PENULIS:
Terorisme adalah suatu tindakan ektrimis yang mengancam tidak hanya keamanan
negara tetapi juga dapat menimbulkan kekacauan bagi ketahanan nasional.
Terorisme adalah ancaman bagi setiap negara bahkan dapat juga menjadi ancaman
global apabila jaringan terorisme tersebut bersifat internasional. Untuk itu perlu
bagi setiap negara menciptakan ketahanan terhadap terorisme melalui sistem
hukumnya. Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki hukum untuk
pemberantasan terorisme yang diatur dalam Undang-Undang Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Namun terlepas dari hal
tersebut, memang masih terdapat kekurangan berupa belum adanya perincian
mengenai definisi dan klasifikasi tindakan terorisme secara spesifik, juga dalam
praktiknya sering terjadi beberapa pelanggaran hak asasi manusia. Untuk itu,
maka perlu adanya perincian tentang batasan dan sistematika tindakan terorisme
mengenai bentuk permulaan bukti, pembuktian, dan juga upaya pencegahan. Juga
harus ada integrasi dengan Lembaga nasional maupun internasional untuk
mencegah dan menanggulangi tindakan terorisme.
ABSTRACT
Terrorism is an extremist act that threatens not only the security of the state but
can also cause chaos for national security. Terrorism is a threat to every country
and can even be a global threat if the terrorism network is international. Therefore,
it is necessary for every country to create resilience against terrorism through its
legal system. Indonesia itself actually has a law to eradicate terrorism which is
regulated in the Law of the Republic of Indonesia Number 9 of 2013 on
Prevention and Eradication of Criminal Acts of Terrorism Financing. However,
despite this, there are still shortcomings in the form of the absence of details
regarding the specific definition and classification of acts of terrorism, as well as
in practice there are often some human rights violations. For this reason, it is
necessary to detail the limitations and systematics of acts of terrorism regarding
the initial form of evidence, proof, and prevention efforts. There should also be
integration with national and international institutions to prevent and tackle acts of
terrorism.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan UUD NRI 1945 dijelaskan bahwa salah satu cita-cita Bangsa
Indonesia adalah untuk membentuk pemerintahan yang mampu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tupah darah Indonesia, maka untuk itu
Indonesia harus menciptakan sistemastika hukum yang terintegritas,
berkepastianya, dan berkesinambungan. Landasan ini nantinya menjadi dasar
Indonesia untuk memerangi segala bentuk tindakan terorisme di Indonesia.
Beberapa dekade ini, Indonesia telah mengalami beberapa serangan dari para
teroris yang dampaknya cukup luas. Sebagai contoh terdapat kasus bom bali 1
pada tanggal 12 Oktober 2002, kemudian Bom JW Marriot pada 5 Agustus 2003,
Bom Bali 2 yang meledak pada 1 Oktober 2005, Bom Thamrin pada 14 Januari
2016, dan yang paling terbaru kasus teror baku tembak dari kelompok separatis
papua terhadap Warga Negara Indonesia. Pelaku dalam kasus ini pada dasarnya
memiliki motif yang berbeda-beda, tetapi tindakan mereka tetap tidak dibenarkan
karena telah membahayakan masyarakat yang terkena dampak.
Maka dari itu sektor pencegahan dan pemberantasan tindakan terorisme menjadi
sangat vital bagi kelangsungan negara. Pemberantasan di sini tidak hanya
berbicara mengenai penangkapan dan eksekusi dari para kelompok teroris, tetapi
juga untuk mencegah dan mengidentifikasi bagaimana jaringan terorisme ini dapat
terbentuk. Dalam hal ini Indonesia juga harus memperhatikan kajian ilmiah dan
studi mengenai suatu kelompok terorisme secara komperehensif. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengidentifikasi jaringan dan afiliasi dari kelompok teror
ini juga upaya untuk mencegah dan mempersempit gerakan kelompok tersebut.
RUMUSAN MASALAH
ANALISIS
Dalam hal ini terdapat beberapa factor yang menjadi penyebab timbulnya aksi dan
tindakan terorisme di Indonesia. Berdasarkan pendapat Fathali Moghaddam dalam
bukunya berjudul staircase to terrorism dijelaskan bahwa penyebab dari terorisme
tidak lain adalah ketidakadilan distributif, procedural, dan interaksional. 1
Dikarenakan persepsi sudah tidak mungkin upaya diplomatis maka akhirnnya
dilakukan tindakan yang sifatnya ekstrim.
Kemudian juga tidak sedikit individu yang memiliki persepsi terhadap agamanya
yang menjadi motivasi dalam melakukan tindakan terorisme. Banyak sekali studi
yang telah menjelaskan bagaiman korelasi antara interpretasi sepihak pemeluk
suatu agama yang kemudian menimbulkan aksi teror. Di Indonesia sendiri hal ini
sering menjadi motif utama seperti kasus Bom Bali 1 dan 2 yang menargetkan
umat non islam sebagai sasaran teror. Tujuan dari teror ini adalah untuk
memberikan rasa takut umat lain dalam beribadah. Sedangkan motivasi dari
pelaku teror timbul dari interpretasi mereka bahwa orang kafir harus dimusnahkan
dan tindakan bom bunuh diri tersebut termasuk bertarung di jalan tuhan sehingga
para pelaku terror akan memiliki tempat yang istimewa di mata tuhan.2
1
Moghaddam, F. M. (2005). Staircase to terrorism: A psychological exploration. American Psychologist
2
Nelson-Pallmayer, J. (2007). Is religion killing us? (Terjemahan: Hatib Rachmawan, Bobby Setiawan). Yogyakarta:
Pustaka Kahfi.
3
Tajfel, H., Turner, J. (1979). An integrative theory of intergroup conflict.
4
Aritonang, J. S. (2006). Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
maupun teroris dibiayai, disokong, dan dipimpin oleh orang yang memiliki
kepentingan. Tetapi menggunakan bahan bakar orang-orang yang kecewa
terhadap pemerintahan.
Terlepas dari instrument hukum tersebut Indonesia juga memiliki Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT). Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Perpres Nomor
46 Tahun 2010, BNPT memiliki tugas untuk Menyusun kebijakan, strategi, dan
program nasional di bidang mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam
pelaksanaan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme;
dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan
membentuk satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah
terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.5
KESIMPULAN
5
Rajab, A. (2016). Urgensi Penguatan BNPT DalamRangka Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara. Jurnal
RECHTSVINDING; Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol.5, (No. 1, April), pp.1-15.
DAFTAR PUSTAKA