majeliskrasi melainkan kristokrasi. Tugas yang diberikan
adalah melayani dan melayani adalah kebalikan dari memerintah (Mat. 20:20-28; Mrk.
10:35-45). Pada waktu Yesus memerintah dibuat oleh orang-orang Farisi, Ia menghendaki
supaya murid-murid-Nya berbuat lain daripada yang dibuat oleh orang-orang Farisi. Ia
melarang mereka untuk menyebut seorang dari mereka “guru”, karena mereka hanya
mempunyai satu Rabbi saja dan mereka semua adalah saudara (bnd. Mat. 23:8). Dengan
demikian, sebagai pelayan ditengah-tengah gereja, kita harus mampu memberikan suatu
keputusan, tetapi bukan atas prinsip dan kemauan sendiri, melainkan dengan kehendak Yesus
yang sesuai dengan Firman Tuhan (wibawa pelayan itu).

F. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB GEREJA

1. Koinonia (bersekutu); merupakan tugas pertama gereja sebagai tempat persekutuan umat
Tuhan dengan sikap saling berbagi dan mengasihi satu sama lain.

2. Marturia (bersaksi); merupaka tugas selanjutnya utuk mejadi saksi karya penyelamatan
Allah terhadap manusia berdosa supaya kabar baik dapat disampaikan kepada semua orang.

Kata SAKSI memiliki dua arti: Orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu
peristiwa atau kejadian. Orang yang dimintai hadir pada suatu peristiwa untuk
mengetahuinya agar suatu ketika apabila diperlukan dapat memberi keterangan yang
membenarkan bahwa peristiwa tersebut sungguh-sungguh terjadi.

Dari kedua arti di atas, kita dapat disimpulkan bahwa saksi selalu menunjuk pada
personal/pribadi seseorang yang mengetahui atau mengalami dan mampu memberikan
keterangan yang benar.

Dengan demikian, menjadi “Saksi Kristus” berarti:

Menyampaikan atau menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus

3. Diakonia (melayani); merupakan tugas gereja untuk melayani siapapun yang ingin datang
kepada Allah. Gereja harus memberikan teladan untuk melayani, karena Yesus sebelumnya
sudah melayani kita terlebih dahulu.

Gereja tidak pernah ada untuk dirinya sendiri, tetapi sebaliknya menjadi tanda
dan saran bagi dunia dan masyarakat. Gereja dipanggil untuk melayani sebagaimana
Yesus sendiri datang untuk melayani. Pada malam perjamuan terakhir, Yesus
menunjukkan diriNya sebagai seorang pelayan atau hamba dengan membasuh kaki para
rasul. Sabda Yesus sendiri dalam Markus bab 10: 45, “Anak manusia datang bukan
untuk dilayani melainkan untuk melayani” mendapat perwujudan yang nyata. Santo
Paulus melukiskan pengalaman Yesus ini dengan mengatakan bahwa “Kristus telah
mengambil rupa seorang Hamba” (Filipi, 2: 7). Dengan demikian menjadi murid Yesus
berarti harus meneladani Yesus dengan cara MELAYANI.

Dasar Pelayanan dalam Gereja


Dasar pelayanan dalam gereja bertumpu pada semangat pelayanan Kristus sendiri.
“Barangsiapa menyatakan diri murid Kristus, ia wajib hidup sama seperti hidup
Kristus.” (I Yohanes bab 2: 6)

Ciri-Ciri Pelayanan Gereja :

1. Bersikap sebagai Pelayan


Dalam Markus bab 9: 35 dikatakan bahwa, “Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari
semuanya.”

2. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru


Gereja (kita) senantiasa menimbah kekuatan dari teladan Yesus sendiri sebagai nafas
hidup kita

3. Option for the Poor.


Perhatian utama pelayanan gereja adalah orang-orang yang miskin namun tetap
memposisikan mereka sebagai subyek yang sederajat dan tetap menghormati harga
dirinya dan bukan mengobyekan mereka (memperlakukan seenaknya)

4. Kerendahan Hati
Seperti Kristus, gereja pun hendaknya melihat diri sebagai hamba yang tak berguna
(Lukas 17: 10)

Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pelayanan gereja dapat bersifat KEDALAM dan KELUAR.

Kedalam meliputi : pembangunan dan pengembangan jemaat atau umat itu sendiri

Keluar meliputi : aspek-aspek kehidupan manusia baik di bidang pendidikan,


kebudayaan, kesejahteraan, politik maupun hukum

SAKRAMEN
1) Sakramen adalah lambang atau symbol

Dalam hidup sehari-hari kita menemukan banyak tanda. Bila kita hendak mengungkapkan
cinta, kita akan memberikan sekuntum mawar. Mawar merupakan sebuah tanda untuk
mengungkapkan sesuatu yang tidak kelihatan yaitu cinta. Begitupun sakramen. Sakramen
merupakan tanda yang kelihatan untuk menjelaskan sesuatu yang tidak kelihatan yaitu cinta
dan karya Allah.

2) Sakramen mengungkapkan karya Tuhan yang menyelamatkan

Allah yang begitu mencintai manusia merupakan Allah yang tidak kelihatan. Ia yang tidak
kelihatan itu kemudian menampakkan diri dalam diri PuteraNya Yesus. Yesus hadir dan
menyapa kita dan kelihatan secara nyata. Melihat Kristus berarti melihat Allah yang tidak
kelihatan itu. Namun setelah kebangkitanNya, Ia tidak kelihatan secara fisik. Yesus lalu hadir
dalam Gereja. Dengan demikian, gereja menampakkan Kristus. Sakramen-sakramen yang
kita terima adalah tangan Kristus yang menjamah, merangkul dan menyembuhkan kita.

3) Sakramen meningkatkan dan menjamin mutu hidup kita sebagai orang Kristiani

Lewat sakramen, kualitas hidup seseorang semakin meningkat. Orang semakin dekat dengan
Tuhan. Perayaan sakramen merupakan PERTEMUAN antara Kristus dan kita. Yang dituntut
dari kita adalah sikap batin yakni kehendak baik untuk melaksanakan apa yang Tuhan
kehendaki.

4) Ketujuh Sakramen:

Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi/Komuni, Sakramen Krisma, Sakramen Tobat

Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen Baptis, Ekaristi dan Krisma merupakan sakramen Inisiasi yaitu sakramen yang
harus diterima seseorang ketika masuk menjadi seorang Katolik. Sakramen Perkawinan dan
Imamat merupakan sakramen Panggilan di mana seseorang memilih pilihan hidupnya.
Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit merupakan sakramen
Penyembuhan.

a) Mengapa ada 7 sakramen:

Angka 7 melambangkan kesempurnaan : Melambangkan seluruh hidup manusia


dari lahir hingga meninggal

Makna dari masing-masing sakramen

Sakramen Baptis

Materi: Air (Forma/Ucapannya: Aku membaptis kamu, dalam nama Bapa, dan Putera dan
Roh Kudus) Maknanya: Membersihkan seseorang dari dosa asal, Menerima seseorang
sebagai anggota gereja

Sakramen Ekaristi/Komuni

Materi: Hosti dan Anggur lambang Tubuh dan Darah Kristus (Forma/Ucapannya:

Terimalah dan makanlah, Inilah TubuhKu yang dikorbankan bagimu. Perbuatlah ini sebagai
kenangan akan Daku. Terimalah dan minumlah, Inilah DarahKu yang dikorbankan bagimu.
Perbuatlah ini sebagai kenangan akan Daku.) Maknanya:

Menyatukan diri kita dengan Kristus

Sakramen Krisma

Materi: Minyak Krisma (dari minyak zaitun dicampur sejenis balsem) (Forma/Ucapannya:
“Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus”.)

Maknanya: Menandakan seseorang telah dewasa imannya Ia siap menjadi saksi Kristus lewat
teladan hidupnya.

Sakramen Tobat

Lewat perbuatan dosa, manusia memilih untuk memisahkan diri dari Allah dan hidup
menurut kehendaknya sendiri tanpa rahmat Allah.

Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis.
Ia tidak layak lagi disebut sebagai anak Allah. Selain itu, dosa ikut mengotori kesucian
Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak.

Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.

Sakramen Perkawinan
Sakramen Perkawinan melambangkan persatuan Kristus dan gereja. Dengan demikian, sifat
perkawinan katolik adalah monogami (seorang perempuan dan seorang laki-laki) dan tak
terceraikan (tidak mengenal perceraian) Materi: Kitab Suci dan Cincin

Sakramen Imamat

Menjadi seorang imam merupakan panggilan khusus. Mereka dengan kemauan pribadi
memutuskan untuk hidup selibat atau tidak menikah demi kerajaan Allah. Mereka juga
menghayati 3 kaul yaitu:

Kaul Kemurniaan: tidak menikah seumur hidup

Kaul Ketaatan: taat terhadap Allah, taat terhadap aturan, taat terhadap pemimpin dan taat
terhadap komitmen/keputusan untuk tidak menikah.

Kaul Kemiskinan: dengan kesadaran berkomitmen untuk hidup sederhana

Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Materi: Minyak Pengurapan Orang Sakit (dari minyak zaitun ditambah balsem)

(Forma/Ucapannya: Peletakan tangan Romo di atas kepala orang sakit.)

Maknanya: Menyatukan penderitaan dengan penderitaan Kristus Sebagai bekal rohani


(viaticum)

Menguatkan orang sakit


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gereja adalah kumpulan umat yang dipanggil oleh Allah dan telah mempunyai iman
kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat manusia satu satunya
melalui kematiannya, kebangkitannya.

Tujuan gereja sendiri adalah untuk membentuk persekutuan umat Allah,


memuliakan Allah melalui ibadah, mendewasakan umat Allah melalui pengajaran-Nya yang
bersumber dari Firman Tuhan dan tugas penginjilan ke seluruh dunia sehingga semakin
banyak orang yang terpanggil sebagai umat Allah.

Tugas dan tanggungjawab gereja

1. Koinonia (bersekutu); merupakan tugas pertama gereja sebagai tempat persekutuan umat
Tuhan dengan sikap saling berbagi dan mengasihi satu sama lain.

2. Marturia (bersaksi); merupaka tugas selanjutnya utuk mejadi saksi karya penyelamatan
Allah terhadap manusia berdosa supaya kabar baik dapat disampaikan kepada semua orang.

3. Diakonia (melayani); merupakan tugas gereja untuk melayani siapapun yang ingin datang
kepada Allah. Gereja harus memberikan teladan untuk melayani, karena Yesus sebelumnya
sudah melayani kita terlebih dahulu.

E. SARAN

Demikianlah pembuatan makalah kami ini, kami berharap semoga pembaca dapat
mengerti dan memahami isi dari makalah ini.

Sistem penugasan seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa seperti kami, karena
kami merasa lebih mandiri dan diberikan kesempatan untuk mencari ilmu dari segala
sumber.

Kami berharap pembaca dapat mengkritik dan memberikan saran pada makalah saya
ini, sehingga pada saat pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/bambangherut0m0b711/5cbf1c9095760e237253fd97/gereja-
arti-dan-tujuan-menurut-alkitab?page=all&page_images=1

http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/10/tugas-dan-tanggung-jawab-gereja-
bagi.html?m=1

https://brainly.co.id/tugas/26892849

Sejarah gereja, Dr. H. Berkhof. Dr. I. H. Enklaar

Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah gereja. Drs. F.D.Willem, M. Th

Gereja dalam pendakian puncak sejarah dunia. Dr. T. B. Simatupang

Aku dan BNKP sebuah renungan. Pdt. Serius T. Lase, MTH

Anda mungkin juga menyukai