MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Studi Islam”
Oleh:
Kelompok 9
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Terorisme .................................................................................. 3
2.2 Contoh Gerakan Terorisme ......................................................................... 5
2.3 Gerakan Radikal Terorisme ...................................................................... 11
2.4 Motif Dari Gerakan Terorisme.................................................................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terorisme?
2. Jelaskan contoh dari gerakan terorisme!
3. Jelaskan gerakan radikal terorisme!
4. Jelaskan motif dari gerakan terorisme!
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari terorisme.
2. Memahami contoh dari gerakan terorisme.
3. Memahami gerakan radikal terorisme.
4. Memahami motif dari gerakan terorisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terorisme berasal dari kata teror, yang secara etimologis mencakup arti :
1. perbuatan (pemerintah dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam, bengis,
dan sebagainya); 2. usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh
seseorang atau golongan. Sedangkan terorisme berarti penggunaan kekerasan atau
menimbulkan ketakutan dalam usaha untuk mencapai tujuan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1990: 939).1 Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau
tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan dan paksaan terhadap
individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau
masyarakat dengan tujuan politik, agama dan idiologi. Terorisme tidak sama
dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya
langsung, sedangkan terorisme tidak. Korban tindakan Terorisme seringkali
adalah orang yang tidak bersalah. Kaum teroris bermaksud ingin menciptakan
sensasi agar masyarakat luas memperhatikan apa yang mereka perjuangkan.
Senada dengan itu Lukman Hakim yang mengutip pendapat Kerstetter, terorisme
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan ditengarai telah ada sejak jaman Yunani
Kuno, Romawi Kuno, dan pada abad pertengahan. Terorisme merupakan suatu
mazab/aliran kepercayaan melalui pemaksaan kehendak guna menyuarakan pesan,
asas dengan cara melakukan tindakan ilegal yang menjurus ke arah kekerasan,
kebrutalan bahkan pembunuhan yang bertujuan untuk melumpuhkan otoritas
pemerintah.2
1
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 413.
2
Baidhowi, “Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme”, Vol.3 No.1 (2017), 206.
3
pada Bab III (Tindak Pidana Terorisme), Pasal 6, 7, bahwa setiap orang dipidana
karena melakukan Tindak Pidana Terorisme, jika:
3
Baidhowi, “Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme”, Vol.3 No.1 (2017), hlm. 207.
4
Dari ketiga macam bentuk terorisme tersebut dapat diketahui titik temu
yakni sama-sama melakukan tindakan yang banyak menuai penolakan dari pihak
pemerintah maupun rakyat, juga sama-sama mencari tumbal dan korban untuk
memperlihatkan bahwa dengan adanya tindakan terorisme, siapapun tidak boleh
melawan apalagi menghalangi jalan mereka yang dianggap sebagai penegak
beragama. Golongan terorisme bagaikan singa buas yang setiap langkahnya tidak
boleh dihalangi oleh siapapun dan mereka akan melakukan tindakan yang mereka
anggap benar tanpa memperdulikan banyak pihak yang merasakan dampak
ketidaknyamanan terlebih harus meregang nyawa karena tindakan mereka yang
terlalu berlebihan.
Berikut adalah beberapa kejadian terorisme yang telah terjadi di Indonesia dan
instansi Indonesia di luar negeri:
1981
Garuda Indonesia Penerbangan 206, 28 Maret 1981. Sebuah penerbangan
maskapai Garuda Indonesia dari Palembang ke Medan pada Penerbangan
dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit
di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada
pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut dibajak oleh 5 orang teroris
yang menyamar sebagai penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan
granat, dan mengaku sebagai anggota Komando Jihad; 1 kru pesawat tewas; 1
tentara komando tewas; 3 teroris tewas.
1985
Bom Candi Borobudur 1985, 21 Januari 1985. Peristiwa terorisme ini adalah
peristiwa terorisme bermotif "jihad" kedua yang menimpa Indonesia.
5
2000
Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom meledak dari sebuah mobil yang
diparkir di depan rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang
tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides
T Caday.
Bom Kedubes Malaysia, 27 Agustus 2000. Granat meledak di kompleks
Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bursa Efek Jakarta, 13 September 2000. Ledakan mengguncang lantai
parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-
luka. 104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan.
Bom malam Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom pada
malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa 16 jiwa dan
melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.
2001
Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan Kalimalang
Jatiwaringin, Jakarta Timur, 5 orang tewas.
Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 1 Agustus 2001. Bom meledak di kawasan
Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan bom mengakibatkan
kaca, langit-langit, dan neon sign KFC pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah
bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak
meledak.
Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan meledak di
halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
2002
Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan rumah
makan ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-
luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai gereja.
Tidak ada korban jiwa.
Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali. 202 korban yang
mayoritas warga negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka. Saat
6
bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor
Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
Bom restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang
dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald's Makassar. 3
orang tewas dan 11 luka-luka.
2003
Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3 Februari 2003, Bom rakitan meledak di
lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii area
publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng,
Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom menghancurkan sebagian Hotel JW
Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami
luka-luka.
2004
Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan empat orang. (BBC)
Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. Ledakan besar terjadi di depan
Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Ledakan juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti
Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. (Lihat pula: Bom Kedubes
Indonesia, Paris 2004)
Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember
2004.
2005
Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret 2005
Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas.
Bom Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman rumah Ahli
Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M
Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di Bali. Sekurang-
kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang
7
terjadi di R.AJA's Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di
Nyoman Café Jimbaran.
Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu,
Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.
2009
Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott
dan Ritz-Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar pukul
07.50 WIB.
2010
Penembakan warga sipil di Aceh Januari 2010
Perampokan bank CIMB Niaga September 2010
2011
Pada 15 Maret hingga 17 Maret 2011 terjadi Teror bom buku di Jakarta kepada
tokoh dari berbagai latar belakang dengan mengirimkan paket buku berisi bom.
Teror bom buku dimulai pada 15 Maret 2011 yang ditujukan kepada tokoh
Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla.
Bom Cirebon, 15 April 2011. Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta
Cirebon saat Salat Jumat yang menewaskan pelaku dan melukai 25 orang
lainnya.
Bom Gading Serpong, 22 April 2011. Rencana bom yang menargetkan Gereja
Christ Cathedral Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan diletakkan di jalur
pipa gas, namun berhasil digagalkan pihak Kepolisian RI.
Bom Solo, 25 September 2011. Ledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton,
Solo, Jawa Tengah usai kebaktian dan jemaat keluar dari gereja. Satu orang
pelaku bom bunuh diri tewas dan 28 lainnya terluka.
2012
Bom Solo, 19 Agustus 2012. Granat meledak di Pospam Gladak, Solo, Jawa
Tengah. Ledakan ini mengakibatkan kerusakan kursi di Pospam Gladak.
2013
Bom Polres Poso 2013, 9 Juni 2013 dengan target personel polisi yang sedang
apel pagi. Bom meledak di depan Masjid Mapolres Poso, Sulawesi Tengah. 1
8
orang petugas bangunan terluka di tangan sebelah kiri, sementara pelaku bom
bunuh diri tewas di tempat.
2016
Bom dan baku tembak Jakarta, 14 Januari 2016. Ledakan dan baku tembak di
sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Pada tanggal 5 Juli 2016, ledakan bom bunuh diri meledak di halaman Markas
Kepolisian Resor Kota Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah. 1 pelaku tewas dan
1 petugas kepolisian luka-luka.
Pada 28 Agustus 2016, sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di Gereja
Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansur, Kota Medan, Sumatra Utara.[5]
Pelaku mengalami luka bakar, sedangkan seorang pastor mengalami luka
ringan.
Pada 13 November 2016, sebuah bom molotov meledak di depan Gereja
Oikumene Kota Samarinda, Kalimantan Timur.[6] Empat anak-anak terluka
dan satu korban di antaranya meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit.
Pada 14 November 2016, sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi
Dharma, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
2017
9
gereja di Surabaya, Jawa Timur. Pada malam harinya, sebuah bom meledak di
Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Keesokan harinya, sebuah bom
meledak di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, pada 14 Mei 2018, pukul
08.50 WIB. Semua pelaku yang melakukan rentetan teror bom di Surabaya dan
Sidoarjo ini merupakan anggota dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD),
yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Serangan Mapolda Riau, 16 Mei 2018, Mapolda Riau diserang oleh kelompok
teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Setidaknya, satu orang polisi gugur,
dua orang polisi luka-luka, dan dua jurnalis luka-luka. Empat orang teroris
tewas tertembak, sedangkan satu orang teroris yang berperan sebagai
pengemudi mobil melarikan diri.
Pada 5 Juli 2018, tiga bom meledak di sebuah rumah di Desa Pogar di Bangil
di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, melukai anak pelaku, Pemilik
bom kabur, tapi istrinya ditangkap polisi.
2019
Bom Sibolga, 12-13 Maret 2019. 2 orang luka-luka.
Pada 10 Oktober 2019, Menkopolhukam Wiranto ditusuk oleh penyerang
menggunakan kunai saat kunjungan kerja di Pandeglang, Banten. Seorang
polisi juga ditusuk dari belakang. Setelah kejadian itu Polda Banten
menangkap pelaku, pelaku terdiri dari satu pria dan satu wanita. Nama pelaku
yaitu Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, dan istrinya Fitri Andriana, diduga
terkena ajaran radikal ISIS.
Bom Medan, 13 November 2019, 1 pelaku tewas, 6 orang luka-luka.
2020
Penyerangan Polsek Daha Selatan, 1 Juni 2020. Pelaku membakar mobil
patroli dan menewaskan 1 orang petugas kepolisian.
Penyerangan di Sigi, 27 November 2020. Sebuah keluarga tewas dibunuh oleh
orang tidak dikenal di Lembantongoa, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka
ditemukan dalam keadaan tewas mengenaskan sementara tujuh rumah
termasuk rumah yang biasa dijadikan tempat peribadahan umat Kristen turut
dibakar. Pelaku kemudian diketahui adalah kelompok teroris pimpinan Ali
Kalora dari Mujahidin Indonesia Timur.
10
2021
Bom bunuh diri di Makassar, 28 Maret 2021. peristiwa ledakan bom pertama di
Indonesia dengan sasaran rumah ibadah yang menewaskan 2 pelaku di Gereja
Katedral Makassar. Semua pelaku merupakan anggota dari jaringan Jamaah
Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam
(ISIS) yang juga melakukan serangkaian teror di Surabaya pada 2018.
Penembakan di Mabes Polri, 31 Maret 2021. Pelaku menembak sebanyak 6
kali kepada petugas jaga. Polisi melakukan tindakan tegas terukur kepada
pelaku, dan pelaku tewas di tempat.4
11
muslim telah gagal membangun masyarakat beragama yang ideal karena telah
berpaling dari “jalan lurus” sesuai dengan ajaran islam. Ketiga, mereka cenderung
mengajak pengikutnya untuk “kembali kepada islam” sebagai sebuah usaha untuk
perubahan sosial. Perubahan ini hanya mungkin dilakukan dengan mengikuti
sepenuhnya ajaran islam autentik. Keempat, karena ideologi masyarakat sekuler
materialistik harus ditolak, secara otomatis peraturan sosial yang lahir dari tradisi
barat- yang banyak berkembang pada masyarakat muslim sebagai warisan
kolonialisme harus ditolak. Sebagai gantinya, masyarakat muslim harus
menegakkan hukum islam sebagai satu-satunya hukum yang harus diterima.
Kelima, meskipun banyak yang beranggapan kelompok ini terlalu menggunakan
kejayaan islam masa lalu yang tercermin pada sikap puritan dalam upaya
memberlakukan sistem sosial dan hukum sesuai dengan masa Nabi Muhammad,
tetapi pada kesempatan lain, kelompok ini sebenarnya tidak menolak modernisasi,
sejauh tidak bertentangan dengan standar ortodoksi keagamaan yang mereka
anggap mapan dan merusak sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran yang sudah
final. Keenam, mereka berkeyakinan bahwa upaya islamisasi pada masyarakat
muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan pada aspek pengorganisasian
ataupun pembentukan sebuah kelompok kecil dengan ideologi militan.
6
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Prenamedia Group,2016), hlm. 147.
12
2.4 Motif Dari Gerakan Terorisme
7
Zulfadli, “Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm.
187.
8
Ibid., 188.
13
Sejumlah motif itu dapat dijadikan referensi pemerintah untuk melihat
munculnya aksi terorisme dalam lima tahun terakhir. Sedangkan secara umum
motif terorisme di Indonesia meliputi tiga bentuk.
9
Zulfadli,“Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm. 190.
14
peledakan-peledakan lainnya dijadikan arena antagonisme politik oleh para teroris
yang secara sadar tidak mempertimbangkan letak geografis Negara tertentu.
Konflik politik antara Barat dan dunia Islam atau lebih tepatnya kehancuran
dunia. Islam mencapai puncaknya ketika kekhalifahan Turki Usmani runtuh pada
23 Mei 1924.
Motif lain dari semua peledakan bom dan aksi “terorisme” di Indonesia
adalah bermotifkan sentimen agama. Motif agama ini lebih dominan ketimbang
motif-motif lain. Agama telah menjadi pemicu utama terjadinya berbagai aksi
“terorisme” yang memporak-porandakan Indonesia selama lima tahun terakhir.
Memang agama sebagaimana pendapat Mark Jurgensmeyer seringkali dijadikan
justifikator dan motivator tindakan-tindakan kekerasan teror. Yang paling
mengkhawatirkan para “teroris” menggunakan terminologi jihad dalam setiap
peledakan bom yang mereka lakukan. Kata ijtihad oleh para “teroris” ditafsirkan
sebagai peperangan melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum
muslimin. Kata ijtihad memang ampuh dalam membangkitkan semangat pemuda-
pemuda muslim untuk mengambil bagian dalam perjuangan menegakkan agama
Allah, apalagi jika agama Allah telah dihinakan dan banyak terjadi pembantaian
terhadap saudara mereka sesama Muslim.10
15
orang yang memerangi Islam dan kaum muslimin. Orang-orang yang
dimaksudkan oleh para “teroris” adalah Nasrani dan Yahudi atau salibis Amerika
dan Zionis Israel. Tidak tanggung-tanggung para teroris menyebutnya sebagai
perang Salib. Keyakinan para “teroris” bahwa kaum muslimin sekarang sedang
mengalami perang Salib didorong oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Sekutunya dalam operasi-operasi militer mereka ke
Afghanistan yang menggunakan istilah-istilah perang Salib.
Pasca Perang Dunia II berakhir, dunia terbagi ke dalam dua blok, blok
kapitalis Amerika Serikat dan blok sosialis Uni Soviet. Terjadi perang dingin
antara kedua Negara ini. Pada era ini terjadi perlombaan persenjataan, perebutan
pengaruh ideologi dan peningkatan fungsi intelijen. Di era perang dingin ini,
Amerika Serikat berusaha mendapat simpati Negara-negara Islam dan kelompok-
kelompok Islam di dunia untuk berada di pihak mereka. Kepandaian kaum
kapitalis pimpinan Amerika Serikat dalam menganalisa dan mempengaruhi
berbagai aliran Islam dan kelompok-kelompok Islam yang secara tegas
menentang ideologi komunis. Memberikan keleluasaan kepada kaum kapitalis
liberal untuk memperalat umat Islam dan Negara-negara Islam sebagai ujung
tombak melawan kaum komunis.11
11
Zulfadli, “Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm.
194.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18