0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang terorisme dan radikalisme dalam pandangan Pancasila khususnya Sila Kedua. Terorisme dapat tumbuh karena faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Pancasila sebagai ideologi Indonesia diharapkan dapat mencegah terorisme melalui nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai Sila Kedua serta semangat persatuan dan kesatuan bangsa sesuai Sila
Dokumen tersebut membahas tentang terorisme dan radikalisme dalam pandangan Pancasila khususnya Sila Kedua. Terorisme dapat tumbuh karena faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Pancasila sebagai ideologi Indonesia diharapkan dapat mencegah terorisme melalui nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai Sila Kedua serta semangat persatuan dan kesatuan bangsa sesuai Sila
Dokumen tersebut membahas tentang terorisme dan radikalisme dalam pandangan Pancasila khususnya Sila Kedua. Terorisme dapat tumbuh karena faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Pancasila sebagai ideologi Indonesia diharapkan dapat mencegah terorisme melalui nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai Sila Kedua serta semangat persatuan dan kesatuan bangsa sesuai Sila
JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG
OKTOBER 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar Amerika Serikat.Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua diantaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung Pentagon. Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi Terorisme sebagai musuh internasional.Pembunuhan massal tersebut telah mempersatukan dunia melawan Terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali I, tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindak Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh Indonesia sebagai akibat dari Tragedi Bom Bali I, merupakan kewajiban pemerintah untuk secepatnya mengusut tuntas Tindak Pidana Terorisme itu dengan memidana pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. Hal ini menjadi prioritas utama dalam penegakan hukum.Untuk melakukan pengusutan, diperlukan perangkat hukum yang mengatur tentang Tindak Pidana Terorisme. Menyadari hal ini dan lebih didasarkan pada peraturan yang ada saat ini yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) belum mengatur secara khusus serta tidak cukup memadai untuk memberantas Tindak Pidana Terorisme, Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk membentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan menyusun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1 tahun 2002, yang pada tanggal 4 April 2003 disahkan menjadi Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan terorisme? 2. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh terorisme? 3. Apakah hubungan antara terorisme dengan pancasila sile ke-2? 1.3 Rumusan Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dituliskan rumusan tujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan terorisme. 2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh terorisme. 3. Mengetahui hubungan antara terorisme dengan pancasila sila ke-2. BAB II PEMBAHASAN
Pancasila sebagai ideologi bangsa, saat ini dihadapakan pada masalah
terorisme. Kurangnya pemahaman nilai-nilai pancasila di tengah masyarakat ini yang memunculkan terorisme di Indonesia. Tindakan teror yang kian marak dan mengancam menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi semua orang yang menghancurkan pilar-pilar peradaban bangsa Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia menjadi topik hangat pembicaraan setelah terjadinya kasus Bom Bali baik yang pertama maupun yang kedua. Dua aksi terorisme ini menjadi salah satu aksi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, bahkan di dunia. Aksi terorisme di Indonesia tidak berhenti hanya sampai disitu, serentetan aksi lain terjadi beberapa kota lain diantaranya Bom JW Marriot, Bom di Bursa Efek Jakarta, Bom di beberapa gereja, hingga yang baru-baru ini terjadi di Solo yakni aksi terorisme yang menjadikan polisi sebagai sasaran utamanya. Sebenarnya, beberapa tokoh atau dalang dari aksi terorisme di Indonesia sudah ditangkap seperti Amrozi, Ali Imron, Dr. Azhari serta Ali Gufron, namun kasus-kasus terorisme rupanya justru semakin marak dan gerakannya semakin sulit untuk ditebak. Pengertian terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Aksi terorisme mengandung makna bahwa serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam. Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasan panik, tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadapa kemampuan pemerintah. Terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat tindakan, pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapakan serta dicapai, target-target serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga semakin jelas bahwa teror merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia. Oleh karena itu, terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang sudah semestinya harus dibasmi dan ditindak secara tegas pelakunya, sebab telah membahayakan stabilitas negara Indonesia. Terorisme dapat berkembang disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum, masalah-masalah yang bisa menyebabkan adanya pertumbuhan aksi terorisme adalah karena kondisi politik, masalah transnasional, ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan ideologi. Realitasnya, mereka mengatasnamakan terorisme untuk memperjuangkan ideologi agama. Pada saat seperti sekarang ini, kegiatan-kegiatan terorisme hampir seluruhnya dikaitkan dengan islam. Islam dipandang sebagai salah satu agama yang keras dan menggunakan cara-cara seperti aksi terorisme untuk menjalankan beberapa tujuan misalnya jihad. Ideologi yang dianut pemerintah dan ideologi yang dianut para teroris yang berbeda memicu terhadap suburnya pertumbuhan kelompok teroris. Upaya menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap ideologi yang berlaku ini menimbulkan akibat fatal. Pancasila adalah ideologi dasar yang menjadi falsafah bagi Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangasa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, tentunya diharapakan mampu menyelesaikan persoalana terorisme di Indonesia. Pancasila adalah petunjuk hidup manusia untuk bertindak dan berbuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Persoalan munculnya terorisme di Indonesia disebabkan pula karena kurangnya penguatan pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, yang sesunggahnya mempunyai nilai moral positif sebagai upaya pencegahan terorisme. Pancasila tidak pernah diamalkan sehingga menumbuhkan pelaku teror. Cara teror atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia. Apabila masyarakat mampu memahami nilai-nilai luhur Pancasila, maka tidak mungkin terciptanya aksi terorisme. Pancasila adalah alat pemersatu bangsa Indonesia, sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu biarpun kita berbeda- beda tetapi tetap satu jua. Pancasila bukan sebuah wacana saja, tetapi nilai-nilai Pancasila perlu diamalkan dalam setiap tindakan dan perbuatan manusia. Penanaman dan pemahaman Pancasila itu harus dilakukan untuk memerangi aksi terorisme yang kian marak. Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup perlu dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan antar umat manusia. Dalam sila kedua, Kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan banyak orang. Menempatkan kesatuan , persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, memajukan persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika sesuai dengan sila ketiga Persatuan Indonesia, sehingga aksi terotisme dapat diatasi dan dicegah sesuai pemahaman tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan terorisme di Indonesia, dapat dilakukan dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Masyarakat harus banyak mengamalkan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, menumbuhkan rasa kebengsaan karena Pancasila memuat makna keberagaman dan kebersamaan yang dapat mencegah aksi terorisme, sehingga akan terciptanya ketentraman dan kedamaian bagi setiap manusia. BAB III KESIMPULAN munculnya terorisme di Indonesia disebabkan karena kurangnya penguatan pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, Pancasila tidak pernah diamalkan sehingga menumbuhkan pelaku teror. Didalam sila kedua, Kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan banyak orang. untuk mengatasi persoalan terorisme di Indonesia, dapat dilakukan dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Dengan begitu dapat mencegah aksi terorisme dan terciptanya ketentraman dan kedamaian bagi setiap manusia.