Anda di halaman 1dari 4

Nama: Laurentia Inezswari Bintoro Putri

NPM: 170210200037

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Hubungan Internasional

Pengalaman Menjadi Orang Katolik

Agama Kristen Katolik merupakan salah satu dari enam agama yang
diakui di Indonesia. Menjadi orang Katolik tentu merupakan sebuah anugerah
dalam hidup saya. Namun, menjadi umat Katolik tetap memiliki tantangannya
tersendiri, yaitu karena agama Katolik bukan termasuk mayoritas di negara ini,
tidak jarang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, dengan begitu, bukan
berarti saya menyerah menjadi orang Katolik. Justru sebaliknya, saya merasa
menjadi berusaha untuk lebih bersabar dan berfokus terhadap penguatan keimanan
Katolik diri saya saja. Meskipun saya memang terlahir sebagai orang Katolik,
bukan berarti saya menjalankan kehidupan dengan terpaksa. Saya bangga menjadi
orang Katolik. Mengapa demikian? Karena dalam agama Katolik, banyak
kebaikan dan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh Yesus kepada kita, seperti
bersabar, selalu berbuat kebaikan, mengasihi sesama dan Allah, serta tidak
merendahkan orang lain.
Saya pribadi pertama kali menerima komuni pada saat kelas 4 SD. Pada
saat itu, di sekolah saya─SD Santa Maria Fatima─diadakan kegiatan pendalaman
iman sebagai tempat untuk mempersiapkan diri sebelum Komuni Pertama. Dan
juga pada saat saya masih SD, saya cukup terlibat aktif dalam kegiatan agama
Katolik di sekolah saya, terlebih karena SD saya merupakan SD swasta Katolik.
Misalnya saja seperti menjadi lektris dalam misa di sekolah, memimpin doa
Rosario, sempat mengikuti koor, dan menjadi pembawa persembahan. Lalu di
SMP saya, yaitu SMP Tarakanita 4, juga merupakan SMP swasta Katolik. Pada
masa-masa tersebut lah sekolah saya sering mengadakan Sakramen Pengakuan
Dosa, terlebih karena di depan sekolah saya terdapat sebuah gereja, yaitu Gereja
Keluarga Kudus Rawamangun. Dan juga di SMP saya pada saat itu sering
diadakan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan ke-Katolik-an, seperti
beragam lomba saat perayaan Paskah, perayaan Hari Carolus Borromeus, dan
banyak kegiatan lainnya yang tidak kalah menyenangkan. Salah satu hal
menyenangkan dari bersekolah di swasta Katolik adalah saya berkesempatan
untuk bisa meningkatkan keimanan saya dan bisa bertemu dengan teman-teman
yang seiman. Setelah itu, saya memiliki mimpi untuk bisa lulus SMP dan
melanjutkan pendidikan ke SMA negeri. Puji Tuhan saya masih bisa masuk ke
SMAN 21 Jakarta, salah satu sekolah yang bisa dikatakan favorit di Jakarta.
Dalam transisi dari sekolah swasta menuju ke sekolah negeri, tentu saya
merasakan sedikit culture shock pertama kalinya. Namun saya beruntung karena
saya bukan satu-satunya orang yang mengalami hal seperti itu. Saya bersyukur
saat pertama kali mengetahui bahwa jumlah umat Katolik di sekolah saya
terbilang banyak, khususnya yang berasal dari SMP yang sama seperti saya pun
juga banyak. Dan juga, di sekolah saya terdapat perkumpulan murid-murid
beragama Katolik atau yang biasa disebut dengan Rohani Katolik (Rohkat).
Dalam rohkat ini, terdapat beragam kegiatan yang biasa dilakukan, seperti retret,
perayaan Natal, perayaan Paskah, Rohkat Perdana, dan lain-lain. Sebagai
tambahan informasi, Rohkat SMAN 21 Jakarta rutin menjadi koor saat perayaan
misa Jumat Perdana di Gereja Santo Bonaventura Kayu Putih. Dan untuk kegiatan
lainnya, seperti retret, Natal, dan Paskah, setiap angkatan selalu mendapat giliran
untuk menjadi panitia pelaksananya. Hal tersebutlah yang membuat saya bangga
menjadi bagian dari Rohkat, yaitu tidak hanya tetap bisa menguatkan iman
Katolik dan bertemu dengan teman-teman seiman, tetapi juga melatih soft skill
saya dalam kepanitiaan, yang tentunya sangat bermanfaat dalam menghadapi
kehidupan perkuliahan nantinya. Selanjutnya, setelah lulus SMA saya memiliki
mimpi untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Puji Tuhan saya
diterima di Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad). Di Unpad
sendiri juga terdapat perkumpulan mahasiswa-mahasiswi Katolik, yaitu Keluarga
Mahasiswa Katolik (KMK) Unpad. Di sinilah saya menemukan keluarga baru.
Sejauh ini di KMK Unpad, saya sudah mengikuti berbagai kegiatan, seperti Pra-
Teka dan kegiatan mentoring mingguan. Untuk kegiatan mentoring mingguan
sendiri baru berakhir minggu ini, tetapi masih ada kegiatan-kegiatan lainnya yang
saya yakin tidak akan kalah menyenangkan, seperti kegiatan Teka (Temu Kenal)
yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 21 dan 22 November
2020. Selain itu, seperti yang kita ketahui, agama Katolik memiliki 7 sakramen,
yaitu Sakramen Pembaptisan, Ekaristi, Krisma atau Penguatan, Tobat atau
Pengakuan Dosa, Imamat, Perkawinan, dan Pengurapan Orang Sakit. Setidaknya,
saya pribadi telah mengikuti 4 sakramen, yaitu Sakramen Pembaptisan, Ekaristi,
Krisma, dan Pengakuan Dosa. Untuk Sakramen Krisma sendiri telah saya lakukan
pada saat kelas 3 SMP. Saat itu saya melaksanakannya di gereja saya sendiri,
yaitu Gereja Santo Yoseph Matraman.
Keluarga inti saya terdiri dari empat anggota, yaitu ayah saya, ibu saya,
kakak laki-laki saya, dan saya sendiri. Keluarga saya seluruhnya beragama
Katolik. Sebelum munculnya pandemi Covid-19, kami sekeluarga rutin untuk
berangkat ke gereja bersama setiap minggunya. Namun, karena sekarang sedang
terjadi pandemi Covid-19, sulit bagi kami untuk merayakan Ekaristi di hari
Minggu karena alasan keamanan kesehatan kami. Namun, bukan berarti kami
berhenti dalam bersyukur dan memuji nama Yesus. Kami sekeluarga tetap
menyempatkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi secara online yang
biasanya ditayangkan oleh paroki kami di kanal YouTube. Selain itu, saya dan ibu
saya juga memiliki rutinitas lainnya, yaitu selalu menyempatkan waktu untuk
berdoa bersama pukul 6 sore setiap harinya. Sebagai tambahan informasi, ayah
saya juga pernah menjadi ketua lingkungan di paroki kami, yaitu Paroki Santo
Yoseph Matraman. Selain itu, di tengah masyarakat saya, yaitu di Jakarta, saya
tetap berusaha untuk selalu menghargai kemajemukan yang ada, khususnya dalam
perbedaan agama.
Dari pengalaman-pengalaman saya tersebut, menjadi orang Katolik
mengajarkan saya akan keteguhan iman dan selalu bersikap positif meskipun
menjadi minoritas di masyarakat. Selain itu, seperti yang sudah saya katakana di
awal, menjadi orang Katolik tentu banyak memberikan pelajaran berharga di
hidup saya, seperti kesabaran, selalu mengasihi sesama, selalu berbuat kebaikan,
selalu mengucap syukur kepada Tuhan, dan tidak merendahkan sesama manusia.
Beragama Katolik tentu sangat memberikan pengaruh baik dalam kehidupan saya.
Maka dari itu, saya akan tetap berusaha bagaimana pun caranya untuk tetap
berpegang teguh pada ajaran-ajaran Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai