Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BACAAN

Nama : Joni Berkat Jaya Zega

Tingkat : I ( Satu )

Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum

Dosen Pengampu : Ibu. Tabita Br Sembiring, M.Th

Laporan Bacaan

Sejarah Gereja

Judul Buku : Sejarah Gereja

Penulis : Dr.H.Berkhof dan Dr.I.H.Enklaar

ISBN : 979-415-097-5

Penerbit : BPK Gunung Mulia

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2006

Tebal Buku : 391 hal

Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa
pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine,
artinya bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru
juga dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi
itu, yang mungkin merintangi kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik,
yang bukan saja digunakan bagi saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi
juga bagi para rasul-rasul dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana
untuk mamasyurkan Nama Tuhan.

Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah bangsa-
bangsa itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat
mundur (baca “Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk
hidup dengan senang sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing,
tetapi keadaan itu kemudian berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah
hilang kuasanya dalam dunia baru yang luas itu. Dasar-dasar Rohani dari kehidupan
manusia terguncang dan tubuh. Tak mengherankan bahwa pada masa peralihan itu
orang dengan bimbang bertanya pada diri sendiri: Apakah yang harus kuperbuat?
Apakah yang boleh kuharapkan supaya selamat didunia ini dan diakhirat? Oleh karena
soal-soal yang demikian, maka minat orang terhadap perkara-perkara Rohani bertambah
besar. Tetapi Agama Yunani dan Romawi yang menjadi agama Negara yang resmi, tak
sanggup memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan orang. Sebagai ganti agama yang
kolot itu mereka asyik mempelajari agama-agama dari bagian timur kekaisaran, yang
baru dikenal sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan negeri-negeri disebelah
timur Laut Tengah (sejak tahun 150 s.M)

Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga  berkembanglah ibadat kepada dewa-
dewa asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa
Osiris dinegeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia
kecil. Ilmu nujum (astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama
rahasia (misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya

Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup
keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum
di timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati
(alamiah) ini, bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah
Tuhan. Demikianlah misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar
Zulkarnain), raja Makedonia yang membawa tentaranya sampai di India (325 s.M),
sehingga namanya masyhur di Asia Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi
lambing keesaan kekaisarannya yang sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah
sesudah mangkat, tetapi kemudian Negara menuntut korban bagi kaisar yang masih
hidup, dari semua penduduk negeri, sebagai tanda dan bukti bahwa mereka setia kepada
kepala Negara dan orang-orang yang dapat dipercaya dalam politik. Siapa yang tak mau
berbakti kepada kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat mengerti bahwa tentunan
Negara ini menjadi pokok perselisihan yang besar antara pemerintah Romawi dan
Gereja Kristen.

Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum kelahiran
Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat
mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal
agama. Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur,
sehingga ia mengajarkan bahwa jiwa berasal dari dunia ilahi yang terang dan murni,
tetapi sekarang terkurung dalam zat benda yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan
berakstase (yaitu jiwa membubung dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas
dan bersukaria dalam suasana ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa
ilahi” Kis 10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha
mengembalikan Rohnya kepada asalnya itu. Jadi filsafat Plato ini juga bersifat
moralistis dan Dualistis-Pantheistis, tak ubahnya dengan kepercayaan rendah dan
sederhana dari rakyat yang kurang terpelajar.

Dasar dan keadaan gereja yang lama. Dari segi kebaktian, Gereja ternyata semakin
dipengaruhi oleh suasana kafir di mana terdapat dua pandangan kafir yang menguasai
kebaktian Kristen pada masa itu terutama Perjamuan Kudus. Selain itu babtisan Kristen
pun diartikan salah, di mana babtisan dianggap sebagai penyucian diri dan pengusiran
setan dari segala pengaruhnya. Dalam abad ke-II, gereja juga mulai berkembang dengan
adanya perayaan tahunan yaitu Pentakosta, Paskah, Epiphanias dan Natal. Dari segi
disiplin gereja, masalah ini dipecahkan di Barat, di mana Montanisme ditolak. Gereja
memberikan pemahaman yang baru bahwa gereja bukan hanya berisi orang-orang yang
suci tetapi juga orang-orang berdosa yang apabila melakukan kesalahan mereka tetap
bisa diampuni dan masuk dalam gereja untuk mengadakan pertobatan. Pusat organisasi
sendiri adalah uskup, yang mengepalai jemaat dalam berbagai kegiatan ibadah maupun
pemerintahan. Dan yang paling penting adalah Uskup Roma, sebab di sana terdapat
jemaat Kristen yang terbesar dan terkaya, serta alasannya lainnya Petrus dan Paulus
mati syahid di sana. Dalam pembahasan mengenai Gereja Ortodoks-Timur, kita
semakin melihat perbedaan antara Gereja Kristen bagian barat dan timur. Di bagian
barat, gereja lebih mementingkan perbuatan seperti amal dan organisasi gereja. Di
bagian timur, gereja lebih mementingkan perenungan baik hal mistik maupun dogma.
Gereja timur hampir tak berubah lagi baik secara lahiriah maupun batiniah. Sedang
Gereja barat terus berkembang dalam susunannya maupun ajarannya. Di sini gereja
Timur menyebut dirinya Gereja Ortodoks atau Gereja Katolik Gerika.

zaman Augustinus (354-430), di mana ia ikut dalam memberikan pengaruh di segenap


gereja sampai saat ini. Di masa remajanya, ia mulai mencari kebenaran yang satu-
satunya. Ia mulai mengikuti sekte Manicheisme, tetapi hatinya tidak dipuaskan oleh
ajaran ini. Suatu waktu, Ia mulai masuk kebaktian Gereja untuk mendengarkan khotbah
Ambrosius. Di sini, ia juga mulai mempelajari filsafat Neo-Platonisme yang
membawanya lebih dekat kepada agama Kristen. Hingga akhirnya ia mendapatkan
kebenaran yang ia cari dalam Injil Gereja Kristen. Pada umur 33 tahun ia dibabtiskan.
Kemudian ia menjadi uskup (395) dan di tempat Ia menghabiskan sisa waktunya ia
menjadi pemimpin besar dari Gereja bagian barat. Di sini ia memperbaharui theologia
Gereja sambil mempengaruhi banyak pemuka Gereja di daerah lain. Di sini Ia juga
berhasil untuk meniadakan ajaran Donatis yang bertentangan dengan ajaran Gereja
Katolik dan memberikan kontribusi pikiran yang luar biasa mengenai relasi gereja dan
negara. Persoalan yang saya perhatikan di sini adalah sekularisme gereja, bercermin dari
pertikaian yang terjadi mengenai diri seorang Paus seolah menggambarkan sosok
Pendeta yang juga menuai cek-cok saat ini. Pertikaian terjadi antar satu dogma gereja
dengan dogma gereja yang lain. Pernah saya jumpai bahwa seorang jemaat awam
bertanya mengenai katakanlah seorang Pendeta yang menggamarkan seorang  Paus
(dalam laporan baca ini) haruslah dari seorang yang berlatar belakang kaya sehingga ia
tidak haus akan uang melainkan menjadikan pelayanannya sebagai pemberian ketulusan
dan prioritas utama, ada pula yang mengatakan bahwa siapa pun bisa menjadi pendeta
dan uang memang selayaknya diberikan kepada pendeta sebagai tanda terima kasih atas
pelayanan yang diberikan karena pendeta tentu saja juga manusia yang memerlukan
uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Di lain sisi, Melanchton berpendapat bahwa ajaran Luther perlu ditambahkan.


Melanchton dan pengikutnya yang disebut Philips mulai cenderung pada pandangan
perjamuan Calvin. Dengan ini timbulah pertikaian antara golongan yang mengaku
Lutheran sejati dengan golongan Philips. Hingga akhirnya kaum Lutheranisme sejati
menang dan menetapkan theologia Luther yang asli. Hal ini mengakibatkan Gereja
Lutheran dengan Gereja Calvinis terputus. Namun ajaran Lutheran mulai surut ketika
ajaran ortodoks dirumuskan dalam Formula Concordiae. Dengan ini lahirlah aliran
mistik. Dengan demikian theologia Lutheran menyimpang dari Sola Fide (oleh iman
saja).

Gereja K.R. yang awalnya di bawah pimpinan Spanyol menolak ajaran Injil tentang
keselamatan oleh rahmat saja. Semangat Yesuit ini menuju kepada pengembalian kuasa
Gereja yang lama. Di bawah pimpinan Perancis, terjadi bentrokan antara paus dan raja.
Gerakan yang terpenting dalam Gereja K.R. adalah Jansenisme, di mana Jansenius
uskup Belgia berusaha mengembalikan Gereja pada ajaran Agustinus dan kesalehan
Kristen yang sejati. Tetapi atas usulan Yesuit, Jansenisme dilarang oleh paus pada tahun
1653. Selain itu orang Jansenis lainnya yaitu Pascal berusaha untuk menguraikan relasi
antara Tuhan dengan manusia. ajarannya bukan bersifat K.R. melainkan injili.
Pandangannya ini kemudian berpengaruh besar bukan dalam Gereja K.R. tetapi dalam
theologia Kristen. Berikutnya di bawah pimpinan Yesuit, keadaan Gereja K.R.
kehidupan rohaninya dimatikan.  Keadaan ini tentu lebih buruk dibanding dengan masa
Reformasi.

Berawal dari Bangsa Portugis, Vasco da Gama mulai mengunjungi kepulauan rempah-
rempah di Maluku untuk pertama kali. Xaverius pun juga mengadakan misionarisnya
dengan membabtiskan beribu-ribu orang. Namun caranya terlampau dangkal. Dengan
ini orang masuk Kristen hanya agar mendapatkan perlindungan dari Bangsa Portugis. 
Ketika Protestan yang berkuasa oleh sebab posisi Portugis yang digantikan oleh
Belanda, membuat semua orang berpindah dari Katolik Roma masuk ke Protestan. Pada
perkembangannya, VOC melakukan usaha Perkabaran Injil. Namun hal ini memperoleh
banyak rintangan. Gereja tak bebas dalam mengatur organisasinya sebab Gereja di
bawah pengawasan dan perintah VOC

Pada abad pertengahan, Bangsa-Bangsa di Eropa Barat dan Utara hanya menerima
begitu saja segala ajaran theologia gereja lama. Namun lambat laun muncullah kaum-
kaum terpelajar yang menuntut theologia di sekolah-sekolah tinggi atau universitas.
Ilmu yang mereka pelajari disebut sebagai ilmu scholastik. Ilmu ini tidak bermaksud
membuat sebuah kepercayaan atau aliran yang baru, melainkan memikirkan dan
mengkritisi kembali segala ajaran theologia lama yang diwarisinya. Mereka berusaha
membuktikan bahwa Allah dapat dijangkau oleh akal budi manusia. Ada beberapa ahli
skolastik ternama, yaitu : (1) Anselmus, yang memiliki semboyan “Aku percaya supaya
aku mengerti”, di mana ia ingin membuktikan adannya Allah. (2) Abelardus, yang
memiliki semboyan “lebih dulu aku harus mengerti, barulah aku percaya”, di mana
dalam hal ini akal budi yang dipakai untuk menilai iman. Dengan ini, Bernhard dari
Clairvaux melawan ajarannya. Scholastik berjaya pada abad ke-XIII, di mana kuasa
gereja juga memuncak. (3) Pada perkembangannya, ajaran Thomas dari Aquino menjadi
puncak usaha menyesuaikan akal budi dengan pernyataan, Aristoteles dengan
Agustinus. Pada tahun 1879, ajarannya disahkan sebagai theologia resmi Gereja Katolik
Roma. (4) Namun, Duns Scotus kemudian mengkritik ajaran Thomas. Ia mengatakan
bahwa tak mungkin akal budi manusia dapat menjangkau Allah yang tak terhingga. (5)
Hingga akhirnya akal budi dibongkar seluruhnya oleh Occam, seorang ahli scholastik
yang beranggapan bahwa manusia hanya dapat bergantung kepada kehendak Tuhan
saja. Di waktu kemudian, scholastik ditolak oleh ahli renaissance dan humanisme.

eorang yang bernama Luther, akhirnya disini menampakkan begitu besar perannya
dalam mengatasi segala persoalan gereja. Berawal dari nazarnya, ia dipakai Tuhan
untuk membuat sebuah perubahan besar bagi jemaat Kristen. Namun, Luther juga
sempat membenci Tuhan ketika ia merasa bahwa pada akhirnya semua manusia akan
dihukum sesuai dengan perbuatannya. Hingga akhirnya, Luther menjawab sendiri
ketakutannya, dengan perkataan yang terdapat dalam Roma 1 : 17. Ia mulai sadar bahwa
Allah memberikan anugerah keselamatan dan hidup yang kekal bagi manusia yang
harus disambut dengan iman. Ia sadar bahwa hanya Firman Tuhan saja yang dapat
membebaskan manusia. Dengan ini, scholastik dan Aristoteles semakin ditolak. Luther
pun melawan penghapusan surat indulgensia yang diperjual-belikan. Dengan adanya
perdebatan, Luther dianggap sebagai penyesat. Namun, ia beruntung karena ia
menyadari bahwa hanya Firman Tuhan (Alkitab) saja yang harus menjadi ukuran dan
patokan, bukan paus atau konsili. Pada akhirnya, Luther memutuskan hubungan dengan
Gereja Roma dan orang mulai sadar bahwa sejarah gereja tidak tergantung pada Roma.
Dari Luther, gereja mendapatkan kebenaran injilnya kembali.

Demikian laporan bacaan ini saya selesaikan dengan pertolongan Tuhan, dan akhir kata
saya ucapkan banyak terimkasih dan shaloom

Anda mungkin juga menyukai