Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Teroris

Terorisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik).
Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut
(biasanya untuk tujuan politik). Terror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejem, bengis dan
usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan
kekerasan terhadap penduduk sipil untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada
perang .
Terorisme mengandung arti menakut-nakuti. Kata tersebut berasal dari bahasa latinterrere,
menyebabkan ketakutan, dan digunakan secara umum dalam pengertian politik sebagai serangan
terhadap tatanan sipil selama rezim terror pada masa Revolusi Perancis vakhir abad XVII.
Dengan bejalannya waktu, penggunaan istilah terorisme rupanya mengalami mengalami
perluasan makna, karena masyarakat menganggap terorisme sebagai aksi-aksi perusakan publik,
yang dilakukan tanpa suatu alasan militer yang jelas, serta penebaran rasa ketakutan secara luas di
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
a.

1.
2.
3.
4.
5.

Ciri-ciri terorisme
Menurut beberapa literatur dan reference termasuk surat kabar dapat disimpulkan bahwa ciriciri terorisme adalah :
Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai tujuan.
Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.
Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa takut dan
mendapatkan publikasi yang luas.
Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan, pembajakan
dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.
Yon seorang Koordinator Bidang Kajian, Publikasi, dan Penelitian Pusat Kajian Timur
Tengah dan Islam Universitas Indonesia itu menjelaskan, secara umum pelaku terorisme, termasuk
pelaku bom bunuh diri, berdasarkan motivasi dapat dibedakan dalam empat kategori.
Kategori pertama, berkaitan dengan ideologi dan keyakinan, yakni kelompok teroris yang
dimotivasi oleh ajaran agama biasanya dididik dalam lembaga-lembaga pendidikan keagamaan
dalam waktu yang lama dan dipersiapkan untuk aktifitas terorisme.
"Kelompok ini biasanya memiliki ciri-ciri keagamaan tertentu. Melihat trend pengeboman di
Indonesia pada dasawarsa terakhir ini dapat disimpulkan bahwa terorisme dengan motivasi ajaran
agama secara murni hampir dipastikan telah hilang.

Hal itu, lanjutnya, karena komunitas agama di Indonesia tidak menolerir segala bentuk aksi
terorisme. Bahkan kelompok-kelompok yang dianggap keras sekalipun, seperti Ustaz Abu Bakar
Baasyir dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), secara tegas menolak cara-cara yang dilakukan
kelompok Noordin M Top.
Kategori kedua, kelompok yang tereksploitasi. Kelompok inilah yang mendominasi aksi-aksi
terorisme
di
Indonesia.
Walaupun pelaku mendapatkan indoktrinasi dan sekaligus proyeknya dari anggota dalam jaringan
teroris di Indonesia, tetapi sebagian besar tidak mengenal dengan baik orang telah mencuci otaknya
(brainwashing),
mereka yang dapat dieksploitasi menjadi suicide bombers(pelaku bom bunuh diri) adalah yang
memiliki perasaan bersalah atau merasa hidupnya tak bermakna.
Sebagian besar dari mereka berasal dari segmen pemuda yang bermasalah secara
psikologis
dan
sosial,
serta
bukan
berasal
dari
kelompok
religius.
"Ciri-cirinya pun berbeda dengan kategori pertama. Mereka tidak direkrut di masjid tetapi di jalan.
Tentu mengeksploitasi segmen masyarakat seperti ini sangat mudah dan inilah yang menjadi
fenomena terorisme di Indonesia," ujarnya.
Kategori ketiga, dimotivasi oleh balas dendam atas kekerasan oleh rezim Orde Baru
terhadap anggota keluarga mereka, Kelompok ini dapat berasal dari keluarga Darul Islam (DI).
Hanya saja untuk saat ini tentu sangat susah mendapatkan keluarga DI yang masih mengalami
trauma kekerasan yang diterima oleh keluarga mereka.
Sedangkan kategori keempat adalah kelompok separatis yang berkembang di Indonesia.
Pada kenyataannya, kata Yon, kelompok itu telah melakukan transformasi kepada gerakan politik
dan berdamai dengan pemerintah Indonesia.
b.
1)

2)

1)

2)
a)

Bentuk-bentuk Terorisme.
Dilihar dari cara-cara yang digunakan :
Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran pisik jasmani
dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan dsb, sehingga
nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.
Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa menimbulkan
ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi korban sebagai
sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa akibatnya
bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.
Dilihat dari Skala sasaran teror :
Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan
kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa : pemberontakan bersenjata, pengacauan stabilitas
nasional, dan gangguan keamanan nasional.
Teror Internasional. Tindakan teror yang diktujukan kepada bangsa atau negara lain diluar kawasan
negara yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :
Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi, agresi
dan perang terbuka.

b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan keamanan
internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

2.2 Usaha Teroris Dalam Merekrut Anggota


Menurut Margaretha seorang Psikolog Universitas Airlangga (Unair), konsep pencucian
otak merupakan terminologi yang sangat umum. Dari perspektif komunikasi, pelaku kejahatan
ini mendekati calon korban dengan proses persuasi. Proses yang secara sadar bertujuan untuk
mempengaruhi orang berperilaku sesuatu.
Pencucian otak sangat bisa berhasil dengan proses persuasi yang sangat profesional. Bisa
dengan teknik lowball atau juga sugesti.
Teknik lowball, biasanya diawali dengan sebuah permintaan halus. Permintaan ringan yang
disodorkan berlangung terus menerus. Misalnya, seseorang meminta pertolongan secara materil.
Kejahatan dengan teknik lowball ini dilakukan dengan jangka waktu lama dan dilakukan
secara berulang-ulang pada korban yang sama. Semakin lama, si pelaku semakin memberikan
permintaan yang semakin berat. Teknik pencucian otak ini dilancarkan kepada calon korban
secara sadar.
Sedangkan, teknik sugesti digunakan si pelaku dengan menyerang alam tak sadar calon
korban. Biasanya masyarakat lebih akrab dengan teknik gendam. Calon korban diserang dalam
posisi tenang yakni pada saat istirahat atau tahap gelombang otak mengarah tenang.
Menurut Mardigu WP ahli pengamat terorisme, modus yang digunakan para pencuci otak
untuk melaksanakan tujuannya adalah mencari dana dengan doktrin jihad. Pertama, pelaku akan
mengajak si korban untuk hijrah, lalu berjihad, dan terakhir memintanya berinfaq.
Pendekatan yang dilakukan para pelaku juga tergolong singkat. Sejak pertama kali
mengenal korban hingga melakukan eksekusi, mereka butuh waktu dua minggu.
Tidak hanya itu, sasaran korban pun beragam. Tidak ada golongan khusus, atau jenis
kelamin tertentu. Yang jelas, Mardigu meminta semua pihak waspada jika ada orang-orang asing
yang mengajak kenalan dengan cara yang sangat intens.
2.3 Tujuan Teroris
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tujuan Jangka Pendek, meliputi :


Mempeeroleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia internasional atas
perjuangannya.
Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan keresahan
di masyarakat.
Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan lainnya.
Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan rakyatnya.
Memperoleh uang atau perlengkapan.
Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun transportasi.
Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.
Menimbulkan mogok kerja.
Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.

10. Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.


11. Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.
12. Membalas dendam.
b.
Tujuan Jangka Panjang, meliputi :
1. Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara atau
perang antar negara.
2. Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
4. Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional, regional atau
internasional.
5. Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau
kelompok nasional, misalnya PLO.

2.4 Perkembangan Terorisme Saat Ini


Pola Terorisme terus berubah dan berkembang. Sedangkan pada permukaan pada intinya
tetap "Merencanakan suatu tindakan dengan menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang melanggar hukum untuk menanamkan rasa takut ..." Ini sangat efektif
digunakan sebagai alat strategis dalam menghadapi Lawan yang dihadapinya. Bagaimanapun
terorisme telah berkembang dengan luar biasa dengan menerapkan strategi perang abad 21,
mereka juga selalu beradaptasi dengan perubahan sosial politik dunia serta lingkungan. Beberapa
perubahan itu telah mampu memfasilitasi kemampuan dari teroris dalam beroperasi, memperoleh
dana, dan mengembangkan kemampuan baru. Perubahan lain adalah secara perlahan terorisme
telah bergerak membangun hubungan yang berbeda menuju dunia yang lebih luas.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana konteks perubahan ini , maka kita
perlu melihat sejarah perkembangan terorisme, dengan mewarisi perubahan kontur atas teknik
yang dipelopori oleh orang lain. Perkembangan ini didorong oleh perkembangan yang
berlangsung secara alami, berlangsung dalam suatu konflik dan hubungan internasional. Hal ini
juga perlu di pertimbangkan karena dapat menjadi kemungkinan penyebab konflik yang lebih
besar di masa mendatang, sehingga sangat penting untuk mengetahui Tokoh dan motivasi
mereka.
Berbicara tentang evolusi/perkembangan terorisme dan penggunaan teror berdasarkan
sejarah, penting untuk diketahui bahwa bentuk-bentuk masyarakat dan pemerintah di masa lalu
sangat berbeda dari apa yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa negara-negara modern belum
terbentuk sampai 1648 (Perjanjian Westphalia), dan negara pada saat itu di monopoli oleh
perang, atau kekerasan antar-negara. Keterbatasan dari pemerintah pusat tidak memungkinkan
untuk menggunakan teror sebagai metode untuk mempengaruhi perubahan politik, karena tidak
ada satu otoritas politik yang dominan. Demikian juga dengan tidak adanya pusat kekuasaan
berarti bahwa penggunaan peperangan lebih terbuka bagi setiap kelompok. Tidak hanya tentara
nasional, masyarakat golongan bawah, Tentara bayaran, pimpinan golongan agama, atau para
pedagang dan pengusaha turut serta terlibat dan berpartisipasi dalam peperangan. Keterlibatan

mereka dalam peperangan dianggap sah. Hal ini tentu sangat kontras dengan era modern, di
mana Negara terlibat dalam perang, sedangkan partisipasi pribadi adalah illegal
Teori awal dari Terorisme
Awal penggunaan terorisme, seperti fanatisme dan pembunuhan sebenarnya tidak
meninggalkan filosofi tertentu atau doktrin tertentu dalam penggunaan terorisme. Suatu
pengecualian atas kegagalan spektakuler seperti Guy Fawkes dengan terinspirasi agama
berusaha untuk membunuh King James I dan Anggota Parlemen Inggris, membuktikan terorisme
tidak pernah terpisah dengan kemajuan atau melampaui batas normal dari bentuk peperangan
pada saat itu. Sebagaimana sistem politik menjadi lebih canggih, dan kekuasaan politik dilihat
kurang lebih merupakan karunia ilahi dan dan banyak lagi pembangunan sosial ide-ide baru yang
mengakibatkan timbulnya konflik-konflik baru.
Suasana perang dan konflik politik yang melanda Eropa setelah Revolusi Perancis telah
memberikan inspirasi dan pemikiran pada theory politik pada awal 1800an. Beberapa teori
penting dari revolusi sosial telah berkembang selama waktu itu. Menghubungkan antara
kekerasan revolusioner dan teror yang telah berkembang sejak awal. Theory Revolusioner
menolak kemungkinan reformasi sistem dan menginginkan kekerasan dan kerusakan. Tindakan
ekstrimis ini menjadi dasar untuk penggunaan kekerasan politik .
Dua ideologi yang menggunakan kekerasan dalam perubahan sosial adalah Marxism
yang kemudian berkembang menjadi komunisme, dan Anarkisme. Keduanya pada dasarnya
adalah hanya khayalan yang muluk-muluk, mereka menyatakan bahwa mereka meletakkan teori
dan praktek dapat menghasilkan masyarakat yang ideal. Kedua ideologiy ini sepaham bahwa
kemunculan mereka adalah karena kerusakan sistem yang ada. Keduanya mengakui bahwa
kekerasan di luar batas dapat diterima dan peperangan dan pemberontakan justru diperlukan.
Komunisme memfokuskan pada perang kelas ekonomi, dan diasumsikan penyitaan kekuasaan
negara oleh (rakyat jelata) sampai negara tidak lagi diperlukan, dan akhirnya dibuang
.Anarkisme menganut paham kurang lebih penolakan terhadap segala bentuk pemerintahan. Para
anarkis percaya bahwa setelah negara benar-benar hancur, tidak perlu lagi dibentuk yagng baru
sehingga orang bisa hidup dan berinteraksi tanpa paksaan pemerintah. Dalam jangka pendek,
penerimaan dari apa yg di tawarkan komunisme ini diperlukan untuk keperluan organisasi dan
pemaksaan yang digunakan oleh negara saat itu membuat ideologi ini lebih berhasil dari dua
ideologi yang lain. Anarkisme bertahan di era modern, dengan mempertahankan daya tarik untuk
tetap menerapkan kekerasan sampai hari ini

Perkembangan Terorisme di Indonesia


Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan beberapa
negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus dipahami bahwa
terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan internasional.
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan
Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai Terorisme

yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan masyarakat
internasional diantaranya muncul tanggapan yang menyatakan bahwa justru Amerika Serikat lah
yang mensponsori aksi teror di dunia dengan membentuk konspirasi global yang didukung
sekutunya dengan tujuan menghancurkan Islam di Indonesia tanggapan tersebut santer ketika
munculnya pernyataan PM Senior Singapura Lee Kuan Yeuw bahwa Indonesia Sarang Teroris
yang serta merta seluruh masyarakat Indonesia menolak pernyataan tersebut dengan membakar
gambar/patung PM Singapura.
Walaupun Polri berhasil menangkap para pelaku serta mengungkap jaringan Terorisme
yang berada dibalik peristiwa tersebut, namun hal ini sangat berdampak pada semua aspek
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Atas hasil pengungkapan kasus peledakan bom Bali
reaksi masyarakat yang semula cenderung apriori terhadap bom Bali, seolah-olah semua ini
adalah hasil rekayasa internasional bersama pemerintah, kini telah bergeser dan mampu melihat
fakta secara obyektif melalui proses penanganan dan pengungkapan berbagai macam serta semua
jaringan dan para pelaku serta.
Taktik. Yang sering dilakukan oleh para teroris adalah:
1) Bom. Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman. Dalam dekade terakhir ini sering terjadi
aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di Indonesia maupun di luar
negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.
2) Pembajakan. Pembajakan sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris. Pembajkan terhadap
pesawat terbang komersial pernah terjadi di beberapa negara, termasuk terhadap pesawat Garuda
Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun 1981. Tidak menutup kemungkinan pembajakan
pesawat terbang komersial masih akaan terjadi saat ini dan massa yang akan datang, baik di
Indonesia maupun di luar negeri.
3) Pembunuhan. Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga
saat in. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah diramalkan, teroris akan mengklaim
bertanggungjawab atas pembunuhan yang dilaksanakan. Sasaran dari pembunuhan ini biasanya
adalah pejabat pemerintah, penguasa, politisi dan aparat keamanan. Dlam sepuluh tahun terakhir
tercatat 246 kasus pembunuhan oleh teroris seluruh dunia.
4) Penculikan. Tidak semua penghadangan ditujukan untuk membunuh. Dalam kasus kelompok
gerilya Abu Sayaf di Filipina, penghadangan lebih ditujukan untuk menculik personel, sepperti
yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap kameraman RCTI Ersa Siregar dan Fery Santoro
di Aceh. Penculikan biasanya akan diikuti dengan tuntutan imbalan berupa uang atau tuntutan
p[olitik lainnya.
5) Penyanderaan. Perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangat tipis.
Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian yang sama. Penculik biasanya
meennan korbannya di tempat tersembunyi dan tuntutannya adalah berupa materi dan uang,
sedangkan penyanderaan biasanya menahan sandera di tempat umum ataupun di dalam hutan
seperti yang dilakukan oleh kelompok Kelly Kwalik di Papua yang menyandera tim peneliti
Lorenz pada tahun 1996. Tuntutan penyannderaan lebih dari sekedar materi. Biasanya tuntutan
politik lebih sering dilemparkan pada kasus penyanderaan ini.

2.5 Cara Agar Terhindar Dari Pengaruh Terorisme


Dalam rangka memerangi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan kesiapan
yang meliputi :
(1) kesiapan dibidang politik, yakni perlunya dukungan masyarakat secara penuh bahwa terorisme
adalah musuh bangsa dan negara yang harus dihadapi oleh segenap bangsa;
(2) kesiapan dibidang hukum, peraturan perudangan dibidang pemberantasan terorisme merupakan
agenda mutlak, karena hukum ini akan memberikan kekuatan kepada semua pihak untuk
menjerat pelaku terorisme, disadari bahwa hukum untuk menghadapi aksi teror kurang sejalan
dengan semangat demokrasi dan HAM;
(3) kesiapan bidang operasional, yakni menuntut kesiapan adanya satuan antiteror dan Litbang teror,
bekerjasama dengan semua pihak, permasalahannya adalah belum adanya aturan baku atau
prosedur tetap yang baku dan mengikat semua pihak.
Masyarakat harus lebih menyadari tentang keadaan dirinya, menyadari proses yang
dirinya sedang terlibat saat itu. Untuk teknik lowball, biasanya yang diserang adalah orang
bertipe mudah merasa bersalah. Jadi saat diminta untuk berbuat sesuatu, tidak bisa menolak.
Tak jauh beda dengan teknik lowball, teknik sugesti juga harus diwaspadai. Kuncinya,
masyarakat memang harus meningkatkan kesadaran diri. Bila ada orang asing yang
memberikan perhatian berlebihan, jangan ragu-ragu menolak. Biasanya pelaku-pelaku kejahatan
tersebut mensugesti kita menuju ketenangan, bisa dengan memberikan kue atau bahkan
mengajak ke suatu tempat.

Anda mungkin juga menyukai