Anda di halaman 1dari 21

ISLAM DAN TERORISME

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Studi Islam”

yang diampu oleh Ibu Riskiyatul Khasanah,M.E

Oleh:

Kelompok 9

Ahmad Maulidi Q. M ( 21383041002 )

Diyna Amania ( 21383042009 )

Ach. Chairul Anam ( 21383041058 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya kami juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Riskiyatul Khasanah,M.E
yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu
motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam
khususnya mengenai “Islam dan Terorisme” sehingga kami dapat menemukan
hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan


sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal
mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini. Sebagai seorang manusia biasa yang mencoba
berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian makalah ini, tetapi tetap saja tak luput
dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Pamekasan, 2 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Terorisme .................................................................................. 3
2.2 Contoh Gerakan Terorisme ......................................................................... 5
2.3 Gerakan Radikal Terorisme ...................................................................... 11
2.4 Motif Dari Gerakan Terorisme.................................................................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terorisme termasuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan dan


merupakan sebuah ancaman serius terhadap peradaban manusia serta ancaman
serius terhadap keutuhan dan kedaulatan suatu Negara. Terorisme berkembang
pada saat ini bukan saja merupakan sesuatu kejahatan lokal atau nasional suatu
negara semata, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kejahatan transnasional
bahkan internasional dengan pendanaan terselubung. Aksi-aksi terorisme
dilakukan berdasarkan motif-motif politik, agama dan ideologis. Akan tetapi perlu
disadari bahwa terorisme bukanlah suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu yang
terkandung di dalam ajaran tertentu. Terorisme hanyalah sekedar strategi,
instrumen atau alat untuk mencapai tujuan dan kepentingan suatu kelompok atau
golongan tertentu saja.

Tindakan terorisme merupakan suatu tindakan yang terencana,


terorganisir dan berlaku dimana saja dan kepada siapa saja. Tindakan teror bisa
dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai kehendak yang melakukan, yakni
teror yang berakibat fisik atau non fisik (psikis). Tindakan teror fisik biasanya
berakibat pada fisik (badan) seseorang bahkan sampai pada kematian, seperti
pemukulan, pembunuhan, peledakan bom dan lainnya. Non-fisik (psikis) bisa
dilakukan dengan penyebaran isu, ancaman dan sebagainya. Akibat dari tindakan
teror, kondisi korban teror mengakibatkan orang atau kelompok orang menjadi
merasa tidak aman dan dalam kondisi rasa takut (traumatis). Selain berakibat pada
orang atau kelompok orang, bahkan dapat berdampak pada kehidupan ekonomi,
politik dan kedaulatan suatu Negara.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terorisme?
2. Jelaskan contoh dari gerakan terorisme!
3. Jelaskan gerakan radikal terorisme!
4. Jelaskan motif dari gerakan terorisme!

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari terorisme.
2. Memahami contoh dari gerakan terorisme.
3. Memahami gerakan radikal terorisme.
4. Memahami motif dari gerakan terorisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terorisme

Terorisme berasal dari kata teror, yang secara etimologis mencakup arti :
1. perbuatan (pemerintah dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam, bengis,
dan sebagainya); 2. usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh
seseorang atau golongan. Sedangkan terorisme berarti penggunaan kekerasan atau
menimbulkan ketakutan dalam usaha untuk mencapai tujuan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1990: 939).1 Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau
tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan dan paksaan terhadap
individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau
masyarakat dengan tujuan politik, agama dan idiologi. Terorisme tidak sama
dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya
langsung, sedangkan terorisme tidak. Korban tindakan Terorisme seringkali
adalah orang yang tidak bersalah. Kaum teroris bermaksud ingin menciptakan
sensasi agar masyarakat luas memperhatikan apa yang mereka perjuangkan.
Senada dengan itu Lukman Hakim yang mengutip pendapat Kerstetter, terorisme
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan ditengarai telah ada sejak jaman Yunani
Kuno, Romawi Kuno, dan pada abad pertengahan. Terorisme merupakan suatu
mazab/aliran kepercayaan melalui pemaksaan kehendak guna menyuarakan pesan,
asas dengan cara melakukan tindakan ilegal yang menjurus ke arah kekerasan,
kebrutalan bahkan pembunuhan yang bertujuan untuk melumpuhkan otoritas
pemerintah.2

Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1, Tindak Pidana
Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Mengenai perbuatan apa saja
yang dikategorikan ke dalam Tindak Pidana Terorisme, diatur dalam ketentuan

1
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 413.
2
Baidhowi, “Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme”, Vol.3 No.1 (2017), 206.

3
pada Bab III (Tindak Pidana Terorisme), Pasal 6, 7, bahwa setiap orang dipidana
karena melakukan Tindak Pidana Terorisme, jika:

1. Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan


menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional
(Pasal 6).
2. Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud
untuk menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional
(Pasal 7).3

Terorisme dibagi menjadi beberapa golongan, yakni terorisme personal


yang biasanya dilakukan oleh perorangan tanpa melibatkan banyak kelompok
untuk melancarkan misinya melakukan teror. Contoh dari tindakan terorisme
personal adalah tindakan teror yang biasa dilakukan di mall-mall atau keramaian,
tindakan bunuh diri yang berdampak pada ancaman terhadap orang lain, ataupun
bentuk teror pada bus atau yang lainnya demi kepentingan pribadi. Jenis teror
yang kedua adalah teror kolektif yakni teror yang dilakukan beberapa orang
dengan rapi atau terencana, teror yang seperti ini biasanya berperan pada kasus-
kasus yang menyangkut kepentingan umum, bahkan negara atau kekuasaan. Teror
selanjutnya adalah teror negara (state terorism), bentuk terorisme ini merupakan
teror yang baru dan dilakukan oleh negara. Penggagasnya adalah perdana menteri
Malaysia yaitu Muhathir Muhamad, teror negara biasanya dilakukan secara
terang-terangan dan kasat mata.

3
Baidhowi, “Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme”, Vol.3 No.1 (2017), hlm. 207.

4
Dari ketiga macam bentuk terorisme tersebut dapat diketahui titik temu
yakni sama-sama melakukan tindakan yang banyak menuai penolakan dari pihak
pemerintah maupun rakyat, juga sama-sama mencari tumbal dan korban untuk
memperlihatkan bahwa dengan adanya tindakan terorisme, siapapun tidak boleh
melawan apalagi menghalangi jalan mereka yang dianggap sebagai penegak
beragama. Golongan terorisme bagaikan singa buas yang setiap langkahnya tidak
boleh dihalangi oleh siapapun dan mereka akan melakukan tindakan yang mereka
anggap benar tanpa memperdulikan banyak pihak yang merasakan dampak
ketidaknyamanan terlebih harus meregang nyawa karena tindakan mereka yang
terlalu berlebihan.

2.2 Contoh Gerakan Terorisme

Terorisme di Indonesia dimulai tahun 2000 dengan terjadinya Bom


Kedubes Filipina 2000, diikuti dengan serangan-serangan lainnya, termasuk yang
paling terbesar dan paling mematikan adalah Bom Bursa Efek Jakarta, Bom
Malam Natal 2000 dan Bom Bali 2002, yang keseluruhnya didalangi oleh Dr.
Azahari dan Noordin M. Top, dua orang gembong teroris asal Malaysia.

Berikut adalah beberapa kejadian terorisme yang telah terjadi di Indonesia dan
instansi Indonesia di luar negeri:

1981
 Garuda Indonesia Penerbangan 206, 28 Maret 1981. Sebuah penerbangan
maskapai Garuda Indonesia dari Palembang ke Medan pada Penerbangan
dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit
di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada
pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut dibajak oleh 5 orang teroris
yang menyamar sebagai penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan
granat, dan mengaku sebagai anggota Komando Jihad; 1 kru pesawat tewas; 1
tentara komando tewas; 3 teroris tewas.
1985
 Bom Candi Borobudur 1985, 21 Januari 1985. Peristiwa terorisme ini adalah
peristiwa terorisme bermotif "jihad" kedua yang menimpa Indonesia.

5
2000

 Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom meledak dari sebuah mobil yang
diparkir di depan rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang
tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides
T Caday.
 Bom Kedubes Malaysia, 27 Agustus 2000. Granat meledak di kompleks
Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
 Bom Bursa Efek Jakarta, 13 September 2000. Ledakan mengguncang lantai
parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-
luka. 104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan.
 Bom malam Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom pada
malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa 16 jiwa dan
melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.
2001
 Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan Kalimalang
Jatiwaringin, Jakarta Timur, 5 orang tewas.
 Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 1 Agustus 2001. Bom meledak di kawasan
Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
 Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan bom mengakibatkan
kaca, langit-langit, dan neon sign KFC pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah
bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak
meledak.
 Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan meledak di
halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
2002
 Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan rumah
makan ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-
luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai gereja.
Tidak ada korban jiwa.
 Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali. 202 korban yang
mayoritas warga negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka. Saat

6
bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor
Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
 Bom restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang
dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald's Makassar. 3
orang tewas dan 11 luka-luka.
2003
 Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3 Februari 2003, Bom rakitan meledak di
lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
 Bom Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii area
publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng,
Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
 Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom menghancurkan sebagian Hotel JW
Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami
luka-luka.
2004
 Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan empat orang. (BBC)
 Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. Ledakan besar terjadi di depan
Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Ledakan juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti
Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. (Lihat pula: Bom Kedubes
Indonesia, Paris 2004)
 Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember
2004.
2005
 Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret 2005
 Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas.
 Bom Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman rumah Ahli
Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M
Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa.
 Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di Bali. Sekurang-
kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang

7
terjadi di R.AJA's Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di
Nyoman Café Jimbaran.
 Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu,
Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.
2009
 Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott
dan Ritz-Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar pukul
07.50 WIB.
2010
 Penembakan warga sipil di Aceh Januari 2010
 Perampokan bank CIMB Niaga September 2010
2011
 Pada 15 Maret hingga 17 Maret 2011 terjadi Teror bom buku di Jakarta kepada
tokoh dari berbagai latar belakang dengan mengirimkan paket buku berisi bom.
Teror bom buku dimulai pada 15 Maret 2011 yang ditujukan kepada tokoh
Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla.
 Bom Cirebon, 15 April 2011. Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta
Cirebon saat Salat Jumat yang menewaskan pelaku dan melukai 25 orang
lainnya.
 Bom Gading Serpong, 22 April 2011. Rencana bom yang menargetkan Gereja
Christ Cathedral Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan diletakkan di jalur
pipa gas, namun berhasil digagalkan pihak Kepolisian RI.
 Bom Solo, 25 September 2011. Ledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton,
Solo, Jawa Tengah usai kebaktian dan jemaat keluar dari gereja. Satu orang
pelaku bom bunuh diri tewas dan 28 lainnya terluka.
2012
 Bom Solo, 19 Agustus 2012. Granat meledak di Pospam Gladak, Solo, Jawa
Tengah. Ledakan ini mengakibatkan kerusakan kursi di Pospam Gladak.

2013

 Bom Polres Poso 2013, 9 Juni 2013 dengan target personel polisi yang sedang
apel pagi. Bom meledak di depan Masjid Mapolres Poso, Sulawesi Tengah. 1

8
orang petugas bangunan terluka di tangan sebelah kiri, sementara pelaku bom
bunuh diri tewas di tempat.
2016
 Bom dan baku tembak Jakarta, 14 Januari 2016. Ledakan dan baku tembak di
sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
 Pada tanggal 5 Juli 2016, ledakan bom bunuh diri meledak di halaman Markas
Kepolisian Resor Kota Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah. 1 pelaku tewas dan
1 petugas kepolisian luka-luka.
 Pada 28 Agustus 2016, sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di Gereja
Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansur, Kota Medan, Sumatra Utara.[5]
Pelaku mengalami luka bakar, sedangkan seorang pastor mengalami luka
ringan.
 Pada 13 November 2016, sebuah bom molotov meledak di depan Gereja
Oikumene Kota Samarinda, Kalimantan Timur.[6] Empat anak-anak terluka
dan satu korban di antaranya meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit.
 Pada 14 November 2016, sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi
Dharma, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

2017

 Bom Bandung, 27 Februari 2017, sebuah bom panci meledak di Taman


Pandawa Cicendo, Bandung. Pelaku diketahui bernama Yayat Cahdiyat alias
Dani alias Abu Salam (41) yang merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) jaringan Bandung Raya.
 Bom Jakarta, 24 Mei 2017, sebuah bom panci meledak di Kampung Melayu,
Jakarta Timur. Menewaskan 3 polisi dan 2 pelaku dan melukai 14 orang.
2018
 Kerusuhan Mako Brimob, 8-10 Mei 2018, Penyanderaan sejumlah anggota
brimob dan densus 88 selama 36 jam oleh 156 Napi Terorisme di Mako
Brimob, Kelapa Dua, Depok. Dilaporkan, 5 perwira Polri gugur dan 1 napi
teroris tewas, sedangkan 4 perwira Polri luka berat/ringan.
 Bom Surabaya, 13-14 Mei 2018. Sedikitnya lima belas orang tewas dan
puluhan lainnya terluka setelah serangkaian pengeboman bunuh diri di tiga

9
gereja di Surabaya, Jawa Timur. Pada malam harinya, sebuah bom meledak di
Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Keesokan harinya, sebuah bom
meledak di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, pada 14 Mei 2018, pukul
08.50 WIB. Semua pelaku yang melakukan rentetan teror bom di Surabaya dan
Sidoarjo ini merupakan anggota dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD),
yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
 Serangan Mapolda Riau, 16 Mei 2018, Mapolda Riau diserang oleh kelompok
teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Setidaknya, satu orang polisi gugur,
dua orang polisi luka-luka, dan dua jurnalis luka-luka. Empat orang teroris
tewas tertembak, sedangkan satu orang teroris yang berperan sebagai
pengemudi mobil melarikan diri.
 Pada 5 Juli 2018, tiga bom meledak di sebuah rumah di Desa Pogar di Bangil
di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, melukai anak pelaku, Pemilik
bom kabur, tapi istrinya ditangkap polisi.
2019
 Bom Sibolga, 12-13 Maret 2019. 2 orang luka-luka.
 Pada 10 Oktober 2019, Menkopolhukam Wiranto ditusuk oleh penyerang
menggunakan kunai saat kunjungan kerja di Pandeglang, Banten. Seorang
polisi juga ditusuk dari belakang. Setelah kejadian itu Polda Banten
menangkap pelaku, pelaku terdiri dari satu pria dan satu wanita. Nama pelaku
yaitu Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, dan istrinya Fitri Andriana, diduga
terkena ajaran radikal ISIS.
 Bom Medan, 13 November 2019, 1 pelaku tewas, 6 orang luka-luka.
2020
 Penyerangan Polsek Daha Selatan, 1 Juni 2020. Pelaku membakar mobil
patroli dan menewaskan 1 orang petugas kepolisian.
 Penyerangan di Sigi, 27 November 2020. Sebuah keluarga tewas dibunuh oleh
orang tidak dikenal di Lembantongoa, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka
ditemukan dalam keadaan tewas mengenaskan sementara tujuh rumah
termasuk rumah yang biasa dijadikan tempat peribadahan umat Kristen turut
dibakar. Pelaku kemudian diketahui adalah kelompok teroris pimpinan Ali
Kalora dari Mujahidin Indonesia Timur.

10
2021
 Bom bunuh diri di Makassar, 28 Maret 2021. peristiwa ledakan bom pertama di
Indonesia dengan sasaran rumah ibadah yang menewaskan 2 pelaku di Gereja
Katedral Makassar. Semua pelaku merupakan anggota dari jaringan Jamaah
Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam
(ISIS) yang juga melakukan serangkaian teror di Surabaya pada 2018.
 Penembakan di Mabes Polri, 31 Maret 2021. Pelaku menembak sebanyak 6
kali kepada petugas jaga. Polisi melakukan tindakan tegas terukur kepada
pelaku, dan pelaku tewas di tempat.4

2.3 Gerakan Radikal Terorisme


Secara substansional, islam tidak mengajarkan perilaku keras. wa ma
arsalnaka illa rahmatan lil alamin, sangat tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an.
Akan tetapi, berbagai faktor kekerasan telah menjadi perilaku umat beragama,
termasuk islam, sehingga muncullah kemudian Islam radikal, Islam revivalis,
Islam fundamental, islam salafi, dan berbagai label lainnya.5

Radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang berarti akar. Ia


merupakan paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar
untuk mencapai kemajuan. Radikalisme merupakan respon terhadap kondisi yang
sedang berlangsung. Respon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan,
atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide,
lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
keadaan yang ditolak.

John L. Esposito, mengidentifikasi beberapa basis ideologis yang


dijumpai dalam radikalisme keagamaan, yaitu pertama, kelompok tersebut
berpandangan bahwa islam sebagai pandangan hidup yang komprehensif dan
bersifat total sehingga islam tidak bisa dari kehidupan politik, hukum dan
masyarakat. Kedua, mereka sering menganggap ideologi masyarakat barat yang
sekuler dan materialistik harus ditolak. Mereka juga meyakini bahwa masyarakat
4
Diakses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia, pada tanggal 8 November
2021.
5
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Prenamedia Group,2016), hlm. 144.

11
muslim telah gagal membangun masyarakat beragama yang ideal karena telah
berpaling dari “jalan lurus” sesuai dengan ajaran islam. Ketiga, mereka cenderung
mengajak pengikutnya untuk “kembali kepada islam” sebagai sebuah usaha untuk
perubahan sosial. Perubahan ini hanya mungkin dilakukan dengan mengikuti
sepenuhnya ajaran islam autentik. Keempat, karena ideologi masyarakat sekuler
materialistik harus ditolak, secara otomatis peraturan sosial yang lahir dari tradisi
barat- yang banyak berkembang pada masyarakat muslim sebagai warisan
kolonialisme harus ditolak. Sebagai gantinya, masyarakat muslim harus
menegakkan hukum islam sebagai satu-satunya hukum yang harus diterima.
Kelima, meskipun banyak yang beranggapan kelompok ini terlalu menggunakan
kejayaan islam masa lalu yang tercermin pada sikap puritan dalam upaya
memberlakukan sistem sosial dan hukum sesuai dengan masa Nabi Muhammad,
tetapi pada kesempatan lain, kelompok ini sebenarnya tidak menolak modernisasi,
sejauh tidak bertentangan dengan standar ortodoksi keagamaan yang mereka
anggap mapan dan merusak sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran yang sudah
final. Keenam, mereka berkeyakinan bahwa upaya islamisasi pada masyarakat
muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan pada aspek pengorganisasian
ataupun pembentukan sebuah kelompok kecil dengan ideologi militan.

Radikalisme terjadi dikarenakan beberapa faktor. Sehubungan dengan


faktor tersebut, Mujiburrahman menulis:Umumnya teori-teori yang menjelaskan
fenomena fundamentalisme islam secara longgar dapat dikelompokkan kepada
dua jenis: Pertama, teori-teori yang mencoba melihat fenomena gerakan ini
sebagai sebuah kesinambungan sekaligus perubahan (countinouity and change)
dalam sejarah islam. Kedua, teori-teori yang berusaha menjelaskan fenomena
fundamentalisme islam sebagai sebuah reaksi terhadap berbagai tantangan dan
peluang (challengers and opportunities) yang dihadapi oleh kaum muslim di era
modern.6

6
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Prenamedia Group,2016), hlm. 147.

12
2.4 Motif Dari Gerakan Terorisme

Terorisme telah menjadi fakta paling mengerikan sekaligus


menggetarkan. Karena itu perlu pelacakan serius atas motif yang melatarbelakangi
dan memotivasi tindakan terorisme. Yang dimaksud dengan motif, bukan hanya
bersifat jangka pendek, tetapi jika panjang. Motif berhubungan erat dengan masa
lalu, keadaan sekarang dan harapan di masa depan. Pelacakan jauh ke belakang
dan ke depan akan sangat diperlukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan
yang mengindikasikan terorisme.7

Earl Conteh-Morgan membentangkan sejumlah motif yang bisa


memproduksi terorisme. Pertama, arus modernisasi dan urbanisasi. Fenomena
globalisasi yang memberi fasilitas untuk mengakses ilmu pengetahuan secara
terbuka, bebas, dan murah memungkinkan siapapun mempelajari teknik-teknik
melakukan teror. Akses komunikasi yang difasilitasi kecanggihan teknologi
mutakhir mempermudah dan mempercepat komunikasi antar jaringan teroris.
Kedua, budaya kekerasan yang tumbuh di sebuah negara dapat menjadi salah satu
motif terorisme. Hal itu disebabkan munculnya kesadaran kolektif bahwa
kekerasan adalah tradisi warisan sejarah dan fakta sosial. Ketiga, terorisme meluas
secara intensif karena tidak ada komitmen Pemerintah untuk benar-benar melawan
terorisme. Artinya, perlawanan atas terorisme hanya kebohongan. Kerja keras
untuk membatasi gerak terorisme dan menjamin Tersedianya keamanan
cenderung dinomorduakan. karena itu, pemerintah yang lamban, lembek, dan
peragu memberi peluang bagi teroris melancarkan aksinya. Keempat, terorisme
adalah akumulasi penindasan, pemikiran dan penderitaan. Mereka yang
didiskriminasikan secara konstitusional dan tidak mendapat kebebasan
sebagaimana kebanyakan masyarakat, biasanya menjadi faktor determinan
meluasnya terorisme. Semula, para teroris berasal dari kelompok minoritas yang
terpinggirkan, tetapi akhirnya membentuk kelompok yang bisa menjadi
mayoritas.8

7
Zulfadli, “Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm.
187.
8
Ibid., 188.

13
Sejumlah motif itu dapat dijadikan referensi pemerintah untuk melihat
munculnya aksi terorisme dalam lima tahun terakhir. Sedangkan secara umum
motif terorisme di Indonesia meliputi tiga bentuk.

1. Motif Politik Terorisme

Terorisme bukanlah tindak kriminal biasa, seperti kejahatan-kejahatan


lain, sebagaimana kesimpulan hukum selama ini yang menyatakan bahwa
terorisme merupakan kejahatan luar biasa. Menganggap terorisme terutama yang
melanda Indonesia lima tahun terakhir hanya sebagai tindakan kriminal atau
kejahatan luar biasa merupakan sikap dan pandangan yang tidak komprehensip
dan terkesan terburu-buru. Sikap dan pandangan yang demikian pada gilirannya
akan menimbulkan kesalahan dalam usaha penanggulangan terorisme sendiri.
Untuk menghindari kekeliruan yang berakibat fatal terhadap kemungkinan-
kemungkinan terjadinya tindak terorisme, perlu ditelusuri motif-motif terorisme
yang melanda Indonesia.9

Bila dilihat dari terorganisasinya dan sasarannya, berupa tempat hiburan


yang sering dikunjungi warga Amerika Serikat, motif dibalik pengeboman
bukanlah ekonomi, akan tetapi politik yang bersifat mondial. Para pelaku
mempunyai tujuan tersendiri dan menginginkan sesuatu dengan pengeboman
tersebut. Kejadian itu oleh para pelaku dijadikan peristiwa perang, dan merupakan
bagian strategi perang global. Terorisme di Indonesia pada dasarnya bukan
merupakan karakter bangsa Indonesia, tetapi lebih merupakan konflik politik yang
menggunakan agama dan memanfaatkan orang-orang beriman.

Motif politik aksi terorisme di Indonesia tidak hanya bersifat nasional


akan tetapi berskala internasional. Dengan pengertian lain bahwa terorisme yang
melanda Indonesia bermotifkan nasionalisasi konflik politik internasional antara
Barat dan Islam. Adalah Imam Samudra salah seorang pelaku peledakan bom Bali
yang menegaskan bahwa peledakan bom di Bali merupakan bukti adanya konflik
politik antara Barat dan dunia Islam. Berdasarkan pengakuan Imam samudra
tersebut, maka sebenarnya peledakan bom di Bali 12 Oktober 2002 dan

9
Zulfadli,“Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm. 190.

14
peledakan-peledakan lainnya dijadikan arena antagonisme politik oleh para teroris
yang secara sadar tidak mempertimbangkan letak geografis Negara tertentu.
Konflik politik antara Barat dan dunia Islam atau lebih tepatnya kehancuran
dunia. Islam mencapai puncaknya ketika kekhalifahan Turki Usmani runtuh pada
23 Mei 1924.

2. Motif Agama Terorisme

Motif lain dari semua peledakan bom dan aksi “terorisme” di Indonesia
adalah bermotifkan sentimen agama. Motif agama ini lebih dominan ketimbang
motif-motif lain. Agama telah menjadi pemicu utama terjadinya berbagai aksi
“terorisme” yang memporak-porandakan Indonesia selama lima tahun terakhir.
Memang agama sebagaimana pendapat Mark Jurgensmeyer seringkali dijadikan
justifikator dan motivator tindakan-tindakan kekerasan teror. Yang paling
mengkhawatirkan para “teroris” menggunakan terminologi jihad dalam setiap
peledakan bom yang mereka lakukan. Kata ijtihad oleh para “teroris” ditafsirkan
sebagai peperangan melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum
muslimin. Kata ijtihad memang ampuh dalam membangkitkan semangat pemuda-
pemuda muslim untuk mengambil bagian dalam perjuangan menegakkan agama
Allah, apalagi jika agama Allah telah dihinakan dan banyak terjadi pembantaian
terhadap saudara mereka sesama Muslim.10

Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia ditujukan sebagai perlawanan,


pembelaan dan pembalasan terhadap penghinaan dan pembantaian yang dilakukan
Amerika Serikat dan Israel atas Islam dan kaum muslimin di Afghanistan dan
Palestina. Selama Amerika Serikat dan Israel tidak menghentikan aksi brutal
mereka terhadap kaum muslimin selama itu pula aksi balasan para “teroris” akan
tetap berlangsung. Bahwa “terorisme” di Indonesia adalah sebagai reaksi
pembalasan terhadap agresi Amerika Serikat dan Israel terhadap Afghanistan dan
Palestina.

jihad bisa dilakukan kapanpun dan di manapun sangat terkait dengan


strategi para “teroris” tentang perang global (global war) antara Islam dan orang-
10
Zulfadli,“Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm.
192.

15
orang yang memerangi Islam dan kaum muslimin. Orang-orang yang
dimaksudkan oleh para “teroris” adalah Nasrani dan Yahudi atau salibis Amerika
dan Zionis Israel. Tidak tanggung-tanggung para teroris menyebutnya sebagai
perang Salib. Keyakinan para “teroris” bahwa kaum muslimin sekarang sedang
mengalami perang Salib didorong oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Sekutunya dalam operasi-operasi militer mereka ke
Afghanistan yang menggunakan istilah-istilah perang Salib.

3. Motif Ideologis Terorisme di Indonesia

Pasca Perang Dunia II berakhir, dunia terbagi ke dalam dua blok, blok
kapitalis Amerika Serikat dan blok sosialis Uni Soviet. Terjadi perang dingin
antara kedua Negara ini. Pada era ini terjadi perlombaan persenjataan, perebutan
pengaruh ideologi dan peningkatan fungsi intelijen. Di era perang dingin ini,
Amerika Serikat berusaha mendapat simpati Negara-negara Islam dan kelompok-
kelompok Islam di dunia untuk berada di pihak mereka. Kepandaian kaum
kapitalis pimpinan Amerika Serikat dalam menganalisa dan mempengaruhi
berbagai aliran Islam dan kelompok-kelompok Islam yang secara tegas
menentang ideologi komunis. Memberikan keleluasaan kepada kaum kapitalis
liberal untuk memperalat umat Islam dan Negara-negara Islam sebagai ujung
tombak melawan kaum komunis.11

Kelihaian Amerika Serikat dalam upaya menghancurkan komunisme


juga terlihat ketika Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Amerika Serikat dengan
suka rela membantu Afghanistan melawan Soviet dalam perang yang berlangsung
selama 10 tahun (1979-1989). Hingga Uni Soviet runtuh. Dengan runtuhnya
Soviet dunia berubah dari bipolar menjadi unipolar. Di masa ini terjadi
transformasi radikal dalam tata hubungan antara Timur-Barat dan Barat-Islam.
Untuk semakin memantapkan dominasinya atas seluruh dunia, membuat Amerika
Serikat memutar otak mencari cara yang paling efisien dan efektif sebagai alat
kendali terhadap dominasinya. Demi ambisi politik ini Amerika Serikat
menempuh metode propaganda.

11
Zulfadli, “Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia”, Vol.22 No.1 (2017), hlm.
194.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang


mengandung ancaman dengan kekerasan dan paksaan terhadap individu atau hak
milik untuk mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik,
agama dan idiologi. Terorisme yang melanda Indonesia bermotifkan nasionalisasi
konflik politik internasional antara Barat dan Islam. Dalam agama terorisme
disebut dengan ijtihad. Kata ijtihad oleh para “teroris” ditafsirkan sebagai
peperangan melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum muslimin.
Ijtihad dapat membangkitkan semangat pemuda-pemuda muslim untuk
mengambil bagian dalam perjuangan menegakkan agama Allah, apalagi jika
agama Allah telah dihinakan dan banyak terjadi pembantaian terhadap saudara
mereka sesama Muslim.

3.2 Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini kita semua bisa menambah


wawasan, pengetahuan dan cara berfikir logis. Penyusun sangat mengharapkan
respon dari dosen maupun dari teman-teman mahasiswa yang ingin memberikan
saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca khususnya bagi penyusun sendiri, amin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Edi. Dimensi Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Prenamedia Group,


2016.
H. Jalaluddin. Psikologi Agama. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Baidhowi. Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme. Vol.3 No.1 (2017) hlm. 206-
207
Zulfadli. Radikalisme Islam Dan Motif Terorisme Di Indonesia. Vol.22 No.1
(2017) hlm.187-194.
Diakses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia, pada
tanggal 8 November 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai