Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NEFRITIS LUPUS

Dosen Pembimbing :
M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

OLEH : KELOMPOK 2
1. Abdillah Firdaus (202001001)

2. Ade Oktabrian Nanda (202001002)

3. Adinda Nur Aini (202001004)

4. Agnes Eka Alfionita (202001005)

5. Ainaya Alfatekah (202001006)

6. Andin Novelita Putri (202001007)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2020/2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien NEFRITIS


LUPUS telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 12 Maret 2022

Pare , 12 Maret 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Nefritis Lupus disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif, jurusan Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri.

Dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, tentunya kami


sebagai penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak M.
Taukhid, S.Kep.,Ns.,M,Kep. yang telah membimbing, memotivasi dan
mendampingi kami dalam proses penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Nefritis Lupus.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada


makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Nefritis Lupus tersebut, baik dari segi
isi, penyusunan bahasa, tata letak maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
selaku penyusun mengharapkan saran maupun kritik demi menyempurnakan dan
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Nefritis Lupus ini bisa menambah pengetahuan para pembaca serta mampu
memberikan pemahaman tentang bagaimana cara kita dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien lupus khususnya pada nefritis lupusdengan baik, benar,
dan tepat. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Pare, 11 Maret 2022

iii
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 7
1.4 Manfaat..................................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 8
2.1 PENYAKIT LUPUS NEFRITIS..................................................................... 8
2.1.1 Definisi Penyakit Lupus......................................................................... 8
2.1.2 Definisi Lupus Nefritis........................................................................... 8
2.1.3 Etiologi Lupus Nefritis........................................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis Lupus Nefritis........................................................... 9
2.1.5 Patofisiologi Lupus Nefritis.................................................................. 10
2.1.6 Pemerksaan Diagnostik Lupus Nefritis................................................ 11
2.1.7 Penatalaksanaan Lupus Nefritis............................................................ 12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................. 14
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN LUPUS NEFRITIS........................................ 14
3.1.1 Pengkajian.............................................................................................. 14
3.1.2 Analisa Data........................................................................................... 15
3.1.3 Daftar Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................. 16
3.1.4 Intervensi Keperawatan (SIKI).............................................................. 17
3.1.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi SOAP................................... 19
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 24
4.1 Kesimpulan..................................................................................................... 24
4.2 Saran................................................................................................................ 24

iv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
LAMPIRAN......................................................................................................... 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang diakibatkan
kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita lupus, sistem imun
menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri, oleh karena itu disebut
penyakit autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan peradangan di berbagai organ tubuh
kita, misalnya: kulit yang akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru,
ginjal, otak, darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,”
karena mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit
saja, sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut lupus kulit (lupus kutaneus) yang
tidak terlalu berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik (Sistemik Lupus /SLE).
Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk
melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ
tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu dengan lainnya,
maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi
bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah
(Sukmana, 2004).
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut hasil
penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan
Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic lupus
erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering terlambat
diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat, penurunan kualitas
pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain
yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan keluarganya
tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE. Manifestasi
klinis dari SLE bermacam-macam meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit,
hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, mata, trombosis, dan
kematian janin (Hahn, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumusan masalah sebagai berikut:

6
1. Bagaimana konsep teori penyakit lupus nefritis?
2. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan lupus nefritis?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis lupus nefritis.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada pasien lupus nefritis.
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan apa yang muncul pada pasien lupus
nefritis.
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien lupus nefritis.
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan apa yang tepat pada pasien lupus
nefritis.
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien lupus nefritis.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan awal teori dalam memberikan asuhan keperawatan secara kompleks
pada pasien lupus nefritis
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pengalaman belajar.
b. Mahasiswa
Sebagai sumber informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan lupus nefritis.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT LUPUS NEFRITIS


2.1.1 Definisi Penyakit Lupus
Penyakit lupus adalah suatu gangguan sistem kekebalan yang terjadi di dalam tubuh.
Penyakit ini termasuk ke dalam penyakit autoimun yang menyebabkan sel-sel tubuh rusak
dan mengalami peradangan. Sederhananya, penyakit lupus adalah kondisi di mana tubuh
memproduksi antibodi secara berlebih. Pada keadaan normal, antibodi berfungsi untuk
melindungi tubuh dari berbagai zat asing yang dapat menyebabkan penyakit. Namun, pada
orang yang mengalami penyakit lupus (Odapus), antibodi yang dimilikinya justru menyerang
sel-sel tubuhnya sendiri. Sehingga, odapus mudah mengalami penyakit infeksi dan
peradangan-akibat sel sehat diserang oleh antibodi.

Ada beberapa jenis penyakit lupus yang ada, yaitu:

Systemic lupus erthematosus (SLE), merupakan jenis lupus yang paling sering terjadi. Jenis
penyakit ini menyerang berbagai jaringan seperti, sendi, kulit, otak, paru-paru, ginjal, dan
pembuluh darah. Discoid lupus erthematosus, adalah jenis lupus yang menyerang jaringan
kulit, sehingga menyebabkan ruam-ruam. Neonatal lupus adalah penyakit lupus yang
menyerang bayi baru lahir. Penyakit ini dialami oleh bayi yang dilahirkan ibu yang memiliki
kelainan antibodi. Lupus akibat obat-obatan, gangguan ini biasanya hanya dialami dalam
waktu yang singkat saja.

Jadi beberapa obat-obatan mungkin saja menimbulkan efek samping yang gejalanya
mirip lupus. Kondisi pasien akan membaik kalau penggunaan obat dihentikan. Subacute
cutaneous lupus erythematosus, merupakan lupus yang membuat jaringan kulit luka dan
terbakar ketika terpapar sinar matahari.

2.1.2 Definisi Lupus Nefritis

Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. Lupus adalah penyakit autoimun
di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Lupus nefritis dapat menyebabkan terjadinya

8
peradangan pada ginjal dan memunculkan sejumlah gejala, seperti tekanan darah tinggi,
adanya darah dan protein dalam urine, hingga gagal ginjal. Lupus nefritis merupakan kondisi
yang cukup serius dan harus segera mendapatkan penanganan dari dokter ginjal.
2.1.3 Etiologi Lupus Nefritis

Penyebab Lupus Nefritis

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lupus nefritis terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Pada kondisi normal, sistem imun hanya akan
menyerang kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada penderita lupus nefritis, sistem
imun mengalami kelainan dan justru menyerang sel-sel tubuh sendiri, termasuk sel-sel ginjal.

Kelainan sistem imun tersebut dikenal dengan autoimun. Hingga saat ini, penyebab
terjadinya autoimun pada seseorang belum diketahui dengan pasti.

Namun terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang lebih
mudah mengalami autoimun, yaitu berjenis kelamin perempuan dan berusia diantara 15-45
tahun. Seseorang yang menderita lupus nefritis dapat mengalami kambuhnya gejala-gejala
lupus nefritis (flare) akibat terpapar pemicu lupus. Ada beberapa jenis pemicu kambuhnya
gejala lupus nefritis, yaitu :

 Paparan sinar matahari.


 Obat-obatan, seperti antibiotik dan obat antikejang.
 Perubahan hormon, misalnya ketika hamil atau menstruasi.
 Infeksi, baik oleh bakteri atau virus.

2.1.4 Manifestasi Klinis Lupus Nefritis

Gejala lupus nefritis tidak jauh berbeda dengan gangguan pada ginjal lainnya. Gejala tersebut
meliputi :

 Kemunculan darah di dalam urine.


 Urine berbusa.
 Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
 Tekanan darah tinggi.
 Berat badan bertambah.
 Pembengkakan di telapak kaki, pergelangan kaki, dan betis.

9
2.1.5Patofisiologi Lupus Nefritis

Pada manusia normal, sistem kekebalan tubuh biasanya akan membuat anti-bodi yang
fungsinya melindungi tubuh dari berbagai macam serangan virus, kuman, bakteri maupun
benda asing lainnya (anti-gen). Pada lupus, produksi anti-bodi yang seharusnya normal
menjadi berlebihan. Akibatnya, anti-bodi ini tidak lagi berfungsi untuk menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, tetapi justru menyerang sistem kekebalan sel dan
jaringan tubuhnya sendiri. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh
muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang
sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas

Nefritis lupus terjadi karena daya tahan tubuh yang seharusnya memerangi kuman,
justru menyerang sel dan jaringan di ginjal, sehingga terjadi kerusakan pada organ ini. Pada
tahap awal, nefritis lupus akan menyebabkan kemampuan penyaringan (filtrasi) ginjal
menurun. Akibatnya protein akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah banyak. Kondisi
ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan protein dan memicu pembengkakan pada tungkai
maupun wajah. Pada saat fungsi ginjal terganggu akan menyebabkan respon RAA terganggu
dan penderita akan mengalami kelebihan volume cairan didalam tubuhnya.

Pada penderita Nefritis Lupus akan terjadi penurunan curah jantung dan akan terjadi
hipertensi, penurunan curah jantung disebabkan karena ketidakadekuatan jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Penyakit lupus harus segera ditangani dan dikontrol
dengan baik. Bila dibiarkan, nefritis lupus akan terus merusak ginjal dan bisa menyebabkan
terjadinya gagal ginjal. Akibatnya, penderitanya harus melakukan cuci darah atau
transplantasi ginjal.

Pathway Lupus Nefritis

Lingkungan (cahaya
matahari dan polusi Obat-obatan (hidralazin,
Genetik udara prokamidin, isorizid

Sistem kekebalan
tubuh terganggu

10
Nefritis lupus

Fungsi ginjal terganggu

Filtrasi ginjal
Respon RAA Hipertensi
terganggu

Hematuria dan Beban jantung


Retensi natrium
Proteinuria

Eliminasi Hipertrofi
Pembengkakan
urine

Payah jantung
Hipervolemia

Penurunan
curah jantung

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Lupus Nefritis

Langkah awal pemeriksaan akan dilakukan dengan menanyakan gejala dan riwayat
penyakit pengidap yang pernah dialami sebelumnya. Selain itu, dokter juga akan melakukan
serangkaian pemeriksaan fisik dan ditambah dengan sejumlah pemeriksaan penunjang, di
antaranya:

1. Pemeriksaan Urine

Diagnosis lupus nefritis yang pertama dilakukan dengan pemeriksaan urine.


Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana fungsi kerja ginjal. Pemeriksaan
urine dilakukan dengan mengukur kadar protein, sel darah merah, serta sel darah putih
dalam tubuh.

11
2. Tes Darah

Tes darah menjadi langkah diagnosis lupus nefritis selanjutnya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melihat kandungan zat-zat sisa dalam darah, contohnya kreatinin dan
ureum dalam darah. Tes darah dilakukan untuk menilai fungsi ginjal. Saat kondisi
normal, zat-zat tersebut tidak muncul karena telah disaring oleh ginjal. 

3. Pemeriksaan Urine 24 Jam

Pemeriksaan selanjutnya dalam mendiagnosis lupus nefritis adalah dengan


pemeriksaan urine 24 jam. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kemampuan
ginjal dalam menyaring zat-zat sisa dalam tubuh. Pemeriksaan urine ini beda dengan
penjelasan sebelumnya, karena akan menunjukkan seberapa banyak kandungan
protein yang muncul di urine selama 24 jam.

4. USG Perut

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan gelombang suara untuk


menampilkan kondisi ginjal secara detail. Pemeriksaan USG pada ginjal ini berfungsi
untuk melihat adanya kelainan pada bentuk dan ukuran ginjal.

5. Biopsi Ginjal

Pemeriksaan terakhir dalam mendiagnosis lupus nefritis adalah dengan biopsi ginjal.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan ginjal, lalu
memeriksanya dengan mikroskop. Biopsi ginjal merupakan pemeriksaan yang
bertujuan untuk memeriksa adanya kerusakan jaringan ginjal dan mengetahui apa
yang menjadi penyebabnya.

2.1.7 Penatalaksanaan Lupus Nefritis

Pencegahan lupus nefritis dengan menerapkan pola hidup sehat bisa melindungi diri dari
gangguan ginjal, termasuk lupus nefritis. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

 Berolahraga secara teratur.


 Mengonsumsi banyak air putih.
 Tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
 Menjaga tekanan darah agar tetap normal.
 Mengurangi makanan tinggi kolesterol.
 Mengurangi makanan yang mengandung banyak garam.
 Menghindari penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi ginjal, salah satunya
adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).

Pengobatan lupus nefritis bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul, mencegah
kambuhnya lupus (flare) kembali, serta mencegah kerusakan pada ginjal. Jenis pengobatan
tergantung kepada jenis dan tingkat keparahan lupus nefritis yang diderita.
Pengobatan lupus nefritis dilaksanakan melalui dua fase, yaitu fase awal dan fase lanjutan.
Pengobatan fase awal bertujuan untuk mencegah kerusakan ginjal secepat mungkin, serta
menekan sistem imun yang merusak jaringan ginjal.

12
Sementara itu, pengobatan pada fase lanjutan bertujuan untuk mencegah kambuhnya kembali
lupus nefritis. Secara garis besar, lupus nefritis akan diobati dengan beberapa metode di
bawah ini:
 Obat Kartikosteroid
Obat kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan, terutama pada ginjal.
Contoh obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati lupus nefritis
adalah methylprednisone.
 Obat Imunospresif
Obat imunosupresif digunakan untuk menekan kerja sistem imun, sehingga kerusakan
jaringan ginjal akibat serangan sistem imun dapat dikurangi. Contoh obat ini
adalah hydroxychloroquinone, mycophenolate mofetil, dan cyclophosphamide.
 Obat Antihipertensi
Kerusakan jaringan ginjal akibat lupus nefritis dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah pada penderitanya. Contoh obat antihipertensi yang dapat digunakan pada penderita
lupus nefritis adalah:

 Obat ACE inhibitor
 Obat penghambat beta
 Obat ARB
 Obat diuretik

Untuk menjaga tekanan darah, pasien lupus nefritis diharuskan mengurangi makanan
yang mengandung garam dan protein tinggi. Selain itu, untuk mencegah kambuhnya kembali
lupus nefritis, pasien lupus nefritis diharuskan menjauhi paparan pemicu kambuhnya lupus,
seperti sengatan sinar matahari dan obat-obatan antibiotik. Akan tetapi pada dasarnya, lupus
nefritis tidak dapat disembuhkan.

13
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN NEFRITIS LUPUS


KASUS :
Seorang perempuan bernama Ny. A usia 22 tahun datang ke RSUD PARE pada tanggal 10
Maret 2022 dengan keluhan sesak napas, sakit kepala, air kencing berbusa bercampur darah
dan juga buang air kecil berulang pada malam hari. Pada pemeriksaan fisik diperoleh adanya
nyeri tekan pada saat inspirasi, nyeri otot dan kram otot sehingga keterbatasan gerak. Selain
itu wajah tampak memerah, ia juga mengalam
i mual muntah dan terjadi penurunan urine >400ml. Pasien juga mengatakan bahwa berat
badannya meningkat dari 50kg menjadi 55kg setelah terjadinya pembengkakan pada kaki
nya, ia juga merasakan mudah lelah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
mengatakan bahwa riwayat penyakit terdahulu ada anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan ginjal. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan TD : 150/100mmHg, RR : 25x/menit, N: 90x/menit S : 38C dan juga terdengar
suara napas tambahan.
3.1.1 Pengkajian
1. Anamnesa
Nama : Ny. S
Umur : 22 tahun (rentan pada usia 20-24 tahun)
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan (rentan terjadi pada perempuan)
Tanggal MRS : 10 Maret 2022
Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2022
No RM :-
Dx Medis : Nefritis Lupus
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah pasien megeluh sesak nafas, sakit kepala, air kencing bercampur
dengan darah dan buang air kecil berulang pada saat malam hari.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit autoimun sebelumnya.

14
4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan sakit kepala, air kencing berbusa dan bercampur darah dan buang
air kecil berulang pada malam hari. Ia juga mengeluhkan mual muntah dan juga
penurunan urine >400ml.

Saat dilakukan pemeriksaan TTV terdapat hasil, TD : 150/100mmHg, N : 90x/menit,


RR : 25x/menit, S : 38C dan terdapat adanya bunyi napas tambahan.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pernah menderita penyakit autoimun yang
sampai menyebabkan kerusakan ginjal.

6. Pemeriksaan Fisik

 Tanda-Tanda Vital
 TD : 150/100mm/Hg
 Nadi : 90x/menit
 RR : 25x/menit
 Suhu : 38C
 B1 (Breathing)
 Palpasi : Adanya nyeri tekan pada saat inspirasi
 Auskultasi : Ada suara nafas tambahan
 B2 (Blood)
 Inspeksi : Wajah memerah
 Palpasi : Nyeri dada dan akral dingin
 Auskultasi : Terdengar suara jantung berdegup kencang
 B3 (Brain)
 Inspeksi : Penurunan kesadaran
 Palpasi : Nyeri otot dan kram otot
 B4 (Bladder)
 Inspeksi : Air seni berbusa, air seni bercampur darah dan terjadi penurunan urine
>400ml
 B5 (Bowel)
 Inspeksi : Mual dan muntah
 B6 (Bone)

15
 Palpasi : Kram otot dan keterbatasan gerak sendi

7.Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urine
 EKG
 USG
 Biopsi
3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Retensi natrium
- Pasien mengatakan sesak Hipervolemia
napas Pembengkakan
DO :
- Adanya suara napas Hipervolemia
tambahan
- Adanya edema pada kaki
- Pasien tampak nyeri tekan
pada saat inspirasi
- Adanya peningkatan BB
- RR 25x/menit
2 DS : Filtrasi ginjal terganggu
- Pasien mengatakan BAK Gangguan eliminasi
berulang pada malam hari Hematuria dan proteinuria urine
- Pasien mengatakan air
kencing berbusa Gangguan eliminasi urin
- Pasien mengtakan air
kencing bercampur darah
DO :
- Penurunan retensi urine
>400ml
3 DS : Hipertensi
- Pasien mengatakan mudah Penurunan curah
lelah Beban jantung meningkat jantung
- Pasien mengatakan sesak
napas Payah jantung
DO :
- TD 150/100mmHg Penurunan curah jantung
- Adanya peningkatan BB
- Adanya edema pada kaki
- RR 25x/menit

3.1.3 Daftar Diagnosa Keperawatan (SDKI)


1. Hipervolemia berhubungan dengan retensi natrium.

16
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan filtrasi ginjal yang terganggu.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan payah jantung.
3.1.4 Intervensi Keperawatan (SIKI)
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan  Observasi
Definisi : keperawatan selama  Periksa tanda dan
Peningkatan volume cairan 1x24 jam, maka gejala hipervolemia
intravaskular, interstisial, hipervolemia teratasi  Identifikasi penyebab
dan/atau intraseluler dengan kriteria hasil : hipervolemia
Gejala dan Tanda Mayor  Asupan cairan  Monitor intake dan
Subjektif meningkat output cairan
1) Dispnea  Edema menurun  Monitor kecepatan
Objektif  Tekanan darah infus secara ketat
1) Edema membaik  Terapeutik
2) Berat badan meningkat  Berat badan membaik  Timbang BB setiap
dalam waktu singkat hari diwaktu yang
Gejala dan Tanda Minor sama
Subjektif  Batasi asupan
(tidak tersedia) cairanTinggikan
Objektif kepala tempat tidur
1) Terdengar suara napas 30-40
tambahan  Edukasi
 Ajarkan cara
membatasi cairan
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik

2. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan asuhan  Observasi


Definisi : keperawatan selama  Identifikasi tanda dan
Disfungsi eliminasi urin 1x24 jam, maka gejala retensi atau
Gejala dan Tanda Mayor gangguan elimminasi inkontinensia urine
Subjektif urine teratasi dengan  Identifikasi faktor yang
1) Desakan berkemih kriteria hasil : menyebabkan retensi
2) Sering buang air kecil  Sensasi berkemih atau inkontinensia urine
Objektif meningkat  Monitor eliminasi urine
1) Distensi kandung kemih  Desakan berkemih  Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor menurun  Catat waktu-waktu dan
Subjektif  Distensi kandung haluaran urine
(tidak tersedia) kemih menurun  Batasi asupan cairan,
Objektif  Frekuensi BAK jika perlu
(tidak tersedia) membaik  Ambil sampel urin
tengah (midstream)
atau kultur
 Edukasi
 Ajarkan mengukur

17
asupan cairan dan
haluaran urine
 Ajarkan mengenali
tanda bekemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan  Observasi
Definisi : keperawatan selama  Identifikasi tanda dan
Ketidakadekuatan jantung 1x24 jam, maka gejala primer
memompa darah untuk penurunan curah jantung penurunan curah
memenuhi kebutuhan teratasi dengan kriteria jantung (meliputi
metabolisme tubuh hasil : dispnea, kelelahan,
Gejala dan Tanda Mayor  Edema menurun edema, ortopnea
Subjektif  Lelah menurun paroxysmal nocturnal
1) Lelah  Dispnea menurun dyspnea, peningkatan
2) Dispnea  Berat badan menurun CVP)
Objektif  Tekanan darah  Identifikasi tanda dan
1) Edema membaik gejala sekunder
2) Tekanan darah penurunan curah
meningkat jantung (meliputi
Gejala dan Tanda Minor peningkatan BB,
Subjektif hepatomegali, distensi
(tidak tersedia) vena jugularis,
Objektif palpitasi, ronkhi basah,
1) Berat badan bertambah oliguria, batuk, kulit
pucat)
 Monitor tekanan darah
 Monitor intake dan
output cairan
 Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
 Monitor saturasi
oksigen
 Terapeutik
 Posisikan pasien semi-
Fowler dengan kaki ke

18
bawah atau posisi
nyaman
 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94
 Edukasi
 Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktifitas
secara bertahap
 Ajrkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu

3.1.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluas SOAP


No Diagnosa Tangga Implementasi Tangga Evaluasi SOAP TTD
Keperawatan l/Jam Keperawatan l/Jam
1. Hipervolemia 12-03-  Observasi 12-03-  S : Pasien Ny.A
2022/0  Memeriksa tanda 2022/0 mengatakan
8.00 dan gejala 8.00 sesak sedikit
hipervolemia berkurang
 Mengidentifikasi  O : -Tidak
penyebab terdengar
hipervolemia suara napas
 Memonitor tambahan
intake dan -Edema pada
output cairan pasien sedikit
 Memonitor berkurang
kecepatan infus -BB pasien
secara ketat perlahan
 Terapeutik menurun
 Menimbang BB sesuai dengan
setiap hari input yang
diwaktu yang diterima
sama  A : Masalah

19
 Membatasi teratasi
asupan sebagian
cairanTinggikan  P : Intervensi
kepala tempat dilanjutkan
tidur 30-40
 Edukasi
 Mengajarkan
cara membatasi
cairan
 Kolaborasi
 Mengkolaborasik
an pemberian
diuretik

2. Gangguan 12-03-  Observasi 12-03-  S : -Pasien Ny.A


eliminasi 2022/0  Mengidentifikasi 2022/0 mengatakan
urine 9.00 tanda dan gejala 9.00 sudah bisa
retensi atau merasakan
inkontinensia keinginan
urine untuk
 Mengidentifikasi berkemih
faktor yang -Pasien
menyebabkan mengatakan
retensi atau BAK di
inkontinensia malam hari
urine berkurang
 Memonitor -Pasien
eliminasi urine mengatakan
 Terapeutik air kencing
 Mencatat waktu- sudah tidak
waktu dan berbusa
haluaran urine  O : Penurunan
 Membatasi retensi urine
asupan cairan, berkurang
jika perlu  A : Masalah
 Mengambil teratasi
sampel urin sebagian
tengah  P : Intervensi
(midstream) atau dilanjutkan
kultur
 Edukasi
 Mengajarkan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine
 Mengajarkan
mengenali tanda
bekemih dan
waktu yang tepat

20
untuk berkemih
 Mengajarkan
terapi modalitas
penguatan otot-
otot
panggul/berkemi
han
 Menganjurkan
minum yang
cukup, jika tidak
ada
kontraindikasi
 Menganjurkan
mengurangi
minum
menjelang tidur
 Kolaborasi
 Mengkolaborasi
kan pemberian
obat supositoria
uretra, jika perlu
3. Penurunan 12-03-  Observasi 12-03-  S : -Pasien Ny.A
curah jantung 2022/1  Mengidentifikasi 2022/1 mengatakan
0.00 tanda dan gejala 0.00 sesak sedikit
primer berkurang
penurunan curah  O : -Edema
jantung (meliputi pasien sedikit
dispnea, berkurang
kelelahan, -TD pasien
edema, ortopnea menurun
paroxysmal -BB pasien
nocturnal menurun
dyspnea,  A : Masalah
peningkatan teratasi
CVP) sebagian
 Mengidentifikasi  P : Intervensi
tanda dan gejala dilanjutkan
sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan BB,
hepatomegali,
distensi vena
jugularis,
palpitasi, ronkhi
basah, oliguria,
batuk, kulit
pucat)
 Memonitor
tekanan darah

21
 Memonitor
intake dan output
cairan
 Memonitor berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
 Memonitor
saturasi oksigen
 Terapeutik
 Memposisikan
pasien semi-
Fowler dengan
kaki ke bawah
atau posisi
nyaman
 Memfasilitasi
pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat
 Memberikan
dukungan
emosional dan
spiritual
 Memberikan
oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94
 Edukasi
 Menganjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
 Menganjurkan
beraktifitas
secara bertahap
 Mengajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur berat
badan harian
 Mengajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
 Kolaborasi
 Mengkolaborasik

22
an pemberian
aritmia, jika
perlu

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. Lupus adalah penyakit autoimun
di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga ginjal tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada kondisi normal, sistem imun hanya akan
menyerang kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun pada penderita lupus nefritis, sistem
imun mengalami kelainan dan justru menyerang sel-sel tubuh sendiri, termasuk sel-sel ginjal.
Kelainan sistem imun tersebut dikenal dengan autoimun. Hingga saat ini, penyebab
terjadinya autoimun pada seseorang belum diketahui dengan pasti. Pasien lupus nefritis
diharuskan mengurangi makanan yang mengandung garam dan protein tinggi. Selain itu,
untuk mencegah kambuhnya kembali lupus nefritis, pasien lupus nefritis diharuskan
menjauhi paparan pemicu kambuhnya lupus, seperti sengatan sinar matahari dan obat-obatan
antibiotik. Pada dasarnya, lupus nefritis tidak dapat disembuhkan.

4.2 Saran
Sebagai tegana professional Tindakan perawat dalam penanganan masalah keperawatan
khususnya Sistemics Lupus Erythematosus (SLE) harus dibekali dengan pengetahuan yang
luas dan Tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. A Visual Guide to Understanding Lupus - Reviewed by Rinku Chatterjee, MD on


September 28, WebMD, LLC
2. Smeltzer, S Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa: Andri H Jakarta: EGC.
3. Williams, L Understanding Medical Surgical Nursing Third Edition.Philadelpia: F.
A. Davis Company.
4. Port, Mattson Essential of Pathophysiology second edition. USA:Lippincott Williams
& Wilkins
5. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
6. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
7. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
8. Judha, M., & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan Bagaimana Penyakit Lupus ? (Sistemik
Lupus Eritematosus). Yogyakarta: Gosyen Publising
9. Kertia, N. (2007). The lupus book: Panduan lengkap bagi penderita lupus dan
keluarganya. Yogyakarta: B-First.
10. Rahman A, Isenberg D.A. (2008). Systemic Lupus Erythematosus. N Engl J Med.

25
LAMPIRAN 1
Dengan ini kami menyatakan bahwa: Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami
produksi jika makalah dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya kami
sendiri dan bukan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak
ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami. Jika kemudian hari terbukti
adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.

Pare, 12 Maret 2022


Nama NIM TTD Mahasiswa
Abdillah Firdaus 202001001 1.
Ade Oktabrian Nanda 202001002 2.
Aninda Nur Aini 202001004 3.
Agnes Eka Alfionita 202001005 4.
Ainaya Alfatekah 202001006 5.
Andin Novelita Putri 202001007 6.

26
LAMPIRAN 2
No Aspek yang Bobot Nilai Kriteria Penilaian
. dinilai maks
1. Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Supervisial, Sangat
spesifik
tidak spesifik dan relevan
2. Laporan 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta
analisis lengkap
masalah
3. Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan keperawatan/fisiologi/patofisiologi
yang terkait
diusulkan Analisis perawat dalam intervensi
serta kaitan intervensi dengan
proses keperawatan
Pengalaman atau realita diklinik dan
gap
Literatur riview
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argumen logis dan rasional
Analisa kritis secara aplikasi atau
hasil pembahasan
Literatur yang digunakan terkini
dan berkualitas dan extensif
4. Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan
menuliskan refleksi atas kritis jurnal
5. Pengurangan 7,5% -7,5 Nilai akan mendpat pengurangan
nilai jika kriteria berikut tidak terpenuhi :
Jumlah halaman ˂10 halaman atau
lebih dari 20 halaman (batas
toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan peraturan
penulisan refrensi dengan benar

27
Penulisan bahasa indonesia yang
baik dan benar termasuk tanda baca
NILAI MAKSIMAL 25

Komentar fasilitator :
......................................................................................................................................................
..................................................................................................................

Presentasi kelompok (5%)


NO ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
.
1. kemampuan mengumukakan 1
intisari makalah
2. Kemempuan menggunakan 1
media &IT
3. Kontribusi bermanfaat bagi 1
kelompok
4. Kemampuan berdiskusi 2
(responsive, analitis)
NILAI MAKSUMUM 5

Softskill yang dinilai selama diskusi : teamwork, berfikir kritis, komunikasi


Komentar fasilitator :
......................................................................................................................................................
..................................................................................................................

Penilaian mahasiswa lain : (nilai maksimum 10)


NO. POIN ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
PENILAIAN
1. Selama proses Aktif bertanya 10%
diskusi Aktif memberikan pendapat 10%
(50%) Inofatif dan kreatif dalam 30%
memberikan pendapat
Kemampuan analitik dan
mengajukan pertanyaan dan
memberika solusi
2. Resume Ringkas dan padat 20%

28
(50%) Isi resume 20%
Simpulan dan saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

29

Anda mungkin juga menyukai