Anda di halaman 1dari 5

B.

Gereja Sebagai Persekutuan Yang Terbuka


Kompetensi Dasar
3.1. Memahami Gereja sebagai Umat Allah dan persekutuan yang terbuka.
4.1. Menghayati Gereja sebagai Umat Allah dan persekutuan yang terbuka

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menemukan perbedaan paham dan ciri khas dari gambaran model Gereja Institusional Hierarkis
Piramidal dengan gambaran model Gereja sebagai PersekutuanUmat Allah.
2. Menjelaskan keanggotaan Gereja beserta peran dan fungsinya masing-masing menurut ajaran Gereja
(Konsili Vatikan II)
3. Merumuskan paham Gereja sebagai persekutuan terbuka dari Kitab Suci Kis 4:32-37 tentang “Cara
Hidup Jemaat Perdana”
4. Menjelaskan konsekuensi arti Gereja sebagai persekutuan yang terbuka denganbersikap inklusif atau
terbuka

Tujuan

1. Melalui pendalaman pengalaman, dan cerita kehidupan, peserta didik menjelaskanpemahamannya tentang
perubahan cara pandang terhadap Gereja

2. Melalui pendalaman ajaran Gereja dan Kitab Suci peserta didik menjelaskan makna Gereja sebagai
Persekutuan yang terbuka menurut ajaran Gereja dan ajaran Kitab Suci

3. Melalui refleksi, peserta didik dapat menghayati Gereja sebagai Persekutuan Umat yang terbuka dalam
hidupnya sehari-hari.

Menggali Pemahaman tentang Perubahan Pandang terhadap Gereja

Mengamati Gambar

1. Apa makna gambar model Gereja yang pertama? (gbr.1.3)


2. Apa makna gambar model Gereja kedua (gbr.1.4)
3. Apa bedanya antara model Gereja institusional dan hierarkis-piramidal dan Gereja persekutuan Umat Allah?
4. Apa pengaruh dari masing-masing model Gereja tersebut?

1. Adakah hubungannya gambar model Gereja pertama dengan gambar model Gereja kedua?
2. Apakah gambar ini menunjukkan adanya perubahan pemahaman tentang model Gereja sekarang ini?
Penjelasan

Gambar-gambar itu menunjukkan dua model Gereja, yaitu model Gereja institusional hierarkis piramidal dan
Gereja persekutuan Umat.

Gereja Umat Allah Model Institusi PiramidalSebelum Konsili Vatikan II Gereja mempunyai model/bentuk
institusional, hierarkis piramidal

- Para hierarki (Paus, Uskup, dan para tahbisan) menguasai Umat.

- Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal, tertata rapi.

- Mereka memiliki kuasa untuk menentukan segala sesuatu bagi seluruh Gereja. Sedangkan Umat hanya
mengikuti saja hasil keputusan hierarki.

- Model ini cenderung “imamsentris” atau “hierarki sentris” artinya hierarki pusat gerak Gereja.

- Gereja model piramidal cenderung mementingkan aturan, lebih statis dan sarat dengan aturan.

- Gereja sering merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan bersikap triumfalistik
(memegahkan diri).

Gereja Umat Allah Model Persekutuan Umat

Setelah Konsili Vatikan II, ada keterbukaan dan pembaharuan cara pandang pada Gereja sebagai persekutuan
Umat.

- Gereja tidak lagi “hierarki sentris” melainkan Kristosentris” artinya Kristuslah pusat hidup Gereja. Sedangkan
kaum hierarki, Awam, dan Biarawan-Biarawati sama-sama mengambil bagian dalam tugas Kristus dengan
cara yang berbeda- beda sesuai dengan talenta dan kemampuannya masing-masing.

- Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua orang. Gereja meyakini bahwa di luar Gereja
pun terdapat keselamatan.

- Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan penekanan pada kolegialitas episkopal
(keputusan dalam kebersamaan).

- Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang mendorong Umat untuk terlibat dan berpartisipasi serta
bekerjasama dengan para klerus.

- Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas Yesus yang melayani para murid-Nya, maka
konsekuensi yang dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah: hierarki yang ada dalam Gereja bertindak
sebagai pelayan bagi Umat dengan cara mau memperhatikan dan mendengarkan Umat. Selain itu keterlibatan
Umat untuk mau aktif dan bertanggung jawab atas perkembangan Gereja juga menjadi hal yang penting.
Maka, hierarki dan Umat/awam diharapkan dapat menjalin kerja sama sebagai partner kerja dalam karya
penyelamatan Allah di dunia.

Gerakan pembaruan yang terjadi dalam Gereja nampak dalam:

- Umat punya hak dan wewenang yang sama (tetapi tetap ada batasnya), khususnya ikut menentukan gerak
kegiatan liturgi di Paroki melalui wadah Dewan Paroki.

- Gerakan pembaruan ini tidak hanya menyangkut kepemimpinan Gereja saja melainkan lebih dari itu
menjangkau masalah-masalah dunia.
- Susunan Kepengurusan Dewan Paroki bukan lagi Piramdal , melainkan lebihmerupakan kaitan yang saling
bekerjasama dan saling melengkapi . Intinya Gereja mengundang orang beriman untuk berkomunikasi terlibat
dan diubah.

Menggali Makna Gereja sebagai Persekutuan yang terbuka Menurut Ajaran Gereja dan Ajaran Kitab
Suci

Ad Gentes / AG art. 10

“Gereja, yang diutus oleh Kristus untuk memperlihatkan dan menyalurkan cinta kasih Allah kepada semua
orang dan segala bangsa, menyadari bahwa karya missioner yang harus dilaksanakannya memang masih amat
berat. Sebab masih ada dua miliar manusia, yang jumlahnya makin bertambah, dan yang berdasarkan
hubungan- hubungan hidup budaya yang tetap, berdasarkan tradisi-tradisi keagamaan yang kuno, berdasarkan
pelbagai ikatan kepentingan-kepentingan sosial yang kuat, terhimpun menjadi golongan-golongan tertentu yang
besar, yang belum atau hamper tidak mendengar Warta Injil. Di kalangan mereka ada yang tetap asing terhadap
pengertian akan Allah sendiri, ada pula yang jelas-jelas mengingkari adanya Allah, bahkan ada kalanya
menentangnya. Untuk dapat menyajikan kepada semua orang misteri keselamatan serta kehidupan yang
disediakan oleh Allah, Gereja harus memasuki golongan-golongan itu dengan gerak yang sama seperti Kristus
sendiri, ketika Ia dalam penjelmaan-Nya mengikatkan diri pada keadaan-keadaan sosial dan budaya tertentu,
pada situasi orang-orang yang sehari-hari dijumpai-Nya”.(Ad Gentes / AG art. 10)

Penjelasan

- Gereja diutus oleh Kristus untuk memperlihatkan dan menyalurkan cinta ka-sih Allah kepada semua
orang dan segala bangsa.
- Sama seperti Yesus, Gereja harus memasuki golongan-golongan manusia apasaja, termasuk keadaan
sosial, budaya untuk mewartakan dan melaksanakankarya keselamatan Allah bagi semua orang.

Menyimak makna Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci

Cara Hidup Jemaat(Kis 4: 32-37; bdk.1 Kor 12: 12 - 27)

32Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidakseorang pun yang
berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama.

33Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka
semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, karena semua orang yang mempunyai
tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa

35dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya.

36Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang
Lewi dari Siprus.

37 Ia menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Pendalaman teks Kitab Suci

1. Apa saja yang menarik dari cara hidup Umat Perdana yang dikisahkan di atas?

2. Gambaran Gereja model apa yang terungkap dari kisah tersebut?

3. Apakah cara hidup Umat Perdana itu dapat kita tiru secara harafiah? Mengapa?

Penjelasan

- Kitab Suci (Kis 4:32-37) di atas memberikan gambaran yang ideal terhadapkomunitas/persekutuan Umat
Perdana.Cara hidup Umat Perdana tersebut tetaprelevan bagi kita hingga sekarang.Kebersamaan dan
menganggap semua adalahmilik bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu.
Yangpokok ialah bahwa semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidakseorang pun menyimpan
kekayaan bagi dirinya sendiri sementara yang lainberkekurangan.

- Mungkin saja kita tidak dapat menirunya secara harafiah, sebab situasi sosial-ekonomi kita sudah sangat
berbeda. Namun, semangat dasarnya dapat kitatiru, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial-ekonomis sesama
saudara dalampersekutuan Umat. Kebersamaan kita dalam hidup menggereja tidak bolehterbatas pada hal-hal
rohani seperti doa, perayaan ibadah, kegiatan-kegiatanpembinaan iman, tetapi harus juga menyentuh
kehidupan sosial, ekonomi, politik,dan budaya seperti yang sekarang digalakkan dalam Komunitas Basis
Gereja.

Menghayati Gereja sebagai Persekutuan Umat yang Terbuka

Menyimak kisah berikut ini:

Pergilah Keluar, Pergilah!

Pada tanggal 19 Mei 2013, sekitar 200 ribu orang-orang dari berbagai organisasi, kelompok, gerakan, hadir di
lapangan Santo Petrus, Vatikan Roma, untuk menghadiri hari yang diperuntukkan bagi merekaMereka datang
dari berbagai Negara dan daerah, untuk beraudiensi dan berdialog dengan Paus Fransiskus. Dalam dialog
dengan Paus Fransiskus, ada empat pertanyaan yang diajukan antara lain:

Pertama, Bagaimana kita bisa sampai tahap kedewasaan iman dan bagaimana carauntuk mengalahkan
kelemahan yang ada dalam diri kita?

Paus Fransiskus menjawab pertanyaan yang pertama dengan sebuah cerita: Saya sungguh mempunyai
keberuntungan karena saya tumbuh dalam keluarga yang mempunyai kehidupan rohani cukup kuat. Walaupun
sederhana yang diajarkan namun secara konkret, dan saya bisa melaksanakannya. Nenek saya, mengajarkan
saya tumbuh dalam iman, ia mengajarkan saya berdoa, menceritakan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan juga tradisi
JUmat Agung, Yesus wafat untuk kita, dan akan bangkit dari kematian-Nya. Saya menerima pewartaan yang
pertama kali dari nenek saya.Iamengajarkan juga untuk menyerahkan rasa takut kepada Tuhan. “Kita
semualemah, namun Tuhan lebih kuat.Dengan-Nya kita akan merasa aman, iman akan tumbuh jika kita hidup
bersama Tuhan”, ujar Paus Fransiskus.

Kedua, Apakah yang paling penting dalam hidup?”

Paus Fransiskus menjawab, “Yesus”. Jika kita berjalan bersama dalam sebuah organisasi/kelompok, tanpa
menyertakan Yesus kelompok tidak akan berjalan. Kita diundang untuk hidup dalam Roh Kudus, jangan terlalu
banyak berbicara, namun kesaksian yang hidup, sangatlah diperlukan”.

Ketiga, Bagaimana caranya Gereja yang miskin dapat membantu yang miskin juga?

Apa yang bisa dilakukan oleh Gereja kepada masyarakat dalam situasi jaman sekarang ini?
Paus Fransiskus menjawab: “Kita harus menghayati Injil dan memberikan yang baik yang bisa kita berikan.
Gereja bukanlah gerakan politik, dan juga bukan sebuah organisasi.Kita bukanlah organisasi kemanusiaan, jika
Gereja menjadi sebuah organisasi sosial/kemanusiaan saja, maka kita kehilangan garam terasa hambar, bila
hanya sebuah organisasi yang kosong.Hal yang membahayakan adalah menutup diri sendiri.Menutup diri
berarti kurang sehat, atau dapat dikatakan sakit.“Gereja harus keluar dari diri sendiri menuju
keberadaannya”.Memang jika keluar, ada berbagai masalah, namun lebih baik daripada Gereja yang menutup
diri, seperti Gereja yang sakit. “Pergilah Keluar, Pergilah!!” Keluar dari budaya keegoisan, budaya sampah,
menuju pada budaya kebersamaan, bertemu dengan yang lain; dengan Yesus dan dengan saudara-saudari, mulai
dari yang miskin, yang kurang diperhatikan, dan yang menderita”.

Keempat, Bagaimana dapat mewartakan iman?

Paus Fransiskus menjawab: “Untuk mewartakan Kabar Gembira, diperlukan dua keutamaan: “Keberanian dan
Kesabaran”, seperti saudara kita Shabhaz Bhatti, seorang pejabat pemerintah Pakistan, yang karena membela
kebenaran dan orang miskin dia dibunuh tahun 2011. Ia telah memberikan kesaksian dengan gagah berani,
sebagai martir. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-Nya, menjadi martir dalam ke- hidupan sehari-hari,
sekecil apapun.Seorang Kristiani harus bisa menjawab dan membedakan mana yang baik dan mana yang
jahat.Kita mencoba untuk menyatu- kan diri bersama saudara-saudari kita yang kurang beruntung.”

Penjelasan

- Yesus adalah pusat Gereja, tanpa Yesus, kita (Gereja) tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.

- Gereja harus keluar dari diri sendiri menuju keberadaannya”.Memang jika keluar, ada berbagai masalah,
namun lebih baik daripada Gereja yang menutup diri, seperti Gereja yang sakit.

Pertanyaan Pendalaman:

1. Apa makna Gereja sebagai persekutuan?


2. Mengapa Gereja sebagai persekutuan Umat harus terbuka?
3. Apa makna Gereja menurut AG, art. 10
4. Apa makna ajaran Kitab Suci tentang Gereja sebagai persekutuan yang terbuka?
5. Apa saja kegiatan yang dapat kamu lakukan untuk menunjukkan bahwa kamuadalah anggota Umat
Allah yang sungguh terbuka kepada temanmu yangberkeyakinan lain?

TUGAS: Refleksi

Membuat sebuah refleksi tertulisberdasarkan bacaan 1 Kor 12: 12 - 27

12:12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun
banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.

12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang
merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

12:14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.

12:15 Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak
termasuk tubuh?

12:16 Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah iatidak
termasuk tubuh?

12:17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran?Andaikata seluruhnya adalah telinga,
di manakah penciuman?

Anda mungkin juga menyukai