Disusun oleh :
Alicia Devita / 02
Angela Irene Kurniadi / 03
Christophe Gabriel / 09
Devanya Tesalonika / 11
Priscilla Simanudin / 27
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus, dimana atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gereja yang
Kudus” ini tepat pada waktunya. Ada pun tujuan kami dalam memuat makalah ini adalah
untuk memenuhi nilai tugas Pendidikan Agama Katholik di sekolah kami, yang diberikan
oleh guru agama kami, Bapak Alfonsius. Selain itu, ada juga tujuan kami membuat makalah
ini adalah untuk menambah wawasan mengenai salah satu sifat gereja, yaitu gereja yang
kudus kepada para pembaca juga penulis.
Kemudian kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alfonsius, selaku
guru agama katholik di sekolah kami, yang telah berkenan memberikan tugas ini sebagai
pelengkapan nilai agama katholik, dan juga sebagai sarana pembelajaran yang baik dalam
bertukar pikiran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami akan sangat senang menerima kritik maupun saran dari para pembaca
agar dapat menciptakan makalah yang lebih baik lagi.
Kelompok 1 Kudus
I. Pengertian
Gereja adalah Kudus. Gereja adalah persekutuan orang yang percaya kepada
Yesus, memberi diri dibaptis dan percaya kepada keselamatan yang ditawarkan kepada
manusia. Persekutuan itu, terdiri atas manusia yang tidak luput dari dosa.
Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus
tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan. Perlu diperhatikan
juga bahwa kategori "kudus" bukan dimaksud dalam arti moral, tetapi "teologi" bukan
soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan "hubungan dengan allah" dengan arti
kita lebih di tuntut dekat kepada yang ilahi itu lebih penting.
Gereja itu “kudus” karena berkat Roh Kudus yang menjiwai-Nya, Gereja bersatu
dengan Tuhan, satu-satunya yang dari diriNya sendiri kudus. Gereja yang kudus berarti
Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang Maha kudus untuk sekarang juga mau
bersatu dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam kekudusanNya.
Kisah Pentakosta mengingatkan kita akan adanya relasi antara Roh Kudus dan
Gereja: Roh Kudus merupakan jiwa Gereja, sebagaimana dalam teks St. Paulus,
Gereja merupakan Tubuh Kristus dan Yesus adalah kepalanya, maka yang namanya
tubuh pun mesti memiliki jiwa.
“Gereja itu kudus bukan karena jasa-jasanya, tetapi karena, dengan dihidupi
oleh Roh Kudus, Gereja tetap memandang Kristus guna menyelaraskan diri kepada-
Nya dan kasih-Nya” (Paus Benediktus XVI).
Kelahiran Gereja berhubungan erat dengan kedatangan Roh Kudus: ini berarti
Gereja lahir berkat kuasa Allah dan kehendak-Nya, dan bukan karena keputusan atau
kehendak manusia. Jadi, asal-usul Gereja bersifat ilahi dan manusia tidak akan
pernah bisa menciptakan gereja.
Setelah mendengar khotbah perdana Petrus, banyak orang bertanya: apa yang
harus kami lakukan? Jawabannya jelas: mereka harus bertobat, dibaptis, dan
menerima Roh Kudus (Kis 2:38). Melalui baptisan, semua dosa dihapus dan mereka
menerima rahmat pengudusan, dan karenanya baptisan menandai awal perjalanan
menuju kekudusan di dalam Gereja. Terdapat hubungan antara pewartaan dan
pertobatan, yang mengarah pada baptisan dan masuknya seseorang menjadi anggota
Gereja. Sekali lagi aspek Gereja yang kudus terlihat jelas: para rasul berperan dalam
mewartakan dan memberikan sakramen untuk menguduskan manusia. Ajaran para
rasul dapat disebut sebagai ajaran yang suci, karena ia membantu kita untuk
menghindari dosa dan memperjuangkan kekudusan.
Penutup
Mungkin sekian yang dapat kami bagikan pada kesempatan kali ini, mohon maaf jika ada
kekurangan. Terima kasih.