Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 TINDAK PIDANA KHUSUS

Adakah relevansi tindak pidana terorisme dan tindak pidana pelanggaran HAM berat?

JAWABAN

Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa teritorial
atau cultural melawan ideology atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap publik.
Sedangkan teroris adalah individu yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme.

Setidaknya dari definisi terorisme terdapat empat macam kriteria, antara lain target, tujuan,
motivasi, dan legitimasi. Pada bulan November 2004, Panel PBB mendefinisikan terorisme
adalah sebagai berikut:

Any action intended to cause death or serious bodily harm to civilians, non combatans when the
purpose of such act by is nature or context, is to intimidate a population or compel a
government or international organization to do or to abstain from doing any act.

Ketentuan internasional yang mendefinisikan terorisme adalah Artikel 1 ayat (2) The League of
Nations by adoption of a Convention for The Prevention and Punishment of
Terrorism yang menyatakan bahwa:[1]

… acts of terrorism [as] criminal acts directed against a State and intended or calculated to
create a state of terror in the minds of particular persons, or groups of persons or the general
public.

Kegiatan terorisme bertujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dapat
menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya terorisme digunakan apabila
tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme
digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta
menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa
masyarakat atau kelompok tertentu untuk menaati kehendak pelaku teror.[3]

Dalam Pasal 1 ayat (2) UU 5/2018 menyebutkan bahwa:

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban
yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital
yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif
ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik terorisme adalah sebagai
berikut:[4]

1.
2. merupakan intimidasi yang memaksa;
3. memakai pembunuhan dan penghancuran secara sistematis sebagai sarana untuk suatu
tujuan tertentu;
4. korban bukan tujuan, melainkan sarana untuk menciptakan perang urat syaraf, yakni
bunuh satu orang untuk menakuti seribu orang;
5. target aksi teror dipilih, bekerja secara rahasia, namun tujuannya adalah publisitas;
6. pesan aksi itu cukup jelas, meski pelaku tidak selalu menyatakan diri secara personal;
7. para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras.

Terorisme memiliki karakteristik yang spesifik yang tidak ada pada kejahatan-kejahatan
konvensional yaitu dilaksanakan secara sistematik dan meluas serta terorganisasi secara
tertib. Terorisme menggunakan senjata perusak dan pemusnah massal (weapons of massive
destruction) menjadikan terorisme sebagai masalah transnasional yang berimplikasi pada
terancamnya keamanan manusia secara luas.

Dalam pengertian kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Statuta Roma 1998 terdapat
beberapa karakteristik yang penting yaitu adanya serangan (attack), adanya serangan yang
bersifat luas (widespread) atau sistematis, adanya tindakan- yang merupakan bagian (as a part
of) dari serangan yang bersifat luas dan sistematik, dan apa yang dimaksud dengan with
knowledge of the attack.

Kata-kata serangan tidak selalu dikaitkan dengan konflik bersenjata. Dalam Artikel 7 ayat (2)
huruf a Statuta Roma 1998 menyatakan:

… the multiple commission of acts referred to in paragraph 1 … pursuant to or in furtherance of


a State or organizational policy to commit such attack.

Guna mempermudah pemahaman Anda, kami jelaskan satu per satu karakteristik kejahatan
terhadap kemanusiaan:

1. Serangan dilakukan secara berkali-kali, berkaitan dengan tindak lanjut dari kebijakan
organisasi atau kebijakan negara.
2. Meluas dan sistematik, yang berarti meluas merujuk pada banyaknya jumlah korban,
sedangkan sistematik berarti pada rencana untuk melakukan serangan.
3. Hubungan antara tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan serangan yang
bersifat luas atau sistematik. Syarat ini akan terpenuhi begitu seseorang atau
sekelompok orang melakukan salah satu atau lebih dari tindakan kejahatan terhadap
kemanusiaan berdasarkan arahan kebijakan organisasi atau negara.
4. With knowledge of the attack mensyaratkan supaya dikatakan kejahatan terhadap
kemanusiaan, pelaku harus mengetahui bahwa lingkungannya sedang terjadi serangan
luas dan sistematik.

Sementara itu, pengertian tentang kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa:[5]

a. pembunuhan;
b. pemusnahan;
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdakaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
f. penyiksaan;
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara;
h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
i. penghilangan orang secara paksa; atau
j. kejahatan apartheid.

Apabila dibandingkan dengan karakteristik kejahatan terorisme, ada beberapa karakteristik


yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai salah satu bentuk
dari pelanggaran HAM yang berat yaitu adanya penyerangan terhadap manusia yang
mengakibatkan manusia terluka bahkan terbunuh.

Akan tetapi, ada perbedaan mendasar tentang karakteristik kejahatan terorisme yaitu dilakukan
bertujuan untuk membuat ketakutan di suatu wilayah atau negara dengan
menggunakan ancaman kekerasan maupun kekerasan terhadap penduduk yang
mengakibatkan jatuhnya korban luka dan meninggal dunia.
Selain itu, korban terorisme bukan sebagai tujuan dari kejahatan terorisme melainkan sebagai
cara agar membuat takut negara ataupun pemerintahan. Hal yang penting pula, kejahatan
terorisme ini didasari oleh ideologi atau pandangan yang berbeda dari pemerintah yang
nantinya bertujuan dapat mengubah ideologi pemerintahan atau negara menjadi pandangan
yang sama dengan kelompok teroris.

Anda mungkin juga menyukai