Anda di halaman 1dari 6

PEMBERANTASAN TERORISME DI INDONESIA

Oktria Winda Maryadi


1610111141
Universitas Andalas, Padang

Abstrak

Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban


serta merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara.
Upaya penanggulangan tindak pidana terorisme saat ini di Indonesia diwujudkan
pemerintah dengan mengeluarkan undang-undang karena pemerintah menyadari
tindak pidana terorisme merupakan suatu tindak pidana yang luar biasa,sehingga
membutuhkan penanganan yang luar biasa juga.

Kata Kunci : Tindak Pidana, Terorisme, Pengeboman, dan Pemberantasan

I. Pendahuluan
Adanya tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh pengeboman oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia, memiliki dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Akibat peristiwa
pengeboman keamanan wilayah Indonesia pun terganggu yang berdampak pada
pemberian travel warning oleh negara-negara Eropa dan Australia mengingat
korban peristiwa pengeboman mayoritas berasal dari wisatawan mancanegara.
Dunia mengutuk terorisme sebagai kejahatan atas kemanusiaan (crime against
humanity).
Untuk itu,pemerintah Indonesia berusaha untuk menjaga keamanan
wilayahnya serta menjaga citra baik Indonesia di dunia internasional dengan
melakukan berbagai terobosan dan kebijakan terkait pemberantasan terorisme di
Indonesia. Segala upaya pemerintah dalam memberantas isu terorime tersebut
didasarkan pada kepentingan nasional.

1
II. Pembahasan
1. Terorime di Indonesia

1.1. Pengertian Terorisme

Secara etimologi, perkataan teror berasal dari bahasa Latin


“terrere” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dalam perkataan
“to fright”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “menakutkan” atau
“mengerikan”. Rumusan terorisme secara terminologis sampai saat ini
masih menjadi perdebatan meskipun sudahada ahli yang merumuskan di
dalam peraturan perundang-undangan.

Istilah teroris oleh para ahli kontraterisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak
menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga
mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak
berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para
pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan


“teroris” dan “terorisme”, para teroris umumnya menyebut diri mereka
sebagai separatis, pejuang pembebesan, militan, Mujahidin, dan lain –
lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terorism : “makna sebenarnya
dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang
menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat di dalam perang”.
Padahal terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan
agama.
Sehubungan dengan belum adanya rumusan terorisme yang
dirumuskan secara tegas dan objektif baik dalam regulasi nasional
begitu juga internasional sampai saat ini, maka penulis mengusulkan
agar terorisme dirumuskan yakni : setiap orang, kelompok orang, bangsa
atau negara yang membuat keputusan baik berdasarkan ideologi tertentu
atau tidak, dan orang, kelompok orang, bangsa atau negara tersebut
menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mewujudkan tujuannya.

1.2. Terorisme Dalam Perspektif Hukum Nasional


Dilihat dari perspektif dai hukum nasional Indonesia, kejahatan
terorisme dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Unsur – unsur
untuk memasukkan terorisme sebagai tindak pidana dapat diketahui

2
dengan pemahaman tentang aspek – aspek mendasar berkaitan dengan
tindak pidana.
Berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 2002 yang telah disahkan menjadi
UU No. 1 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme yang dijadikan sebagai dasar hukum dalam pemberantasan
tindak pidana terorisme di Indonesia, menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan tindak pidana terorisme adalah : Segala perbuatan
yang memenuhi unsur – unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan
Undang – Undang ini (Pasal 1 Ayat 1).
Sedangkan yang dimaksudkan unsur – unsur terorisme dalam Pasal
1 Ayat 1 Undang – Undang No 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Teorisme diatas adalah perbuatan melawan hukum yang
dilakukan secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan
kedaulatan bangsa dan negara dengan membahayakan kedaulatan
bangsa dan negara yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta
benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau
fasilitas publik atau fasilitas Internasional.
Mengacu pada berbagai instrumen hukum Internasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan terorisme pada umumnya dan resolusi
DK-PBB untuk kasus bom Bali, maka sesungguhnya dan sejujurnya
tidak ada alasan apapun bagi masyarkat Indonesia untuk menolak atau
tidak mengakui kebijakan dan langkah pemerintah Indonesia dalam
upaya mencegah dan memberantas dan kegiatan terorisme. Bahkan
secara gambling ditegaskan bahwa, masalah terorisme bukan merupakan
masalah nasional semata melainkan juga merupakan masalah
internasional sehingga kegiatan terorisme dimanapun dan dampak yang
diakibatkannya akan segera menjadi perhatian serius dan menjadi
program PBB.
Kendatipun demikian, sesuai dengan amanah pembukaan UUD
1945 bahwa pemerintah selain berkewajiban melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, juga berkewajiban untuk
“mencerdaskan kehidupan bangsa...” dan seterusnya. Bertitik tolak dari
perspektif upaya “mencerdaskan kehidupan bangsa” inilah, pemerintah
Indonesia dituntut untuk selain harus mensejalankan kebijakannya
dalam pemberantasan terorisme dengan kebijakan dan program PBB,
pemerintah juga harus secara objektif dan elegan berani mengkritisi

3
setiap kebijakan dan program PBB dalam pemberantasan terorisme
tersebut agar tidak boleh didompengi apalagi didominasi oleh
kepentingan nasional negara – negara besar, baik dalam regulasinya
begitu juga dalam penerapan dan penegakkan hukum (law enforcement)
nya.

1.3. Bahaya Ancaman Terorisme di Indonesia


Selain tragedi pemboman Bali diikuti oleh ancaman bom di
berbagai daerah di Indonesia, diantaranya pemboman di gedung DPR –
MPR RI, beberapa ancaman bom diwilayah Jakarta dan terakhir adalah
meledaknya bom di hotel J.W Marriot, dan didepan Kedubes Australia
dan diberikan berbagai mal di Jakarta dan Bandung serta kantor KPU
pada saat finalisasi pengumuman hal pemilihan calon presiden dan
wakil presiden pada putaran pertama.
Meledaknya bom di hotel Marriot, Kedubes Australia dan
peledakan bom diberbagai tempat di Indonesia dan puncaknya adalah
ledakan bom di Bali 2002 dan 2005 merupakan tragedi dari kejinya aksi
– aksi terorisme di berbagai belahan dunia. Diperkirakan Indonesia akan
tetap menghadapi ancaman teror yang berkepanjangan, selama dalang
utama (mastermind) para pelaku belum diungkap dan tujuannya belum
tercapai.
Menurut Wawan H.Purwanto, ancaman terorisme di Indonesia
tidak lepas dari tatanan politik global yang kini dikendalikan Amerika
Serikat dan sekutunya. Selain itu, sistem politik dalam negripun ikut
memicu aksi terorisme. Dengan dua konteks itu menurutnya ancaman
terorisme di Indonesia akan terus menganggu keamanan nasional,
regional dan international.
Ancaman terorisme di Indonesia hampir setiap tahun terjadi
peningkatan, baik secara kualitas (jumlah serangan) begitu juga secara
kualitas (jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkannya). Karna itu
dapat ditegaskan bahwa perang melawan terorisme di Indonesia untuk
beberapa tahun kedepan belum akan berakhir, bahkan dapat dikatakan
bahwa ancaman terorisme di negeri ini akan menjadi “never ending
story”, terutama selama derap langkah perang melawan terorisme oleh
aparat penegak hukum hanya mampu menangkap pelaku (operator)
lapangan aksi teror dan tidak mau menyentuh “mastermind” dan
“sumber aksi terorisme” tersebut.

4
1.4 Tindak Lanjut Pemberantasan Terorisme

Dalam mencegah dan menaggulangi terorisme,pemerintah tetap


berpedoman pada prinsip yang telah diambil sebelumnya,yakni
melakukan secara preventif dan represif yang didukung oleh upaya
pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam
menangani aktivitas, terutama dalam mengungkap jaringan terorisme.
Peningkatan kerjasama intelijen , baik dalam negeri maupun dengan
intelijen asing, melalui tukar menukar informasi dan bantuan bantuan
lainnya, terus ditingkatkan. Untuk mempersempit ruang gerak pelaku
kegiatan terorisme, Pemerintah akan terus mendorong instansi
berwenang untuk meningkatan penerbitan dan pengawasan terhadap lalu
lintas orang dan barang di bandara, pelabuhan laut, dan wilayah
perbatasan, termasuk lalu lintas aliran dana, baik domestik maupun
antarnegara. Penerbitan dan pengawasan juga akan dilakukan terhadap
tata niaga dan penggunaan bahan peledak, bahan kimia, senjata api, dan
amunisi di lingkungan TNI, Polisi, dan instansi Pemerintah. Selain itu,
TNI, Polisi, dan instansi pemerintah juga terus melakukan pengkajian
mendalam ekerja sama dengan akademisi, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama.
Disamping itu, diselenggarakannya gelar budaya dan seramah-
seramah mengenai wawasan kebangsaan dan penyebaran buku-buku
terorisme dapat mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap langkah
Pemerintah untuk memerangi terorisme di Indonesia.
Peningkatan kemampuan berbagai satuan anti teror dan intelijen
dalam menggunakan sumber-sumber primer dan jaringan informasi
diperlukan agar dapat membentuk aparat anti teror yang profesional dan
terpadu dari TNI, Polri, BIN. Selanjutnya, kerjasama Internasional juga
perlu untuk ditingkatkan karena terorisme merupakan permasalahan
lintas batas yang memiliki jarigan dan jalur tidak hanya di Indonesia.

III. Penutup

Terorisme adalah permasalahan yang kompleks. Ruang lingkup terorisme


jaman sekarang sudah lebih luas dan mengarah kepada golongan masyarakat yang
memiliki pondasi pemikiran yang lemah dan mudah digoyahkan seperti pelajar
dan mahasiswa. Pada hakekatnya mereka (teroris) punya keyakinan bahwa apa
yang mereka lakukan itu benar. Mereka mengatasnamakan agama sebagai kedok
kejahatan mereka. Padahal jika kita cermati, hal demikianlah yang bisa mengadu
domba satu agama dengan agama lain, yang tentunya juga akan merusak citra

5
bangsa Indonesia kita sendiri. Kerjasama internasional juga harus ditingkatkan
untuk memberantas terjadinya terorisme. Terorisme harus diusut tuntas sampai
ke’akar’nya, sehingga meminimalisir terjadinya hal yang lebih buruk lagi. Jangan
langsung mudah terhasut oleh anggapan-anggapan yang akan menimbulkan
pecahnya integritas suatu bangsa. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang
terdiri dari beragam kebudayaan dan tentunya itu akan menjadi alat oleh orang
asing untuk mempengaruhi pemikiran kita sebagai bangsa yang benyak memiliki
keanekaragaman.
Untuk itu perlu ditingkatkan pemahaman terhadap pendidikan anti
terorisme sejak dini dari pemerintah terhadap kalangan masyarakat guna
meminimalisir sekecil mungkin celah untuk berkembangnya terorisme di
Indonesia. Tidak hanya upaya dari pemeritah, kesadaran masyarakat merupakan
bagian penting dari keberlangsungan pendidikan anti terorisme .
Intinya, semua upaya-upaya yang dilakukan pemerintah terhadap mencegah
terjadinya tindak terorime tidak akan berjalan lancar tanpa adanya masyarakat
sebagai faktor pendukung agar mencegah adanya terjadinya terorisme di
Indonesia.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Mardenis. 2011 . Pemberantasan Terorisme . Padang . Raja Grafindo Persada.

Winarta, Frans Hendra . 2008 . Suara Rakyat Hukum Tertinggi . Jakarta . Kompas

Old.bappenas.go.id

file:///C:/Users/Acer/Downloads/Terorisme%20-%20Wikipedia%20bahasa
%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm

Anda mungkin juga menyukai