Berkhof
Kata Pengatar
Syukur Luar biasa Penulis Ucapkan Atas Berkat,dan Kasih Karunia Allah Di Dalam Yesus Kristus Yang Penulis Imani dan Penulis Gunakan untuk Menyelesaikan Tugas ini,di mana melalui Kasih yang Penulis Imani itulah Tugas ini dapat terselesaikan dengan baik sehingga dengan selesainya tugas ini membuat dan tanggung-jawab penulis dalam M.Kuliah Sejarah Gereja dapat juga terselesaikan. Hormat dari Hati yang tulus juga Penulis ucapkan kepada Mother A.E.Koamesakh
sebagai Dosen yang mengemban M.Kuliah ini,dimana melalui Beliau Pengetahuan dan wawasan penulis dapat semakin bertambah,serta memampukan saya untuk dapat bertanggungjawab di dalam tugas,Tuhan Di Dalam Tritunggal Allah-Lah kiranya menyertai setiap keadaan Mother baik dalam bekerja maupun di dalam tengah tengah keluarga. Tidak di pungkiri dari Rasa Hormat yang tulus juga Penulis ucapkan kepada Teman teman Anak Sore,terkhusus Tinggkat I Sore,dimana melalui dorongan dan motifasi teman-teman semua Penulis dapat menyelesaikan tugas ini,dengan tepat pada waktu yang telah di tentukan dan di bebankan kepada Saya. Segala Kerendahan Hati Kami,itu-lah yang dapat Penulis sampaiakan kepada semua Pembaca Paper Saya ini,penulis tahu kalo tugas ini masih memiliki kekurangan yang harus Saya perbaiki,untuk itu,kami siap di beri saran,kritikan,untuk Penulis dapat memperbaiki tugas ini,menjadi lebih sempurna.di akhir dari ucapan syukur kami,Penulis Mengucapkan TERIMA KASIH BANYAK
diterima oleh pengikut Yesus ini merupakan kata sindiran yang berisi penghinaan, karena mereka tidak disukai dalam masyarakat (Kisah Para Rasul 11: 6). Pada satu sisi ketika pemberitaaan injil Yesus dinyatakan dalam kehidupan persekutuan dengan sesama manusia, tentunya penguasa penguasa dan pemimpin agama Yahudi tidak menyukai akan kehadiran agama yang baru. Karenanya orang-orang Kristen diburu dan ditangkap, bahkan dibunuh. Kitab Kisah Para Rasul banyak menceritakan tentang penderitaan yang dialami orang-orang Kristen pada waktu itu. Stefanus, Yakobus anak Zebedius, Yakobus saudara Yesus adalah orang-orang pertama yang mati sahid dari perbuatan pemuka agama Yahudi yang tidak menyukai akan penyebaran agama Kristen yang begitu cepat. Dari awal hubungan kekeristenan dan agama Yahudi tidak akur, karena banyak peraturan-peraturan orang Yahudi dilanggar oleh orang-orang Kristen baru. Keadaan ini terus berlangsung sampai dengan menjelang akhir abad pertama dengan terpisahlah agama Yahudi dengan kekeristenan. Demikian pula dalam pemerintahan Romawi, kekeristenan tidak diakui sebagai agama yang resmi, sebagaimana agama Yahudi sebagai agama resmi dan diakui negara. Persekutuan Kristen yang sedang bertumbuh menuntut hak yang sama dengan penganut agama Yahudi. Hak itu tidak dapat diperoleh, karena kekeristenan dianggap anti sosial dan tidak patriot. Akibatnya penyiksaaan, pembunuhan terjadi. Tercatat kaisar Nero, kaisar Kladius. Keadaan ini berlaku sampai dengan abad kedua. Baru di tahun 312 gereja diakui sebagai agama resmi, dengan masuknya Constantianus menjadi orang Kristen. Segala milik gereja yang dirampas oleh Negara, dikembalikan. Kemudian di tahun 380 gereja baru diakui sebagai gereja Negara oleh kaisar Theodosius. Selain dari penyiksaan, pembunuhan yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen, ada juga persoalan di dalam kehidupan kekeristenan sendiri, yaitu mengenai Tentang Hakekat Yesus
dalam hubungan dengan Allah yang terus menerus dipersoalkan sampai dengan abad ke lima. Persoalan tentang Hubungan Gereja dan Negara, persoalan Kepemimpinan Gereja, munculnya kelompok gnostik, mewarnai kehidupan gereja pada masa ini juga. Dari persekutuan-persekutuan yang ada di rumah-rumah, pengikut Kristus bertambah banyak, maka dengan sendirinya terjadi juga gedung-gedung ibadah dan organisasinya makin lebih baik. Selanjutnya muncul jabatan-jabatan baru dalam gereja seperti penilik jemaat, penatua dan diaken. Pada masa ini juga, Gereja-gereja di wilayah Timur memisahkan diri, dengan alasan tradisi yang dibawa, permasalahan hakekat Yesus Kristus, peranan negara di dalam keputusan konsili, dan kepemimpinan di rumah. Hal ini terjadi dengan sendiri, sehingga gereja-gereja orthodoks (Gereja Gerika-Katolik) akan dipimpin oleh sinode atau patriarch. Terlepas dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh gereja baik itu yang berasal dari dalam dan luar gereja, ada satu pertanyaan menarik, kenapa orang orang begitu tetarik pada ajaran rasul-rasul dan pengikut Kristus lainnya ? Kesaksian orang Kristen pada itu yang dikuasai Roh Kudus, mereka memberlakukan kasih Allah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, kepada orang lain. Persekutuan Kristen tidak membedakan orang berdasarkan status sosial yang ada. Dengan kekuatan kasih, gereja berhasil memberlakukan kesamaan derajat antara sesama manusia. Hal ini tidak bisa diberlakukan dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, dan gereja memberi jawab terhadap apa yang menjadi pergumulan mereka tentang jati dirinya sebagai seorang manusia. Gereja memberlakukan kasih ketimbang mempercakapkan tentang hakikat Yesus, yang mungkin sulit diterima orang. Kasih orang Kristen memberi makna bagi kehidupan dan memberi arah kehidupan yang benar.
Pada awal abad ke-17 (1602) VOC yang didukung oleh pemerintah Belanda, mengembangkan perdagangannya di wilayah Indonesia, maka itu juga akan membawa mandat Gereformeed Belanda untuk mengembangkan agama Kristen Protestan Di Indonesia. Selama 1602-1799 satu-satunya gereja yang ada di Indonesia, yang angggota kebanyakan pegawai VOC, dan dari kalangan pribumi sangat sedikit Zaman VOC ada juga pekabar-pekabar injil mencoba masuk ke Indonesia, akan tetapi tidak tidak didukung oleh VOC karena dianggap akan membahayakan kedudukan mereka, apabila orang pribumi menjadi Kristen, akan terjadi pemberontakan. Para penginjil ini bukan orang Belanda, dan tidak tunduk kepada pemerintah. Tetapi perlu dicatat, paling tidak ada aliran Lutheran ada masuk ke Indonesia, namun kemudian mereka akan dihisapkan kepada gereja Negara, De Protestansche Kerk in Nederlandsch- Indie ( Indische Kerk atau GPI). Awal 1800 pemerintah Belanda mengambil alih akan VOC, Gereja Negara (Gereformeerde Kerk menjadi Nederlandsch Hervormde Kerk (NHK) tetap tunduk kepada Pemerintah, dan tetap bercorak Calvinis. Gereja Negara yang menerapkan penjenjangan jabatan, dan pemimpin Gereja adalah pejabat pemerintah. Pada sisi lain, selain hadirnya gereja Negara, ada pekabaran injil yang dilakukan oleh badan sending di Inggris, Jerman, Swiss.dll. Badan zending ini dibentuk oleh anggota gereja untuk mengabarkan injil di Indonesia. Salah satunya yang paling lama bekerja adalah Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) dari tahun 1813-1942. Mereka menginjili di Maluku, Minahasa, Poso, Timor, dan Jawa Timur, Tanah Karo. Hasil pekabaran Injil mereka kemudian hari akan terhisap di dalam GPI. Selain itu, mereka menghasilkan jemaat-jemaat yang sekarang dikenal sebagai GMIH, GMIST, GKI IRJA. Sending NZV menghasilkan GKI Jabar, GKP, GEPSULTRA.
BAB II
manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar. Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri - dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir. Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus,
Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangkasangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem. Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan. Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yangmengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35). A.JEMAAT BERTUMBUH. Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan
perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi. Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukanYahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh,
mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan muridmurid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi.
Daftar Pustaka : 1. Sejarah Gereja, Dr H Berkhof, Dr.I.H. Enklaar, Jakarta, BPK, 1967 2. Berbagai Aliran Di Dalam Dan Sekitar Gereja, Pdt. Dr. Yan S Aritonang Jakarta, BPK, 1995 3. Di Sini Kutemukan, Dr. Sri Wismoadi Wahono, Jakarta, BPK, 1986 4. John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 256 259 5. Merrill C. Tenney Survei Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 2000, Halaman : 110 116