Dosen Pembimbing :
M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
OLEH : KELOMPOK 2
1. Abdillah Firdaus (202001001)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Nefritis Lupus disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif, jurusan Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri.
iii
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 7
1.4 Manfaat..................................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 8
2.1 PENYAKIT LUPUS NEFRITIS..................................................................... 8
2.1.1 Definisi Penyakit Lupus......................................................................... 8
2.1.2 Definisi Lupus Nefritis........................................................................... 8
2.1.3 Etiologi Lupus Nefritis........................................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis Lupus Nefritis........................................................... 9
2.1.5 Patofisiologi Lupus Nefritis.................................................................. 10
2.1.6 Pemerksaan Diagnostik Lupus Nefritis................................................ 11
2.1.7 Penatalaksanaan Lupus Nefritis............................................................ 12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................. 14
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN LUPUS NEFRITIS........................................ 14
3.1.1 Pengkajian.............................................................................................. 14
3.1.2 Analisa Data........................................................................................... 15
3.1.3 Daftar Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................. 16
3.1.4 Intervensi Keperawatan (SIKI).............................................................. 17
3.1.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi SOAP................................... 19
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 24
4.1 Kesimpulan..................................................................................................... 24
4.2 Saran................................................................................................................ 24
iv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
LAMPIRAN......................................................................................................... 26
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
1. Bagaimana konsep teori penyakit lupus nefritis?
2. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan lupus nefritis?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis lupus nefritis.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada pasien lupus nefritis.
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan apa yang muncul pada pasien lupus
nefritis.
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien lupus nefritis.
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan apa yang tepat pada pasien lupus
nefritis.
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien lupus nefritis.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan awal teori dalam memberikan asuhan keperawatan secara kompleks
pada pasien lupus nefritis
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pengalaman belajar.
b. Mahasiswa
Sebagai sumber informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan lupus nefritis.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Systemic lupus erthematosus (SLE), merupakan jenis lupus yang paling sering terjadi. Jenis
penyakit ini menyerang berbagai jaringan seperti, sendi, kulit, otak, paru-paru, ginjal, dan
pembuluh darah. Discoid lupus erthematosus, adalah jenis lupus yang menyerang jaringan
kulit, sehingga menyebabkan ruam-ruam. Neonatal lupus adalah penyakit lupus yang
menyerang bayi baru lahir. Penyakit ini dialami oleh bayi yang dilahirkan ibu yang memiliki
kelainan antibodi. Lupus akibat obat-obatan, gangguan ini biasanya hanya dialami dalam
waktu yang singkat saja.
Jadi beberapa obat-obatan mungkin saja menimbulkan efek samping yang gejalanya
mirip lupus. Kondisi pasien akan membaik kalau penggunaan obat dihentikan. Subacute
cutaneous lupus erythematosus, merupakan lupus yang membuat jaringan kulit luka dan
terbakar ketika terpapar sinar matahari.
Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. Lupus adalah penyakit autoimun
di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Lupus nefritis dapat menyebabkan terjadinya
8
peradangan pada ginjal dan memunculkan sejumlah gejala, seperti tekanan darah tinggi,
adanya darah dan protein dalam urine, hingga gagal ginjal. Lupus nefritis merupakan kondisi
yang cukup serius dan harus segera mendapatkan penanganan dari dokter ginjal.
2.1.3 Etiologi Lupus Nefritis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lupus nefritis terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Pada kondisi normal, sistem imun hanya akan
menyerang kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada penderita lupus nefritis, sistem
imun mengalami kelainan dan justru menyerang sel-sel tubuh sendiri, termasuk sel-sel ginjal.
Kelainan sistem imun tersebut dikenal dengan autoimun. Hingga saat ini, penyebab
terjadinya autoimun pada seseorang belum diketahui dengan pasti.
Namun terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang lebih
mudah mengalami autoimun, yaitu berjenis kelamin perempuan dan berusia diantara 15-45
tahun. Seseorang yang menderita lupus nefritis dapat mengalami kambuhnya gejala-gejala
lupus nefritis (flare) akibat terpapar pemicu lupus. Ada beberapa jenis pemicu kambuhnya
gejala lupus nefritis, yaitu :
Gejala lupus nefritis tidak jauh berbeda dengan gangguan pada ginjal lainnya. Gejala tersebut
meliputi :
9
2.1.5Patofisiologi Lupus Nefritis
Pada manusia normal, sistem kekebalan tubuh biasanya akan membuat anti-bodi yang
fungsinya melindungi tubuh dari berbagai macam serangan virus, kuman, bakteri maupun
benda asing lainnya (anti-gen). Pada lupus, produksi anti-bodi yang seharusnya normal
menjadi berlebihan. Akibatnya, anti-bodi ini tidak lagi berfungsi untuk menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, tetapi justru menyerang sistem kekebalan sel dan
jaringan tubuhnya sendiri. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh
muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang
sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas
Nefritis lupus terjadi karena daya tahan tubuh yang seharusnya memerangi kuman,
justru menyerang sel dan jaringan di ginjal, sehingga terjadi kerusakan pada organ ini. Pada
tahap awal, nefritis lupus akan menyebabkan kemampuan penyaringan (filtrasi) ginjal
menurun. Akibatnya protein akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah banyak. Kondisi
ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan protein dan memicu pembengkakan pada tungkai
maupun wajah. Pada saat fungsi ginjal terganggu akan menyebabkan respon RAA terganggu
dan penderita akan mengalami kelebihan volume cairan didalam tubuhnya.
Pada penderita Nefritis Lupus akan terjadi penurunan curah jantung dan akan terjadi
hipertensi, penurunan curah jantung disebabkan karena ketidakadekuatan jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Penyakit lupus harus segera ditangani dan dikontrol
dengan baik. Bila dibiarkan, nefritis lupus akan terus merusak ginjal dan bisa menyebabkan
terjadinya gagal ginjal. Akibatnya, penderitanya harus melakukan cuci darah atau
transplantasi ginjal.
Lingkungan (cahaya
matahari dan polusi Obat-obatan (hidralazin,
Genetik udara prokamidin, isorizid
Sistem kekebalan
tubuh terganggu
10
Nefritis lupus
Filtrasi ginjal
Respon RAA Hipertensi
terganggu
Eliminasi Hipertrofi
Pembengkakan
urine
Payah jantung
Hipervolemia
Penurunan
curah jantung
Langkah awal pemeriksaan akan dilakukan dengan menanyakan gejala dan riwayat
penyakit pengidap yang pernah dialami sebelumnya. Selain itu, dokter juga akan melakukan
serangkaian pemeriksaan fisik dan ditambah dengan sejumlah pemeriksaan penunjang, di
antaranya:
1. Pemeriksaan Urine
11
2. Tes Darah
Tes darah menjadi langkah diagnosis lupus nefritis selanjutnya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melihat kandungan zat-zat sisa dalam darah, contohnya kreatinin dan
ureum dalam darah. Tes darah dilakukan untuk menilai fungsi ginjal. Saat kondisi
normal, zat-zat tersebut tidak muncul karena telah disaring oleh ginjal.
4. USG Perut
5. Biopsi Ginjal
Pemeriksaan terakhir dalam mendiagnosis lupus nefritis adalah dengan biopsi ginjal.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan ginjal, lalu
memeriksanya dengan mikroskop. Biopsi ginjal merupakan pemeriksaan yang
bertujuan untuk memeriksa adanya kerusakan jaringan ginjal dan mengetahui apa
yang menjadi penyebabnya.
Pencegahan lupus nefritis dengan menerapkan pola hidup sehat bisa melindungi diri dari
gangguan ginjal, termasuk lupus nefritis. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Pengobatan lupus nefritis bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul, mencegah
kambuhnya lupus (flare) kembali, serta mencegah kerusakan pada ginjal. Jenis pengobatan
tergantung kepada jenis dan tingkat keparahan lupus nefritis yang diderita.
Pengobatan lupus nefritis dilaksanakan melalui dua fase, yaitu fase awal dan fase lanjutan.
Pengobatan fase awal bertujuan untuk mencegah kerusakan ginjal secepat mungkin, serta
menekan sistem imun yang merusak jaringan ginjal.
12
Sementara itu, pengobatan pada fase lanjutan bertujuan untuk mencegah kambuhnya kembali
lupus nefritis. Secara garis besar, lupus nefritis akan diobati dengan beberapa metode di
bawah ini:
Obat Kartikosteroid
Obat kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan, terutama pada ginjal.
Contoh obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati lupus nefritis
adalah methylprednisone.
Obat Imunospresif
Obat imunosupresif digunakan untuk menekan kerja sistem imun, sehingga kerusakan
jaringan ginjal akibat serangan sistem imun dapat dikurangi. Contoh obat ini
adalah hydroxychloroquinone, mycophenolate mofetil, dan cyclophosphamide.
Obat Antihipertensi
Kerusakan jaringan ginjal akibat lupus nefritis dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah pada penderitanya. Contoh obat antihipertensi yang dapat digunakan pada penderita
lupus nefritis adalah:
Obat ACE inhibitor
Obat penghambat beta
Obat ARB
Obat diuretik
Untuk menjaga tekanan darah, pasien lupus nefritis diharuskan mengurangi makanan
yang mengandung garam dan protein tinggi. Selain itu, untuk mencegah kambuhnya kembali
lupus nefritis, pasien lupus nefritis diharuskan menjauhi paparan pemicu kambuhnya lupus,
seperti sengatan sinar matahari dan obat-obatan antibiotik. Akan tetapi pada dasarnya, lupus
nefritis tidak dapat disembuhkan.
13
BAB III
14
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala, air kencing berbusa dan bercampur darah dan buang
air kecil berulang pada malam hari. Ia juga mengeluhkan mual muntah dan juga
penurunan urine >400ml.
Pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pernah menderita penyakit autoimun yang
sampai menyebabkan kerusakan ginjal.
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital
TD : 150/100mm/Hg
Nadi : 90x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 38C
B1 (Breathing)
Palpasi : Adanya nyeri tekan pada saat inspirasi
Auskultasi : Ada suara nafas tambahan
B2 (Blood)
Inspeksi : Wajah memerah
Palpasi : Nyeri dada dan akral dingin
Auskultasi : Terdengar suara jantung berdegup kencang
B3 (Brain)
Inspeksi : Penurunan kesadaran
Palpasi : Nyeri otot dan kram otot
B4 (Bladder)
Inspeksi : Air seni berbusa, air seni bercampur darah dan terjadi penurunan urine
>400ml
B5 (Bowel)
Inspeksi : Mual dan muntah
B6 (Bone)
15
Palpasi : Kram otot dan keterbatasan gerak sendi
7.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan urine
EKG
USG
Biopsi
3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Retensi natrium
- Pasien mengatakan sesak Hipervolemia
napas Pembengkakan
DO :
- Adanya suara napas Hipervolemia
tambahan
- Adanya edema pada kaki
- Pasien tampak nyeri tekan
pada saat inspirasi
- Adanya peningkatan BB
- RR 25x/menit
2 DS : Filtrasi ginjal terganggu
- Pasien mengatakan BAK Gangguan eliminasi
berulang pada malam hari Hematuria dan proteinuria urine
- Pasien mengatakan air
kencing berbusa Gangguan eliminasi urin
- Pasien mengtakan air
kencing bercampur darah
DO :
- Penurunan retensi urine
>400ml
3 DS : Hipertensi
- Pasien mengatakan mudah Penurunan curah
lelah Beban jantung meningkat jantung
- Pasien mengatakan sesak
napas Payah jantung
DO :
- TD 150/100mmHg Penurunan curah jantung
- Adanya peningkatan BB
- Adanya edema pada kaki
- RR 25x/menit
16
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan filtrasi ginjal yang terganggu.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan payah jantung.
3.1.4 Intervensi Keperawatan (SIKI)
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Observasi
Definisi : keperawatan selama Periksa tanda dan
Peningkatan volume cairan 1x24 jam, maka gejala hipervolemia
intravaskular, interstisial, hipervolemia teratasi Identifikasi penyebab
dan/atau intraseluler dengan kriteria hasil : hipervolemia
Gejala dan Tanda Mayor Asupan cairan Monitor intake dan
Subjektif meningkat output cairan
1) Dispnea Edema menurun Monitor kecepatan
Objektif Tekanan darah infus secara ketat
1) Edema membaik Terapeutik
2) Berat badan meningkat Berat badan membaik Timbang BB setiap
dalam waktu singkat hari diwaktu yang
Gejala dan Tanda Minor sama
Subjektif Batasi asupan
(tidak tersedia) cairanTinggikan
Objektif kepala tempat tidur
1) Terdengar suara napas 30-40
tambahan Edukasi
Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik
17
asupan cairan dan
haluaran urine
Ajarkan mengenali
tanda bekemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan
Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Observasi
Definisi : keperawatan selama Identifikasi tanda dan
Ketidakadekuatan jantung 1x24 jam, maka gejala primer
memompa darah untuk penurunan curah jantung penurunan curah
memenuhi kebutuhan teratasi dengan kriteria jantung (meliputi
metabolisme tubuh hasil : dispnea, kelelahan,
Gejala dan Tanda Mayor Edema menurun edema, ortopnea
Subjektif Lelah menurun paroxysmal nocturnal
1) Lelah Dispnea menurun dyspnea, peningkatan
2) Dispnea Berat badan menurun CVP)
Objektif Tekanan darah Identifikasi tanda dan
1) Edema membaik gejala sekunder
2) Tekanan darah penurunan curah
meningkat jantung (meliputi
Gejala dan Tanda Minor peningkatan BB,
Subjektif hepatomegali, distensi
(tidak tersedia) vena jugularis,
Objektif palpitasi, ronkhi basah,
1) Berat badan bertambah oliguria, batuk, kulit
pucat)
Monitor tekanan darah
Monitor intake dan
output cairan
Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
Posisikan pasien semi-
Fowler dengan kaki ke
18
bawah atau posisi
nyaman
Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94
Edukasi
Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktifitas
secara bertahap
Ajrkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu
19
Membatasi teratasi
asupan sebagian
cairanTinggikan P : Intervensi
kepala tempat dilanjutkan
tidur 30-40
Edukasi
Mengajarkan
cara membatasi
cairan
Kolaborasi
Mengkolaborasik
an pemberian
diuretik
20
untuk berkemih
Mengajarkan
terapi modalitas
penguatan otot-
otot
panggul/berkemi
han
Menganjurkan
minum yang
cukup, jika tidak
ada
kontraindikasi
Menganjurkan
mengurangi
minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Mengkolaborasi
kan pemberian
obat supositoria
uretra, jika perlu
3. Penurunan 12-03- Observasi 12-03- S : -Pasien Ny.A
curah jantung 2022/1 Mengidentifikasi 2022/1 mengatakan
0.00 tanda dan gejala 0.00 sesak sedikit
primer berkurang
penurunan curah O : -Edema
jantung (meliputi pasien sedikit
dispnea, berkurang
kelelahan, -TD pasien
edema, ortopnea menurun
paroxysmal -BB pasien
nocturnal menurun
dyspnea, A : Masalah
peningkatan teratasi
CVP) sebagian
Mengidentifikasi P : Intervensi
tanda dan gejala dilanjutkan
sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan BB,
hepatomegali,
distensi vena
jugularis,
palpitasi, ronkhi
basah, oliguria,
batuk, kulit
pucat)
Memonitor
tekanan darah
21
Memonitor
intake dan output
cairan
Memonitor berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
Memonitor
saturasi oksigen
Terapeutik
Memposisikan
pasien semi-
Fowler dengan
kaki ke bawah
atau posisi
nyaman
Memfasilitasi
pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat
Memberikan
dukungan
emosional dan
spiritual
Memberikan
oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94
Edukasi
Menganjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
Menganjurkan
beraktifitas
secara bertahap
Mengajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur berat
badan harian
Mengajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi
Mengkolaborasik
22
an pemberian
aritmia, jika
perlu
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. Lupus adalah penyakit autoimun
di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada kondisi normal, sistem imun hanya akan
menyerang kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada penderita lupus nefritis, sistem
imun mengalami kelainan dan justru menyerang sel-sel tubuh sendiri, termasuk sel-sel ginjal.
Kelainan sistem imun tersebut dikenal dengan autoimun. Hingga saat ini, penyebab
terjadinya autoimun pada seseorang belum diketahui dengan pasti. Pasien lupus nefritis
diharuskan mengurangi makanan yang mengandung garam dan protein tinggi. Selain itu,
untuk mencegah kambuhnya kembali lupus nefritis, pasien lupus nefritis diharuskan
menjauhi paparan pemicu kambuhnya lupus, seperti sengatan sinar matahari dan obat-obatan
antibiotik. Pada dasarnya, lupus nefritis tidak dapat disembuhkan.
4.2 Saran
Sebagai tegana professional Tindakan perawat dalam penanganan masalah keperawatan
khususnya Sistemics Lupus Erythematosus (SLE) harus dibekali dengan pengetahuan yang
luas dan Tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN 1
Dengan ini kami menyatakan bahwa: Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami
produksi jika makalah dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya kami
sendiri dan bukan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak
ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami. Jika kemudian hari terbukti
adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.
26
LAMPIRAN 2
No Aspek yang Bobot Nilai Kriteria Penilaian
. dinilai maks
1. Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Supervisial, Sangat
spesifik
tidak spesifik dan relevan
2. Laporan 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta
analisis lengkap
masalah
3. Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan keperawatan/fisiologi/patofisiologi
yang terkait
diusulkan Analisis perawat dalam intervensi
serta kaitan intervensi dengan
proses keperawatan
Pengalaman atau realita diklinik dan
gap
Literatur riview
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argumen logis dan rasional
Analisa kritis secara aplikasi atau
hasil pembahasan
Literatur yang digunakan terkini
dan berkualitas dan extensif
4. Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan
menuliskan refleksi atas kritis jurnal
5. Pengurangan 7,5% -7,5 Nilai akan mendpat pengurangan
nilai jika kriteria berikut tidak terpenuhi :
Jumlah halaman ˂10 halaman atau
lebih dari 20 halaman (batas
toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan peraturan
penulisan refrensi dengan benar
27
Penulisan bahasa indonesia yang
baik dan benar termasuk tanda baca
NILAI MAKSIMAL 25
Komentar fasilitator :
......................................................................................................................................................
..................................................................................................................
28
(50%) Isi resume 20%
Simpulan dan saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10
29