Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SAKRAMEN IMAMAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
 AMANDA AMELIA TANASAL (1852042049)
 FIUS SENO LINGGI’ (1867141016)
 IRENIA (1812440008)
 MARSELINA TANDUNG (1892041010)
 SAKA BUBUN (1896141011)
 YANA L (1851140009)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai “Sakramen Imamat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Katolik
oleh P. Bernard Cakra Arung Raya, Pr tanpa adanya halangan yang berarti.

Menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini tidak lain


berkat kerja sama kami dengan baik. Dalam penulisan makalah ini, kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk
dijadikan bahan evaluasi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 23 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 5

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar mengenai “Sakramen
Imamat” hanya saja banyak yang belum mengetahui apa sebenarnya itu Sakramen
Imamat. Apa yang dimaksud dengan Sakramen Imamat? Bagaimana itu
Sakramen Imamat? Siapa saja yang menerima Sakramen Imamat? Ada banyak
pertanyaan mengenai Sakramen Imamat yang timbul dalam pikiran kita, maka
dari itu kami membuat makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agama, juga sekaligus untuk mengenalkan mengenai Sakramen Imamat kepada
pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa pengertian sakramen imamat?


B. Apa yang terjadi dalam tahbisan?
C. Bagaimana Gereja memahami sakramen Tahbisan?
D. Apa saja macam-macam sakramen imamat?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian sakramen imamat


B. Untuk mengetahui apa yang terjadi dalam tahbisan
C. Untuk mengetahui pemahaman Gereja mengenai sakramen
Tahbisan
D. Untuk mengetahui macam-macam sakramen imamat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sakramen Imamat


Sakramen Imamat atau Tahbisan adalah suatu sakramen dimana perutusan
yang dipercayakan Kristus kepada Rasul-rasulnya dilanjutkan sampai akhir
zaman. Ada 3 struktur sakramen tahbisan yaitu tahbisan diakonat (Diakon),
presbiteral (Imam/Pastor) dan episkopat (Uskup).
Sakramen imamat diterima oleh seseorang sekali dalam seumur hidup.
Dengan sakramen ini maka seorang manusia diangkat untuk mengabdikan
hidupnya sebagai citra Kristus. Gereja menyatakan ini dengan berkata bahwa
seorang imam, berkat sakramen tahbisan bertindak atas nama Kristus. Menjadi
konfigurasi Kristus selaku kepala gereja dan imam agung, serta menganugrahkan
baginya kuasa, sebagai asisten uskup setempat, untuk merayakan sakramen-
sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa ekaristi. Hanya
uskup yang boleh melayani sakramen ini.
Imamat ini adalah satu pelayanan. Adapun tugas yang oleh Tuhan
diserahkan kepada para gembala umatnya, sungguh-sungguh merupakan
pengabdian. Ia ada sepenuhnya untuk Allah dan manusia. Ia bergantung
sepenuhnya dari Kristus dan imamatnya yang satu-satunya ditetapkan demi
kesejahteraan manusia dan persekutuan gereja. Sakramen tahbisan menyampaikan
satu kuasa kudus, yang tidak lain dari kuasa Kristus sendiri. Karena itu,
pelaksanaan kuasa ini harus mengikuti contoh Kristus, yang karena cinta telah
menjadi hamba dan pelayan untuk semua orang.

Orang-orang yang berkeinginan menjadi imam dituntut oleh Hukum


Kanonik (Kanon 1032 dalam kitab Hukum kanonik) untuk menjalani suatu
program seminar yang selain berisi studi filsat dan teologi sampai lulus, juga
mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani , berbagai
retre, pengalaman apostolat (semacam Kuliah Kerja Nyata), dst. Proses
pendidikan sebagai diakon permanen diatur oleh konferensi Wali Gereja
(konferensi Uskup) terkait; yaitu Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) kalau di
Indonesia.

5
 Menurut buku ……
Sakramen Tahbisan / Imamat merupakan pusat dan puncak seluruh
kehidupan sakramental-liturgis Gereja. Sakramen-sakramen lain, dengan cara dan
dasar yang berbeda-beda, merupakan syarat untuk dapat ikut serta dalam perayaan
Ekaristi. Pemimpin perayaan itu diangkat dengan Sakramen Tahbisan. Tanpa
Imam sebagai pemimpin, kebaktian umat tidak diakui sebagai perayaan resmi
Gereja. Bukan dalam arti bahwa Imamlah yang membuat Ekaristi, tetapi Imam itu
pemimpin umat yang membuat pertemuan menjadi resmi. Dengan demikian
perayaan Ekaristi juga menjadi ibadat resmi Gereja atau Sakramen.
 Menurut Wikipedia
Sakramen Penahbisan/imamat adalah sakramen yang dengannya seseorang
dijadikan Uskup, Imam, atau Diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan
sebagai citra Kristus (In persona Christi). Hanya Uskup (termasuk juga Patriark
dan Paus) yang berhak dan boleh melayankan Sakramen ini.
Penahbisan juga merupakan rangkaian upacara dalam suatu masyarakat
atau komunitas untuk meresmikan pengutusan bagi seseorang atau beberapa
orang untuk menjalankan suatu tugas.imamat juga bisa berarti sebuah cara
penerimaan seorang ke dalam suatu struktur. Praktik penahbisan ini pada
umumnya dilakukan untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin baik di
masyarakat maupun dalam komunitas. Cara penahbisan yang dilakukan
bergantung pada kepercayaan dari komunitas atau masyarakat tersebut. Salah satu
contohnya adalah apabila dalam suatu kebudayaan menekankan mengenai
hubungan dengan yang ilahi maka orang yang ditahbiskan kemungkinan besar
adalah imam. Dalam beberapa agama atau masyarakat, diadakan syarat-syarat
untuk para kandidat sebelum mereka ditahbiskan. Terkadang dalam beberapa
kebudayaan syarat tersebut didasarkan pada keturunan. Kandidat yang hendak
ditahbiskan juga sangat bergantung pada kebudayaan dari masyarakat tersebut,
apabila masyarakat tersebut menganut paham patriakal maka yang ditahbiskan
dikhususkan untuk laki-laki tetapi ada juga yang tidak demikian. Persyaratan lain
adalah kecocokan akan orang yang hendak ditahbiskan dengan tugas yang hendak
ia laksanakan. Dalam beberapa tradisi, hal ini bisa dilakukan dengan
mendemonstrasikan kemampuan dari sang calon, tetapi juga ada yang melalui

6
beberapa tahap yang berupa pelatihan. Orang yang telah ditahbiskan ini
kemudian akan memperoleh gelar baik dalam masyarakat maupun agama,
seperti pendeta, imam, presbiter, dan sebagainya.
B. Apa yang terjadi dalam tahbisan ?
Seseorang yang menerima tahbisan suci melalui penumpangan tangan
uskup mendapatkan karunia Roh Kudus yang memampukan dia untuk bertindak
atas nama Gereja Kristus. Menjadi Imam tidak boleh disempitkan hanya sebagai
pelayan. Melalui tahbisan suci, seorang imam mendapatkan tugas perutusan untuk
menguatkan iman saudara-saudaranya.
C. Bagaimana Gereja memahami sakramen Tahbisan?

Para Imam Perjanjian Lama melihat tugasnya sebagai pengantara perkara


surgawi dan duniawi, antara Allah dan umat-Nya. Pada zaman Perjanjian Baru,
Kristus menjadi “satu-satunya pengantara Allah dan manusia (1Tim 2:5). Dia
menyempurnakan dan mengakhiri imamat Perjanjian Lama. Sesudah Kristus,
imamat hanya ada di dalam Dia, dalam pengorbanan-Nya di kayu salib, dan
melalui panggilan serta perutusan yang datang dari-Nya.
Seorang Imam Katolik yang melayani sakramen bertindak bukan atas
dasar kekuatan atau kesempurnaan moralnya sendiri (yang sayangnya selalu
kurang sempurna), namun bertindak in persona Christi (dalam nama Kristus).
Melalui tahbisannya, kuasa Kristus yang mengubah, menyembuhkan, dan
meyelamatkan itu ditanamkan kepada para imam. Karena para imam tidak
memiliki apa-apa dari miliknya sendiri, maka seorang imam terutama adalah
pelayan. Oleh karenanya, setiap imam sejati, dalam dirinya, harus tumbuh rasa
kagum pada panggilan imamat yang dijalani dengan kerendahan hati.

D. Macam-macam Sakramen Tahbisan


Sakramen tahbisan memiliki 3 tingkatan :

1. Uskup (episkopat)
2. Imam (presbiterat)
3. Diakon (diakonat)

7
1. Apa yang terjadi dalam tahbisan uskup?
Tahbisan uskup adalah kepenuhan sakramen tahbisan yang diterimakan
kepada seorang imam. Dengan tahbisan uskup, ia ditetapkan sebagai penerus para
rasul dan masuk dalam kolegialitas para uskup. Bersama uskup-uskup lain dan
paus sejak menerima tahbisan Ia bertanggung jawab terhadap seluruh gereja.
Secara khusus gereja member tugas untuk mengajar menguduskan dan
memimpin.

2. Apa yang terjadi dalam tahbisan imam?


Dalam tahbisan imamat, uskup memohon turunnya kuasa Allah atas para
calon tertahbis. Tahbisan ini menjadi seperti materai tak terhapuskan dalam diri
para imam. Sebagai pembantu uskup, para imam mewartakan Sabda Allah,
melayani sakramen-sakramen, dan yang terpenting merayakan Ekaristi Kudus.
Upacara tahbisan dimulai dengan pemanggilan para calon imam dengan
namanya. Setelah homili uskup, calon imam berjanji akan taat kepada uskup dan
pengganti-penggatinya. Tahbisan benar-benar terjadi oleh penumpangan tangan
uskup atas mereka dan doa tahbisan oleh uskup.

3. Apa yang terjadi dalam tahbisan diakon?


Dalam tahbisan diakon, si calon diangkat untuk pelayanan khusus dalam
sakramen Tahbisan. Dia menghadirkan Kristus yang datang “bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28). Dalam liturgy tahbisan, tertulis tugas
diakon : “Sebagai pelayan Sabda, altar, dan amal kasih, Diakon akan menjadikan
dirinya hamba bagi semua.”

Diakon pertama adalah martir Santo Stefanus. Ketika Para Rasul merasa
kewalahan atas banyaknya tugas pelayanan, mereka menunjuk tujuh orang “untuk
melayani meja”. Lalu, mereka ditahbiskan. Yang pertama disebut adalah Stefanus
“Penuh kasioh karunia dan kuasa”, dia melakukan banyak hal untuk imam yang
baru dan bagi mereka yang miskin dan menderita. Selama berabad-abad, diakon
semata-mata merupakan tingkat tahbisan dalam imamat, namun sekarang
merupakan panggilan bebas, baik bagi kaum selibat maupun laki-laki yang
menikah. Di satu sisi, hal ini menekankan kembali pelayanan sebagai karakteristik

8
Gereja, di sisi lain, dapat membantu tugas para imam seperti pada Gereja Perdana,
dengan melakukan pelayanan pastoral dan sosial. Tahbisan diakon juga
merupakan lambing seumur hidup dan tidak dapat dibatalkan pada laki-laki yang
ditahbiskan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sakramen Imamat disebut juga “sakramen tahbisan” atau “sakramen


penahbisan”. Pada dasarnya panggilan sebagai imam berlaku untuk semua orang
yang sudah dibaptis,namun tuhan menunjuk orang-orang pilihan-Nya untuk
menjadi imam tertahbis (imam jabatan). Yesus menunjuk secara khusus imam
yang ditahbiskan untuk melanjutkan karya-Nya di dunia sampai akhir jaman, dan
juga untuk melayani imam bersama. Marilah pada saat ini kita semua berdoa,
teristimewa bagi imam para paroki kita yang bekerja untuk melaksanakan karya
Allah, agar dengan rahmat Tuhan mereka boleh memancarkan pribadi kristus
sendiri, atas nama siapa mereka bertindak dalam merayakan sakramen-sakramen.
Kita pun patut berdoa bagi para imam yang telah meninggal karya pastoral aktif
mereka, agar, jika mungkin, mereka kembali pada panggilan mereka
melaksanakan anugerah agung imamat yang mereka terima.

10
DAFTAR PUSTAKA

YOUCAT Indonesia katekismus popular

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penahbisan

https://id.wikipedia.org/wiki/Sakramen_Imamat_(Gereja_Katolik)

11

Anda mungkin juga menyukai