SAKRAMEN IMAMAT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
AMANDA AMELIA TANASAL (1852042049)
FIUS SENO LINGGI’ (1867141016)
IRENIA (1812440008)
MARSELINA TANDUNG (1892041010)
SAKA BUBUN (1896141011)
YANA L (1851140009)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai “Sakramen Imamat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Katolik
oleh P. Bernard Cakra Arung Raya, Pr tanpa adanya halangan yang berarti.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menurut buku ……
Sakramen Tahbisan / Imamat merupakan pusat dan puncak seluruh
kehidupan sakramental-liturgis Gereja. Sakramen-sakramen lain, dengan cara dan
dasar yang berbeda-beda, merupakan syarat untuk dapat ikut serta dalam perayaan
Ekaristi. Pemimpin perayaan itu diangkat dengan Sakramen Tahbisan. Tanpa
Imam sebagai pemimpin, kebaktian umat tidak diakui sebagai perayaan resmi
Gereja. Bukan dalam arti bahwa Imamlah yang membuat Ekaristi, tetapi Imam itu
pemimpin umat yang membuat pertemuan menjadi resmi. Dengan demikian
perayaan Ekaristi juga menjadi ibadat resmi Gereja atau Sakramen.
Menurut Wikipedia
Sakramen Penahbisan/imamat adalah sakramen yang dengannya seseorang
dijadikan Uskup, Imam, atau Diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan
sebagai citra Kristus (In persona Christi). Hanya Uskup (termasuk juga Patriark
dan Paus) yang berhak dan boleh melayankan Sakramen ini.
Penahbisan juga merupakan rangkaian upacara dalam suatu masyarakat
atau komunitas untuk meresmikan pengutusan bagi seseorang atau beberapa
orang untuk menjalankan suatu tugas.imamat juga bisa berarti sebuah cara
penerimaan seorang ke dalam suatu struktur. Praktik penahbisan ini pada
umumnya dilakukan untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin baik di
masyarakat maupun dalam komunitas. Cara penahbisan yang dilakukan
bergantung pada kepercayaan dari komunitas atau masyarakat tersebut. Salah satu
contohnya adalah apabila dalam suatu kebudayaan menekankan mengenai
hubungan dengan yang ilahi maka orang yang ditahbiskan kemungkinan besar
adalah imam. Dalam beberapa agama atau masyarakat, diadakan syarat-syarat
untuk para kandidat sebelum mereka ditahbiskan. Terkadang dalam beberapa
kebudayaan syarat tersebut didasarkan pada keturunan. Kandidat yang hendak
ditahbiskan juga sangat bergantung pada kebudayaan dari masyarakat tersebut,
apabila masyarakat tersebut menganut paham patriakal maka yang ditahbiskan
dikhususkan untuk laki-laki tetapi ada juga yang tidak demikian. Persyaratan lain
adalah kecocokan akan orang yang hendak ditahbiskan dengan tugas yang hendak
ia laksanakan. Dalam beberapa tradisi, hal ini bisa dilakukan dengan
mendemonstrasikan kemampuan dari sang calon, tetapi juga ada yang melalui
6
beberapa tahap yang berupa pelatihan. Orang yang telah ditahbiskan ini
kemudian akan memperoleh gelar baik dalam masyarakat maupun agama,
seperti pendeta, imam, presbiter, dan sebagainya.
B. Apa yang terjadi dalam tahbisan ?
Seseorang yang menerima tahbisan suci melalui penumpangan tangan
uskup mendapatkan karunia Roh Kudus yang memampukan dia untuk bertindak
atas nama Gereja Kristus. Menjadi Imam tidak boleh disempitkan hanya sebagai
pelayan. Melalui tahbisan suci, seorang imam mendapatkan tugas perutusan untuk
menguatkan iman saudara-saudaranya.
C. Bagaimana Gereja memahami sakramen Tahbisan?
1. Uskup (episkopat)
2. Imam (presbiterat)
3. Diakon (diakonat)
7
1. Apa yang terjadi dalam tahbisan uskup?
Tahbisan uskup adalah kepenuhan sakramen tahbisan yang diterimakan
kepada seorang imam. Dengan tahbisan uskup, ia ditetapkan sebagai penerus para
rasul dan masuk dalam kolegialitas para uskup. Bersama uskup-uskup lain dan
paus sejak menerima tahbisan Ia bertanggung jawab terhadap seluruh gereja.
Secara khusus gereja member tugas untuk mengajar menguduskan dan
memimpin.
Diakon pertama adalah martir Santo Stefanus. Ketika Para Rasul merasa
kewalahan atas banyaknya tugas pelayanan, mereka menunjuk tujuh orang “untuk
melayani meja”. Lalu, mereka ditahbiskan. Yang pertama disebut adalah Stefanus
“Penuh kasioh karunia dan kuasa”, dia melakukan banyak hal untuk imam yang
baru dan bagi mereka yang miskin dan menderita. Selama berabad-abad, diakon
semata-mata merupakan tingkat tahbisan dalam imamat, namun sekarang
merupakan panggilan bebas, baik bagi kaum selibat maupun laki-laki yang
menikah. Di satu sisi, hal ini menekankan kembali pelayanan sebagai karakteristik
8
Gereja, di sisi lain, dapat membantu tugas para imam seperti pada Gereja Perdana,
dengan melakukan pelayanan pastoral dan sosial. Tahbisan diakon juga
merupakan lambing seumur hidup dan tidak dapat dibatalkan pada laki-laki yang
ditahbiskan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penahbisan
https://id.wikipedia.org/wiki/Sakramen_Imamat_(Gereja_Katolik)
11