Ciri-Ciri Radikalisme
Radikalisme sangat mudah kita kenali. Hal tersebut karena memang pada
umumnya penganut ideologi ini ingin dikenal/ terkenal dan ingin mendapat
dukungan lebih banyak orang. Itulah sebabnya radikalisme selalu menggunakan
cara-cara yang ekstrim.
2. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai
negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak
karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk
meneror manusia lainnya.
3. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya
berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok
masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan.
4. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas
ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada
tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada
hidup mereka.
5. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci
dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di
berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan
ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri
seseorang.
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-radikalisme.html
Adanya aksi terorisme yang tujuan awalnya untuk memerangi orang yahudi atau yang tidak beragami
Islam, tetapi justru dari penyerangan tersebut lebih banyak orang Islam yang ikut melayang nyawanya
dibanding sasaran yang akan dimusnahkan. Hal ini jika dalam ilmu akuntansi maka dinamakan tidak
balance (tidak seimbang). Contoh kasus yang telah terjadi di Indonesia yaitu bom bunuh diri di Bali dan di
Jakarta.
Adanya gerakan terorisme dan radikalisme ini meresahkan banyak orang karena mereka melakukan
penyerangan dengan tiba-tiba tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Masyarakat yang tidak tahu
menahu tentang hal ini akan semakin resah dan merasa tidak tenang karena keamanan mereka terancam.
Padahal membuat resah dan ketidaknyamanan banyak orang merupakan kegiatan mengganggu tatanan
hidup orang banyak. Hal ini menurut hukum negara tidak benar dan menurut hukum agama Islam yang
Saat terjadi penyerangan para kaum terorisme dan radikalisme kepada sasaran yang mereka anggap
sebagai musuh, maka akan menimbulkan banyak kerusakan di bumi. Kerusakan tidak hanya terjadi pada
hal fisik seperti gedung atau bangunan tetapi juga kerusakan moral para pemuda. Kerusakan fisik seperti
bangunan sering sekali terjadi karena mereka sering melakukan penyerangan dengan alat yang benar-benar
Adanya gerakan terorisme dan radilkalisme jelas akan menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian yang
terjadi bisa pada pihak pemerintah, swasta ataupun perorangan. Pemerintah jika seperti jalan rusak atau
gedung yang mereka bom adalah gedung milik pemerintah. Kerugian pada pihak swasta misalnya jika para
Adanya gerakan ini sudah tentu akan menghancurkan nasionalisme bangsa. Mereka melakukan
penyerangan pada masyarakat sendiri yang memang merupakan saudara sendiri. Hal ini jelas akan
menimbulkan perpecahan yang akan semakin menghancurkan nasionalisme bangsa. Para pemuda harusnya
diajarkan untuk saling menghormati, menerima perbedaan serta saling menyayangi agar jiwa nasionalisme
semakin tinggi, bukan malah diajarkan peperangan. Jika alasan karena berjihad, maka berjihad banyak
jalan lain yang bisa dilakukan selain dengan penyerangan yaitu bisa dengan jalan perbaikan ekonomi atau
Adanya gerakan terorisme dan radikalisme tentu akan menjadi racun para pikiran anak bangsa. Mereka
adalah generasi penerus yang sebaiknya diberikan contoh yang baik yaitu saling rukun dan gotong-royong
bukan malah melakukan penyerangan. Yang dilakukan oleh para teroris akan menyebabkan anak bangsa
dengan tidak langsung berpikir keras. Anak muda pemikirannya masih susah terkendali sehingga jika ada
yang melakukan penyerangan sering mereka terpancing emosi untuk melakukan penyerangan balik. Hal
Terorisme dan radikalisme yang melakukan jihad dengan kekerasan tentu akan mencoreng nama Islam.
Islam yang sebenarnya itu agama yang penuh kasih sayang, tidak kaku serta peduli terhadap sesama, bukan
seperti terorisme yang tidak mau menerima perbedaan. Terorisme memang banyak timbul dan lahir dari
Islam, tetapi disini perlu digaris bawahi bahwa Islam yang mereka anut merupakan Islam yang tidak benar
paham dan alirannya. Mereka melakukan jihad dengan menghalalkan segala cara, sedangkan Islam yang
benar yaitu melakukan jihad dengan baik yaitu tidak memusnahkan budaya atau horistik masyarakat, tetapi
justru akan membawa budaya dan mengarahkannya ke jalan Islam sehingga masyarakat akan menerima
Islam dengan baik tanpa menggunakan kekerasan dan Islam akan diterima dengan baik dalam masyarakat.
4. Eksklusifisme
Eksklusif dalam hal ini berati tertutup. Jadi para kaum teroris dan radikalisme bersifat tertutup
dengan semua pihak lain yang tidak sesuai dengan paham yang mereka anut. Mereka tidak akan
mau diajak berdiskusi secara terbuka dengan pihak lain kecuali pihak internal dalam
golongannya. Hal inilah yang menjadi kesulitan dalam menyadarkan mereka sehingga kekerasan
susah untuk ditanggulangi dari pihak kaum teroris dan radikalis.
Demikian beberapa doktrin yang menjadi pondasi dari paham terorisme dan radikalisme, sementara dalam
agama Islam pemahaman yang seharusnya bukanlah doktrin yang seperti dianut oleh para terorisme dan
radikalisme tersebut. Beberapa pemahaman yang baik seharusnya yaitu pemahaman yang sesuai dengan
8. Rahmatan Lil-Alamin
Menurut aliran ahli sunah agama Islam berlandaskan sifat rahmah atau kasih sayang bagi semua
penduduk bumi sehingga tidak ada teror atau ketakutan yang mengganggu kehidupan manusia.
Hal ini juga dilakukan oleh para wali sanga pada saat penyebaran agama Islam. Budaya Jawa
berakar yang dulunya berasal dari agama Hindu-Budha. Dalam melakukann dakwah atau mungkin
sekarang orang penganut terorisme dan radikalisme menganggapnya sebagai jihad dengan
menggunakan budaya.
Wali sanga masuk kedalam masyarakat dengan membawa Islam tidak dengan menghilangkan
budaya yang sudah ada, tetapi dengan mengarahkan budaya yang sudah ada dengan hal-hal yang
baik menurut Islam, seperti tujuh bulanan, tiga bulanan saat seorang sedang mengandung dengan
melakukan syukuran dan doa bersama, kemudia juga bedug dan kentongan tidak dihilangkan
tetapi dibuat sebagai alat untuk mengundang orang shalat berjama’ah. Jadi Islam memang agama
yang rahmatan lil alamin, yaitu penuh kasih sayang sehingga konsep doktrin terorisme dan
Tawassuth ini merupakan konsep yang tidak memihak ke salah satu atau tidak begitu condong
kesatu, tetapi tengah-tenagh (mediasi) yang tidak mengandung keberpihakan terhadap
ekstrimisme kanan (liberalisme) atau ke ektrimisme kiri (radikalisme). Hal ini juga sesua dengan
firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 143 yang artinya “dan demikian (pula) kami telah
menjadikan kamu (umat Islam) umat yang penengah, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu”. Jadi radikalisme atau
terorisme lebih condong ke kanan sehingga terlalu keras terhadap kehidupan.
3. Konsep tawazun
Konsep tawazun merupakan konsep keseimbangan dalam segala hal dan aspek kehidupan. Point
keseimbangan yang penting yaitu seperti dalam hal naqli dan aqli, keseimbangan antara tekstual
dan kontekstual. Jadi dalam berjihadpun seharusnya melihat konteks dimensi waktu, tempat
serta kondisi masyarakat. Jihad yang hanya mengandalkan doktrin yang kaku dan tekstual saja
maka akan memberikan dampak negatif seperti aliran terorisme dan radikalisme.
4. Konsep I’tidal
Itidal dalam hal ini yaitu memegang kuat pada pendapat dan itiqomah dalam mengamalkan.
Dengan konsep yang lebih baik yaitu keadilan bagi semua mahkluk. Jika keadilan sudah tidak
terjalankan maka kebencian atau perbedaan akan menimbulkan kekerasan dan ketidakadilan.
https://guruppkn.com/bahaya-radikalisme-dan-terorisme
indikasi ekstrimisme ini terjadi sejak seseorang mulai menutup dirinya untuk menerima
perbedaan cara berpikir dan budaya, merasa keyakinannya superior, lebih murni dan
mengajak orang lain untuk memiliki cara berpikir yang sama dengan dirinya dengan berbagai
macam cara, dari yang persuasif hingga paksaan, intimidasi, group atau social bullying dan
bentuk lainnya.
Titik tolak perubahannya adalah ketika seseorang mulai merasa tidak nyaman berelasi di luar
kaumnya sendiri, cenderung tidak ingin berinteraksi dengan keyakinan berbeda ataupun
mereka yang memiliki cara berpakaian berbeda.
Intoleransi adalah sikap dan perilaku tidak menghargai dan tidak menghormati keyakinan
dan keberadaan perorangan, kelompok atau golongan lain yang berbeda tanpa paksaan.
Adapun ekstrimesme adalah pemikiran, sikap, dan tindakan orang atau kelompok orang
yang menuntut suatu perubahan serta menentang struktur masyarakat atau negara yang
diungkapkan secara keras, termasuk penyebaran stereotipe negatif, paksaan, intimidasi baik
individu atau kelompok dalam rangka membangun masyarakat yang homogen sesuai
dengan ideologi atau agama tertentu. Tindakannya mencakup usaha penyebaran, baik
online maupun offline, yang mengajak dan mengumpulkan simpatisan dari membenci
golongan atau kelompok tertentu hingga melanggar konsensus bangsa
Ekstremisme terjadi ketika munculnya wujud tindakan yang menolak perbedaan, eksklusif,
membuat dunia kita menjadi masyarakat homogen melalui pemaksaan, intimidasi mayoritas
terhadap kelompok atau individu, ataupun ancaman jika tidak mengikuti keinginan
kelompok tertentu dengan cara memberikan sanksi sosial ataupun buli terselubung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa yang Keliru dengan
Ekstremisme?", https://nasional.kompas.com/read/2018/07/25/06070041/apa-yang-keliru-
dengan-ekstremisme-?page=all.
Ekstrimisme merupakan paham atau keyakinan yang begitu kuat terhadap suatu pandangan,
melebihi batas kewajaran dan melanggar hukum yang berlaku. Dalam pengertian lain,
ekstrimisme merupakan sebuah doktrin baik itu politik ataupun agama untuk menggerakkan
aksi dengan berbagai cara demi mewujudkan tujuannya. Cara yang digunakan biasanya
berupa gerakan yang keras dan fanatik untuk mencapai sebuah tujuan.
Seperti kita ketahui, ekstrimisme tidak bisa terlepas dari agama. Mereka tidak mengetahui
dengan benar arti toleransi dan begitu fanatik. Seseorang dengan sikap ekstrimisme pada
agama tak segan-segan akan mewajibkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak
diwajibakn oleh Allah. Ia pun sering bersikap kasar bukan pada tempat dan masanya apalagi
jika yang diperdebatkan adalah masalah akidah.
Ia mengkafirkan orang lain, menghalalkan darah dan harta benda, mengkafirkan orang-orang
yang melakukan dosa besar serta mengkafirkan orang yang tidak menerima fikiran mereka
atau yang tidak bergabung dalam jemaah mereka. Seseorang dengan paham ekstrimisme
adalah orang yang keras dalam pergaulan dan kasar dalam bertutur kata sehingga bisa saja
dikatakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Selain agama, contoh lainnya adalah sikap ekstrimisme pada sosial. Misalnya saja ketika
seseorang yang begitu fanatik kepada ssatu pendapat, maka ia tidak akan memperdulikan
pendapat orang lain. Ia tidak akan pernah memperhatikan kepentingan manusia ataupun
tujuan-tujuan lain.
Bahkan untuk berlapang dada mengadakan perbincangan dengan orang lain demi
menngambil pendapat yang lebih kuat dari alasannya, ia akan menolak. Seseorang dengan
ekstrimisme sepeti ini hanya akan sibuk berprasangka buruk pada orang lain, menghiraukan
contoh hak dan kewajiban warga negara dan menuduh dengan alasan yang tidak berasas.
Ekstrimisme juga tidak bisa terlepas dari perihal suku adat seseorang. Seseorang dengan
sikap ekstrimisme yang tinggi pada suku adat tidak akan memperdulikan, menghormati
ataupun menghargai suku adat lain. Ia pecaya bahwa semua kelompok memiliki adat
masing-masing sehingga orang lain tidak perlu ikut campur mengenai tradisi mereka.
Sikap ekstrimisme juga bisa ditunjukkan dari segi politik. Seperti kelompok teroris di Amerika
Serikat, yakni kelompok Patriot/Neo Nazi yang berjumlah 5-12 juta orang. Mereka bangga
dengan ras kulit putih sehingga menganggap bahwa kelompok miskin merupakan akibat dari
imigran dari ras kulit hitam. Paham yang sama juga ditunjukkan oleh Australia yang
menganut One Nation Party.
Mereka menganggap bahwa orang berkulit putih memiliki derajat lebih tinggi daripada yang
berkulit hitam. Seseorang dengan kulit hitam itu rendah, miskin, tidak memilki contoh hak
asasi politik dan memiliki pandangan yang negatif. Padahal hal ini sudah diatur dalam
landasan hukum persamaan kedudukan warga negara di UUD 1945.
Seseorang dengan sikap ekstrimisme tidak akan pernah membuka jalan pikirannya dengan
benar atau terbuka mengenai pemikiran dan pendapat pihak lain (close mind). Ia tidak akan
mau melihat bahwa dunia sudah berubah dan tidak menghiraukan hakikat pembelaan
negara karena hanya memfokuskan diri pada intepretasi pribadi yang berlebihan dan susah
berempati dengan pandangan orang lain. Demikian contoh sikap ekstrimisme di sekitar kita,
semoga tidak ada lagi sikap ekstrimisme sehingga upaya menjaga keutuhan NKRI lebih
maksimal, semoga bermanfaat.
https://guruppkn.com/contoh-sikap-ekstrimisme
Dalam pandangan saya ada beberapa faktor ektrimisme, khususnya ekstrimisme agama,
antara lain:
Menurut ayat di atas, informasi yang sampai kepada manusia dan tidak diklarifikasi maka
kemungkinan besar akan membawa kepada kesimpulan bodoh (jahaalah) yang justeru
mengantar kepada penyesalan. Nampaknya hal ini seringkali kita temukan dalam kehidupan
keseharian di mana rumor, informasi bahkan jelas-jelas fitnah, dengan mudah diambil
sebagai kesimpulan dan kebenaran. Pada akhirnya terjadi berbagai masalah bahkan bencana
dalam kehidupan manusia itu.
Orang yang menjadikan agama sebagai dasar politiknya seharusnya nilai-nilai dan ajaran
agama terpatri dalam berbagai aktifitas maupun kebijakan politiknya. Tentu kejujuran,
keadilan, kesantunan, kasih sayang dan cinta, serta keinginan untuk mengabdi (khidmah)
kepada masyarakat akan terlihat dari I’tikad dan prilakunya.
Sebaliknya orang yang menjadikan agama sebagai obyek politik hanya akan menjadikan
agama sebagai justifikasi atau pembenaran dalam mengejar kepentingan kekuasaan, walau
itu jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama. Misalnya menebarkan fitnah dan
kebohongan untuk menyerang lawan politik, dan seringkali atas nama agama, maka ini yang
disebut menjadikan agama sebagai korban politik.
Karena pemahaman sumber-sumber agama yang keliru, atau minimal tidak mengindahkan
ikatan-ikatan konteks yang sesuai. ustifikasi untuk membangun kebencian dan permusuhan
kepada pihak-pihak yang disebutkan pada ayat-ayat itu
https://minanews.net/ekstremisme-agama-penyebab-dan-solusi/
Ekstremisme
suatu kepercayaan atau perilaku yang melibatkan semangat tidak kritis atau dengan
antusiasme yang obsesif. Ekstremis menampilkan standar yang sangat ketat dan sedikit
toleransi terhadap gagasan atau pendapat yang bertentangan
Radikalisme
pendapat dan perilaku orang yang mendukung perubahan ekstrem. Radikis cenderung
berubah dengan cepat seperti revolusi untuk mencapai ide atau pendapat mereka.