Anda di halaman 1dari 8

KAITAN MASYARAKAT TRANSNASIONAL DENGAN TERORISME

BERDASARKAN KACA MATA KONSTRUKTIVISME DAN REALISME


By: Ricky Irwandi Saleh
(MAHASISWA Hubungan Internasional 2018)

ABSTRACK

Di dalam Paper ini penuis akan membahas tentang masalah yang ada di dalam
Masyarakat Transnasional yang dimana penulis akan fokus pada satu masalah yaitu tentang
Terorisme,sebenarnya banyak sekali yang dapat di bahas tentang isu atau persoalan di dalam
masyarakat Transnasional ini namun penulis lebih tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang
isu yang sangat mendunia ini,Terorisme ini sendiri adalah masalah yang sangat penting untuk
dibahas karena permasalahan yang telah lama terjadi ini sangat mengancam dan membuat
ketakutan yang sangat berlebihan terhadap masyarakat banyak khususnya masyarakat yang
pernah melihat dan juga menjadi korban gerakan Terorisme ini, didalam pelaksanaanya
sesungguhnya gerakan Terorisme ini menurut para anggota atau penganut gerakan radikal ini
adalah suatu tindakan utnuk membela diri dan juga berjihad di jalan Allah,Maka dari hal
demikian tindakan tersebut dapat dikatakan hal yang baik dilakukan. Namun dalam
pelaksanaannya paham tersebut menjadi salah dan tidak benar dilakukan. Pelaksanaan yang
kirang tepat menjadikan tindakan terorisme menjadi hal yang buruk dilakukan dimana orang
tidak berdosa ikut menjadi korban dalam kekerasan aksi terorisme.Di dalam paper ini penulis
akan menjelaskan atau mendeskripsikan tentang apa itu gerakan Terorisme yang menjadi
persoalan di dalam Masyarakat Transnasional,di dalam paper ini juga penulis akan
mendeskripsikan tentang Terorisme ini dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme di
dalam memandang dan juga menganalisa kasus ini,selain itu juga penulis akan memberikan
solusi berdasarkan pemikiran konstruktivisme dalam menyikapi,menghambat,dan juga
melawan gerakan Terorisme yang dimana tujuannya agar bisa mengurangi dan juga
mempersempit gerak para gerakan radikal Terorisme ini,dan selain itu juga di dalam paper ini
penulis juga akan membandingkan tentang sikap atau tanggapan terhadap Terorisme dari
pandangan kaum Realis dan dibandingkan dengan cara pandangan Konstruktivisme.

Kata kunci : Terorisme,konstruktivisme dan realisme


Introduction
Latar Belakang Masalah
Terorisme adalah suatu tindakan atau perbuatan terror yang mengancam dan juga melukai
seseorang bahkan lebih untuk memuaskan dirinya atau dapat juga dikatakan suatu perlakuan
yang berbertujuan untuk untuk membunuh orang yang tidak disenangi (benci),teror ini
biasanya ditujukan kepada masyarakat oleh individu maupun sekelompok orang. Terorisme
adalah suaru perlakuan yang bertentengan dengan Hukumkarena dapat menggangu ketertiban
atau kelansunganngan hidup masyrakat,bangsa maupun negara,khusunya untuk masyarakat
nasional maupun transnasional.kata lain terorisme adalah seseorang yang terlalu
menganggungkan suatu kebenaran akibat dari doktrin yang salah didalam lingkungan,mereka
membela diri terhadap apa yang mereka benarkan tampa harus memperhatikan realitas nyata
yang ada dibalik makna fanatik terhadap suatu kebenaran yang belum tentu benar.para
anggota terorisme biasanya telah dicuci otak atas doktrin-doktrin yang salah.
Di dalam gerakan terosime ini adalah suatu fenomena yang sangat unik ,di karenakan masih
banyak masyrakat yang belum bisa memaknai suatu organisasi yang salah tetapi tetap
terdoktrin dengan suatu kesalah yang berujung kepada teror yang diktivisme lakukan oleh
anggota teroris itu sendiri,sudah banyak sekali kejadian teror yang dilakukan selama
ini,banyak sekali korban yang mengalami gangguan akibat dari pada teror yang dilakukan
oleh terorisme itu sendiri seperti ; materil,batin maupun ketakutan yang mendalam
terhapadap korban.terorisme ini didalam masyrakat transnasional sendiri sering disebabkan
oleh beberapa faktor,antara lain yaitu internal misalnya genetik,dan ada faktor lain yaitu
eksternal seperti buruknya pendidikan,lingkunan,pengalaman,pemahaman tentang agama.
Agama selalu menjadi landasan ketika teroris melakukan kegiatan-kegiatan yang meresahkan
bagi masyarakat ,pembelaan mereka terhadap aksinya dikarenakan doktrin bahwa jihad itu
adalah melukai apa yang tidak sama seperti kita.faktor agama dan pengalaman landasan yang
kuat untuk melakukan terorisme . berdasarkan pengalaman pribadi dari teroris adalah
menakut-nakuti atas dasar kepuasan individu dari yang melakukan nya. Jika kita melihat dari
pandangan konstruktivisme ,yang mana dalam Teori konstruktivisme menurut Von
glasersfeld (dalam Anggrimurti,2009) bahwa teori konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri,oleh karena itu persoalan terorisme ini jika dilihat dari sudut panadang orang-orang
konstruktivisme bahwa agama islam adalah dalang dari pada setiap kejadian yang ada tetapi
mengatas nama kan teroris, karena hasil dari sudut pandang yang diciptakan dari pikiran
manusia sendiri menyebabab kan sering terjadi multi tafsi terhadap teroris dan agama islam
,yang mana agama islam selalu disebut sebagai agama yang radikal,dan selalu menyebabkan
konflik ,seperti contoh yang saya ambil adalah Kasus runtuhnya gedung besar yang ada di
amerika yaitu WTC dikarenakan disinyalir karena adanya pembajakan pesawat yang
dilakukan oleh terorisme Al-qaeda.seperti di artikel www.nationalgeographic.grid.id yang
saya kutip – pada 11 september 2001,19 militan dari kelompok ekstremis islam,al-
qaeda,membajak 4 pesawat dan melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan warga
Amerika serikat , dua pesawat yang dibajak,terbang kearah menara kembar World Trade
Center di New york,pesawat ketiga menabrak di Pentagon ,dan yang keempat jatuh di
pennsylvania. Sekitar 13.000 orang terbunuh akibat aksi teroris 9/11 tersebut.
Peristiwa ini sangat menggemparkan dunia internasional dikarenakan tidak lama setelah
kejadian penabrakan pesawat ini presiden Amerika serikat yang saat itu adalah George
W.Bush menginformasikan bahwa yang melakukan pembajakan pesawat itu adalah jejarin
teroris islam radikal Al-qaeda yang saat itu pemimpin dari jaringan ini adalah Osama bin
ladein. Berdasarkan kejadian tersebut terbentuk image buatan atau yang sering di sebut
pemahaman yang di konstruk ,memandang bahwa islam adalah agama yang radikal , islam
adalah teroris . Masyarakat transnasional adalah salah satu sasaran dari pada perekrutan
jejaring teoris saat ini,setelah kejadian 9/11 terdapat jejaring lagi yang tumbuh besar yaitu
ISIS dimana jejaring mereka telah sampai kepada negara kita dimana banyak cara yang
dilakukan agar masyrakat transnasional mau ikut kedalam jejaring mereka terutama yang
beragama islam , dengan alih-alih doktrin bahwa surga menunggumu ketika mati dalam
keaadan jihad,dan ada beberapa cara yang dilakukan jejaring terorirs untuk merekrut anggota
Untuk dinegara indonesia jejaring terorisme banyak di dukung oleh majelis taklim yang
mengatas nama kan islam tetapi melenceng dari ajaran agama islam ,hasil konstruk yang
buruk terhadap agam islam selalu mewarnai setiap aksi terorism yang terjadi islam selalu
menjadi sasaran kambing hitam dari pemahan yang di nyatakan oleh pihak amerika serikat,
jika kita melihat dari sudut pandang realis sangat bertolak belakang dengan yang di pandang
oleh konstruktivisme kaum realis menggap bahwa Terorisme ini sebagai ancaman negara,
karena kejadian yang dilakukan oleh kaum terorisme ini tidak hanya memakan koraban
melainkan merusak fasilitas negara dan itu dapat merugikan bagi negara,didalam hal ini
kaum realis menyikapi dengan yang namanya security dilemma yang mana konsepan ini
adalah meninggkatkan pengawasan dan keaamanan dinegaranya seperti memperkuat militer
oleh karena itu Pandangan konstruktivisme hanya akan mengkstruk pikiran mereka bahwa
yang melakukan kegiatan teroris adalah orang islam yang berjuang jihad dijalan
agamanya,walaupun pada kebenarannya tidak semua terorisme berasal dari orang yang
beragama islam karena telah terkstruk didalam otak mereka bahwa islam adalah teroris hal itu
yang menyebabkan susah nya membenarkan apa yang salah tentang pemahaman terorisme.

Rumusan masalah
Mengapa kelompok Terorrisme berkaitan dengan masyrakat transnasional?
Bagaimana cara masyrakat transnasional dapat mengkuti terorisme?
Apa upaya yang telah dilakukan negara terkhusus indonesia dalam menanggulangi terorisme?
Metode penelitian
A.Metode penelitian
Metode dan penelitian merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.metode dalam
penelitian berperan penting dalam menunjang sebuah penelitian dengan memberikan
gambaran umum dan data-data yang dianggap berguna bagi peneliti. Metode sebagaimana
dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki ; cara kerja yang
besistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Adapaun metode peneliti gunakan dalam penelitian jurnal ini adalah metode
penelitian Kualitatif berbasis sumber data sekunder yang peneliti ambil dari jurnal ,Website
resmi dan beberapa sumber yang reliable dan memiliki keterkaitan dengan jurnal yang
peneliti buat ini. Menurut Bodgan dan Taylor metode penelitan Kualitatif hadir sebagai
produser penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang–orang yang berprilaku yang diamati (L.J.Maleomg,2011;4)
Pendekatan yang penelitia gunakan pada junul jurnal ini adalah pendekatan fenomologi
terkait dari pada terorisme yang berusaha mengungkap dan mengkaji serta
menginterprestasikan suatu kelompok yang tergabung dalam jejaring yang salah. Jadi,dalam
mengkaji dan menginterpretasikan suatu fenomena haruslah berdasar dari subjek yang
bersangkutan yang mana subjek tersebut mengalami langsung fenomena tersebut
(Herdiansyah,2010; 66-67)
B.waktu penelitian
Kegiatan penelitian dan pengambilan data terkait terorisme dilaksanakan selama
bulan september 2019
Teknik pengumpulan data
Seperti pada penelitian kualitatif lainnya, yang menjadi alat atapun instrumen penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Atas dasar tersebutlah peneliti sebaiknya “divalidasi” terlebih
dahulu untuk mengetahui kesiapan peneliti dalam menjalankan penelitiannya. Yang
melaksanankan validasi tersebut adalah peneliti sendiri dengan melakukan evaluasi mengenai
pengetahuan terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan berkenaan dengan
bidang yang diteliti,serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2013:62)
Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2013:62)Pada penelitian kali ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data
sekunder yang mana peneliti tidak secara langsung mengambil data melainkan melalui data
yang yang diperoleh oleh pihak lain dalam bentuk jurnal, website

Analysis
Transnasionalisme dewasa ini merupakan fenomena yang hadir ketika mulai terjadi
hubungan antar masusia diberbagai belahan bumi di sebabkan oleh banyak faktor seperti
kemajuan dibidang teknologi salah satunya,karena kemajuan teknologi mengakibatkan
mudahnya manusia untuk melakukan hubungan atas dasar kebutuhan atau tujuan yang
sama,karena tidak ada lagi hambatan beruba jarak waktu maupun kebatasan informasi untuk
menjalin suatu hubungan. Inilah yang menyebabkan munculnya masyarakat baru yang
disebut dengan masyarakat transnasioanal. Konsep masyarakat transnasional
menurut Jan Aart Scholte (1999) dalam tulisannya yang berjudul Global Civil Society:
Changing the World? adalah entitas diluar negara yang tidak resmi dengan kata lain tidak
terikat terhadap pemerintah serta memiliki kedudukan yang berada di luar bagian dari sektor
privat dan publik. Selain itu scholte mengasosiasikan masyarakat sipil sebagai masyarakat
sipil global atau masyarakat transnasional apabila masyarakat tersebut mengalami isu lintas
batas negara yang bersifat universal, memiliki badan organisasi global serta berdasar kepada
solidaritas internasional (Scholte, 1999)
Berbicara mengenai masyarakat transnasional salah satu bentuk dari hasil lahitnya
masyarakat transnasional adalah Kelompok yang radikal ‘Terorrisme’. Lantas mengapa
penulis mengkategorikan Terorrisme sebagai masyarakat transnasional sebab ditinjau dari
pernyataan Ahli Jan Aart Scholte Terorrisme telah memenuhu persyaratan untuk dikatakan
sebagai masyarakat Transnasional.oleh karena itu,saya sebagai penulis akan memaparkan
secara jelas tentang Kelompok terorisme

Stigma Terorrisme sebagai masyarakat transnasional telah lama menjadi perbincangan dari
setiap manusia termasuk aktor yang lebih besar yaitu negara,Berdasarkan sejarahpun
terorisme telah ada sebelum perang dunia ke II. Terorisme tentu bukan hal baru. Bahkan,
terorisme sangat tertanam dalam sejarah. Orang Zelot, misalnya, adalah sekte Yahudi yang
muncul pada tahun 6 M, dan membunuh para pejabat pemerintah setempat dalam upaya
untuk memicu pemberontakan dan mengusir orang-orang Romawi keluar dari Palestina.
Timur Tengah menelurkan para Assassin (1090-1275)—Muslim yang membunuh lawan-
lawan politik penguasa. Eropa Kristen juga memiliki pengalaman dengan teror selama
Inkuisisi Spanyol abad ke-15, yang menggabungkan kekuatan gereja dan negara dalam
pengadilan, dan pembakaran terhadap para terduga penyihir—sebuah fenomena yang bahkan
menyentuh Dunia Baru, terutama di Salem, Massachusetts, tempat para penyihir digantung
pada tahun 1690-an.( Malak Umer Hayat (The Nation). Sejak lama bahkan menjamur
terrorisme ini sangat berkelanjutan tidak lenyap ditelan oleh zaman. Terorrisme sering terjadi
di negara bagian timur Terutama dinegara yang mayoritas penduduknya beragamakan islam .
Terorisme adalah suatu tindakan atau perbuatan terror yang mengancam dan juga melukai
seseorang bahkan lebih untuk memuaskan dirinya atau dapat juga dikatakan suatu perlakuan
yang berbertujuan untuk untuk membunuh orang yang tidak disenangi (benci),teror ini
biasanya ditujukan kepada masyarakat oleh individu maupun sekelompok orang
Menurut  Edwin H. Sutherland (1934),  bila seseorang yang terus terpapar  akan
menimbulkan  sub kebudayaan menyimpang (deviant subculture) dari budaya  yang selama
ini digelutinya (Teori  Differential Association, Teori Pergaulan Berbedina) .Jadi mengapa
Terorisme berkaitan dengan masyarakat Transnasional dikarenakan Terortisme termasuk
dampak negatif dari adanya Globalisasi yang memudahkan orang untuk berhubungan atau
menyebarkan hal yang berbau negatif hoax maupun yang benar.Terorisme juga dapat
dikatakan masyrakat transnasional dikarenakan terorisme tidak hanya berpusat pada negara
dimana komunitas/jejaring mereka dibentuk ,tapi terorisme juga menyempatkan untuk
merekrut anggota dari lintas negara untuk bergabungan dengan satu visi misi yaitu
jannah,Terorisme juga mengatas namakan agama sebagai landasan untuk memengaruhi setiap
anggota atau yangkita ketagui dengan cuci otak . seriap anggota yang dicuci otak nya akan
berjalan sesuai dengan doktrin yang masuk,seperti akan melakuan bom bunuh diri
,menculik,memperkosan maupun yang lain.dimana tindakan ini pada dasrnya bertolak
belakang dengan ajaran agama nya sendiri.banyaknya anggota teroris yang tersebar di
belahan dunia mengakibatkan gerakan ini termasuk kedalam,yang namanya masyarakat
Transnasional.pemimpir Terorisme selalu memiliki cara yang jitu untuk merekrut anggotanya
dibagian belahan dunia manapun,kadang walaupun tifak seagama ketika tetap memiliki
tujuan yang sama jejaring terroris selalu menerima anggota nya.walaupun belum pernah
bersinggungan lansung setiap anggota terorisme selalu memiliki pemikiran yang sama dalam
menuju jannah dengan jalan jihad.Banyak cara yang dilakukan oleh jejaring ini untuk terjun
atau mengajak orang lain untuk masuk kedalam anggota nya.Seprti,
Dalam pengajian
Dimana dalam pengajian ini banyak terdapat majelis atau perkumpulan yang tidak
berorientasi pada fungsinya untuk memperdalam nilai agama,malah didalam kegiatan
pengajian ini sering kali malah disusupin dengan yang namanya pencerdasan secara radikal
untuk mencari anggota
Memanfaatkan sifat labil anak muda
Karakter anak muda yang masih mencari ideologi tak luput dari incaran teroris karena
mereka masih need ideology ,karena itu anak muda dapat menjadi sasaran empuk untuk
menanmkan doktrin yang radikal.
Jejaring internet
Media sosial adalah rana untuk para tetoris menybarkan informasi miring terkait keberadaan
mereka. Yang bertujuan untuk mencari anggota yang penasaran,individu yang penasaran
kemuadian lambat laun mencari kepastian tentang organisasi teroris dan akhirnya ikut
kedalam organisasi ini.
Masih terdapat banyak cara yang dilakukan oleh teroris dalam mencari mangsanya tetapi
tidak semuanya diketahui,karena mereka memiliki cara sendiri untuk memperluas jejaring
mereka , teroris selalu memiliki cara untuk melancarkan aksinya terkadang dengan
beralaskan jihad teroris dapat dengan mudah merelakan nyawanya terhadap hal yang diyakini
hasil dari doktrin yang benar.
teori konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri,oleh karena itu persoalan
terorisme ini jika dilihat dari sudut pandang orang-orang konstruktivisme bahwa agama islam
adalah dalang dari pada setiap kejadian yang ada tetapi mengatas nama kan teroris, karena
hasil dari sudut pandang yang diciptakan dari pikiran manusia sendiri menyebabab kan sering
terjadi multi tafsi terhadap teroris dan agama islam ,yang mana agama islam selalu disebut
sebagai agama yang radikal,dan selalu menyebabkan konflik.dimana hasil dari konstruk ini
lahirlah pemahaman bahwa islam adalah agama yang radikal .
Tetapi pada pandangan realis Terorisme telah didefinisikan sebagai tindakan kekerasan yang
dilakukan terhadap warga sipil atau sasaran noncombatant untuk tujuan mencapai beberapa
tujuan politik. Untuk realis, penting untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak kekerasan. Karena realis melihat negara sebagai aktor kunci dalam
hubungan internasional, hubungan antara tindak terorisme dan negara bertanggung jawab atas
tindakan terorisme harus dibentuk. Seperti Benjamin Netanyahu mengatakan, "terorisme
internasional adalah penggunaan kekerasan teroris terhadap bangsa lain yang diberikan oleh
negara, yang menggunakan teroris untuk melawan perang proxy sebagai alternatif untuk
perang konvensional" (Netanyahu, 2001). Netanyahu memperluas ini dengan mengatakan
"Yang pertama dan paling penting untuk memahami hal ini. Tidak ada terorisme
internasional tanpa dukungan negara-negara berdaulat. terorisme internasional tidak bisa
dipertahankan lama tanpa rezim yang membantu dan menghasut itu. Teroris tidak ditunda di
udara. Mereka melatih, lengan, dan mengindoktrinasi mereka pembunuh dari dalam havens
aman di wilayah yang diberikan oleh negara-negara teroris "(Netanyahu, 2001).
Peran Negara sangat dibutuhkan dalam memberantas jejaring Terorisme Karena negara
adalah kedaulatan yang tertinggi ,dan memiliki kuasa atas pengaturan legalitas at aupun lintas
batas masyarakat nya . Indonesia telah melakukan upaya dalam tingkat nasional maupun
asean dalam mengatasi terorisme seperti yang dilangsir di Website Kemenlu
indonesia berkomitmen untuk mendukung penanggulangan terorisme, termasuk dalam
penanggulangan pendanaan terorisme. Dalam kaitan ini, Indonesia berpartisipasi aktif
sebagai anggota Asia Pacific Group on Money Laundering (APG-ML), serta anggota
dari Steering Group mewakili negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, atas
peran aktif diplomasi Indonesia, pada Sidang Pleno FATF yang dilaksanakan di Brisbane,
Australia, 21-26 Juni 2015, Indonesia telah dikeluarkan secara keseluruhan dari daftar
"negara yang memiliki kelemahan strategis dalam rezim anti pencucian uang dan
pemberantasan pendanaan terorisme" atau dari proses review International Cooperation
Review Group (ICRG) FATF. Lebih lanjut, Indonesia melalui Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Financial
Intelligence Unit (FIU) dari 48 negara untuk memperkuat rezim penanganan pencucian uang
dan pendanaan terorisme.

Pada tingkat nasional, Indonesia memiliki strategi komprehensif dalam penanggulangan


terorisme yang mengkombinasikan hard dan soft approach. Dalam kaitannya dengan hard
approach, Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penanggulangan Terorisme dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Lebih lanjut, dalam rangka
penguatan upaya penanggulangan pendanaan terorisme, Indonesia juga telah mengesahkan
Peraturan Bersama tentang Pencantuman Identitas Orang dan Korporasi dalam Daftar
Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dan Pemblokiran secara Serta Merta atas Dana Milik
Orang atau Korporasi yang Tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.

Indonesia juga mendukung upaya pencegahan dengan diantaranya mengimplementasikan


Resolusi DK PBB 1267 (1999) dan 1988 (2011) yang selaras dengan hukum nasional
Indonesia terkait penanggulangan pendanaan terorisme. Atas dasar itu, Indonesia telah
memiliki Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris berdasarkan Daftar Sanksi Al-Qaeda
dan Daftar Taliban untuk proses pembekuan aset.

Dalam kaitannya dengan soft approach, Indonesia melakukan program deradikalisasi dan


kontra-radikalisasi. Dalam kaitan ini, Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme telah meluncurkan Blueprint  Deradikalisasi serta mendirikan Pusat Deradikalisasi
bagi narapidana teroris. Mengacu pada dokumen Blueprint, program deradikalisasi mencakup
rehabilitasi, reintegrasi, dan reedukasi bagi narapidana teroris dengan memberdayakan para
tokoh agama serta psikolog untuk memberikan counter-narratives.[ CITATION Dir19 \l
1057 ]

Simpulan
Setiap individu memang dibebaskan dalam memilih jalan hidupnya masing-masing
,sebagai masyarakat transnasional yang telah tejangkit globalisasi sebaiknya kita lebih
waspada dalam memilih jejaring atau komunitas , jangan sampai salah masuk kedalam
jejaring yang salah, seperti hal nya terorisme dengan kedok Berdasarkan agama tertorisme
dengan kejam menkritisi kan bahwa agama yang baik adalah jihad untuk menuju ke surga,
tidak lebih dari pada kematian yang di katakan ada dijalan allah , Terorisme no religion itu
adalah pernyataan yang cukup mempertegas apa yang selama ini paham yang di konstruk dan
di pakai dalam memandang islam, Seriap agama selalu menuntuk kedalam artian kedamaian
dan ketentraman , terorsime salah dalam memaknai apa itu jalan yang di restui oleh tuhan nya
Referensi

Direktorat. (2019, april 7). https://kemlu.go.id/portal/id/read/95/halaman_list_lainnya/indonesia-


dan-upaya-penanggulangan-terorisme. Retrieved november 20, 2019, from kemenlu.co.id:
https://kemlu.go.id/

fizi, h. (2018, june 3). Terorisme. Retrieved november 19, 2019, from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/inyoman3907/5b13ab56caf7db6a9f4e18e6/alter-globalisasi-
dan-terorisme-transnasional?page=all

hayat, m. u. (2019). sejarah terorisme. indonesia: https://www.matamatapolitik.com/.

Team. (2017, july 7). nationalgeographic.grid.id. Retrieved november 19, 2019, from national
gegrafic: nationalgeographic.grid.id

team, A. (2014). Masyarakat Sipil Transnasional dan Demokratisasi di Indonesia. Andalas Journal of
International Studies,
C:/Users/gamers/Downloads/Masyarakat_Sipil_Transnasional_dan_Demokratisasi_d.pdf.

Anda mungkin juga menyukai