Anda di halaman 1dari 9

Isu-Isu Global Kontemporer: Kejahatan Transnasional (Kejahatan

Penyelundupan Narkoba)

Disusun Oleh:

Restu Bela Kusumah 170810160040

Santo Kely Caesar 170810160041

Muhamad Irvan Zaeni 170810160042

Syarifah Arsya M. 170810160043

Christina Evania 170810160044

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Padjadjaran
I. PENDAHULUAN

Kejahatan transnasional (transnational crime) atau kejahatan lintas negara dewasa


ini sering dianggap sebagai salah satu ancaman yang serius terhadap tingkat keaamanan
global. Istilah kejahatan transnasional sendiri pertama kali diperkenalkan dalam
pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1990-an. Dalam pertemuan
tersebut, kejahatan transnasional dalam lingkup multilateral disebut Transnasional
Organized Crime (TOC). TOC juga mulai disesuaikan dengan instrumen hukum
internasional oleh PBB pada tahun 2000 dalam Konvensi PBB mengenai Kejahatan
Lintas Negara Terorganisir (United Nations Convention on Transnational Organized
Crime – UNTOC).

Kejahatan lintas negara ini sejatinya menimbulkan banyak masalah dan juga
kerugian bagi suatu negara, bahkan daerah-daerah yang ada dalamnya pun ikut
terkenadampak dari kejahatan lintas negara ini. Begitu banyak bentuk penyimpangan
yang terjadi akhirnya menimbulkan banyak masalah, salah satunya adalah
pengeksplotasian sumber daya yang berlebihan. Ditambah lagi kejahatan ini dapat
menembus batas-batas negara dan tentunya menjadikan ancaman bagi keamanan global.

Dalam konvensi yang diadakan oleh PBB pada tahun 2000 atau dikenal sebagi
Palermo Convention yang menghasilkan sebuah keputusan dan telah diratifikasi oleh
Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pengesahan UNTOC
yang menyebutkan sejumlah kejahatan yang termasuk dalam kategori kejahatan lintas
negara terorganisir yaitu pencucian uang, korupsi, perdagangan gelap flora dan fauna liar
yang dilindungi, perdagangan manusia, penyelundupan manusia, perdagangan dan
penyelundupan narkotika serta produksi dan perdagangan senjata api. Berbagai kejahatan
tersebut juga telah disebutkan pada konvensi PBB tahun 1995.

Salah satu bentuk ancaman global yang paling sering terjadi adalah
penyelundupan obat-obatan terlarang atau narkotika. Narkotika dianggap sebagai
ancaman serius bagi keamanan global, karena sifat kejahatan ini yang membutuhkan
banyak tangan, mulai dari ‘si penanam’ hingga sampai ke ‘si pembeli’. Dalam kejahatan
ini, Indonesia juga menjadi salah satu negara tujuan pasar narkotika.
Hal tersebut membuat pemerintah Indonesia menempatkan kejahatan
penyelundupan narkotika ini sebagai high-risk crime atau kejahatan tingkat tinggi. Dan
tentunya Indonesia melakukan berbagai penangan untuk terus menekan tingkat kejahatan
narkotika ini, salah satunya dengan meratifikasi 3 konvensi tentang pemberantasan
narkotik atau anti-narkotika, yaitu sebagai berikut:

1. Single Convention on Narcotic Drugs 1961 melalui UU No. 8 Tahun 1976.


2. Convention on Psychotripic Subtances 1971 melalu UU No. 8 Tahun 1996.
3. Convention Againts The Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic
Substances 1988 melalui UU No. 7 Tahun 1997.

Selain itu juga Indonesia selalu melakukan kerjasama internasional untuk terus
memberantas peningkatan penyelundupan narkotika di dunia.

Kejahatan lintas negara ini tentunya memiliki berbagai bentuk dan juga
karakteristik yang sangat kompleks, sehingga menjadi sangat penting untuk seluruh
negara dalam meningkatkan kerjasama internasional secara kolektif menanggulangi
kejahatan lintas negara yang mengancam keamanan global ini. Secara lebih jelasnya akan
dijelaskan dalam pembahasan tulisan ini mengenai kejahatan lintas negara, khususnya
kejahatan penyelundupan obat-obatan terlarang atau narkotika.

II. Konsep dan Teori

Dalam artian Tradisional, Keamanan di beri definisi dalam istilah Militer. Istilah
tersebut memiliki fokus utama pada Perlindungan terhadap negara dan kepentingan
nasional dari ancaman luar maupun dalam. Berakhir era perang dingin menandakan
masuknya pemahaman baru mengenai Keamanan. Pasca Perang dingin, keadaan Dunia
mengubah Sistem Internasional, dati Bipolar (Blok Barat dan Timur) ke Multipolar. Isu
– Isu keamanan pun ikut mengalami Pergeseran, dari keterkaitan dengan Tema
Militer/Tradisional yang kini bertambah kepada isu yang tergolong Keamanan Non
Tradisional.

Berakhirnya perang dingin, Keamanan tidak hanya didefinisikan secara terbatas


dan sempit sebagai relasi konfliktual atau Kerjasama antar negara, akan tetapi juga dapat
dikatakan berfokus pada keamanan masyarakat. Persilangan yang berlangsung didalam
proses dengan cakupan global, regional hingga domestik, menciptakan dikotomi ancaman
keamanan negara memiliki sifat yang lebih kompleks lagi.

Melihat perkembangan yang terjadi, keamanan mengalami perkembangan kearah


yang lebih luas. Keamanan tidak hanya mencakup aspek Militer. Namun meluas hingga
aspek Non – Militer. Barry Buzan berpendapat bahwa aspek militer bukan aspek tunggal
dalam persoalan keamanan, akan tetapi terdapat 4 aspek lain didalamnya antara lain;
Politik, Ekonomi, lingkungan, dan Sosial maka dari itu juga disebut Keamanan Non-
Tradisional. Bukan hanya konsep keamanan yang mengalami pelebaran, kejahatan pun
dalam waktu yang sama mengalami perkembangan. Pada masa lampau, kejahatan belum
mencapai cakupan lintas negara secara masif. Kejahatan yang melampaui batas – batas
teritorial suatu negara (Transnasional Crime) termasuk ancaman non-tradisional dan
terdapat banyak varian/Macam didalamnya.

Dalam sebuah konsep, kejahatan transnasional merupakan aktivitas kriminal yang


tidak dibatasi oleh batasan tradisional sebuah negara. Merujuk pada Konvensi PBB hal
ini, sebuah kejahatan transnasional yaitu eterlibatan aktor yang lebih dari satu negara,
terjadi di satu negara akan tetapi tahap persiapan, penyusunan rencana, arahan dan
kontrol/kendali dilakukan atau terjadi di negara lainnya. keterlibatan dalam satu negara
yang melibatkan sebuah kelompok kejahatan terorganisir yang terlibat kriminal dan
pelanggaran hukum di beberapa negara. Yang terakhir, terjadi dan dilakukan di satu
negara yang memberikan efek besar dan berpengaruh terhadap negara lain.

Pada Tahun 1995, PBB memberikan identifikasi sebanyak 18 varian kejahatan


yang termasuk kejahatan transnasional antara lain; Terorisme, Money Laundry,
Pencurian Hasil Karya Intelektual, Perdagangan Illegal Senjata, Pembajakan Pesawat,
Perompak, Penipuan dan Kejahatan Cyber, Penyelendupan Narkotika/Obat Terlarang,
Kecurangan, Peyusupan Barang sebagai Bisnis Illegal, Korupsi, Penyogokan Aparat
Internasional, Penyogokan Pejabat Partai (Aktor Internasional), Perusakan Lingkungan,
Penjualan Manusia, Perdagangan Organ Tubuh, dan Pencurian Objek Seni dan Juga
Kebudayaan.

Aktor yang terlibat dalam Kejahatan Transnasional Terorganisir melakukan


transaksi dan realisasi dari kejahatan nya menggunakan instrumen yang berkembang
seiring dengan Revolusi Teknologi dan Globalisasi. Kejahatan dilakukan dengan
menggunakan Sistem Komunikasi, Informasi dan Transportasi yang batas wilayah
geografis menjadi tampak bukan lagi menjadi sebuah hambatan.

III. PEMBAHASAN

Transnasional Crime atau kejahatan transnasional dapat diartikan sebagai


kejahatan lintas negara digunakan pada saat keputusan PBB ke VII menyangkut tentang
pencegahan kejahatan dan perlakuan terhadap para planggar hukum tahun 1990, kemudia
konvensi Wina mengenai pencegahan dan pemberantasan lalu lintas illegal narkotikan
dan psikotropika tahun 1988, yang berarti kejahatan yang memiliki karakteristik sebagai
berikut (Konvensi Palermo dalam Siregar,2013):

1. Melibatkan dua negara atau lebih


2. Pelakunya atau korbannya adalah warga negara di negara yang berbeda (warga
negara asing
3. Dan melampaui batas territorial satu negara atau lebih.

Kejahatan transional dikenal sebagai pengembangan kejahatan kontemporer yang


disebut sebagai Organized Crime atau kejahatan terorganisir pada masa 1970 an. Istilah
tersebut untuk menyederhanakan kompleksitas yang ada di antara kejahatan terorganisir,
White Collar Crime, dan korupsi yang melampaui batas negara dan berdampak pada
pelanggaran hukum di erbagai negara dengan karakteristik berbahay di tingkat
internasional (Olii, 2005) kemudian PBB menggunakan istilah kejahatan lintas negara
sebagai kejahatan skala yang sangat masif dan luas serta juga kompleks yang dilakukan
oleh kumpulan organisasi yang rumit dalam kegiata melakukan kegiatan illegal
mencakup eksploitasi pasar yang ada dilingkungan masyarakat internasional (Sinaga,
2010).

Indonesian Transnational Crime Centre, menyebutkan kata lintas negara tidak


hanya diartikan sebagai makna dari internasional atau yang melewati batas negara saja,
namun lebih dari itu sifat kejahatnnya melibatkan perbatasan sebagai bagian penting dari
kegiatan kejahatan mereka. Kejahatan lintas negara berpengaruh kepada negara lain (Olii,
2005).

James O. Ficknauer menyatakan bahwa kejahatan lintas negara, bukan


disebabkan, tetapi difasilitasi oleh globalisasi ekonomi, meningkatnya jumlah
heterogenitas dan jumlah imigran, serta berkembangnya teknologi informasi. Bahkan
Broome melalui risetnya berkaitan dengan hancurnya pemerintahan di Uni Soviet
menyatakan bahwa kejahatan lintas negara adalah bukan kejahatan yang menjadi sebuah
ancaman bagi keberadaan negara daam hal ini soviet. Namun runtuhnya pemerintahann
di suatu negara justru mendahului keberadaan kejahatan lintas negara. Terjadinya
kejahatan transnasional mencerminkan pemerintah yang tidak memiliki kebijakan yang
efektif dan ketat terkait dengan perpindahan orang melewati batas negara (skeldon, 2000:
8). Pemerintah kehilangan kontrol untuk mengawasi pergerakan di perbatasan banyaknya
isu global yang terkait kejahatan transnasional melibatkan pemerintah dan organisasi
bahkan tidak hanya dalam lingkup kecil saja tapi teroganisir secara masif. Karena
meluasnya fenomena ini dan besarnya kemampuan para pelaku kejahatan transnasional
yang sampai ke masyarakat, menyebabkan sulit untuk mengatasi isu ini, dibutuhkan
adanya keseriusan dan kerjasama berbagai pihak yang berwenang dan memiliki otoritas
tinggi untuk dapat mencegah ataupun memberantas kejahatan transnasional.

Kemudian pada tahun 1990 menyatakan bahwa kejahatan transnasional adalah


tindakan pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara, yang meliputi pencucian
uang, terorisme, pencurian benda dan seni budaya, pencurian hak intelektual , kejahatan
lingkungan, penyelundupan senjata api, pembajakan pesawat terbang, bajak laut,
perdagngan orang, perdagangan tubuh manusia, kejahatan perbankan, korupsi, dan
penggelapan uang negara.

Studi Kasus Penyelundupan Narkoba

Ada banyak sekali kasus kejahatan lintas negara ini termasuk yang melibatkan
Indonesia, seperti kasus perdagangan manusia, kasus terorisme, pembajakan, pencucian
uang, pepenebangan pohon secara liar, perdagangan liar, dan penyelundupan narkoba
(Hasan, 2018). Hal yang menarik adalah bahwa dalam kasus penyelundupan narkoba ini
biasanya melibatkan lebih dari dua negara sebagai pengedarnya, orang yang terlibat
dalam misi, dan juga agen di negara tujuan. The Golden Triangle atau segitiga emas
adalah sebuah kawasan yang terletak di Asia Tenggara, yang menjadi kawasan
produksinya narkotika, heroin, dan amphetamine, dari kawasan inilah obat-obatan
terlarang disebarkan keseluruh penjuru dunia. Hal ini tentu menjadi sebuah bisnis yang
sangat menguntungkan dan membuat para pelaku kejahatan sangat sulit untuk
ditaklukkan karena para pelaku pengedar obat-obatan terlarang ini memiliki jalur khusus
untuk menyebarkan obat-obatan terlarang tersebut, misalnya dari Myanmar obat-obatan
yang diselundupkan ke Thailand, jalur lainnya melalui Yunan, Guangdong, Hongkong,
dan Philipina dari sinilah kemudian obat-obatan tersebut disebarkan keseluruh dunia
termasuk ke Indonesia.

Kasus penyelundupan narkoba transnasional merupakan kasus yang sudah terjadi


sejak tahun 2007 menurut laporan persidangan, dengan jumlah 3 kasus di tahun 2007, 41
kasus di tahun 2008, 88 kasus di tahun 2009, 158 kasus di tahun 2010, 146 kasus si tahun
2011, 132 kasus di tahun 2012, dan kemudian meningkat lagi sebanyak 217 kasus di tahun
2013 (Muhamad, 2015).

Menurut laporan Kepala BNN pada 2013 lalu, pengguna narkoba mencapai angka
4,9 juta jiwa (Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 4.9 juta, 2013). Hal inilah
yang mendasari alasan Indonesia menjadi negara target bagi pada pengedar luar negeri
sebagai lahan bisnis yang ‘empuk’.

Warga negara asing yang terlibat sebagai tersangka penyelundupan narkoba


sebanyak 126 orang pada tahun 2014. Negara-negara yang terlibat dalam jaringan
penyelundupan narkoba transnasional ini antaralain adalah Tiongkok-Malaysia-
Indonesia, Iran-Indonesia, Nigeria-Indonesia, Belanda-Indonesia, Filipina-Hongkong-
Indonesia (ibid.1) Proses penyelundupan ini biasanya melibatkan warga negara asing
yang kekurangan dari segi ekonomi untuk menjadi agen yang dikirim kepada negara
tujuan. Menurut Ditjen Imigrasi pada 2014, warga negara Iran yang masuk ke Indonesia
berkisar 10.000 tiap tahunnya, hal inilah yang menyebabkan kasus penyelundupan kurang
terdeteksi. Menurut laporan juga penyelundupan yang dating ke Indonesia untuk di pulau
Jawa kebanyakan masuk lewat bandara Jakarta dan Bandung.

Kesimpulan

Kejahatan transnasional menjadi salah satu ancaman bagi keamanan global saat
ini, bukan hanya karena dapat terjadi lintas batas-batas negara, tetapi juga memiliki
bentuk yang beragam dan kompleks. Istilah kejahatan transnasional pada awalnya
digunakan merujuk kepada kejahatan terorganisir pada tahun 1970 an, kemudian disebut
pada konvensi wina, dan juga pada konvensi pbb yang menyangkut tentang pencegahan
kejahatan dan perlakuan terhadap para pelanggar hukum pada tahun 1990, dalam
pertemuan tersebut, kejahatan transnasional dalam lingkup multilateral disebut
Transnasional Organized Crime (TOC).

Pada konvensi PBB tersebut, kejahatan transnasional didefinisikan sebagai


aktivitas kriminal yang tidak dibatasi oleh batasan tradisional sebuah negara dimana
keterlibatan aktor yang lebih dari satu negara, terjadi di satu negara akan tetapi tahap
persiapan, penyusunan rencana, arahan dan kontrol/kendali dilakukan atau terjadi di
negara lainnya. Aktor yang terlibat dalam kejahatan transnasional terorganisir melakukan
transaksi dan realisasi dari kejahatan nya menggunakan instrumen yang berkembang
seiring dengan revolusi teknologi dan globalisasi. Kejahatan transnasional dikategorikan
menjadi 18 jenis dimana salah satunya adalah penyelundupan narkoba.

Perkembangan pesat dari teknologi dan arus globalisasi berpengaruh terhadap


peningkatan signifikan pada kejahatan transnasional dengan memanfaatkan lemahnya
sistem hukum suatu negara untuk memperluas operasi mereka termasuk penyelundupan
narkoba. Di wilayah Asia, terdapat sebuah kawasan prosukdi narkoba yang disebut The
Golden Triangle dimana dari tempat tersebut narkoba diselundupkan keseluruh penjuru
dunia melalui jalur khusus yang mereka miliki. Inilah yang membuat penyelundupan
narkona menjadi sulit untuk diberantas di berbagai negara termasuk Indonesia.
Referensi
Buzan, B. (1997). Rethinking Security After The Cold War.

Kemenlu. (2019, Mei 01). Kejahatan Litas Negara. Diambil Kembali Dari
Kemenlu.Go.Id:
Https://Kemlu.Go.Id/Portal/Id/Read/89/Halaman_List_Lainnya/Kejahatan-
Lintas-Negara

Olii, M. I. (2005). Sempitnya Dunia, Luasnya Kejahatan? Sebuah Telaah Ringkas


Tentang Transnasional Crime. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No.1, 20.

Sinaga, O. (T.Thn.). Penanggulangan Kejahatan Internasional Cyber Crime Di


Indonesia. Makalah Diskusi Seminar Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Se-
Indonesia (Icmi), 7.

Siregar, M. (2013). International Criminal Police Organization (Icpo - Interpol).


Hukum Internasional.

Hasan, M. (2018). Kejahatan Transnasional dan Implementasi Hukum Pidana


Indonesia. Lex Crimen.

(2013). Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 4.9 Juta. Jakarta: Kompas.Com.

Muhamad, S. (2015). Kejahatan Transnasional Penyelundupan Narkoba dari Malaysia


ke Indonesia:Kasus di Provinsi Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Politica,
42.

Anda mungkin juga menyukai