Abstrak
Kemerdekaan suatu negara selalu berjalan beriringan dengan pihak yang ingin merenggut
kedaulatan tersebut. Salah satu cerminan yang menggangu kedaulatan negara, adalah
tindakan terorisme. Tindakan tersebut menimbulkan kerugian dalam skala kecil hingga
besar. Terhitung hingga tahun 2022, terorisme hidup dalam urat nadi kehidupan
bernegara, hingga tindakan tersebut bertransformasi menjadi extraordinary crime.
Kedudukan politik hukum pidana menjadi kunci keberhasilan untuk menanggulangi
tindakan terorisme, salah satunya dengan pelibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dalam penindakan awal terhadap tindakan terorisme. Penelitian ini bertujuan membahas
dua hal, yaitu: Pertama, urgensi pelibatan TNI dalam pelibatan awal penanggulangan
terorisme. Kedua, desain pelibatan TNI dalam penindakan awal tindak pidana terorisme.
Metode penelitian dalam tulisan ini adalah yuridis normatif (normative legal research),
dengan menggunakan metode pendekatan konseptual (conceptual approach). Penelitian
ini menghasilkan dua kesimpulan utama, yakni: Pertama, efektifitas waktu dalam hal
penangkapan terorisme karena kurang sigapnya Datasemen 88 Antiteror milik Polri
dalam hal penyergapan yang membutuhkan waktu cukup lama, aksi teror yang
berdampak terhadap ancaman pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lagi
dianggap sebagai ancaman keamanan, namun juga menjadi ancaman pertahanan turut
taruhannya. Kedua, desain pelibatan TNI dalam penindakan awal tindak pidana terorisme
yakni: Apabila terdapat indikasi gerakan terorisme maka peran TNI membantu dengan
informasi intelejen, jika terjadi tindak terorisme yang mengancam/menimbulkan korban
masyarakat maka TNI memberikan back up kepada Polri, jika Polri belum ada di tempat
maka TNI melakukan tindakan awal penanggulangan hingga Polri datang, adanya
serangan terorisme terhadap instansi pemerintah/simbol negara maka peran TNI
melakukan tindakan penanggulangan.
Kata kunci: Kedaulatan, TNI, Terorisme.
Pendahuluan
Indonesia bukanlah negara yang tidak
Indonesia dewasa ini, dihadapkan dengan memiliki aturan yang mengatur terkait
sekelumit permasalahan yang mengancam terorisme, hal ini bisa dilihat pada Undang-
pertahanan dan keamanan negara yang Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang
berimplikasi pada rusaknya keutuhan dan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
kedaulatan negara. Salah satu permasalahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
yang sangat krusial adalah aksi terorisme. tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme merupakan suatu permasalahan Terorisme. Di dalam pasal 9 Undang-
global yang menjadi ancaman nyata bagi Undang tersebut, secara tegas telah
dunia tidak terkecuali Indonesia. Apabila menyebutkan sanksi yang akan diberikan
dilihat dari perkembangan saat ini dan yang kepada pelaku terorisme. 4 Meskipun telah
akan datang menunjukkan bahwa aksi ada aturan yang mengatur tentang aksi
terorisme semakin meningkat baik dalam terorisme, tetap masih banyak sekelompok
kualitas maupun kuantitas yang dapat orang maupun oknum yang masih
berpotensi mengganggu stabilitas keamanan melakukan aksi tersebut.
ditingkat regional, nasional dan Menyadari dampak yang dirasakan secara
intenasional.1 langsung oleh Indonesia sebagai akibat dari
Terorisme kian jelas menjadi momok bagi Tragedi bom Bali, merupakan kewajiban
peradaban modern. Sifat tindakan, pelaku, pemerintah untuk secepatnya mengusut
tujuan strategis, motivasi, hasil yang tuntas aksi terorisme tersebut dengan
diharapkan serta dicapai, target-target serta memidana pelaku dan aktor intelektual
metode teror kini semakin luas dan dibalik peristiwa tersebut. Hal ini menjadi
bervariasi. Sehingga semakin jelas bahwa prioritas utama dalam penegakan hukum.
teror bukan sebagai bentuk kejahatan Untuk melakukan pengusutan, diperlukan
kekerasan destruktif biasa, melainkan sudah perangkat hukum yang mengatur tentang
merupakan kejahatan terhadap perdamaian Tindak Pidana Terorisme.
dan keamanan umat manusia (crimes against Salah satu perangkat hukum yang
peace and security of mankind).2 berperan penting dalam penyelesaian kasus
Aksi terorisme bukanlah hal yang baru di terorisme adalah Tentara Nasional Indonesia
Indonesia. Berbagai aksi telah digencarkan (TNI) yang notabennya merupakan alat
oleh para terorisme yang menguncangkan pertahanan negara. Undang Undang Nomor
pertahanan dan keamanan negara. Data yang 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional
ada pada Kepolisian Republik Indonesia Indonesia (UU TNI) disebutkan bahwa tugas
menunjukkan bahwa pada tahun 1999 pokok TNI melalui operasi militer selain
sampai dengan tahun 2002 bom yang perang (OMSP) adalah mengatasi aksi
meledak tercatat 185 buah, dengan korban terorisme. 5 Dalam mengatasi aksi terorisme
meninggal dunia 62 orang dan luka berat 22 TNI tidak melakukan tugas/bantuan kepada
orang. Data terbaru menunjukan bahwa instansi manapun. Pelaksanaan tugas yang
terjadi peningkatan aksi terorisme pada tahun diamanatkan pada point ini berbeda dengan
2016 yaitu sebanyak 170 kasus sedangkan yang tertera di point 9 s.d 14, dimana TNI
pada tahun 2015 hanya terjadi 82 kasus. 3 ditugaskan untuk memberikan bantuan pada
Peristiwa ledakan bom Bali di kawasan instansi-instansi yang disebutkan.
wisata Legian, Kuta, Bali telah menambah Berdasarkan Undang-Undang tersebut
lembaran hitam kejahatan terorisme di jelaslah bahwa TNI dapat dan harus berperan
Indonesia. aktif dalam mengatasi aksi-aksi terorisme.
Mantan Direktur Jenderal Strategi
1Mayjen TNI Hotma Marbun, Implementasi Peran TNI
Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/28/08595961/28.M
6 Mayjen TNI Hotma Marbun, Implementasi aret.1981.Pesawat.Woyla.Garuda.Indonesia.Dibajak, pada
Peran…Op.Cit., p. 10 tanggal 1 September 2022
latihan perang, jungle dan sea survival, tidak bisa diberantas hanya dengan berbagai
paramiliter, bahkan doktrin berani mati demi perangkat kebijakan dan kewenangan hukum
negara dan sebagainya, sehingga insting yang sudah ada. Secara faktual masih
memburu mereka lebih tajam dan mumpuni. terdapat beberapa persoalan teror terkini
Walaupun Densus 88 juga menjalani khursus yang terjadi sebelum adanya
seperti itu, namun kemampuannya tetap tidak serangan,misalnya: pendukung ISIS yang
bisa disamakan oleh TNI, sebab setelah mengirim WNI ke Irak dan Suriah dan
anggota Polri yang direkomendasikan masuk kembalinya mereka sebagai pejuang teror
kesatuan khusus itu, mereka hanya menjalani asing (foreign terrorist fighter), dan
pelatihan tersebut selama beberapa tahun, permufakatan atau persiapan rencana aksi
beda dengan TNI yang memang dari teror. 10 Bahwa rangkaian tindak pidana
pendidikan hingga masa pensiunnya tetap terorisme yang terjadi di wilayah NKRI
tetap dididik dan dilatih untuk hal tersebut.9 tidak hanya mengakibatkan hilangnya nyawa
Dari uraian di atas jelas dan terang bahwa tanpa memandang korban, menimbulkan
dalam penindakan hingga penangkapan yang ketakutan terhadap masyarakat secara luas,
dilakukan antara Datasemen 88 anti teror dan kerugian harta benda namun juga
Polri dengan Datasemen anti teror milik TNI berdampak luas terhadap kehidupan sosial,
memiliki kemampuan yang berbeda. Hal ini ekonomi, politik, dan hubungan
11
juga dipengaruhi oleh waktu pelatihan anti internasional.
teror yang diemban di Lembaga tersebut. Menurut Samuel Huntington (1993)
Oleh karena itu perlunya penindakan awal bahwa tujuan keberadaan militer diberbagai
penanggulangan tindak pidana terorisme oleh dunia adalah untuk melawan musuh dalam
TNI tindak pidana terorisme yang selama ini peperangan 12 , termasuk dalam hal ini aksi
terjadi di Indonesia digolongkan sebagai terorisme. Hal ini merupakan raison d’être
kejahatan serius dan/atau kejahatan luar biasa atau prinsip utama dari peran militer. Oleh
terhadap kemanusiaan, keamanan negara, karena, militer direkrut, diatur, dilatih, dan
dan kedaulatan negara serta terhadap dipersenjatai hanya untuk kepentingan
berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, tersebut. Dalam hal pertahanan terdapat
berbangsa, dan bernegara sehingga beberapa kesatuan anti teror lain yang berada
penanggulangan tindak pidana terorisme di bawah naungan TNI, seperti Detasemen 81,
perlu dilakukan secara berkesinambungan, Detasemen Bravo 90, dan Detasemen Jala
terarah, dan terpadu, yang meliputi aspek Mangkara (Denjaka). Kesatuan anti teror yang
pencegahan dan pemberantasan guna dimiliki oleh TNI dapat menjangkau segala
memelihara kehidupan yang aman dan penjuru baik darat, udara, maupun laut. Oleh
damai. karena itu, kesatuan anti teror yang dimiliki
TNI telah terlatih untuk menangani setiap
serangan terorisme dalam menjaga pertahanan
NKRI.
2. Aksi Teror yang Berdampak Pada Dari uraian diatas jelas dan terang bahwa
Perthanan Negara Kesatuan peran militer dipandang penting mengingat
Republik Indonesia terorisme tidak saja menimbulkan dampak
korban sipil yang tidak berdosa saja, tetapi
Luasnya cakupan dari penanganan juga keamanan dan pertahanan nasional juga
terorisme dapat dilihat dari sifat ancaman menjadi taruhannya.
dari aksi teror yang tidak terbatas pada
tindak pidana, tetapi juga dapat dilihat 3. Kewenangan Militer Turut Menjadi
sebagai ancaman terhadap pertahanan Bagian dalam Penanggulangan Aksi
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). bahwa ancaman teror dari berbagai 10
Novianti, Wacana Pelibatan Tni Dalam
kelompok terorisme yang ada di Indonesia Pemberantasan Terorisme, dalam Majalah Info Singkat
Hukum Vol. VIII, No. 10/II/P3DI/Mei/2016, p. 3
11 Lihat ketentuan penjelasan Undang Undang Nomor 9
9 Ari Setyo Nugroho, Pentingnya Komando Operasi Tahun 2013 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
Khusus Tni Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Pidana Pendanaan Terorisme
12 Samuel Huntington, New Contingencies, Old Roles,
Terorisme, dalam jurnal Defendonesia Volume 1 Nomor 1,
Desember 2013. pp. 8-9 Joint Forces Quarterly, 1993. p. 40-43
Terorisme Kendali Operasi. 17 sehingga TNI dapat
berperan aktif dalam upaya penanggulangan
Melalui Undang Undang Nomor 34 teror sesuai dengan apa yang telah
Tahun 2004 Tentang TNI, TNI memiliki diamanatkan oleh UU No. 34 tahun 2004
kewenangan untuk mengunakan operasi pasal 7 ayat 2 terkait dengan Operasi Militer
militer selain perang untuk ikut dalam Selain Perang.
berbagai upaya menanggulangi ancaman
keamanan seperti mengatasi gerakan B. Desain Pelibatan Militer dalam
separatis bersenjata, pemberontakan Penindakan Awal Aksi Terorisme
bersenjata, aksi terorisme, mengamankan
wilayah perbatasan, dan mengamankan objek Tantangan terbesar bagi Pemerintahan
vital nasional yang bersifat strategis 13 Sipil di Indonesia adalah bagaimana
sebagaimana ketentuan tersebut dilaksanakan mengefektifkan kontrol sipil atas semua
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik institusi reformasi bidang keamanan
negara.14 tersebut. Mengrefleksikan dengan konsep
Pelibatan TNI dalam penanganan negara demokratik, maka kontrol sipil atas
terorisme dibolehkan sepanjang memang militer dalam persfektif hubungan sipil-
sudah disetujui oleh pemerintah dalam militer. Huntington memberikan dua bentuk
bentuk sebuah keputusan politik yang kontrol sipil. Pertama, kontrol sipil
konkret. Namun, keputusan politik yang subyektif (subjective civilian control), yaitu
disusun itu diakui tidak selalu diikuti dengan memaksimalkan kekuasaan sipil. model ini
adanya keleluasaan waktu. Dalam konteks diartikan sebagai upaya meminimalisir
ancaman atau situasi yang dapat diprediksi kekuasaan militer, dan memaksimalkan
terjadi, keputusan politik yang dibuat bisa kekuasaan kelompok sipil. Kedua, kontrol
secara rinci dan bahkan dikonsultasikan atau sipil obyektif (objective Civillian control),
disetujui oleh legislatif. Sementara dalam yakni memaksimalkan profesionalisme
situasi tertentu atau dalam kegentingan yang militer.
memaksa presiden bisa saja Model ini menunjukkan adanya
menginstruksikan TNI secara lisan, apalagi pembagian kekuasaan politik antara
jika derajat atau gradasi ancaman terbilang kelompok militer dan kelompok sipil yang
tinggi.15 kondusif menuju perilaku professional. 18
Secara ratio legis hal tersebut dibenarkan Hakikat dari adanya kontrol sipil objektif
mengingat Presiden memegang kekuasaan adalah Kontrol sipil obyektif akan
yang tertinggi atas Angkatan Darat, melahirkan hubungan sipil-militer yang
Angkatan Laut dan Angkatan sehat dan lebih berpeluang menciptakan
16
Udara. Bahkan menurut Dosen Hubungan prinsip supremasi sipil. 19 maka dalam hal
Internasional UI Edy Prasetyono bentuk menciptakan penanganan tindak pidana
pelibatan TNI dalam menangani terorisme terorisme perlu melahirkan konsep baru
bisa dilakukan dalam dua cara, intelijen dan dalam penindakan awal tindak pidana
penindakan. Cara pertama lebih terfokus terorisme dengan mengkombinasikan
pada upaya pengumpulan informasi intelijen kewenangan antara Polri-TNI. Pemerintah
untuk peringatan dini (early warning). pada saat ini menempatkan pasukan milik
Sedangkan cara kedua, berupa penindakan, TNI berada dibelakang tim anti-teror milik
yang dapat dilakukan dalam dua model, Polri. Detasemen khusus 88 menjadi
Bawah Kendali Operasi (BKO) dan Alih Leading Sector dalam operasi
penanggulangan tindak pidana terorisme di
13 Lihat Pasal 7 ayat 2 Huruf B UU Terorisme 17Kompas, Op. Cit. Keputusan Politik…
14 18
Lihat pasal 7 ayat 3 UU Terorisme Huntington dalam Hankam 2007. TNI dan Polri:
15 Kompas, Keputusan Politik Libatkan TNI Bisa Analisis tentang Penataan Kelembagaan Politik dalam
Berbentuk Instruksi, Diakses dari Pembaruana Bidang Keamanan di Indonesia. Jakarta:
http://nasional.kompas.com/read/2009/08/25/17075679/Keput Dephankam RI. p. 43
19 Mirtusin, 2010, Tugas Pertahanan Tentara Nasional
usan.Politik.Libatkan.TNI.Bisa.Berbentuk.Instruksi. Pada
tanggal 1 September 2022 Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia,
16 Lihat pasal 10 Undang Undang Dasar Negara Thesis, Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Lambung
Republik Indonesia Tahun 1945 Mangkurat Banjarmasin. Pp 35-36
Indonesia. Padahal, bila mengacu kepada pembagian peran antara Polri dan TNI perlu
UU No 2 Tahun 2002 tentang Polri atau di koordinasikan oleh Badan Nasional
dalam Susunan dan kedudukan Kepolisian Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal ini
Negara Republik Indonesia yang tercantum sesuai dengan tujuan pembentukan BNPT
pada BAB II Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 Pasal yang diatur dalam pasal 2 Peraturan
9 dan Pasal 10 UU No.2 Tahun 2002 Presiden No 46 Tahun 2010 bahwa BNPT
tersebut dan UU No.34 Tahun 2004 tentang mempunyai tugas:
TNI separatism menjadi titik temu tugas a. menyusun kebijakan, strategi, dan
antara TNI dan Polri. program nasional di bidang
Sejatinya TNI dalam hal pertahanan penanggulangan terorisme;
menjadi unsur utama, dan Polri menjadi b. mengkoordinasikan instansi pemerintah
unsur pendukung. Selama ini penugasan terkait dalam pelaksanaan dan
dari terhadap aksi terror terkait separatism melaksanakan kebijakan di bidang
adalah oleh Brimob Polri, dengan Unit anti penanggulangan terorisme;
teror dan Gegana. 20 Keikutsertaan TNI c. melaksanakan kebijakan di bidang
dalam pemberantasan terorisme merupakan penanggulangan terorisme dengan
upaya preventif. TNI yang merupakan membentuk Satuan Tugas-Satuan Tugas
bagian dari masyarakat dan bangsa memiliki yang terdiri dari unsur-unsur instansi
tanggung jawab yang sama dalam pemerintah terkait sesuai dengan tugas,
memerangi terorisme. Mengoptimalkan fungsi, dan kewenangan masing-masing.
kembali peran Babinsa 21 tidak perlu
dicurigai secara berlebihan, dan yang jelas Maka dalam hal pembagian peran Polri-
perannya nanti untuk membantu aparat TNI dalam penanggulangan tindak pidana
kepolisian.22 terorisme akan di gambarkan sebagai
Militer akan turun tangan jika itu berikut:
menyangkut mengenai terorisme yang juga
berdampak pada stabilitas nasional, 1. Apabila terdapat indikasi Gerakan
penggunaan senjata biologi dan kimia, terorisme, maka POLRI melakukan
penyanderaan, pembajakan, dan lain-lain. penyelidikan dan TNI membantu
Selain itu, dalam kacamata intelijen juga dengan informasi intelijen;
menyetujui pelibatan militer ketika 2. Apabila terdapat ancaman terorisme,
menghadapi musuh yang berada pada level POLRI melakukan penyelidikan dan
top of enemy dalam suatu rantai terorisme, pencegahan sedangkan TNI
yang berarti bahwa untuk menghadapi memberikan back up kepada POLRI
musuh dengan level yang kuat diperlukan
jika diminta atau diperlukan;
kekuatan yang kuat pula sehingga terjadi
keseimbangan kekuatan. Selain itu, alasan 3. Apabila terjadi aksi terorisme yang
lainnya bahwa ketika melibatkan militer mengancam dan menimbulkan korban
situasinya sudah berada dalam situasi yang masyarakat, maka POLRI dapat
matang karena militer selalu bernuansa melakukan penanggulangan,
eliminasi terhadap musuh yang secara penyelidikan, penyidikan, dan
hukum sudah tidak diharapkan lagi untuk penanganan korban sedangkan TNI
hidup. 23 Maka untuk mengoptimalkan memberikan back up kepada Polri,
jika Polri belum ada di tempat maka
TNI melakukan tindakan awal
20 Galih Priatmodjo.Densus 88: The Under cover squad.
penanggulangan hingga Polri
pp 82-83.
21 BABINSA adalah Bintara Pembina Desa adalah salah datang/siap;
satu kekuatan Kodam (Komando Daerah Militer) yang 4. Apabila terjadi serangan terorisme
dinaungi secara berturut-turut oleh Komando Rayon Militer
(Koramil), Komando Distrik Militer (Kodim), dan Komando terhadap instansi pemerintah/ simbol
Resort Militer (Korem) negara, maka POLRI melakukan back
22 Diakses dari www. TNI.MIL.com. Keterlibatan TNI
Buku
Abdul Wahid, Sunardi dan Muhammad Khaidir Anwar, Hukum Internasional II,
Imam Sidik, (sebagaimana dikutip dari Bandar Lampung: Universitas Lampung
Muladi), Demokrasi Hak Asasi Manusia 2011, hlm. 30
dan Reformasi Hukum di Indonesia,
(Jakarta: Habibie Center, 2002). Hlm. 24 Majelis Permusyawaratan Rakyat RI,
Panduan Pemasyarakatan Undang-
Anak Agung Banyu Prawita, Pengantar Undang Dasar 1945, Sekretaris Jenderal
Hubungan Internasional, PT. Remaja MPR RI, Jakarta: 2016, hlm. 68
Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 121.
Sigit Riyanto, Kedaulatan Negara dalam
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Kerangka Negara Hukum, Yogyakarta:
Hak Asasi Manusia, C.V. Mandar Maju, Universitas Gajah Mada, 2012 hlm 7
Bandung: 2012, hlm.1
Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan
Chazawi, Adami dan Ardi Ferdian. Tindak Psiko-Politis. Peran Media, Kemiskinan,
Pidana Informasi & Transaksi dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan
Elektronik. Malang: Bayumedia Obor Indonesia, 2010), hlm. 282
Publishing, 2011.
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara
Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Dalam Dimensi Hukum Internasional,
Bandung: Binacipta, 1996 hlm 89. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011 hlm. 8
Huntington dalam Hankam 2007. TNI dan Mulyana W. Kusumah, Terorisme dalam
Polri: Analisis tentang Penataan Perspektif Politik dan Hukum, Jurnal
Kelembagaan Politik dalam Pembaruana Kriminologi Indonesia FISIP UI, Vol 2
Bidang Keamanan di Indonesia. Jakarta: Nomor III, Depok:2002, hlm. 22
Dephankam RI. hlm. 43
Novianti, Wacana Pelibatan Tni Dalam
Huntington dalam Hankam 2007. TNI dan Pemberantasan Terorisme, dalam Majalah
Polri: Analisis tentang Penataan Info Singkat Hukum Vol. VIII, No.
Kelembagaan Politik dalam Pembaruana 10/II/P3DI/Mei/2016, hlm. 3
Bidang Keamanan di Indonesia. Jakarta:
Dephankam RI. hlm. 43 Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indriyanto Seno Adji, “Terorisme dan HAM” Indonesia Tahun 1945
dalam Terorisme: Tragedi Umat
Manusia, Jakarta: O.C. Kaligis & TAP MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang
Associates, Jakarta, 2001. hlm. 102 Peran TNI dan Peran POLRI
Internet