Anda di halaman 1dari 7

TERORISME DAN RADIKALISME DALAM PANDANGAN PANCASILA

SILA KEDUA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila


pada semester ganjil tahun 2019

OLEH

BINTANG ADI PRADANA 1641220001


BRAHMA DWIKA L.P.A 1741223003
DIMAS TRI UTOMO 1641220038
GHAZY ARKAN 1641220007
IBNU KHOLIS 1541220035

PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF ELEKRONIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG

OKTOBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual
terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai
“September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan
melalui udara, tidak menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan
pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap
oleh radar Amerika Serikat.Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat
dibajak, dua diantaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World
Trade Centre dan gedung Pentagon.
Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik
seluruh negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk
memerangi Terorisme sebagai musuh internasional.Pembunuhan massal
tersebut telah mempersatukan dunia melawan Terorisme Internasional.
Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali I, tanggal 12 Oktober
2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil terbesar di
dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang.
Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu
tindak Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh
Indonesia sebagai akibat dari Tragedi Bom Bali I, merupakan kewajiban
pemerintah untuk secepatnya mengusut tuntas Tindak Pidana Terorisme itu
dengan memidana pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. Hal
ini menjadi prioritas utama dalam penegakan hukum.Untuk melakukan
pengusutan, diperlukan perangkat hukum yang mengatur tentang Tindak
Pidana Terorisme. Menyadari hal ini dan lebih didasarkan pada peraturan yang
ada saat ini yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) belum
mengatur secara khusus serta tidak cukup memadai untuk memberantas
Tindak Pidana Terorisme, Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk
membentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu
dengan menyusun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
nomor 1 tahun 2002, yang pada tanggal 4 April 2003 disahkan menjadi
Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan terorisme?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh terorisme?
3. Apakah hubungan antara terorisme dengan pancasila sile ke-2?
1.3 Rumusan Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dituliskan rumusan tujuan sebagai
berikut.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan terorisme.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh terorisme.
3. Mengetahui hubungan antara terorisme dengan pancasila sila ke-2.
BAB II
PEMBAHASAN

Pancasila sebagai ideologi bangsa, saat ini dihadapakan pada masalah


terorisme. Kurangnya pemahaman nilai-nilai pancasila di tengah masyarakat ini
yang memunculkan terorisme di Indonesia. Tindakan teror yang kian marak dan
mengancam menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi semua orang yang
menghancurkan pilar-pilar peradaban bangsa Indonesia.
Aksi terorisme di Indonesia menjadi topik hangat pembicaraan setelah
terjadinya kasus Bom Bali baik yang pertama maupun yang kedua. Dua aksi
terorisme ini menjadi salah satu aksi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia,
bahkan di dunia. Aksi terorisme di Indonesia tidak berhenti hanya sampai disitu,
serentetan aksi lain terjadi beberapa kota lain diantaranya Bom JW Marriot, Bom
di Bursa Efek Jakarta, Bom di beberapa gereja,
hingga yang baru-baru ini terjadi di Solo yakni aksi terorisme yang menjadikan
polisi sebagai sasaran utamanya. Sebenarnya, beberapa tokoh atau dalang dari
aksi terorisme di Indonesia sudah ditangkap seperti Amrozi, Ali Imron, Dr. Azhari
serta Ali Gufron, namun kasus-kasus terorisme rupanya justru semakin marak dan
gerakannya semakin sulit untuk ditebak.
Pengertian terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang
bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Aksi
terorisme mengandung makna bahwa serangan teroris yang dilakukan tidak
berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu pelakunya
(teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam. Terorisme mempunyai
tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian
dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Terorisme digunakan
sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasan panik, tidak menentu serta
menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadapa kemampuan pemerintah.
Terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat
tindakan, pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapakan serta dicapai,
target-target serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga
semakin jelas bahwa teror merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan
keamanan umat manusia. Oleh karena itu, terorisme merupakan kejahatan luar
biasa yang sudah semestinya harus dibasmi dan ditindak secara tegas pelakunya,
sebab telah membahayakan stabilitas negara Indonesia.
Terorisme dapat berkembang disebabkan oleh berbagai faktor. Secara
umum, masalah-masalah yang bisa menyebabkan adanya pertumbuhan aksi
terorisme adalah karena kondisi politik, masalah transnasional, ekonomi, sosial,
budaya, politik, bahkan ideologi. Realitasnya, mereka mengatasnamakan
terorisme untuk memperjuangkan ideologi agama. Pada saat seperti sekarang ini,
kegiatan-kegiatan terorisme hampir seluruhnya dikaitkan dengan islam. Islam
dipandang sebagai salah satu agama yang keras dan menggunakan cara-cara
seperti aksi terorisme untuk menjalankan beberapa tujuan misalnya jihad. Ideologi
yang dianut pemerintah dan ideologi yang dianut para teroris yang berbeda
memicu terhadap suburnya pertumbuhan kelompok teroris. Upaya menyampaikan
ketidakpuasan mereka terhadap ideologi yang berlaku ini menimbulkan akibat
fatal.
Pancasila adalah ideologi dasar yang menjadi falsafah bagi Indonesia.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangasa dan bernegara
bagi bangsa Indonesia, tentunya diharapakan mampu menyelesaikan persoalana
terorisme di Indonesia. Pancasila adalah petunjuk hidup manusia untuk bertindak
dan berbuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Persoalan munculnya terorisme di Indonesia disebabkan pula karena
kurangnya penguatan pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika, yang sesunggahnya mempunyai nilai moral positif sebagai upaya pencegahan
terorisme. Pancasila tidak pernah diamalkan sehingga menumbuhkan pelaku teror.
Cara teror atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia.
Apabila masyarakat mampu memahami nilai-nilai luhur Pancasila, maka tidak
mungkin terciptanya aksi terorisme. Pancasila adalah alat pemersatu bangsa
Indonesia, sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu biarpun kita berbeda-
beda tetapi tetap satu jua.
Pancasila bukan sebuah wacana saja, tetapi nilai-nilai Pancasila perlu
diamalkan dalam setiap tindakan dan perbuatan manusia. Penanaman dan
pemahaman Pancasila itu harus dilakukan untuk memerangi aksi terorisme yang
kian marak. Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi Pancasila sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, hormat-menghormati dan
bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup perlu dilakukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi
terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan
antar umat manusia.
Dalam sila kedua, Kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia,
tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan
banyak orang.
Menempatkan kesatuan , persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa
dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, memajukan persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika sesuai dengan sila ketiga
Persatuan Indonesia, sehingga aksi terotisme dapat diatasi dan dicegah sesuai
pemahaman tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan terorisme di Indonesia, dapat
dilakukan dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui
nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Masyarakat harus
banyak mengamalkan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, menumbuhkan rasa
kebengsaan karena Pancasila memuat makna keberagaman dan kebersamaan yang
dapat mencegah aksi terorisme, sehingga akan terciptanya ketentraman dan
kedamaian bagi setiap manusia.
BAB III
KESIMPULAN
munculnya terorisme di Indonesia disebabkan karena kurangnya
penguatan pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,
Pancasila tidak pernah diamalkan sehingga menumbuhkan pelaku teror.
Didalam sila kedua, Kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia,
tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan
banyak orang. untuk mengatasi persoalan terorisme di Indonesia, dapat dilakukan
dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui nilai-nilai
Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Dengan begitu dapat
mencegah aksi terorisme dan terciptanya ketentraman dan kedamaian bagi setiap
manusia.

Anda mungkin juga menyukai