Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN ISU GLOBAL :

Di Susun Oleh :

Abdillah Firdaus (202001001)

FAKULTAS S1 KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya kepada kami sehingga kami dapat membuat makalah Pancasila tersebut.

Makalah berjudul “ PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN ISU GLOBAL :


TERORIS “ ditulis untuk memenuhi tugas Pancasila. Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaika
rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah tulus ikhlas memberikan bantuan
dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karema itu kami sangt mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Ahkir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Kediri, 24 April 2021


DAFTAR ISI

Kata
pengantar……………………………………………………………………………………...

Daftar isi……………………………………………………………………………………………

Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………………...

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah

Bab 2 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………………...

A.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
1. TERORISME
Terorisme adalah serangan-serangan terkootdinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan
perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan
yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga
sipil.
Istilah terorisme oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku
yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti
peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan pembalasan
yang kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan “teroris”
dan”terorisme”, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam
pembenaran dimata terorisme: “Makna sebernarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari
tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang”.
Padahal terorisme sendiri sering nampak dengan mengatasnamakan agama.
Hal ini sering terjadi seperti pada aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja
Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, membuktikan bahwa gerakan radikalisme
di Indonesia masih terus berlangsung. Jaringan terorisme yang sempat dilumpuhkan oleh
aparat kepolisian, ternyata tetap berkeliaran membangun komunitas dan sasaran baru
yang lebih strategis dan menjanjikan.
Ledakan bom yang terjadi di Solo pastilah merupakan bagian dari jaringan yang
sangat rapi dan terorganisasi secara sistematis. Peristiwa itu menjadi bukti bahwa bahaya
terorisme masih merupakan sesuatu yang nyata di negeri ini, baik secara laten maupun
manifestasi. tak ubahnya seperti gempa bumi, di negeri ini berpotensi gerakan terorisme
ada dan nyata. Untuk itu, jaringan radikalisme yang bersifat violence harus ditemukan
dan dibongkar secara tuntas dengan segera.
Hal ini mencerminkan bahwa terorisme sebagai gerakan memiliki jaringan kuat
karena mampu mengecoh kewaspadaan aparat kepolisian dalam mengantisipasi indikasi
terjaddinya aksi teror bom di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, aparat kepolisian
seolah tak berdaya dan mati suri dalam mencegah tindakan kekerasan dengan
menggunakan rakitan bom yang diledakkan di tempat-tempat ibadah.
Oleh sebab itu, aparat kepolisian harus mengungkap tuntas siapa jati diri
pelakunya dan jaringan gerakan, sekaligus antek-antek intelektual di balik aksi terorisme
itu. Pasalnya, mustahil peledakan bom itu dilakukan seorang diri, mereka harus ditindak
tegas untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
Semakin mencuatnya aksi teror yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia,
mengindikasikan bahwa kaderisasi gerakan radikal terus berlangsung pasca tewasnya
tokoh-tokoh penting dalam jaringan terorisme. Dengan kata lain, kaderisasi gerakan
radikal ini memang masihterus berlangsung sedemikian cepat, karena ruang gerak di
masyarakat untuk menyebarluaskan ajaran radikal yang cukup terbuka lebar.1

2. CIRI-CIRI TERORISME
Ciri-ciri pada terorisme:
 Penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan dengan tujuan tertentu secara
sistematis atau tindakan perorangan maupun kampanye kekerasan yang dirancang
untuk menciptakan ketakutan terhadap masyarakat.
 Menggunakan ancaman kekerasan atau melakukan kekerasan tanpa pandang bulu
atau tanpa melihat status sosial, baik terhadap musuh atau sekutu, untuk mencapai
tujuan-tujuan politik diantaranya mempublikasikan suatu alasan lewat aksi
kekejaman, karena dengan demikian publikasi mereka akan dapat terpublikasikan
dengan cepat dan masif, mobilisasi massa, menebar kebencian dan konflik intern
komunal, mengumumkan musuh atau kambing hitam, menciptakan iklim panik
massa, menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
sebagainya.
 Sengaja menciptakan dampak psikologis atau fisik terhadap kelompok masyarakat
atau korban tertentu, dalam rangka mengubah sikap dan perilaku politik sesuai
dengan maksud dan tujuan pelaku terror.
 Meliputi kaum revolusioner, ekstrimis politik, penjahat yang bertujuan politik dan
para lunatic sejati.
 Pelakunya dapat beroperasi sendiri ataupun sebagai anggota kelompok yang
terorganisasi, bahkan pemerintah tertentu.
 Motifnya dapat bersifat pribadi, atau destruksi atas pemerintahan atau kekuasaan
kelompok. Sedang ambisinya dapat terbatas (local) seperti pengulingan rezim
tertentu, dan global seperti revolusi simultan di seluruh dunia.
 Modusnya dapat berupa penculikan untuk mendapat tebusan, pembajakan atau
pembunuhan kejam yang mungkin tidak dikehendaki oleh para pelakunya. Teroris
dapat atau tidak mengharapkan terbunuhnya korban, seringkali menemukan saat
untuk membunuh guna memperkuat kredibilitas ancaman, walaupun tidak di
inginkan untuk membunuh korban.
 Aksi-aksi terror dilakukan karena termotivasi secara politik, atau karena
keyakinan kebenaran yang melatarbelakanginya, sehingga cara-cara kekerasan
ditempuh untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, aksi-aksi terror pada
1
https://www.academia.edu/29803919/Makalah_Pancasila_Apa_Itu_Terorisme_Contoh_Tanggapan_Para-
Ahli_Faktor_faktor_yang_meruntuhkan_Persatuan_dan_Kesatuan
dasarnya dikategorikan sebagai tindakan kriminal, illegal, meresahkan masyarakat
dan tidak manusiawi.
 Kegiatan terorisme ditujukan pada suatu pemerintahan, kelompok, kelas, atau
partai politik tertentu, dengan tujuan untuk membuat kekacauan dibidang politik,
ekonomi atau sosial.2
3. JENIS-JENIS TERORISME
Jenis-jenis memperluas bentuknya:
 Serangan terhadap nyawa perorangan yang dapat mengakibatkan kematian.
 Serangan terhadap integritas fisik seseorang.
 Penculikan dan penyanderaan.
 Mengakibatkan kehancuran yang luar biasa terhadap fasilitas Pemerintah atau
publik, sistem transportasi, fasilitas infrastruktur, termasuk juga sistem informasi,
anjungan laut, tempat publik atau properti privat, yang dapat membahayakan
hidup manusia atau kerugian ekonomi yang besar.
 Pembajakan pesawat, kapal atau transportasi public atau barang lainnya.
 Memproduksi, memiliki, menguasai, memindahkan, mengirimkan atau
menggunakan senjata, peledak atau senjata nuklir, biologi atau kimia, begitu juga
penelitiannya dan pengembangan terhadap senjata biologi atau kimia.
 Menyebarkan substansi atau zat yang berbahaya atau dapat mengakibatkan
kebakaran, ledakan, atau banjir yang dapat mengancam hidup perseorangan.

Apabila kita melihat dari wilayah tindakan dimana terorisme dilakukan, maka
dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

 Terorisme nasional, di mana pelaku dan sasaran utama terbatas pada teritorial
suatu negara tertentu.
 Terorisme internasional, di mana sasaran utama diarahkan pada individu maupun
kelompok yang memiliki pengaruh besar di negara lain sehingga dapat
mengganggu atau mempengaruhi kebijakan negara tersebut. Adapun sasaran
utama kelompok in ialah masyarakat internasional secara keseluruhan.
 Terorisme transnasional, di mana pelaku mempersiapkan revolusi secara global
dengan menggunakan berbagai cara untuk menguasai tatanan dunia baru.
Seringkali bentuk ini berasal dari kelompok internasional yang radikal.

Jika dilihat dari motif atau latar belakang terjadinya terorisme sesuai yang telah
dijelaskan di bagian klasifikasi, maka bentuk terorisme dapat dibagi menjadi:

 Terorisme politik, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan politik dengan


menggunakan perbuatan-perbuatan yang tidak sah terutama untuk mengganggu
atau menimbulkan rasa ketakutan terhadap lawan politik.

2
https://eprints.umm.ac.id
 Terorisme ideologi, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan ideologi maupun
kepercayaan sehingga timbul rasa superiority di dalam kelompok tersebut dan
menghalalkan segala cara untuk menyebarkan ideologinya.
 Terorisme negara, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan penindasan oleh suatu
negara, baik negara sendiri maupun negara luar yang masuk. Tindakan ini dapat
masuk dalam kategori revolution atau rebellion.3

Menurut Firmansyah (2011), beberapa tindak kejahatan yang termasuk dalam


kategori tindak pidana terorisme adalah sebagai berikut:

 Irrational Terrorism.
Irrational terrorism adalah teror yang motif atau tujuannya bisa dikatakan tak
masuk akal sehat, yang bisa dikategorikan dalam kategori ini misalnya saja
salvation (pengorbanan diri) dan madness (kegilaan). Pengorbanan diri ini kerap
menjadikan para pelaku teror melakukan aksi ekstrem berupa bom bunuh diri.
 Criminal Terrorism.
Criminal Terrorism adalah teror yang dilatarbelakangi motif atau tujuan
berdasarkan kepentingan kelompok agama atau kepercayaan tertentu dapat
dikategorikan ke dalam jenis ini. Termasuk kegiatan kelompok dengan motif
balas dendam (revenge).
 Political Terrorism.
Political Terrorism adalah teror bermotifkan politik.Batasan mengenai political
terrorism sampai saat ini belum ada kesepakatan internasional yang dapat
dibakukan. Contoh; seorang figur Yasser Arrafat bagi masyarakat israel adalah
seorang tokoh teroris yang harus dieksekusi, tetap bagi bangsa Palestina dia
adalah seorang Freedom fighter, begitu pula sebaliknya dengan founding father
negara Israel yang pada waktu itu dicap sebagai teroris, setelah israel merdeka
mereka dianggap sebagai pahlawan bangsa dan dihormati.
 State Terrorism.
Istilah state teorrism ini semula dipergunakan PBB ketika melihat kondisi sosial
dan politik di Afrika Selatan, Israel dan negara-negara Eropa Timur. Kekerasan
negara terhadap warga negara penuh dengan intimidasi dan berbagai
penganiayaan serta ancaman lainnya banyak dilakukan oleh oknum negara
termasuk penegak hukum. Teror oleh penguasa negara, misalnya penculikan
aktivis. Teror oleh negara bisa terjadi dengan kebijakan ekonomi yang dibuatnya.
Terorisme yang dilakukan oleh negara atau aparatnya dilakukan dan atas nama
kekuasaan, stabilitas politik dan kepentingan ekonomi elite.

Menurut USA Army Training and Doctrine Command (2007), berdasarkan


motivasi yang digunakan, tindakan terorisme dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

3
https://sinta.unud.ac.id
 Separatisme. Motivasi gerakan untuk mendapatkan eksistensi kelompok melalui
pengakuan kemerdekaan, otonomi politik, kedaulatan, atau kebebasan beragama.
Kategori ini dapat timbul dari nasionalisme dan etnosentrisme pelaku.
 Etnosentrisme. Motivasi gerakan berlandaskan kepercayaan, keyakinan, serta
karakteristik sosial khusus yang mempererat kelompok tersebut sehingga terdapat
penggolongan derajat suatu ras. Penggolongan ini membuat orang atau kelompok
yang memiliki ras atas semena-mena dengan kelompok ras yang lebih rendah.
Tujuannya ialah mempertunjukan kekuasaan dan kekuatan (show of power) demi
pengakuan bahwa pelaku masuk dalam ras yang unggul (supreme race).
 Nasionalisme. Motivasi ini merupakan kesetiaan dan loyalitas terhadap suatu
negara atau paham nasional tertentu. Paham tersebut tidak dapat dipisahkan
dengan kesatuan budaya kelompok, sehingga bermaksud untuk membentuk suatu
pemerintahan baru atau lepas dari suatu kedaulatan untuk bergabung dengan
pemerintahan yang memiliki pandangan atau paham nasional yang sama.
 Revolusioner. Motivasi ini merupakan dedikasi untuk melakukan perubahan atau
menggulingkan pemerintahan dengan politik dan struktur sosial yang baru.
Gerakan ini identik dengan idealisme dan politik komunisme.4
4. CONTOH-CONTOH TERORISME
a) Pada 8 Mei 2018, Penyanderaan sejumlah anggota brimob dan densus 88 selama
36 jam oleh 156 Napi Terorisme di Mako Brimob, Kelapa dua, Depok.
Dilaporkan, 5 perwira Polri gugur dan 1 napi tewas, sedangkan 4 perwira Polri
luka berat/ringan.
b) Bom Surabaya, 13-14 Mei. Sedikitnya 15 belas orang tewas dan puluhan jiwa
lainnya terluka setelah serangkaian pengeboman bunuh diri di tiga greja di
Surabaya, Jawa Timur. Pada malam harinya, sebuah bom meledak di Rusunawa
Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Keesokan harinya, sebuah bom meledak di
Mapolresta Surabaya, Jawa Timur, pada 14 Mei 2018 pukul 08.50 WIB. Semua
pelaku yang melakukan rentetan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo ini
merupakan anggota dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi
dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
c) Pada 16 Mei 2018, Mapolda Riau diserang oleh kelompok teroris Jamaah
Ansharut Daulah (JAD). Setidaknya, satu orang polisi gugur, dua orang polisi
luka-luka, dan dua jurnalis luka-luka. Empat orang teroris tewas tertembak,
sedangkan satu orang teroris yang berperan sebagai pengemudi mobil.

4
https://www.kajianpustaka.com/2020/09/terorisme.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai