Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PERJALANAN MISI RASUL PAULUS DI EFESUS”

Oleh :
- Syely Ronsul
- Prystika Timporok
- Paul Loleng
- Audy David
- Carlos Samola
- Treysia Pangemanan
- Henry Lempah
- Jenny Manurung
- Paul Rotinsulu

SEKOLAH TINGGI ALKITAB GINOSKO


PRODI
TEOLOGI & PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
AIRMADIDI
2023
KATA PENGANTAR

Dalam kehidupan bersosialisasi di era yang modern ini perlu yang namanya perkenalan akan Agama dan
budaya sehingga bisa tercipta suatu kemistri sesama individu, di era modern sekarang banyak yang kita lihat
konflik-konflik di berita dalam negeri maupun di luar negeri tentang perebutan wilayah , budaya dan agama
dan kebanyakan orang sekarang mengemukakan pendapat masing-masing bahwa presepsi benar adalah dari
pendapat mereka sendiri,
Pentingnya pembelajaran mengenai misi ini sangatlah penting untuk semua individu bahkan semua kalangan,
di zaman sekarang era yang modern misi dapat di jangkau dengan genggaman media elektronik, misalnya
media Facebook, instagram, youtube, twitter dan masih banyak media sosial lainnya, misi yang di lakukan
adalah perkenalan secara lembut lewat budaya yang kita alami sekarang dan juga contoh-contoh lain yang bisa
kita lihat dalam terapan misi di dalam gereja, untuk memanggil jiwa jiwa yang belum mengenal Yesus perlu
yang namanya Misi Penginjilan, tidak mungkin untuk menarik jiwa dalam suatu organisasi itu langsung atau
dapat di terima secara instan.
Sejarah misi adalah untuk mencatat aktivitas Allah yang terus-menerus ini di dalam dan melalui gereja-
Nya yang memberikan kesaksian ketika mereka memuridkan seluruh bangsa. Inilah yang kita miliki dalam
kitab Kisah Para Rasul dan sebagian besar Perjanjian Baru sebuah catatan tentang bagaimana Allah mengutus
gereja mula-mula, bahkan melalui penganiayaan, dan menggunakan mereka untuk memberikan kesaksian dan
menjadikan banyak murid di antara diaspora Yahudi dan komunitas Yahudi (orang bukan Yahudi). Jalannya
sejarah misi dengan jelas dinubuatkan oleh Kristus yang bangkit sebelum kenaikan-Nya. Ketika ditanya
tentang pemulihan kerajaan dan akhir sejarah, Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan
menerima kuasa dari Roh dan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke
ujung bumi (Kisah Para Rasul 1: 8).Kisah Para Rasul 1:8 ).Misi diprakarsai dan diberdayakan oleh Roh
Kristus di dalam tubuh Kristus di seluruh dunia. Tujuan utamanya adalah memuliakan Tuhan di antara bangsa-
bangsa ketika orang-orang menjadi murid Yesus yang dibaptis dan melakukan segala sesuatu yang dia
perintahkan. Untuk mencapai tujuan pemuridan ini, aktivitas khusus dari misi adalah gereja memberikan
kesaksian dalam kata-kata dan perbuatan terhadap kabar baik tentang kerajaan penebusan Yesus di seluruh
dunia dan mengupayakan tanggapan yang taat berupa pertobatan dan iman kepada Kristus demi keselamatan
umat manusia. Orang-orang pilihan dan rekonsiliasi mereka dengan Tuhan. Sebagai peristiwa dan aktivitas
Roh Kristus, misi adalah kisah tentang apa yang telah dan terus dilakukan Allah di dunia baik melalui para
saksi yang diutus-Nya maupun di antara mereka yang telah bertemu dan menerima saksi-saksi-Nya. Misi
tidak selalu digunakan secara konsisten di dalam gereja. Sebelum para Jesuit pada abad ke-16 mulai berbicara
tentang “misi” sebagai penyebaran iman mereka di antara mereka yang bukan Katolik Roma, istilah ini secara
eksklusif digunakan untuk merujuk pada pengutusan Putra dan Roh Tritunggal. Kita tidak bisa begitu saja
mengambil definisi langsung dari teks bukti dalam Kitab Suci karena kata “misi”—meskipun berakar dari
kata kerja Latin mittere , yang sesuai dengan kata kerja Yunani apostellein (“mengutus”)—tidak muncul
dalam Alkitab sebagai kata benda .
Oleh karena itu, memaksakan definisi “misi” yang tunggal, konklusif, dan universal tidak diperlukan untuk
mencapai tujuan kita. Berbagai kegunaannya mungkin menekankan tema-tema tertentu karena alasan tertentu
dalam konteks tertentu. Menerima kenyataan ini membebaskan kita untuk dengan rendah hati mengejar
kejelasan dan pengayaan bersama dengan orang lain seiring kita menggunakan istilah “misi” secara beragam.
Tujuan misi bukan sekadar agar gereja memberitakan Injil, melaksanakan sakramen-sakramen, dan
menjalankan disiplin gereja sebagai institusi yang setia; Gereja juga tidak hanya sekedar mengakhiri kelaparan
di dunia, mengasuh anak-anak yatim piatu, dan melindungi mereka yang tidak terlindungi sebagai pengikut
Yesus yang setia. Ini semua adalah kegiatan memberikan kesaksian yang memiliki misi utama untuk
menjadikan murid-murid Kristus yang utuh dan diwujudkan secara budaya di antara bangsa-bangsa. Beginilah
cara Allah dan gereja melakukan pemuridan, “dengan memberikan kesaksian tentang kabar baik tentang
kerajaan penebusan-Nya dan mencari ketaatan dalam bentuk iman yang bertobat dalam nama-Nya” sambil
menunjukkan bagaimana Injil adalah pemenuhan dari setiap kebudayaan berhala. Banyak wacana mengenai
misi ini secara praktek maupun secara lisan, dalam salah satu contoh misi adalah misi Paulus.
Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus di mana dalam tuntunannya kami di beri hikmat pengertian dan akal
budi dan kerja sama yang baik,sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas kelompok dalam bentuk Makalah Ini
sampai selesai,tidak lupa juga kami berterimakasih kepada dosen kami Dr.Sarah Farneyanan M.Th
yang sudah memberikan kami penjelasan dan arahan untuk belajar mengenai misi .
Dari Latar belakang kami sebagai penulis yang berbeda-beda juga ada beberapa kendala dan kesulitan dalam
mencari materi sehingga membutuhkan waktu dalam penyusunan, Puji Tuhan dari semua kekurangan kami,
kami bisa menyelesaikan makalah kami ini.
Kiranya dalam penulisan makala kami ini juga bisa memberi pemahaman lebih untuk pembaca dan juga bisa
di pahami dengan baik oleh pembaca, jika ada kekurangan dalam penulisan maupun kekurangan dalam
materi makalah ini, kami dari kelompok Efesus meminta maaf sebelumnya , ketidak sempurnaan kami sebagai
manusia dalam memberikan materi PERJALAMAN MISI RASUL PAULUS DI EFESUS belumlah lengkap
dan aktual, kiranya dapat di mengerti dan di pahami dan juga bisa menjadi berkat untuk kita semua.
Terimakasih TUHAN YESUS MEMBERKATI .

Malendeng , November 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................................


1.2. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Siapakah Rasul Paulus ?..........................................................................................................................


2.2. Proses Pertobatan Rasul Paulus...............................................................................................................
2.3. Perjalanan Misi Rasul Paulus...................................................................................................................
2.4. Garis Besar ..............................................................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................................
3.2. Saran.......................................................................................................................................................
3.3. Daftar Pustaka.........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagian orang Kristen merasa cukup puas dengan eksistensinya sebagai orang Kristen. Tidak semua
orang Kristen memiliki keinginan untuk mengenal kekristenan lebih Dalam. Tidak semua orang yang
mengaku Kristen mengenal Allah secara benar.
Penelitian yang dilakukan oleh Pew Researh Center menunjukkan bahwa 80% orang Amerika percaya akan
adanya Allah, dan 56% orang Amerika percaya akan Allah yang
Dijelaskan oleh Alkitab. Lebih jauh penelitian ini menjelaskan bagaimana kepercayaan Orang Amerika
tentang hubungan mereka dengan Allah, yaitu 28% mereka berbicara Kepada Allah dan Allah berbicara
kepada mereka, 47% mereka berbicara kepada Allah Tetapi Allah tidak berbicara kepada mereka, 15% mereka
tidak berbicara kepada Allah dan Allah tidak berbicara kepada mereka, 10% tidak percaya adanya Allah, dan
kurang dari 1%
Mereka tidak berbicara kepada Allah tetapi Allah berbicara kepada mereka. Satu Temuan Bahwa hanya 28%
orang Amerika yang percaya bahwa mereka berbicara kepada Allah dan Allah berbicara kepada mereka
menunjukkan bahwa tidak semua orang yang mengaku Mengenal Allah yang dinyatakan dalam Alkitab
sungguh-sungguh mengenal Allah secara Benar. Memang penelitian ini dilakukan terhadap orang Amerika,
tetapi tidak menutup Kemungkinan bahwa orang Kristen di Indonesia sungguh-sungguh mengenal Allah
secara Benar. Fakta Alkitab menunjukkan bahwa orang yang telah mengikut Kristus pun belum Tentu
mengenal Allah secara benar.
Pada usia muda paulus pergi ke Yerusalem, dan menurut kesaksiannya yang tertulis dalam Kisah Para
Rasul Paulus belajar di bawah pimpinan Rabi Gamaliel I yang terkenal (Kis. 22:3).
Dari kata-katanya sendiri di surat Galatia, kita tahu bahwa Saulus “jauh lebih maju” dari banyak temannya,
karena ia “sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya” (Gal. 1:14). Permulaan usaha Saulus
untuk membasmi Gereja bertepatan dengan pembunuhan Stefanus (Kis. 7:58-8:3). Dia tidak saja menganiaya
”laki-laki dan perempuan” di Yerusalem, tetapi dengan surat kuasa Imam Besar (Yusuf Kayafas), dia pergi ke
kota-kota lain untuk melaksanakan tugasnya (Kis. 26:10-11). Pada perjalanan dinas seperti itulah Saulus dari
Tarsus berjumpa dengan Yesus dan bertobat secara luar biasa.”
Latar belakang Teologi Paulus notabenenya Seorang Farisi Tulen, yang taat pada Hukum Taurat, hal ini jelas
ditunjukkan dalam kesaksiann hidupnya dan juga ketrampilannya dalam menafsir (cara penafsiran Yahudi).
Paulus mengadopsi cara berpikir Yunani dalam menyampaikan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Budaya
Yunani adalah budaya yang diagung-agungkan jaman itu, oleh karena itu mengerti budaya Yunani merupakan
satu cara memenangkan mereka.
Dari hasil pelayanan Paulus ke berbagai tempat terlihat bahwa Tuhan juga berkenan memanggil orang-
orang bukan Yahudi (bangsa kafir) untuk masuk dalam persekutuan dengan Kristus. Dan penerimaan itu
adalah tanpa syarat, artinya tanpa harus membuat mereka menjadi orang Yahudi dan mengikuti tradisi Yahudi
(mis:Sunat). Paulus dengan berani memberikan dasar Firman Tuhan agar orang-orang Kristen (baik Yahudi
atau non-Yahudi) memahami pengajaran Alkitabiah dengan benar, bahwa keselamatan adalah semata-mata
karena anugerah melalui iman bukan perbuatan.

Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan
surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motivasi dia untuk
menulis surat tersebut. Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan
masyarakat Efesus Diarsipkan 2021-01-18 pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah
masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah
mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dengan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa
kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini
tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.
Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini penulisnya
menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu
dengan Kristus sebagai kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka
menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia
melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan
hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus,
Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin
oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun
dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai
beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan
yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat
terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya
dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengorbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan
hati-Nya dan kesucian-Nya.
Surat ini diyakini ditulis di akhir musim panas (sekitar Agustus-September) tahun 58 M. Pendapat lain
memberi perkiraan tahun 57-59.Surat Efesus ditemukan pada dua kanon paling tua, susunan Marcion (yang
memberinya judul “Surat Laodikea”) dan Kanon Muratori. Juga dikutip oleh para bapa gereja seperti Klemens
dari Roma, Hermas, Barnabas, Ignatius, dan Polikarpus, demikian pula Tertullian, Klemens dari Aleksandria,
dan Origenes. Naskah ini juga dijumpai di antara surat-surat Paulus pada Papirus 46, salah satu naskah tertua
yang diperkirakan dibuat pada abad ke-2, meskipun ada yang berpendapat dibuat pada tahun 70 M.
Tujuan Penulisan
Dalam Alkitab versi Raja James, Efesus 1:1 menyatakan bahwa surat kepada jemaat di Efesus ditujukan
“kepada orang-orang kudus di Efesus.” Namun, naskah paling awal Kitab Efesus tidak memuat kata-kata “di
Efesus.” Ini menyarankan kemungkinan bahwa Paulus mungkin tidak menuliskan surat tersebut secara khusus
kepada jemaat di Efesus namun kepada beberapa jemaat Orang Suci, termasuk mereka di Efesus. Efesus
menjadi markas Paulus selama perjalanan misionaris ketiganya (lihat Kisah Para Rasul 19:9–10; 20:31), dan
dia merasakan kasih sayang yang dalam bagi orang-orang ini (lihat Kisah Para Rasul 20:17, 34–38).
Dalam surat ini, Paulus berbicara kepada anggota Gereja yang bukan Israel (lihat Efesus 2:11) yang mungkin
adalah orang insaf baru (lihat Efesus 1:15). Dia menulis untuk membantu mengembangkan kerohanian dan
kesaksian dari mereka yang telah menjadi anggota. Tujuan utamanya adalah untuk membantu para orang insaf
ini tumbuh dalam pengetahuan rohani mereka mengenai Allah dan Gereja (lihat Efesus 1:15–18; 3:14–19);
untuk menganjurkan persatuan, terutama antara orang bukan Israel dan orang Yahudi (lihat Efesus 2:11–
22; 4:1–16; 5:19–6:9); dan untuk mendorong para Orang Suci bertahan terhadap kekuatan yang jahat
(lihat Efesus 4:17–5:18; 6:10–18). Banyak Orang Suci di Efesus hidup dengan cukup saleh untuk
dimeteraikan pada kehidupan kekal (lihat Efesus 1:13; Bruce R. McConkie, Doctrinal New Testament
Commentary, 2:493–494).
Kitab Efesus memuat banyak ajaran dan gagasan yang familier bagi Orang Suci Zaman Akhir, termasuk
prapenahbisan, dispensasi kegenapan zaman, Roh Kudus yang Dijanjikan, pentingnya para nabi dan rasul,
gagasan tentang satu Gereja yang sejati dan bersatu, dan beragam jabatan, pemanggilan, dan fungsi dalam
organisasi Gereja. Surat ini juga memuat beberapa ajaran yang paling agung mengenai keluarga yang terdapat
di mana pun dalam tulisan suci. Rasul paulus menuliskan kitab Efesus di tunjukan bukan hanya untuk jemaat
di Efesus tetapi juga kepada kita semua yang bukan jemaat Efesus tetapi menganut ajaran Yesus Kristus ya itu
Kristen. Dalam bacaan makalah ini bisa kita temukan mengenai pengalaman paulus, Paulus mengajarkan
ajaran kepada Jemaat Di Efesus Agar jemaat di Efesus mengenal ALLAH dengan Benar ( Efesus 1:17)
Surat Efesus terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama (Efesus 1-3) berisi pengajaran, khususnya
mengenai penebusan orang percaya, sedangkan bagian kedua (Efesus 4:1-6) berisi pengarahan praktis
mengenai kehidupan orang percaya. Tujuan Paulus menulis surat Efesus adalah agar para pembacanya
mengenal Allah dengan benar, Melalui roh hikmat dan wahyu yang diberikan Allah. Kerinduan Paulus ini
tersirat dalam Doa dan ucapan syukur Paulus (Efesus. 1:15-17).
BAB II
PEMBAHASAN

Penginjilan (atau evangelisme) mengacu pada praktik menyampaikan informasi tentang set tertentu dari
kepercayaan kepada orang lain yang tidak memegang keyakinan itu. Istilah ini sering digunakan dalam
hubungannya dengan kekristenan. Penginjilan dalam Kamus Besar Bahasa indonesia merupakan proses
perbuatan atau cara menginjili.
Dalam bahasa Yunani disebut ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti “Kabar Baik” atau “Berita Kesukaan”,
yang merujuk pada 1 Petrus 1:25 (BIS, TL, & Yunani). Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa
Inggris Kuno gōd-spell yang berarti “kabar baik”, yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari bahasa
Yunani (eu- “baik”, -angelion “kabar”).
Kata Injil dan Alkitab sering digunakan umat Kristen di daerah mayoritas Islam. Kata “Injil” sendiri dalam
Alkitab Terjemahan Baru muncul 124 kali (BIS menggunakan istilah “Kabar Baik”, semuanya di Perjanjian
Baru: 23 kali di keempat Injil, 17 kali di Kisah Para Rasul, 78 kali di Surat-Surat Paulus, 5 kali di Surat-Surat
Lain, dan 1 kali di Kitab Wahyu. Beberapa ayat yang penting yang memuat kata ini antara lain Markus 1:1:
“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.”; Markus 1:15: “”Waktunya telah genap; Kerajaan
Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”; Markus 8:35: “Karena siapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena
Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”; 1 Korintus 9:23: “Segala sesuatu ini aku lakukan karena
Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.”; Matius 24:14: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di
seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”, dan di dalam
Roma 1.
Arti penginjilan yang di kemukakan oleh para Ahli lewat buku Model Penginjilan Rasul Paulus Menurut
Surat Kolose Dalam Menghadapi Praktek Sinkretisme Jemaat contohnya:
•Sevri Lumintang yaitu berbagi cerita memberitakan kabar baik untuk orang lain.
•Billy Graham, Penginjilan mencangkup segala usaha untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus
secara langsung kepada orang lain yang belum percaya kepadaNya sebagai juruslamat ( Markus 16:5).Definisi
istilah Penginjilan juga dalam bukunya mengemukakan: Evangelisasi Berasal dari kata Yunani “evangelion”
kata benda “ Eungelion” sama dengan Kabar kesukaan, artinyakabar kesukaan tentang kerajaan Allah.
•J.I Packer Mendefinisikan Penginjilan Sebagai Memberitakan Injil, Menerima Yesus Sebagai Juruselamat
dan menjadi penyambung lidah Allah kepada orang berdosa.
•Wanger, Sedangkan menurut wanger, penginjilan ialah menemukan orang yang terhilang dan membawa
mereka kembali dengan cara Tuhan.
Ungkapan “Injil Kristus” dalam berjanjian Baru yaitu tentang kabar Mesias; Euangelion adalah kabar baik
tentang kedatangan Yesus Mesias, yang kedatangan, kematian dan kebangkitan Nya mendatangkan
keselamatan bagi orang yang menerima pesan itu .
Istilah lain juga di gunakan Paulus untuk menggambarkan pelayanannya dalam bahasa yunani Katangelo
yang di terjemahkan “memberitakan” . Pesan yang di beritakan adalah “Rahasia Allah” . Tugas pada Zaman
yunani-Rmawi membantu kita memahami pemberitaan kabar baik oleh Paulus. Paulus menggambarkan
dirinya sendiri sebagai “ pemberita” (keryx) . Istilah ini juga menggambarkan sebagai orang yang menyerukan
pesan secara jelas dan bisa di dengar.
Siapakah Rasul Paulus ?

Paulus atau Saulus , yang juga dikenal sebagai Paulus dari Tarsus, Saulus dari Tarsus atau Rasul
Paulus (3 – 67 Masehi) diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan
ajaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus.
“Saulus” merupakan nama Ibrani, yang berasal dari Ibrani: ‫ָׁש אּול‬, translit. Sha’ūl, sementara “Paulus”
merupakan nama Yunani-Romawi, yang berasal dari bahasa Yunani Kuno: Παῦλος, translit. Paũlos
atau bahasa Latin: Paulus. Banyak umat Kristen saat ini yang salah kaprah dan mengira bahwa Saulus
berubah nama menjadi Paulus setelah bertobat, karena nama “Paulus” mulai disebutkan setelah
pertobatan Paulus. Kenyataannya ialah kedua nama tersebut merupakan nama diri tokoh ini. Pada
zaman tersebut, memiliki nama ganda dari dua budaya yang berbeda merupakan hal yang lumrah.
“Saulus” merupakan nama yang diterimanya sebagai orang Yahudi, sementara “Paulus” merupakan
nama yang diterima karena dirinya berkewarganegaraan Romawi, yang diturunkan dari ayahnya. Ia
lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan
teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Paulus menyebut dirinya sebagai “rasul bagi bangsa-bangsa non-
Yahudi” yaitu Bangsa Romawi kuno (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-
suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh
Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini
menimbulkan perselisihan pendapat antara murid-murid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan
mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa
untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi
Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi
hal ini (lihat Galatia 2:11–14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di
Yerusalem yang dipimpin oleh Petrus dan Yakobus, saudara Yesus, yang disebut sebagai Sidang
Sinode atau Konsili Gereja yang pertama (Konsili Yerusalem).Paulus dijadikan seorang penasihat
(orang berdosa) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur,
dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di
antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin
awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya
menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan
penting dalam menjadikan agama Kristen sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai
sekte dari Yudaisme. Jadi agama Kristen adalah murni ajaran Yesus Kristus dan disebarkan Paulus.
Tidak banyak yang mencatat akan kematian Paulus, ada beberapa artikel menyebutkan bahwa paulus
mengalami siksaan dan Alkitab juga tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal.
Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar
pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey, Kewarganegaraan Romawi yang dimilikinya mengizinkan
Paulus menjalani hukuman mati yang lebih cepat yaitu dengan pemenggalan.
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus
di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan
upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru
serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut
Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.
Proses Pertobatan Rasul Paulus
Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah
seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat. Kisah Para Rasul juga mengutip perkataan Paulus yang
menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi"
Pertobatan Paulus dapat diperkirakan antara tahun 33-36 dengan bukti kuat untuk tahun 34 dengan mengacu
pada salah satu suratnya. Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan
menuju Damaskus di mana ia mengalami "pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia
menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24). Pertobatan ini sangat istimewa di
mana kemauan untuk Paulus bertobat awalnya datang dari Tuhan Yesus sendiri setelah itu barulah muncul
niatan bertobat dari Paulus sendiri.
Dicatat bahwa "berkobar-kobar hati Saulus (Paulus dalam bahasa Yunani) untuk mengancam dan membunuh
murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa daripadanya untuk dibawa kepada
majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti
Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum."

 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika Saulus sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar
dari langit mengelilingi dia. Waktu itu adalah tengah hari, dan cahaya dari langit itu menyilaukan.
Saulus mengatakan kepada raja Agripa: "Tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku
melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang daripada cahaya matahari, turun dari langit
meliputi aku dan teman-teman seperjalananku."
 Saulus dan teman-temannya semua rebah ke tanah dan kedengaranlah oleh Saulus suatu suara
yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Suara itu
berbicara dalam bahasa Ibrani, dan berkata lagi: "Sukar bagimu menendang ke galah rangsang."
 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus orang Nazaret yang kau
aniaya itu."
 Maka Saulus berkata: "Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?" Kata suara itu (Saulus
menyebutnya "Tuhan") kepadanya: "Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan
diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu (apa yang harus kauperbuat)."
Dalam penuturannya di hadapan Agripa, Saulus memberitahukan kata-kata selanjutnya dari
Tuhan: "Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi
tentang segala sesuatu yang telah kaulihat daripada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan
kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain.
Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh
iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan."
 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar
suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun. Mereka melihat cahaya dan meskipun
mendengar, mereka tidak mengerti bahwa suara itu berbicara ("tidak mendengar" pembicaraan).
 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; oleh
karena cahaya yang menyilaukan mata itu; Maka kawan-kawan seperjalanannya memegang
tangan Saulus dan harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
 Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum,
dan terus berdoa. Selama itu ia tinggal di rumah Yudas yang berada di jalan yang bernama Jalan
Lurus.
 Setelah tiga hari itu, Saulus mendapat suatu penglihatan di mana ia melihat, bahwa seorang yang
bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat
melihat lagi.
 Ananias adalah seorang murid Tuhan Yesus yang tinggal di Damsyik. Saulus menyebutnya
"seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang
ada di situ." Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku,
Tuhan!" Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah
Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan
ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya
ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi." Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah
kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang
Kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala
untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu." Tetapi firman Tuhan kepadanya:
"Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada
bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan
kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia datang berdiri di dekat Saulus,
menumpangkan tangannya ke atas Saulus, dan berkata: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang
telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu,
supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. Bukalah matamu dan
melihatlah!" Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat
melihat lagi dan menatap Ananias.
 Lalu kata Ananias: "Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui
kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-
Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan
yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu
dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!"
 Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.
Sejak dibaptis kehidupan Saulus berubah drastis dan menjadi pelayan Tuhan yang setia hingga akhir
hayatnya.
Perjalanan Misi Rasul Paulus
Setelah perjumpaannya dengan Yesus dan menjadi buta, Saulus tinggal 3 hari di kota Damaskus, di
mana dia disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus (tahun 34 M) Saulus tinggal
beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.Di kemudian hari dalam suratnya kepada
jemaat di Galatia, Saulus mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian
kembali ke Damaskus. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa
Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: “Bukankah dia ini yang di
Yerusalem mau membinasakan barang siapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini
dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?” Akan tetapi Saulus
semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia
membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu
rencana untuk membunuh Saulus. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang
Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu
malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.
Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut
kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia
dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di
tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik
dalam nama Yesus. Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian
mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara
anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.Dia menjelaskan
dalam Surat Galatia bagaimana 3 tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem (tahun 37 M). Di sana ia
bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24).
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus secara pribadi sebelum
penyaliban-Nya, tetapi dipastikan bahwa ia mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di
hadapan Imam Besar Yahudi. Paulus menegaskan bahwa ia menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan
oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12)
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia itu Paulus mengisahkan bagaimana ia dibantu melarikan diri dari
kota Damaskus pada zaman pemerintahaan raja Aretas dari Nabataea. Raja Aretas (Harithat IV) yang wafat
pada tahun 40 (lihat 2 Korintus 11:32–33) memerintah dari tahun 9 sampai 40 M. Sejarawan Flavius Yosefus
mencatat detail perselisihan antara raja Aretas dengan raja Herodes Antipas mengenai perbatasan.Yosefus
menuliskan Aretas sebagai “raja Arabia Petrea” (Josephus Antiquities 18.5, Whiston 1957:539). Kaisar
Romawi Tiberius berpihak kepada Herodes Antipas dan memerintahkan Vitellius, prokonsul di Suriah, “untuk
berperang melawan Aretas.” Dalam perjalanan Vitellius menerima komunikasi yang mengabarkan kematian
Tiberius, maka ia menarik kembali tentaranya. Tiberius wafat pada tanggal 16 Maret 37 dan pada saat itu
Damaskus berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh Vitellius. Raja Aretas wafat
pada tahun 40 sehingga lolosnya Paulus dari Damaskus terjadi antara tahun 37 dan 40. Belum jelas kapan
Aretas menerima kuasa atas Damaskus dari Kaisar Caligula dalam penyelesaian kasus di Suriah.
Pemerintahan Areta di Damaskus dapat berawal dari tahun 37 berdasarkan penemuan arkeologi berupa mata
uang logam. Dosker menulis: “Waktu Tiberias wafat pada tahun 37, dan mengingat urusan Arabia sudah
tuntas pada tahun 39, jelas bahwa pertobatan Paulus terjadi antara tahun 34 dan 36. Tanggal ini kemudian
menjadi pasti berkat sebuah koin dari Damaskus, dengan gambar raja Aretas dan tahun “101”. Jika tahun itu
mengacu pada era Pompian, berarti sama dengan tahun 37 M, sehingga pertobatan Paulus terjadi pada tahun
34 (T. E. Mionnet, Description des medailles antiques greques et romaines,
Dalam Surat Galatia, Paulus juga menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya (tahun 48 M) ia masuk
kembali ke Yerusalem (Galatia 2:1–10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini,
karena Kisah Para Rasul maupun Surat Galatia tidak memberikan detail jelas. Pada akhir masa ini, Barnabas
pergi untuk mencari Paulus di Tarsus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:25).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, diduga sekitar tahun 45-46 atau 48 M, Paulus dan Barnabas
berangkat ke Yerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia. Menurut Kisah
Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus.
Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut “Kristen”.

Perjalanan Misi Paulus yang pertama : Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi
tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang
mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke
Antiokhia. Di Siprus, nama Yunani “Paulus” mulai dipakai menggantikan nama Yahudi “Saulus”. Di sini
ia memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis 13:8–12) yang berusaha menghalang-
halanginya menyampaikan ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin
kelompok. Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus.

Perjalanan Misi Paulus yang kedua: Dalam perjalanan misi kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas
karena persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat pada tahun 49 M dari
Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan
mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas
di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen
pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun
di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Masa
tinggalnya ini bersamaan dengan waktu Galio menjabat singkat sebagai gubernur (prokonsul) di Akhaya
dari 1 Juli 51 sampai 1 Juli 52. Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat
Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.
Perjalanan Misi Paulus yang ketiga: Selama tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia
dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para
Rasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat.
Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir
57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului
Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena
rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan
bertemu dengan Yakobus di sana.Apolos berkhotbah dengan kuasa (Kis. 18:24–28).
Paulus, pada misinya yang ketiga, mengajar di Efesus selama dua tahun, menginsafkan banyak orang (Kis.
19:10, 18). Di sini dia menganugerahkan karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan (Kis. 19:1–7) dan
melakukan banyak mukjizat, termasuk mengusir roh-roh jahat (Kis. 19:8–21). Di sini penyembah Artemis
membangkitkan kegaduhan menentang Paulus (Kis. 19:22–41). Sebagian dari kitab Wahyu ditujukan kepada
Gereja di Efesus (Why. 1:11).

Penangkapan Paulus: Paulus tiba di Yerusalem tahun 57 membawa uang sumbangan yang dikumpulkan
untuk jemaat di sana dari kota-kota yang dikunjunginya. Ia disambut hangat, tetapi juga ditanya dengan teliti
oleh Yakobus mengenai tuduhan bahwa ia “mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-
bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan
anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat” Yahudi. Paulus dianjurkan untuk melakukan upacara
pentahiran, supaya “semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama
sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat. Tidak berapa lama setelah
sampai di Yerusalem, Paulus ditangkap dengan tuduhan membawa orang-orang bukan Yahudi ke dalam Bait
Allah. Paulus dibawa ke markas tentara Romawi dan dihadapkan kepada gubernur Romawi Antonius Feliks di
Kaisarea. Ia ditahan selama 2 tahun, sampai gubernur yang baru, Perkius Festus, membuka kembali kasusnya
pada tahun 59. Karena tidak mau diadili di Yerusalem, Paulus menyatakan banding kepada Kaisar, sehingga
kemudian ia dikirim ke Roma dengan naik kapal.
Garis Besar
Efesus 1:1–4:16 Paulus menulis tentang prapenahbisan para Orang Suci untuk menerima Injil; dispensasi
kegenapan zaman; memeteraikan oleh Roh Kudus yang Dijanjikan; keselamatan melalui kasih karunia;
dipersatukannya Orang Suci bukan Israel dan Yahudi dalam Gereja; satu Tuhan, satu iman, satu baptisan;
tujuan dari Gereja; dan pengorganisasian Gereja di atas landasan para nabi dan Rasul, dengan Yesus Kristus
sebagai batu penjuru. Paulus mengajarkan bahwa Allah akan mengumpulkan segala sesuatu di dalam Kristus
dalam dispensasi kegenapan zaman.
Efesus 4:17–6:24 Paulus mengimbau para Orang Suci untuk menerapkan ajaran sejati dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dia mengimbau mereka untuk menanggalkan manusia lama (dosa terdahulu mereka) dan
mengenakan manusia baru bagaimana jadinya mereka melalui Kristus. Dia memberikan nasihat kepada istri,
suami, anak, orangtua, hamba, tuan, dan jemaat. Dia mengimbau para Orang Suci untuk “[mengenakan]
seluruh perlengkapan senjata Allah” (Efesus 6:11).

Kedatangan Paulus yang pertama dan tergesa-gesa dalam periode 3 bulan ke Efesus dicatat pada Kisah
Para Rasul 18:19–21. Pekerjaan yang dimulainya kemudian diteruskan oleh Apolos bersama Akwila dan
Priskila. Pada kunjungan kedua di awal tahun berikutnya, Paulus tinggal di Efesus selama "tiga tahun", karena
ia melihat "di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun
ada banyak penentang." dan gereja di sana dibangun dan diperkuat berkat kerja kerasnya di sana. Dari Efesus,
Injil menyebar ke luar daerah "hampir di seluruh Asia (Kecil)." Firman Allah "bertumbuh dan berkuasa
dengan kuat" sekalipun ia mengalami banyak tentangan dan penganiayaan.
Pada perjalanan terakhirnya ke Yerusalem, kapal rasul Paulus berlabuh di Miletus, maka ia mengutus orang
untuk memanggil para penatua jemaat di Efesus untuk datang menemuinya dan ia memberikan wejangan
pengutusan perpisahannya karena tidak berharap dapat melihat mereka lagi.
Berikut adalah sejumlah paralel kata atau frasa khusus yang dapat dilacak antara surat ini dan pesan
pengutusannya kepada jemaat Efesus di Miletus:
1. Kisah Para Rasul 20:19 = Efesus 4:2. ταπεινοφροσύνη tapeinophrosynē, kerendahan hati, rendah hati.
2. Kisah Para Rasul 20:27 = Efesus 1:11. βουλή boulé, maksud (Allah), rencana pasti (ilahi).
3. Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 3:20. δύναμαι dynamai, kuasa, kemampuan, kesanggupan untuk
bertindak.
4. Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 2:20: οἰκοδομέω oikodomeó, dibangun (di atas suatu
landasan/dasar).
5. Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 1:14,18: κληρονομία klēronomia, artinya "warisan, hadiah yang
dijanjikan" (bahasa Inggris: inheritance, heritage) atau "bagian (yang ditentukan-Nya bagi orang-
orang kudus)."
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Akhirnya tiba juga di penghujung dari pembahasan Perjalanan Misi Paulus di Efesus yang ditulis di sini.
Kiranya setiap Firman yang dibagikan boleh menjadi berkat bagi banyak orang yang membaca. Pada makalah
ini, akan tertulis kesimpulan singkat dari apa yang bisa dipelajari dari surat Efesus ini.

Surat Efesus ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Efesus ketika ia sedang dipenjara. Secara umum, surat ini
menceritakan perjalanan kehidupan seorang Kristen. Dimulai dari bagaimana kita dulu hidup dalam kegelapan
dunia, jauh dari terang. Namun Tuhan dengan kasih setiaNya kepada kita manusia, memilih orang-orang
pilihanNya untuk diselamatkanNya. Orang-orang ini diselamatkan oleh karena anugerah Allah, bukan usaha
manusia, melalui iman kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang mati di kayu salib sebagai ganti kita yang
seharusnya meminum cawan murka Allah. Terlebih lagi Paulus membuka rahasia besar bahwa keselamatan
dari Allah ini tidak hanya terbuka untuk orang Israel saja, namun juga untuk seluruh umat manusia di dunia.
Dia sendiri lah yang akan menjaga kita dan menguatkan kita dalam perjalanan kita di dunia ini.

Kemudian Paulus berganti kepada aplikasi langsung. Pada bagian ini Paulus menyebutkan jalan-jalan yang
harus dijalani oleh umat Allah. Mulai dari kesatuan, kebenaran, kasih, terang, kebijaksanaan sampai
penahlukan diri. Semua jalan itu adalah jalan-jalan yang harus kita lalui sebagai jalan untuk bertumbuh
mempersiapkan pekerjaan kita yang sesungguhnya; berperang. Setelah menyelesaikan semua hal tersebut, kita
dituntut untuk dapat berperang bagi Kristus melawan iblis. Untuk itu Paulus menyebutkan perlengkapan yang
harus digunakan untuk kita dapat menang di perang ini.

Surat Efesus ini memberikan pada kita sebuah pegangan, bahwa Allah kita adalah Allah yang berencana.
Setiap dari detail hidup kita Dia ketahui. Oleh sebab itu, setiap detail hidup kita harus kita garap dengan
bimbinganNya, agar menjadi suci dan memuliakan namaNya. Serta kita dapat sedikit lebi hmengerti betapa
anugerahNya menopang hidup kita selama ini. Bagaiamana kita yang dulu gelap dipanggilNya ke terangNya.
Dan pada akhirnya, kita mengerti bahwa hidup kita haruslah berbuah dan buah yang dihasilkan tidaklah sama
dengan dunia ini. Dalam hal inilah kita bsa menyatakan ke dunia bahwa kita adalah umat pilihan Allah yang
dipilihNya sebelum dunia dijadikan untuk menjadi prajuritNya melawan iblis.

Kiranya setiap dari bagian Firman di surat ini boleh kita refleksikan dan kita hidupi. Agar hidup kita boleh
menjadi sebuah korban yang harum di hadapan Tuhan.
Saran
Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini
penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar “Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi,
menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala”
Untuk mengalami mata hati yang diterangi, seseorang terlebih dulu harus menerima Injil sehingga Roh
Kudus mendiami hatinya. Roh Kudus yang mendiami inilah yang Membuat mata hati orang tersebut
diterangi.Orang Kristen tidak cukup berhenti pada penerimaan Injil dan pengakuannya akan Kristus, ia perlu
mengenal Allah lebih dalam. Untuk itu ia memerlukan Roh Kudus yang Memampukannya mengerti hubungan
dirinya dengan Allah sehingga memiliki sikap hidup Berpadanan dengan anugerah yang tersedia tersebut.
Daftar Pustaka
Cetakan Pertama 2021: Model Penginjilan Rasul paulus Menurut Surat Kolose – Dr. Sarah Farneyanan, M. Th
Wikepedia
Google.
Scribd.
https://www.scribd.com/presentation/402522682/Perjalanan-Paulus
Dr. Brian J. Bailey (prajurit Kristus: Efesus)
https://id.everand.com/book/620433130/Prajurit-Kristus-Efesus
Dan sumber Lainnya.

Anda mungkin juga menyukai