Anda di halaman 1dari 6

KEJAHATAN TRANSNASIONAL

1. Pengertian Kejahatan Transnasional

Globalisasi memang memengaruhi segala aspek dalam kehidupan


manusia. Dengan adanya globalisasi, dunia seperti menjadi borderless atau tidak
merasakan adanya batasan-batasan negara. Hal tersebut ternyata tidak hanya
memberikan dampak positif saja, tetapi juga dampak negatif. Contohnya saja,
dengan adanya konsep borderless tersebut, mungkin memang memudahkan
seseorang untuk menjalin kerja sama dan berkomunikasi dengan siapa pun yang
berada di luar negeri. Namun, tidak sedikit juga orang yang malah memanfaatkan
konsep borderless tersebut untuk melancarkan aksi kejahatan yang bisa
merugikan banyak orang. Lingkup kejahatan yang tadinya hanya sebatas nasional
saja, bisa meluas ke tingkat transnasional. Untuk mempelajari lebih lanjut
mengenai kejahatan transnasional tersebut, kita perlu memahami pengertiannya
terlebih dahulu.

Untuk mempermudah dalam memahami pengertian dari kejahatan


transnasional, maka akan dipilah menjadi dua kata, yaitu kejahatan dan
transnasional. Pengertian kejahatan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah perbuatan atau perilaku yang jahat serta menentang nilai
dan norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Untuk
pengertian transnasional sendiri menurut KBBI adalah sesuatu yang berkaitan
dengan perluasan atau keluar dari batas-batas negara. Melihat pengertian secara
leksikal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kejahatan transnasional adalah
kejahatan yang terjadi melampaui batas-batas negara yang ada, sehingga
melibatkan dua negara atau lebih dan merugikan salah satu atau seluruh negara
yang terlibat.

Selain pengertian secara leksikal, kita juga dapat mengacu kepada


Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi) mengenai pengertian kejahatan transnasional, khususnya kejahatan
transnasional yang terorganisasi. Kejahatan transnasional terorganisasi merupakan
salah satu jenis kejahatan yang mengancam ekonomi, politik, sosial, keamanan,
dan perdamaian dunia1. Adapun pada konvensi tersebut, sebuah kejahatan bisa
dikatakan sebagai kejahatan transnasional yang terorganisasi jika:
 kejahatan tersebut dilakukan di lebih dari satu negara;
 kejahatan tersebut dilakukan di satu negara, tetapi perencanaan dan
pengendaliannya dilakukan di negara lain;
 kejahatan tersebut dilakukan di suatu wilayah negara, tetapi melibatkan
kelompok kejahatan terorganisasi yang telah melakukan kejahatan di lebih
dari satu wilayah negara;
 kejahatan tersebut dilakukan di suatu wilayah negara, tetapi akibat yang
ditimbulkan dirasakan oleh negara lain.

2. Jenis-jenis Kejahatan Transnasional


Kejahatan transnasional sendiri memiliki berbagai jenis dan bentuknya.
Terorisme, illegal logging, cyber-crime, drug trafficking, dan human trafficking
merupakan beberapa jenis dari kejahatan transnasional [ CITATION Has18 \l 1033 ].
Mengacu pada situs Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI),
jenis-jenis kejahatan transnasional diklasifikasi menjadi tiga bentuk utama, yaitu
trafficking crimes (kejahatan perdagangan), financial crimes (kejahatan finansial),
dan high-tech crimes (kejahatan teknologi canggih). Lebih rinci lagi, yang
termasuk ke dalam trafficking crimes adalah perdagangan manusia, perdagangan
narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba), serta perdagangan senjata api
secara ilegal. Selain itu, yang termasuk ke dalam financial crimes adalah money
laundering (pencucian uang atau lebih dikenal dengan sebutan korupsi) dan bulk-
cash smuggling. Bulk-cash smuggling sendiri adalah aktivitas penyelundupan atau
transfer sejumlah uang tunai dan koin untuk mendukung kelangsungan aktivitas
ilegal. Terakhir, yang termasuk ke dalam high-tech crimes adalah kejahatan yang
berkaitan dengan penyalahgunaan teknologi, seperti pembajakan, pelanggaran
data, dan pencurian identitas. Berikut ini beberapa penjelasan lebih rinci mengenai
jenis-jenis kejahatan transnasional:

1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan United Nations
Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).
 Perdagangan dan Penyelundupan Manusia
Menurut Keppres No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RANP3A),
pengertian perdagangan manusia adalah bentuk tindakan pelaku yang
meliputi tindakan perekrutan, pengangkutan antardaerah atau negara,
pemindahtanganan, penerimaan, dan penampungan sementara manusia di
tempat tujuan dengan cara mengancam, seperti kekerasan verbal atau fisik,
menculik, menipu, dan sebagainya untuk memenuhi tujuan eksploitasi
manusia. Perdagangan manusia atau human trafficking dapat terjadi karena
berbagai faktor, seperti kurangnya lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat
pendidikan, dan kurangnya akses dalam mencari informasi [ CITATION
Agu06 \l 1033 ]. Pada tingkat tertentu mengenai perdagangan manusia,
Indonesia menjadi negara asal serta negara tujuan perdagangan manusia.
Mayoritas korban perdagangan manusia dari Indonesia merupakan pekerja
migran Indonesia yang berada di luar negeri, terutama pekerja domestik
dan pekerja sektor perikanan2.
 Korupsi
Kata “korupsi” diserap dari bahasa Belanda, yaitu corruptive yang
artinya mengacu kepada perbuatan jahat dan ketidakjujuran mengenai
penggunaan keuangan. Umumnya, kejahatan korupsi berkaitan dengan
perilaku pejabat publik, politikus, atau pegawai negeri untuk
meningkatkan kekayaan melalui cara yang bertentangan dengan hukum
[ CITATION Sis13 \l 1033 ]. Mengacu pada Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2001, disebutkan bahwa kejahatan korupsi tidak
hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merugikan hak sosial dan
ekonomi masyarakat pada umumnya, sehingga perlu diberantas dengan
cara yang luar biasa3. Terlebih jika hasil kejahatan korupsi tersebut
disimpan atau ditransfer melalui bank negara lain dan dianggap sebagai

2
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Kejahatan Lintas Negara”,
https://kemlu.go.id/portal/id/read/89/halaman_list_lainnya/kejahatan-lintas-negara, diakses 12
Desember 2020.
3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
dana yang halal, maka kejahatan tersebut sudah mencakup kejahatan
transnasional.
 Kejahatan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang (Narkoba)
Menurut KBBI, pengertian narkotika mengacu kepada obat-obatan
yang berfungsi untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit,
memicu rasa kantuk, atau merangsang tubuh. Selain itu, kata “narkotika”
sendiri diserap dari bahasa Inggris, yaitu narcosis atau narcose yang
berarti pembiusan atau menidurkan [ CITATION Raj19 \l 1033 ]. Umumnya,
kejahatan yang berkaitan dengan perdagangan atau penyelundupan
narkoba cakupannya sudah termasuk ke dalam kejahatan transnasional.
Hal ini dapat dilihat dari para pelakunya─termasuk produsen, kurir, dan
penerimanya─bisa saja berasal dari negara-negara yang berbeda.
Indonesia sendiri berupaya meningkatkan kerja sama internasional dalam
menangani perdagangan dan penyelundupan narkoba, termasuk dengan
cara meratifikasi tiga konvensi anti-narkoba, seperti:
a) Single Convention on Narcotic Drugs 1961 melalui Undang-
Undang No. 8 Tahun 1976;
b) Convention on Psychotropic Substances 1971 melalui Undang-
Undang No. 8 Tahun 1996;
c) Convention against the Illicit Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substances melalui Undang-Undang No. 7 Tahun
1997.
Kejahatan ini tidak hanya menjadi bagian dari masalah nasional
saja, tetapi juga menjadi perhatian seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat dari
laporan World Drug Report tahun 2018, sebanyak 450.000 pengguna
narkoba dinyatakan meninggal pada periode 2016─2018.
 Illegal Fishing
Pengertian illegal fishing sendiri secara singkat dapat
diterjemahkan menjadi penangkapan ikan secara ilegal atau tidak sah.
Kasus illegal fishing biasanya terjadi saat kapal asing melakukan
penangkapan ikan di wilayah perairan yang bukan merupakan wilayah
kewenangannya dan tidak melakukan perizinan terlebih dahulu kepada
negara pemilik wilayah perairannya tersebut. Dilihat dari Undang-Undang
No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun
2004 tentang Perikanan, untuk melakukan penangkapan ikan sendiri, kapal
asing tersebut harus memiliki surat izin tertulis berupa Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) terlebih dahulu.
 New and Emerging Transnational Crimes (Kejahatan Transnasional
Negara Baru dan Berkembang)
Pada tahun 2010, UNTOC melalui Conferences of States Parties
(CoSP) yang ke-5 telah mengklasifikasi beberapa jenis kejahatan
transnasional negara baru dan berkembang, yaitu:
a) Cybercrime, yaitu kejahatan yang dilakukan dan terjadi pada dunia
maya;
b) Identity-related crimes, yaitu kejahatan yang berkaitan dengan
identitas seseorang, seperti pencurian atau penipuan identitas;
c) Perdagangan gelap benda cagar budaya, yaitu terjadi pada saat
penjualan atau penyelundupan benda-benda yang memiliki nilai
kebudayaan tinggi secara ilegal;
d) Kejahatan lingkungan hidup, seperti terjadinya kerusakan dan
pencemaran lingkungan;
e) Perdagangan gelap organ tubuh, yaitu kegiatan transaksi organ
tubuh secara ilegal melalui pasar gelap.

3. Perbedaan Kejahatan Transnasional dengan Kejahatan Internasional


Pengertian kejahatan internasional sendiri adalah kejahatan yang memicu
keresahan pada komunitas internasional atau perbuatan yang melanggar
kepentingan umum yang berdasarkan pada hukum internasional [ CITATION
Poe19 \l 1033 ]. Melihat dari pengertian kejahatan transnasional pada halaman
pertama, dapat dikatakan bahwa kedua pengertian ini memiliki perbedaan yang
tidak terlalu mencolok. Namun, dapat dilihat bahwa perbedaan umumnya adalah
cakupan dampak yang ditimbulkan. Pada kejahatan transnasional, dampak yang
diberikan bisa saja hanya dirasakan oleh satu atau dua negara saja. Namun, pada
kejahatan internasional, cakupan dampak yang ditimbulkan meliputi daerah yang
lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. (2006). Perdagangan Perempuan dan Anak sebagai Kejahatan


Transnasional: Permasalahan dan Penanggulangannya di indonesia. Jurnal
Hukum Projustitia, 24(1), 47-62.
Hasan, M. I. (2018). Kejahatan Transnasional dan Implementasi Hukum Pidana
Indonesia. Lex Crimen, 7(7).
Kejahatan Lintas Negara. (2019, April 7). Retrieved December 12, 2020, from
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia:
https://kemlu.go.id/portal/id/read/89/halaman_list_lainnya/kejahatan-
lintas-negara
Naseh, M., Ikhwanuddin, Ramadhani, F., Kusprabandaru, A., & Bathara, B.
(2019). Karakteristik Pelaku Kejahatan Transnasional Terorganisasi di
Indonesia dan Eropa. Jurnal Hubungan Internasional, 8(1), 48-60.
doi:https://doi.org/10.18196/hi.81144
Poerana, S. A. (2019, November 25). Perbedaan Kejahatan Internasional dengan
Transnasional. Retrieved December 13, 2020, from hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5dd55a78997ed/perb
edaan-kejahatan-internasional-dengan-transnasional/
Rajagukguk, R. G., & Jaya, N. S. (2019). Tindak Pidana Narkotika sebagai
Transnasional Organized Crime. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia,
1(3), 337-351.
Siswanto, D. (2013). Korupsi sebagai Bentuk Kejahatan Transnasional
Terorganisir. Masalah-Masalah Hukum, 42(1), 123-130.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana
Transnasional yang Terorganisasi) . (2009, January 12). Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4960. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai