Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EMBRIOLOGI MAMALIA LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mamalia berasal dari bahasa Latin, mammae yang berarti buah dada atau payudara. Jadi,
Mammalia ialah kelas hewan vertebrata yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber
makanan anaknya.
Mamalia muncul di bumi secara tiba-tiba tanpa nenek moyang apapun. Bahkan, para evolusionis
tidak memiliki penjelasan atas asal-usul kelompok mamalia yang berbeda-beda.
Teori evolusi mengemukakan bahwa sejumlah makhluk yang diduga pernah ada, keluar dari laut
dan merubah diri mereka menjadi reptil, dan burung terbentuk dari evolusi reptil-reptil tersebut.
Menurut skenario yang sama, reptil bukan saja menjadi nenek moyang burung, tetapi juga
mamalia. Namun, terdapat jurang pemisah yang besar antara reptil dan mamalia dilihat dari
struktur tubuh keduanya. Di satu pihak reptil bersisik, berdarah dingin dan berkembang biak
dengan bertelur. Sedangkan di pihak lain, tubuh mamalia tertutup rambut, berdarah panas, dan
berkembang biak dengan melahirkan anaknya. Satu contoh yang memisahkan reptil dengan
mamalia adalah struktur rahang mereka. Rahang bawah mamalia terdiri dari hanya satu tulang
rahang bawah dan gigi-gigi terletak pada tulang ini. Sedangkan pada reptil terdapat tiga tulang
kecil pada kedua sisi rahang bawahnya. Satu perbedaan mendasar lainnya adalah semua mamalia
memiliki tiga tulang di dalam telinga bagian tengahnya (yakni martil, landasan dan sanggurdi).
Semua reptil hanya memiliki satu tulang di dalam telinga bagian tengahnya. Evolusionis
menyatakan bahwa rahang dan telinga bagian tengah reptil berevolusi secara bertahap menjadi
rahang dan telinga mamalia. Akan tetapi bagaimana perubahan ini terjadi masih merupakan
pertanyaan yang tak terjawab. Khususnya, pertanyaan tentang bagaimana telinga dengan satu
tulang berevolusi menjadi telinga dengan tiga tulang, dan bagaimana proses mendengar tetap
berfungsi selama perubahan tersebut berlangsung, tidak pernah dapat dijelaskan. Kesemua ini
menunjukkan mamalia juga muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam keadaan telah lengkap,
tanpa nenek moyang apa pun. Ini merupakan bukti nyata bahwa mereka telah diciptakan oleh
Allah. Sedangkan Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek
moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau
marsupial).
Kingdom animalia memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di
muka bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kingdom animalia tersebut adalah mamalia. Pada
umumnya , semua jenis mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya. Jumlah rambut
tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Ada spesies yang seluruh
tubuhnya ditutupi oleh rambut dan ada pula spesies yang hanya memiliki rambut di tempat-

tempat tertentu pada bagian tubuhnya. Mamalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm
atau sering disebut hewan berdarah panas. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.Sebutan mamalia sendiri berasal dari keberadaan
glandula ( kelenjar ) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti
yang kita ketahui bahwa mamalia betina menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan
kelenjar tersebut. Walaupun mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak
memiliki kelenjar mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae , tetapi pada mamalia
jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina.Seperti telah dikatakan
sebelumnya bahwa mamalia merupakan tingkatan tertinggi pada kerajaan hewan. Hal ini
mengakibatkan segala proses yang dilakukan oleh mamalia lebih tinggi daripada jenis animalia
lainnya. Mulai dari sistem pencernaan , pernafasan , peredaran darah , urogenital , hingga sistem
syarafnya. Oleh karena itu perlulah kita mengetahui tentang karakteristik, struktur tubuh, cara
hidup, dan habitat dari class mamalia beserta peranannya dalam kehidupan manusia guna
menunjang pengetahuan kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan embriologi hewan ?
2. Bagaimana proses reproduksi mamalia laut ?
3. Apa contoh perkembangan embrio pada mamalia laut ?
4. Apa saja teknologi yang digunakan manusia untuk melakukan pembudidayaan atau
mempertahankan populasi mamalia laut ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian embriologi hewan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses reproduksi mamalia laut.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui contoh perkembangan embrio pada mamalia laut.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui teknologi yang digunakan manusia untuk melakukan
pembudidayaan atau mempertahankan populasi mamalia laut ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Embriologi

Definisi embriologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh proses tumbuh dan berkembangnya
telur yang telah dibuahi. Tetapi biasanya, embriologi hanya mempelajari proses tumbuh dan
berkembangnya telur yang dibuahi sampai suatu kondisi serupa stadium dewasa yaitu foetus siap
lahir pada hewan tingkat tinggi dan telur yang siap menetas.
Embriologi berasal dari bahasa Yunani , yaitu embryon, embrio, yang berarti belum
lahir, dan-,-logia) adalah ilmu yang tentang perkembangan embrio dari pembuahan sel
telur ke tahap janin.
Embriologi merupakan ilmu dan perkembangan dari cabang biologi yang meneliti pada
pembentukan organ dan sistem binatang, dari sel. Perkembangan embrio dari hewan dimulai
dengan hubungan seksual, sehingga menghasilkan zigot atau telur, yang akan melewati tiga tahap
secara berurutan yaitu : morula, blastokista dan gastrula. Pembentukan dan pengembangan
embrio disebut embriogenesis. Ilmu Ini merupakan disiplin yang berkaitan dengan anatomi dan
histologi.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya
fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi
embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni
berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi
(katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin
jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat
(terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu
dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.

Ovipar (Bertelur)

Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio
mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh
induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa
jenis reptil.

Vivipar (Beranak)

Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus
(rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina
induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui),
misalnya kelinci dan kucing.

Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)

Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang
berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak
akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil
(kadal) dan ikan hiu.

B. Proses Reproduksi Mamalia Laut


Pada dasarnya mamalia yang hidup laut atapun mamalia yang hidup didarat memiliki struktur
anatomi yang hampir sama, hanya saja yang membedakan mereka adalah tempat tinggal atau
biasa kita sebut sebagai habitat.
Lumba-lumba, Paus, dan Dugong adalah beberapa hewan yang masuk dalam kategori mamalia
laut. Sama seperti mamalia di darat, mereka bereproduksi dengan cara melahirkan, menyusui
anaknya, dan bernapas dengan paru-paru.Berbeda dengan ikan yang bernapas dengan insang dan
tidak menyusui anaknya.
Mamalia laut sama seperti mamalia darat yaitu berdarah panas. Karena kondisinya ini, suhu
tubuh akan selalu sama dan tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Sehingga dibutuhkan
beberapa adaptasi untuk bertahan di lingkungan laut yang dingin, seperti:
1. Memiliki blubber, yaitu jaringan kaya lemak yang dapat menghasilkan minyak untuk
menghangatkan tubuh.
2. Memiliki rambut dan bulu.
Jika di karakteristikkan, mamalia laut di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mamalia Laut yang harus kembali ke darat untuk bereproduksi, menyusui, dan
beristirahat. Contohnya: anjing laut, beruang kutub, dan berang-berang laut
2. Mamalia Laut yang menghabiskan seluruh hidupnya di laut. Contohnya: paus, lumbalumba, pesut, manatee, dan dugong

C. Contoh Perkembangan Embrio Pada Mamalia Laut


1. Reproduksi Paus
Paus atau lodan (khusus yang bergigi dan bukan berukuran kecil) adalah sekelompok mamalia
yang hidup di lautan. Sebutan paus diberikan pada anggota bangsa Cetacea yang berukuran
besar. Meskipun dalam bahasa Indonesia paus sering disebut ikan paus, paus sebenarnya
bukanlah tergolong dalam keluarga ikan. Paus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. bernapas melalui paru-paru


2. mempunyai rambut (sedikit, hampir tidak ada bagi paus dewasa)
3. berdarah panas
4. mempunyai kelenjar susu
5. mempunyai jantung dengan empat ruang

1) Alat Reproduksi Dan Proses Perkawinan Pada Paus


Reproduksi merupakan suatu proses dimana organisme menghasilkan individu baru, melalui
material gen, dan memelihara secara berkelanjutan kehidupan individu baru tersebut. Semua
jenis mamalia melahirkan dengan cara pembuahan di dalam (internal fertilization). Selain itu,
semua jenis mamalia memiliki alat kelamin yang terpisah dan karakteristik sexual yang hanya
dimiliki oleh masing-masing jenis kelamin. Mamalia juga memliki struktur dan fungsi sistem
reproduksi yang sangat kompleks, berbeda dengan burung dan reptil.
Pada kelas mamalia, sistem reproduksi jantan memiliki sepasang testis, sepasang kelenjar
reproduksi, sistem pembuluh, dan alat kelamin (penis). Sedangkan pada betina terdiri dari
sepasang induk telur dimana untuk menghasilkan telur dan berbagai hormone, sepasang pipa
Fallopi (oviduk) dimana bertugas sebagai saluran dari induk telur pertama hingga ke yang
terbesar atau disebut uteri (tempat berkembangnya embrio), vagina sebagai gerbang dari sisi luar
tubuh, dan serviks dimana sebagai menyambungkan uterus dan vagina.

Sistem reproduksi pada jantan, testis merupakan tempat berproduksinya sperma (gamet jantan)
dan pembentukan hormon sex jantan (testoteron). Sepasang testis pada mamalia berbentuk oval,
menggantung pada kantung, dan terlindung oleh kulit yang disebut skrotum. Posisi testis pada
mamalia berbeda-beda. Setelah sperma matang, sperma harus disalurkan ke rangkaian pembuluh
lalu berkumpul pada epididimis (gulungan pembuluh yang tinggi yang berlokasi di permukaan
pada masing-masing testis). Pembuluh ini bertugas sebagai saluran sperma dan tempat
penyimpan antara sperma dan jaringan kelenjar sekresi yang diberikan terlebih dahulu untuk
ejakulasi. Penis merupakan alat untuk mengirim sperma ke tubuh betina yang difasilitasi oleh
pembuluh darah yang tinggi. Komposisi penis adalah bentuknya yang silinder dan corpora
cavernosa (didalamnya terdapat darah yang apabila melakukan hubungan sexual akan
mengakibatkan ereksi).

2) Proses kehamilan paus


Perkembangan embrio pada paus
Tahap Embrio Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan sperma),
kemudian terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio dikelompokkan
menjadi beberapa fase, yaitu fase morula, fase blastula, fase gastrula, fase diferensiasi, serta
organogenesis. Kita akan membahas setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya berikut ini.
a) Fase Morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan. Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua
menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak
bersamaan. Pembelahan yang cepat terjadi pada bagian vertikal yang memiliki kutub fungsional
atau kutub hewan (animal pole) dan kutub vegetatif (vegetal pole). Antara dua kutub ini dibatasi

oleh daerah sabit kelabu (grey crescent).setelah pembelahan terjadi pada bagian vertikal,
kemudian dilanjutkan dengan bagian horizontal yang membelah secara aktif sampai terbentuk 8
sel. Pembelahan sel berlanjut sampai terbentuk 16-64 sel. Embrio yang terdiri dari 16-64 sel
inilah yang disebut morula.

b) Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk pada fase
morula. Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut berbeda. Pada kutub fungsional
terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dibandingkan dengan kutub vegetatif. Konsentrasi
sitoplasma yang berbeda menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan hewan selanjutnya.
Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk. Hal ini ditandai dengan
dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi caftan dan disebut blastosol. Embrio yang
memiliki blastosol disebut blastula.
Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi. Setelah fase blastula selesai ditanjutkan dengan
lase gastrula.

c)

Fase Gastrula

Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai menghilangkan
blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat. Akibatnya, sal-sel pada
kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan membentuk dua
formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).
Bagian ektoderm akan menjadi kulit dan bagian endoderm akan menjadi berbagai macam
saluran. Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan selanjutnya,
arkenteron akan menjadi saluran pencernaan pada hewan vertebrata dan beberapa invertebrata.
Bagian luar yang terbuka pada gastrula menuju arkenteron disebut dengan blastofor. Bagian ini
dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut. Pada fase
ini akan terjadi lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir
fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
Berdasarkan jumlah lapisan embrionalnya, hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu hewan
diploblastik dan hewan triploblastik. Hewan diploblastik memiliki dua lapisan embrional, yaitu
ektoderm dan endoderm. Contoh hewan diploblastik adalah Coelenterata (hewan berongga).
Hewan triploblastik memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Mesoderm selalu terletak di antara ektoderm dan endoderm.

d) Diferensiasi dan Organogenesis

Pada fase ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur dan fungsi sel untuk
menjadi jaringan yang spesifik. Proses ini dikendalikan oleh faktor hereditas (gen) yang dibawa
pada saat terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif. Pada akhirnya masingmasing bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi organorgan sebagai berikut:
1. Ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi epidermis, rambut, kelenjar minyak,
kelenjar keringat, email gigi, sistem saraf, dan saraf reseptor.
2. Mesoderm akan mengalami diferensiasi menjadi tulang, jaringan ikat, otot, sistem
peredaran darah, sistem ekskresi misalnya duktus deferens, dan sistem reproduksi.
3. Endoderm akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan epitel pencernaan, sistem
pernapasan, pankreas dan hati, serta kelenjar gondok.

Dalam proses diferensiasi dan organogenesis, bagian yang berdekatan sating mempengaruhi.
Sebagai contoh, bagian mesoderm akan mempengaruhi ektoderm dalam diferensiasi untuk
perkembangan alat gerak, yaitu sebagian berasal dari set ektoderm dan sebagian dari mesoderm.
Setelah tahap embrio selesai, embrio yang disebut janin siap dilahirkan.
Periode kehamilan sekitar 11-12 bulan dan anakan lahir dengan ekor terlebih dahulu dan dekat
dengan permukaan yang panas, air yang dangkal. Anak yang baru lahir memiliki kemampuan
berenang ke permukaan sekitar 10 detik untuk pernafasan pertamanya dengan dibantu induknya
dengan menggunakan sirip. Sekitar 30 menit sejak kelahirannya, anak paus mulai dapat
berenang. Anak yang baru lahir memiliki panjang sekitar 7,6 m dan berat sekita 6-8 ton. Bayi
diasuh/diberikan susu yang dimiliki induknya (40-50% lemak) dan disapih sekitar 7-8 bulan.
Anakan minum 23-90 kg susu tiap hari. Induk dan anak selalu bersama-sama selama setahaun
atau lebih, sampai anakan memiliki panjang sekitar 13 m.
Perawatan induk paus menghasilkan lebih dari 50 galon (200 liter) susu tiap harinya. Kandungan
susu terdapat 35-50% lemak susu dan anaknya memperoleh beat rata-rata hingga 10 pon tiap jam
atau 44 kg tiap harinya. Pada saat 6 bulan dalam setahun dan rata-rata panjangnya mencapai 16
m, anaknya disapih. Paus mencapai kedewasaan sexualnya sekitar 10 tahun.

Di bumi belahan utara, betina memiliki kedewasaan sexual dalam umur 5 tahun dengna panjang
21-23 m. sedangkan jantan mulai dewasa kurang dari lima tahun dan panjang kurang dari betina
hanya sekitar 20-21 m (Wilson and Ruff 1999).

2.

Reproduksi Lumba-Lumba

a. Alat Reproduksi Dan Proses Perkawinan Pada Lumba-Lumba


Reproduksi lumba-lumba dimulai dengan keseluruhan ritual bagaimana pasangan lumba-lumba
pertama kali bertemu. Lumba-lumba paling sering melakukan perkawinan selama musim semi
dimana antara jantan-betina menghabiskan sebagian besar waktu itu untuk bercumbu.

Ketika terjadi kopulasi, lumba-lumba jantan menyentuh bagian belakang lumba-lumba betina
selama beberapa menit, lalu menungganginya dari belakang. Setelah itu, lumba-lumba kawin
kira-kira seperti mamalia lain melakukan perkawinan. Lumba-lumba termasuk salah satu
diantara hewan lainnya yang paling tinggi tingkat seksualitasnya dan tidak monogami. Ketika
terangsang, lumba-lumba jantan kawin beberapa kali dalam satu jam dengan betina yang sama,
tapi tidak selalu. Walaupun begitu, setelah perkawinan, lumba-lumba sibuk berenang dan lumbalumba betina biasanya bergantung pada [pod = kelopak; polong] mereka untuk melindungi
bayinya. Lumba-lumba betina biasanya membantu mengurus bayi dari lumba-lumba lainnya dan
bertindak seperti bidan.

b. Proses kehamilan lumba-lumba


Perkembangan embrio pada lumba-lumba
Tahap Embrio Pada dasarnya perkembangan embrionik lumba-lumba sama dengan masa
emberionik yang terjadi pada mamalia laut lain misalnya paus, hanya saja dibedakan lama masa
kehamilan dari masing-masing mamalia laut tersebut
Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan sperma), kemudian
terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio dikelompokkan menjadi
beberapa fase, yaitu fase morula, fase blastula, fase gastrula, fase diferensiasi, serta
organogenesis. Kita akan membahas setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya berikut ini :
1) Fase Morula

Pada fase ini zigot mengalami pembelahan. Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua
menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak
bersamaan. Pembelahan yang cepat terjadi pada bagian vertikal yang memiliki kutub fungsional
atau kutub hewan (animal pole) dan kutub vegetatif (vegetal pole). Antara dua kutub ini dibatasi
oleh daerah sabit kelabu (grey crescent).setelah pembelahan terjadi pada bagian vertikal,
kemudian dilanjutkan dengan bagian horizontal yang membelah secara aktif sampai terbentuk 8
sel. Pembelahan sel berlanjut sampai terbentuk 16-64 sel. Embrio yang terdiri dari 16-64 sel
inilah yang disebut morula.

2) Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk pada fase
morula. Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut berbeda. Pada kutub fungsional
terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dibandingkan dengan kutub vegetatif. Konsentrasi
sitoplasma yang berbeda menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan hewan selanjutnya.
Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk. Hal ini ditandai dengan
dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi caftan dan disebut blastosol. Embrio yang
memiliki blastosol disebut blastula.
Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi. Setelah fase blastula selesai ditanjutkan dengan
lase gastrula.

3) Fase Gastrula
Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai menghilangkan
blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat. Akibatnya, sal-sel pada
kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan membentuk dua
formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).
Bagian ektoderm akan menjadi kulit dan bagian endoderm akan menjadi berbagai macam
saluran. Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan selanjutnya,
arkenteron akan menjadi saluran pencernaan pada hewan vertebrata dan beberapa invertebrata.
Bagian luar yang terbuka pada gastrula menuju arkenteron disebut dengan blastofor. Bagian ini
dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut. Pada fase
ini akan terjadi lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir
fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
Berdasarkan jumlah lapisan embrionalnya, hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu hewan
diploblastik dan hewan triploblastik. Hewan diploblastik memiliki dua lapisan embrional, yaitu
ektoderm dan endoderm. Contoh hewan diploblastik adalah Coelenterata (hewan berongga).
Hewan triploblastik memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Mesoderm selalu terletak di antara ektoderm dan endoderm.

4) Diferensiasi dan Organogenesis


Pada Ease ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur dan fungsi sel untuk
menjadi jaringan yang spesifik. Proses ini dikendalikan oleh faktor hereditas (gen) yang dibawa
pada saat terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif. Pada akhirnya masingmasing bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi organorgan sebagai berikut:

1. Ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi epidermis, rambut, kelenjar minyak,


kelenjar keringat, email gigi, sistem saraf, dan saraf reseptor.
2. Mesoderm akan mengalami diferensiasi menjadi tulang, jaringan ikat, otot, sistem
peredaran darah, sistem ekskresi misalnya duktus deferens, dan sistem reproduksi.
3. Endoderm akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan epitel pencernaan, sistem
pernapasan, pankreas dan hati, serta kelenjar gondok.
Dalam proses diferensiasi dan organogenesis, bagian yang berdekatan sating mempengaruhi.
Sebagai contoh, bagian mesoderm akan mempengaruhi ektoderm dalam diferensiasi untuk
perkembangan alat gerak, yaitu sebagian berasal dari set ektoderm dan sebagian dari mesoderm.
Setelah tahap embrio selesai, embrio yang disebut janin siap dilahirkan.
Berbeda dengan manusia, bayi lumba-lumba terlahir dengan ekor yang terlebih dulu keluar.
Masa kehamilan seekor lumba-lumba pun lebih lama dari manusia, yaitu mencapai 9 hingga 17
bulan tergantung jenisnya. Bayi lumba-lumba ini akan dirawat dan disusui oleh induknya selama
11 bulan hingga 2 tahun. Selain itu, mereka juga akan tetap berada dekat dengan induknya
hingga usia 3-8 tahun.
Seekor lumba-lumba mampu memiliki hingga 11 anak dalam seumur hidup mereka, dan masih
dapat kawin hingga usia di atas 40 tahun. Harapan hidup lumba-lumba jantan adalah 40 tahun,
dan 50 tahun untuk betina.

D.

Metode Pembudidayaan Yang Bisa Digunakan

Maraknya pemburuan liar terhadap mamalia laut mengakibatkan turunnya populasi dari mamalia
laut itu sendiri, mamalia laut tersebut diburu untuk dikonsumsi atau diambil bagian tubuhnya
yang sekiranya bermanfaat bagi manusia. Misalnya paus yang diburu untuk diambil daging dan
minyaknya, beruang laut yang diburu untuk diambil rambutnya dan ada juga yang diburu untuk
diawetkan. Pengerusakan laut juga menambah penurunan jumlah mamalia laut.
Keadaan itu lah yangb mendorong beberapa ilmuan untuk mengembangkan teknologi yang bisa
membantu mengurangi tingkat angka kematian dari mamalia laut. Saat ini telah ditemukan
bioteknologi inseminasi buatan yang bisa di lakukan pada hewan ternak. Mungkin belum pada
tahap bisa dilakukan pada paus, namun Inseminasi buatan ini bisa diterapkan pada beruang kutub
dan anjing laut.
Inseminasi buatan itu sendiri adalah bantuan manusia dalam meletakan sperma dari hewan
jantan ke rahim hewan betina yang sedang birahi. di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke
dalam vagina (intracervical insemination) atau rahim (intrauterine insemination). Inseminasi
buatan saat ini lebih sering diterapkan pada sapi, kambing, unggas dan hewan ternak lainnya.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Embriologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh proses tumbuh dan berkembangnya
telur yang telah dibuahi. Tetapi biasanya, embriologi hanya mempelajari proses tumbuh
dan berkembangnya telur yang dibuahi sampai suatu kondisi serupa stadium dewasa yaitu
foetus siap lahir pada hewan tingkat tinggi dan telur yang siap menetas.
2. Lumba-lumba, Paus, dan Dugong adalah beberapa hewan yang masuk dalam kategori
mamalia laut. Sama seperti mamalia di darat, mereka bereproduksi dengan cara
melahirkan
3. Teknologi yang dapat digunakan untuk pembudidayaan pada mamalia laut adalah
inseminasi buatan. Inseminasi buatan itu sendiri adalah bantuan manusia dalam
meletakan sperma dari hewan jantan ke rahim hewan betina yang sedang birahi. di mana

sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam vagina (intracervical insemination) atau


rahim (intrauterine insemination).

B.

Saran

Bagi pembaca makalah ini hendaknya menambahkan reperensi lain demi menambah wawasan
para pembaca serta lebih banyak memahami pengertian Embriologi itu sendiri agar menambah
wawasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://fikes.ummgl.ac.id/news/item/164/biologi.html
http://www.kumpulanistilah.com/2011/08/pengertian-embriologi.html
http://jayamstrong.blogspot.com/2011/02/foto-embrio-hewan-yang-menakjubkan.html
http://fakta7.blogspot.com/2011/11/cara-ikan-paus-berkembang-biak.html
http://risnotes.com/2011/12/jangan-menyebut-ikan-paus-atau-ikan-lumba-lumba/
http://lilikhidayati.blogspot.com/2009/08/perkembangbiakan-hewan.html

http://indahalamku.blogspot.com/2010/05/paus-biru-balaenoptera-musculus.html

Anda mungkin juga menyukai