Anda di halaman 1dari 21

Menjelaskan dan Memahami

Pancasila sebagai solusi


terhadap permasalahan
terorisme
Pengertian Terorisme
1. Secara Etimologi
Secara bahasa, kata “terorisme” berasal dari kata “to terror” dalam
bahasa Inggris, dalam bahasa Latin kata ini disebut Terrere, yang berarti
“gemetar” atau “menggetarkan”. Kata terrere adalah bentuk kata kerja (verb)
dari kata terrorem yang berarti rasa takut yang luar biasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai
usaha untuk menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh
seseorang atau golongan tertentu (Depdikbud, 2013). Pengertian yang tidak
jauh berbeda diungkap dalam Webster’s New School and Office Dictionary,
yaitu membuat ketakutan atau kengerian dengan melakukan intimidasi atau
ancaman untuk menakut-nakuti (Meriam Webster, 1996).
SECARA • Walter Laqueur (Laqueur, 1977): Terorisme adalah penggunaan kekuatan
secara tidak sah untuk mencapai tujuan-tujuan politik. Target terorisme
TERMINOLOGI adalah masyarakat sipil yang tidak bersalah/berdosa. Unsur utama
terorisme adalah penggunaan kekerasan
• James H. Wolfe menjelaskan beberapa karakteristik yang bisa
dikategorikan sebagai terorisme, yaitu (Wolfe, 1987):

menurut 1. Tindakan terorisme tidak selamanya harus bermotif politis


2. Sasaran terorisme dapat berupa sipil (masyarakat, fasilitas umum)
maupun non-sipil (pejabat dan petugas negara, fasilitas negara)
3. Aksi terorisme ditujukan untuk mengintimidasi dan mempengaruhi

para ahli kebijakan pemerintahan


4. Aksi terorisme dilakukan melalui tindakan-tindakan yang tidak
menghormati hukum dan etika internasional
• C. Manullang: Terorisme adalah suatu cara untuk merebut kekuasaan dari
kelompok lain, dipicu oleh banyak hal, seperti; pertentangan
(pemahaman) agama, ideologi dan etnis, kesenjangan ekonomi, serta
tersumbatnya komunikasi masyarakat dengan pemerintah, atau karena
adanya paham separatisme dan ideologi fanatisme.
• Departement of justice pada Federal Bureu of Investigasion (FBI) Amerika Serikat
menyatakan bahwa sesuai dengan The Code of Federal Regulation, terorisme diartikan
sebagai penggunaan kekuatan atau kekerasan secara tidak sah terhadap perseorangan
atau harta kekayaan untuk mengintimidasi atau memaksa sebuah pemerintahan,
masyarakat sipil, atau elemen-elemen lain untuk mencapai tujuan politik maupun sosial
(FBI, 2015)

menurut • Menurut Terorism Act 2000 (Inggris), terorisme berarti penggunaan ancaman untuk
menimbulkan ketakutan dengan ciri-ciri sebagai berikut (Terorism Act, 2000):
1. Penggunaan kekerasan terhadap seseorang (atau kelompok) dan menimbulkan
kerugian baik berupa harta maupun nyawa. Didesain khusus untuk menciptakan
Hukum gangguan serius pada sistem elektronik.
2. Target atau tujuan terorisme dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah atau
organisasi internasional, publik atau bagian tertentu dari publik.
Internasional 3. Terorisme dibuat dengan alasan politis, agama, rasial, atau ideologi.
• Organisasi Konferensi Islam (OKI) berpendapat bahwa terorisme mencakup segala
tindakan kekerasan atau intimidasi –terlepas dari maksud dan tujuan pelakunya—
dengan tujuan untuk menjalankan rencana kriminal (makar) secara personal atau
kelompok dengan cara menciptakan rasa takut, mengancam, merugikan atau
membahayakan kehidupan, kehormatan, kebebasan, keamanan dan hak-hak
masyarakat, atau ancaman perusakan lingkungan dan hak milik, baik umum maupun
pribadi.
Menurut • Menurut ketentuan hukum Indonesia, aksi terorisme dikenal dengan istilah Tindak
Pidana Terorisme (Asshiddiqie, 2003). Indonesia memasukkan terorisme sebagai tindak
pidana, sehingga cara penanggulangannya pun menggunakan hukum pidana
sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang

Hukum
(PERPU) Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2002 yang kemudian diperkuat menjadi
Undang-Undang (UU) Nomor 15 tahun 15 tahun 2003. Judul Perpu atau Undang-
Undang tersebut adalah Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
• Pasal 1 ayat 1 Perpu No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa tindak pidana terorisme

yang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur pidana sesuai dengan ketentuan Perpu.
Perbuatan tersebut termasuk yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan. Dua
hal ini termaktub dalam pasal 6 dan pasal 7 (Perpu, 2002)
• Terkait dengan unsur-unsur tindak pidana terorisme, ada perbedaan antara pasal 6 dan

Berlaku di 7. Pasal 6 menyatakan;


Pelaku tindak pidana terorisme adalah setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas, atau menimbulkan korban yang bersifat

Indonesia massal. dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda
orang lain. mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang
strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
• Dari pasal 6 di atas, dapat disarikan bahwa suatau aksi atau tindakan dapat digolongkan

Menurut sebagai tindak pidana terorisme bila mengandung unsur berikut;


1. Dilakukan dengan sengaja
2. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
3. Menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara luas

Hukum 4. Menimbulkan korban massal, baik dengan cara marampas kemerdekaan atau dengan
menghilangkan nyawa atau harta benda orang lain
5. Mengakibatkan kerusakan pada obyek-obyek vital
• Sementara pasal 7 menyebutkan:

yang Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau tindakan
ancaman kekerasan yang dimaksudkan untuk menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhaddap orang secara luas atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik,

Berlaku di atau fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.
Pasal 7 di atas menyebutkan bajwa suatu aksi atau tindakan dpaat digolongkan sebagai
tindak pidana terorisme bila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Dilakukan dengan sengaja

Indonesia 2. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan


3.Dimaksudkan untuk menimbulkan korban massal
4. Mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang
strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
Menurut •Perbadaan Pasal 6 dan 7
Pasal 6 :
Hukum - Masuk delik materiil
yang - Akibat dari aksi sudah ada
Berlaku di Pasal 7 :
- Masuk delik formil
Indonesia - Bermakdu melakukan aksi
Ciri-Ciri Terorisme
1. Menganggap Pemerintahan Demokrasi adalah pemerintahan yang Thagut
Thoghut atau Thaghut adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang
rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya
dalam melawan perintah Allah. Para teroris beranggapan bahwa sistem pemerintahan yang ada terutama di Indonesia adalah
pemerintahan yang thagut. Kategori sebenarnya dari pemerintahan thagut adalah dimana terdapat pihak yang memiliki otoritas
kepemimpinan atas suatu masyarakat namun enggan untuk memberlakukan hukum Allah sebagai pemutus perkara, baik dalam
urusan kecil maupun urusan besar. Inilah yang disebut dengan thaghut berupa pemerintah yang zalim. Zalim dalam arti “tidak
menempatkan sesuatu (dalam hal ini hukum Allah pada tempatnya”. Sedangkan syarat awal sebuah pemerintah dikatakan adil
ialah “menempatkan sesuatu (dalam hal ini hukum Allah pada tempatnya”.
2. Identik dengan Kekerasan
Terorisme selalu identik dengan kekerasan, dam merupakan puncak dari kekerasan. Terorisme dapat juga diartikan
menakut-nakuti atau menyebabkan ketakutan, sedangkan teroris berarti orang atau pihak yang selalu menimbulkan ketakutan
pada pihak lain . Terorisme adalah suatu tindakan yang mempunyai ciri-ciri tertentu , antara lain :
• Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
• Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai tujuan.
• Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.
• Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi
yang luas.
• Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat
menarik perhatian massa/publik.
3. Berwujud Teror baik secara Fisik ataupun Mental
Terorisme adalah tindakan yang berwajah ganda, karena bentuknya yang diwujudkan dengan
berbagai cara, baik berupa teror fisik maupun teror mental. Teror fisik yaitu teror untuk menimbulkan
ketakutan, kegelisahan melalui sasaran fisik jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara fisik akibat
tindakan teror.
Sementara teror mental menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan ketakutan
dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi korban sebagai sasaran) yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri,
putus asa dan sebagainya sebagaimana contoh kejahatan kemanusiaan, contoh kejahatan korporasi,
maupun contoh kejahatan kerah putih.

4. Terdapat Pengorbanan baik Materi ataupun Nyawa


Setiap aksi terorisme disertai oleh alasan yang kuat, sebab aksi ini disertai dengan
pengorbanan materi dan nyawa. Terdapat dua alasan utama yang mendasari munculnya aksi
terorisme. Pertama, dorongan ideologi, berwujud pada kebencian terhadap pihak yang menindas
kelompok mereka, serta pihak-pihak yang menghalangi usaha mereka untuk mencapai tujuan,
sehingga nyawapun rela dikorbankan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Kedua, alasan ekonomi. Tekanan ekonomi yang dialami oleh teroris, terutama bagi orang yang
melakukan bom bunuh diri, bisa menjadi latar belakang dipilihnya jalan untuk mengakhiri hidup karena
masih banyaknya orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ini dianggap sebagai kegagalan
pemerintah, yang menganut sistem ekonomi, yang tampaknya tidak membuat rakyat sejahtera.
Bentuk-bentuk Terorisme
• Terorisme Fisik
Yaitu peristiwa-peristiwa yang sekarang menjadi puncak sorotan manusia;
peledakan, pemboman, penculikan, bom bunuh diri, pembajakan dan seterusnya.
Berbagai kejadian pahit dari terorisme fisik ini telah telah tercatat dalam sejarah.
• Pebunuhan Khalifah yang mulia, ‘Umar bin Khaththâb Al-Fârûq radhiyallâhu
‘anhuoleh seorang Majûsi, Abu Lu`luah adalah salah satu bentuk terorisme yang
rendah dan hina.
• Pembunuhan Khalifah yang mulia, ‘Ustmân bin ‘Affân Dzun Nurain radhiyallâhu
‘anhuoleh gerombolan Khawarij dengan propokasi dari pendiri agama syi’ah,
‘Abdullah bin Saba’, -seorang Yahûdi yang berpura-pura masuk Islam-, juga
termasuk bentuk terorisme yang terkutuk.
• Dan tidaklah luput dari catatan sejarah terorisme fisik yang dilakukan oleh
‘Abdurrahman bin Muljim dalam membunuh Khalifah yang mulia, ‘Ali bin Abi
Tholibradhiyallâhu ‘anhu adalah suatu perbuatan yang keji dan bejat.
• Terorisme Ideologi
Terorisme jenis ini jauh lebih berbahaya dari terorisme fisik. Sebab seluruh bentuk terorisme fisik yang terjadi
bersumber dari dorongan ideologi para pelakunya, baik itu dari kalangan orang-orang kafir yang merupakan sumber terorisme di
muka bumi ini, atau dari kalangan kaum muslimin yang telah menyimpang pemikirannya dari jalan Islam yang benar. Insya Allah
kami akan membahas tuntas hal ini dalam pembahasan sebab-sebab munculnya terorisme yang akan datang dan juga dalam
beberapa catatan yang berkaitan dengan sebagian pemikiran Imam Samudra.

Maka perang terhadap terorisme harus ditegakkan dalam dua perkara,


• Perang secara fisik. Dan tentunya ini adalah tugas pihak yang berwenang. Dan wajib atas kaum muslimin yang mengetahui
keberadaan para teroris tersebut untuk kerjasama dengan pihak yang berwenang dalam rangka tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan dan sebagai upaya untuk menjaga keamanan manusia. Berkata Syaikh DR. Shôlih bin Sa’ad As-
Suhaimy hafizhohullâh, “Wajib atas kaum muslimin -setiap orang sesuai dengan kemampuannya- untuk menyingkap kejelekan
mereka (yaitu para pelaku terorisme, -pent.) dan menjelaskan kesesatan mereka sehingga kerusakan mereka tidak tersebar
dan perkara mereka tidak semakin rumit. Dan diharamkan untuk menutup-nutupi (keberadaan) salah seorangpun dari mereka,
karena hal tersebut termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, sedangkan Allah Tabâraka wa Ta’âlâ telah
berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Ash-Shaffât : 171-173)
Maka siapa yang melindungi mereka, menutup-nutupi (keberadaan) mereka, membela mereka, atau membenarkan
perbuatan-perbuatan mereka, sungguh ia telah berserikat dengan mereka dalam membunuh jiwa yang tidak berdosa lagi terjaga
dari kalangan kaum muslimin, kafir musta`man, mu’âhad dan dzimmy. Telah tercakup padanya hadits yang telah tsâbit (syah,
tetap) dari Nabi shollallâhu ‘alaihi wa sallam,
‫آوى ُمحْ ِدثًا‬
َ ‫لَعَ َن هللاُ َم ْن‬
“Allah melaknat siapa yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama (bid’ah).”
• Perang secara ideologi. Yaitu dengan menjelaskan segala pemikiran menyimpang dan menyempal dari tuntunan yang benar.
Sebab ideologi-ideologi tersebut merupakan cikal bakal munculnya teror fisik dan apabila tidak diberantas akan senantiasa
menjadi ancaman serius di masa mendatang.
Perilaku Terorisme
Perilaku Terorisme adalah sebuah perilaku yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); praktik tindakan teror. Semenjak terjadinya
Peristiwa 911, tindakan terorisme mendapat sorotan yang besar khususnya dari media internasional namun
salah satu hal yang menarik dari serangkaian tindakan terorisme yang terjadi di beberapa dekade terakhir ini
adalah keterikatan tindakan terorisme tersebut dengan satu subjek, yaitu dengan Agama Islam khususnya pada
radikalisme yang terjadi di Timur Tengah
Semenjak Perang Dunia 1 dan berakhirnya kekuasaan Ottoman, Wilayah Timur Tengah selalu
didominasi oleh segala bentuk konflik dari bentuk internal hingga eksternal, hal ini kemudian secara langsung
mengakibatkan terjadinya radikalisasi hingga akhirnya menjadi perilaku Terorisme yang mulai merambat ke
berbagai tempat di muka bumi, dan bahkan jenis perilaku Terorisme juga yang awalnya hanya memiliki ciri khas
taktik "Shock Value" yang melancarkan serangan kecil namun memiliki daya "kejut" yang signifikan menjelma
menjadi "Formidable Fighting Force" yang bisa setara dengan sebuah negara berdaulat seperti yang terjadi di
Negara Iraq dan Syria, salah satunya. Karena ancaman inilah yang menyebabkan terjadinya krisis pengungsi
di beberapa negara barat seperti Jerman,Inggris,Prancis dll, dengan alur pengungsi yang berlebihan maka
terjadilah sebuah "Clash of Civilization" terhadap orang Eropa dengan orang Non-Eropa (Afrika dan Timur
Tengah) yang masing-masing memiliki kebudayaan dan cara hidup yang berbeda hal itu kemudian diperparah
oleh Tragedi Tahun Baru 2015-2016 dimana terjadinya perilaku kekerasan seksual massal di beberapa kota di
Jerman selama malam tahun baru dan diperkirakan pelaku dari tragedy tersebut kebanyakan adalah pengungsi
dari Afrika Utara dan Timur Tengah.
Perilaku Terorisme
Terjadinya tragedi ini dan ditambah dengan beberapa serangan Terorisme di beberapa wilayah di
Eropa(Salah satunya di Paris dan Brussel) secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan atmosfir sosial
politik di masyarakat barat dimana ditandai oleh meningkatnya gerakan "Alt-Right" di beberapa negara Eropa
seperti di Jerman,Prancis dan Inggris alasannya pun kebanyakan tidak jauh dari kekecewaan dan rasa
terkhianati oleh para pengungsi yang awalnya diterima karena alasan empathy sesama manusia
Lebih buruknya lagi bahwa terdapat satu identitas yang dimiliki oleh mayoritas para pengungsi ini
adalah agama yang mereka anut adalah Islam, perlu diingat bahwa Benua Eropa itu sendiri memiliki hubungan
yang bisa dikatakan kurang harmonis dengan Islam secara umum khususnya diakibatkan sejak abad
pertengahan dulu, sehingga tidak mengherankan apabila dengan adanya kaum pengungsi yang membanjiri
benua eropa ditambah dengan serangan teroris radikal maka muncul sebuah "image" kalau Bangsa Eropa kini
sedang terancam oleh invasi bangsa barbar yaitu adalah Islam dan rasa takut akan sesuatu yang berbau asing
(Xenophobia)
Akan tetapi layaknya sebuah dinamika kehidupan suatu masyarakat yang bersifat kompleks dan
cenderung berubah seiring berjalannya waktu, untuk menjelaskan dinamika masyarakat eropa (dan barat
secara umum) juga bukanlah sebuah pengecualian, perlu diingat bahwa segala bentuk atau potret perilaku baik
kelompok dari individu diatas berasal dari media mainstream seperti youtube,facebook,twitter dsb sehingga
tidak menutup kemungkinan apabila terjadi suatu hal yang meleset dari jangkauan media
Perilaku Terorisme
Dengan adanya "impact" negatif dari media mainstream pada hal-hal yang berbau
Islam dapat memancing rasa penasaran yang signifikan bagi mereka yang mungkin sekedar
ingin tahu dan disinilah Islam dapat mengubah imagenya secara perlahan namun pasti
seperti:
• Seperti yang dilansir oleh The Telegraph(2018) Muhammad merupakan nama popular
untuk bayi lak-laki di London
• Terpilihnya Sadiq Aman Khan sebagai Walikota London di tahun 2016
• Joram van Klaverenn seorang politisi sayap kanan Belanda yang bermualaf disaat sedang
mengerjakan buku anti-Islam(2019)
Walau ini terlihat sepele namun ini secara simbolik menunjukan bahwa disaat
sedang diterpa oleh badai image negatif oleh akibat dari radikalisme dan Terorisme, Islam
dapat memungkinkan untuk bisa maju secara sosial walau langkah yang diambil pun harus
perlahan namun pasti dan kemungkinan dapat berkembang lebih jauh lagi apabila tetap
dipelopori oleh mereka yang sabar dan tabah dalam menghadapi ujian dan rintangan yang
menanti di masa yang akan datang
Dampak Terorisme bagi Pertahanan Negara
1. Dampak Positif
Semua kegiatan terorisme yang merusak tatanan kesejahteraan penduduk bangsa ini mau tidak mau
sudah kita rasakan pengaruhnya, entah itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Pengaruh tersebut
secara tidak langsung mulai masuk kedalam gaya kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dari
seluruh rakyat Indonesia. Aksi dan tidakan para pelaku teror membuat rakyat takut dan mulai mewaspadai
kejahatan terorisme di dalam kehidupan nasional Indonesia.
Berbagai pengaruh positif bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dari timbulnya
masalah terorisme di Negara ini memanglah sedikit, namun pada hakekatnya setiap masalah yang muncul dari
Negara ini pasti akan membawa hikmah yang baik bagi kehidupan nasional. Adanya serangan teroris yang
sering muncul dan menghantui rakyat Indonesia dalam satu dekade terakhir membuat masyarakat Indonesia
mengerti apa sebetulnya deefinisi dari kata “jihad” yang selalu menjadi alasan bagi para teroris untuk terus
melakukan aksinya. Masyarakat awampun juga sudah mulia mengerti bahwa jihad yang sebenarnya bukan
seperti jihad yang dilakukan oleh para teroris.
Selain itu keamanan Negara juga mulai ditingkatkan oleh para aparat militer, semua itu dilakukan
demi mengatasi masalah teroris yang mengancam keamanan Negara ini. Semakin hari kesiapan aparat penegak
hukum untuk mengatasi masalah terorisme terus ditingkatkan.Setidaknya hal tersebut juga menjanjikan sedikit
rasa aman bagi masyarakat Indonesia yang resah akan adanya kegiatan terorisme di Negara ini.
Dampak Terorisme bagi Pertahanan Negara
2. Dampak Negatif
Pengaruh negatif yang timbul akibat adanya masalah terorisme di dalam
bangsa ini cenderung sangat banyak sekali, dari mulai nasionalisme, rasa was-was
akan adanya kejahatan terorisme, rasa saling tidak percaya antar umat beragama,
pengaruh psikologis bagi para anak muda Indonesia yang masih labil emosinya, dan
lain-lain. Semua pengaruh negatif tersebut secara langsung mengganggu tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum lagi adanya kelompok-kelompok yang
ingin mengganti ideologi bangsa menjadi ideology yang berlandaskan Islam yang
dilakukan secara sembunyi-sembunyi
Adanya rasa saling tidak percaya antar umat beragama yang diawali dari aksi
teror yang mengatas namakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi
buruk di mata umat beragama lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah
menurunnya rasa saling menghormati antar umat beragama di Indonesia yang
selanjutnya dapat mengurangi rasa kesatuan dan persatuan dari rakyat Indonesia.
Cara Menghindar Pengaruh Terorisme
1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak terorisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini
harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan
pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu
hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga
ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan.
Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum
dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak terorisme ialah
memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuan
dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu
pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal
juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu
agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme sekaligus tindakan terorisme dan
tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal ika sebagai semboyan Indonesia.
Cara Menghindar Pengaruh Terorisme
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah
diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu
Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya
ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus
melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu
memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.
4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari
bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah
Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan
dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan
terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.
Cara Menghindar Pengaruh Terorisme
5. Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi,
maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih
dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung
menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh
Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.
6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme
Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila
muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang
keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak
berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh
agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan
awal, seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.
7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk mencegah munculnya pemahaman radikalisme
dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama dalam
bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu
diberlakukan, di samping menaati semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian, pasti tidak
akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang sudah ditetapkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.
Cara Menghindar Pengaruh Terorisme
8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan
Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga
penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman,
di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar.
Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan
membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut.
9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme
Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman
radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti tentang
arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah
berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama dalam dasar
kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan tentang bahaya,
dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme.
Solusi Untuk Mencegah Terorisme
Langkah yang disarankan untuk diterapkan berisi 4 poin yaitu:
1. Menegakan hukum, berbagi informasi dan data intelijen, pengendalian
yang efektif terhadap area perbatasan, mencegah jaringan teroris dalam
menggunakan teknologi siber termasuk berbagi informasi global melalui
interpol
2. Mendorong PBB agar mengambil posisi sebagai pemimpin dan memainkan
peranan yang lebih signifikan dalam mengatasi tindak terorisme, termasuk
mencari solusi akar permasalahan
3. Melanjutkan finalisasi konvensi komprehensif mengenai terorisme
internasional yang nantinya akan menjadi dasar hukum dalam mengatasi
tindak terorisme internasional
4. Memperkuat pusat deradikalisasi yang sudah dimiliki di kawasan

Anda mungkin juga menyukai