Anda di halaman 1dari 10

Menurut para ahli, 

Pengertian Radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau


gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial
dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim.
Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok
tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang
diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam
tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang
berlaku.

Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat


melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang
tidak sepaham dengan mereka. Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme
dengan Agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan
bukan ajaran Agama.

Ciri-Ciri Radikalisme
Radikalisme sangat mudah kita kenali. Hal tersebut karena memang pada
umumnya penganut ideologi ini ingin dikenal/ terkenal dan ingin mendapat
dukungan lebih banyak orang. Itulah sebabnya radikalisme selalu menggunakan
cara-cara yang ekstrim.

Berikut ini adalah ciri-ciri radikalisme:

 Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan


tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan
perlawanan dengan keras.
 Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan
drastis yang diinginkan terjadi.
 Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki
keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan.
 Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam
mewujudkan keinginan mereka.
 Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda
pandangan dengannya adalah bersalah.
Faktor Penyebab Radikalisme
Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor penyebab, diantaranya:
1. Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran bahwa segala sesuatunya
harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan
kekerasan.

2. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai
negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak
karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk
meneror manusia lainnya.

3. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya
berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok
masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan.

Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik.


Alih-alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru
memperparah keadaan.

4. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas
ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada
tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada
hidup mereka.

5. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci
dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.

6. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di
berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan
ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri
seseorang.

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-radikalisme.html

Sejarah mengenai radikalisme dan terorisme


 Dalam sejarah Islam sebenarnya terorisme dan radikalisme berawal dari kaum khawarij. Pada saat
itu kaum khawarij mengutus 3 orang pembunuh jitu untuk membunuh tiga tokoh islam pada waktu itu
yaitu Ali bin Abi thalib, Mu’awiyah bin abi Sufyan dan Amr bin Al-Ash.
 Ketiga tokoh yang menjadi incaran pembunuhan hanya satu yang berhasil dibunuh yaitu Ali bin
Abi Thalib. Beliau berhasil dibunuh saat mengimami sholat subuh. Sementara kedua tokoh lainnya gagal
dibunuh. Padahal ketiga orang pembunuh tersebut merupakan orang yang ahli ibadah, mereka ahli shalat,
puasa, wirai, zuhud serta sufi tetapi mereka menganut suatu paham yang salah sehingga membunuh orang
tersebut bagi mereka merupakan jihad fi sabilillah.
 Mereka menganggap tindakan pembunuhan yang mereka lakukan merupakan tindakan yang benar
dan sebagai jalan dalam berjihad. Dengan kisah tersebut maka paham khawarij merupakan cikal bakal dari
lahirnya organisasi terorisme.
 Ketua BPNU yaitu KH Masdar Farid Mas’udi mengatakan bahwa “Terorisme sebenarnya bukan
berasal dari Indonesia, apalgi dari pesantren. Terorisme dikenal setelah aksi Macan Tamil dan kelompok
pejuang dari Irlandia”. Aksi terorisme terjadi sebenarnya karena adanya kesalahpahaman dalam memaknai
arti jihad yang sebenarnya.
 Memang hampir semua di pondok pesantren memberikan pelajaran tentang jihad, sehingga bangsa
barat terutama Amerika menuding bahwa sarang teroris yaitu ondok pesantren. Sebenarnya pendapat dan
tudingan tersebut merupakan kesimpulan dan generalisasi yang tidak tepat dan keliru. Karena dipondok
pesantren tidak semuanya mengajarkan bahwa jihad harus seperti pada jaman dahulu dengan berperang,
tetapi jihad bisa dilakukan dengan peningkatan pendidikan ataupun peningkatan ekonomi masyarakat.
Berikut beberapa bahaya radikalisme dan terorisme yang berkembang dalam masyarakat:

1. Memakan banyak nyawa

Adanya aksi terorisme yang tujuan awalnya untuk memerangi orang yahudi atau yang tidak beragami

Islam, tetapi justru dari penyerangan tersebut lebih banyak orang Islam yang ikut melayang nyawanya

dibanding sasaran yang akan dimusnahkan. Hal ini jika dalam ilmu akuntansi maka dinamakan tidak

balance (tidak seimbang). Contoh kasus yang telah terjadi di Indonesia yaitu bom bunuh diri di Bali dan di

Jakarta.

2. Meresahkan banyak umat

Adanya gerakan terorisme dan radikalisme ini meresahkan banyak orang karena mereka melakukan

penyerangan dengan tiba-tiba tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Masyarakat yang tidak tahu

menahu tentang hal ini akan semakin resah dan merasa tidak tenang karena keamanan mereka terancam.

Padahal membuat resah dan ketidaknyamanan banyak orang merupakan kegiatan mengganggu tatanan

hidup orang banyak. Hal ini menurut hukum negara tidak benar dan menurut hukum agama Islam yang

benar juga tidak benar.

3. Menimbulkan banyak kerusakan

Saat terjadi penyerangan para kaum terorisme dan radikalisme kepada sasaran yang mereka anggap

sebagai musuh, maka akan menimbulkan banyak kerusakan di bumi. Kerusakan tidak hanya terjadi pada

hal fisik seperti gedung atau bangunan tetapi juga kerusakan moral para pemuda. Kerusakan fisik seperti

bangunan sering sekali terjadi karena mereka sering melakukan penyerangan dengan alat yang benar-benar

menghancurkan gedung seperti bom.


4. Menimbulkan kerugian ekonomi

Adanya gerakan terorisme dan radilkalisme jelas akan menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian yang

terjadi bisa pada pihak pemerintah, swasta ataupun perorangan. Pemerintah jika seperti jalan rusak atau

gedung yang mereka bom adalah gedung milik pemerintah. Kerugian pada pihak swasta misalnya jika para

teroris menyerang tempat-tempat yang merupakan usaha swasta.

6. Menghancurkan nasionalisme bangsa

Adanya gerakan ini sudah tentu akan menghancurkan nasionalisme bangsa. Mereka melakukan

penyerangan pada masyarakat sendiri yang memang merupakan saudara sendiri. Hal ini jelas akan

menimbulkan perpecahan yang akan semakin menghancurkan nasionalisme bangsa. Para pemuda harusnya

diajarkan untuk saling menghormati, menerima perbedaan serta saling menyayangi agar jiwa nasionalisme

semakin tinggi, bukan malah diajarkan peperangan. Jika alasan karena berjihad, maka berjihad banyak

jalan lain yang bisa dilakukan selain dengan penyerangan yaitu bisa dengan jalan perbaikan ekonomi atau

perbaikan tingkat pendidikan.

7. Meracuni pikiran anak bangsa

Adanya gerakan terorisme dan radikalisme tentu akan menjadi racun para pikiran anak bangsa. Mereka

adalah generasi penerus yang sebaiknya diberikan contoh yang baik yaitu saling rukun dan gotong-royong

bukan malah melakukan penyerangan. Yang dilakukan oleh para teroris akan menyebabkan anak bangsa

dengan tidak langsung berpikir keras. Anak muda pemikirannya masih susah terkendali sehingga jika ada

yang melakukan penyerangan sering mereka terpancing emosi untuk melakukan penyerangan balik. Hal

inilah yang menjadi kekhawatiran terhadap para generasi penerus selanjutnya.

8. Mencoreng nama baik Islam

Terorisme dan radikalisme yang melakukan jihad dengan kekerasan tentu akan mencoreng nama Islam.

Islam yang sebenarnya itu agama yang penuh kasih sayang, tidak kaku serta peduli terhadap sesama, bukan

seperti terorisme yang tidak mau menerima perbedaan. Terorisme memang banyak timbul dan lahir dari

Islam, tetapi disini perlu digaris bawahi bahwa Islam yang mereka anut merupakan Islam yang tidak benar

paham dan alirannya. Mereka melakukan jihad dengan menghalalkan segala cara, sedangkan Islam yang

benar yaitu melakukan jihad dengan baik yaitu tidak memusnahkan budaya atau horistik masyarakat, tetapi

justru akan membawa budaya dan mengarahkannya ke jalan Islam sehingga masyarakat akan menerima

Islam dengan baik tanpa menggunakan kekerasan dan Islam akan diterima dengan baik dalam masyarakat.

Beberapa Doktrin dari Terorisme dan Radikalisme


9. Takfir
Takfir adalah menganggap golongan lain dalam Islam yang berlawanan haluan sebagai orang
yang kafir atau istilahnya pengkafiran dengan seenaknya. Padahal dlam hukum Islam yang benar,
seseorang yang menganggap kafir atau mengkafirkan orang lain maka dia sendiri yang menjadi
kafir. Mengkafirkan orang lain dalam Islam memang tidak boleh diucapkan sembarangan tanpa
adanya bukti yang jelas. Sedangkan takfir atau mengakfirkan orang ini merupakan salah satu ciri
khas dari paham radikalisme dalam Islam. Takfir ini ada sejak para kaum Khawarij yang
menganggap Ali bin Abi Thalib, Muawiyah dan semua sahabat Nabi kafir pada saat itu sehingga
kaum khawarij sangat berambisi untuk membunuh mereka.
10. Jihad
Paham radikalisme sebenarnya sama persis dengan paham khawarij pada jaman dahulu yaitu
pada jaman Nabi dan sahabat. Jihad yang dimaksud oleh pemahaman kaum teroris dan
radikalisme yaitu jihad yang melakukan perlawanan terhadap semua lawan mereka dengan
berbagai cara, meskipun harus menumpahkan darah banyak korban yang termasuk kedalam
orang Islam, hal ini tidak menjadi masalah karena dianggap sebagai resiko dari adanya jihad.
11. Istisyhad atau bom bunuh diri
Doktrin bom bunuh diri ini merupakan yang paling berbahaya di dalam paham teroris dan
radikalis. Bom bunuh diri ini dianggap sebagai operasi mati syahid, dimana orang yang
melakukannya akan mati syahid dan langsung masuk syurga dengan dipeluk oleh para bidadari
syurga. Hal inilah yang menjadi pemikiran para orang yag melakukan bom bunuh diri, jadi
mereka melakukannya dengan senang hati dan berharap akan mendapatkan syurga. Padahal
dalam kenyataannya agama Islam tidak pernah menghalalkan adanya bunuh diri. Bunuh diri jelas
balasannya bukan syurga melainkan neraka. Bom bunuh diri ini merupakan adopsi dari paham
syi’ah bathiniyyah yang dahulu paham ini disebut dengan Fida’iyah yang mempunyai arti
menebus syurga dengan mengorbankan diri dalam sebuah operasi pembunuhan.

4. Eksklusifisme

Eksklusif dalam hal ini berati tertutup. Jadi para kaum teroris dan radikalisme bersifat tertutup
dengan semua pihak lain yang tidak sesuai dengan paham yang mereka anut. Mereka tidak akan
mau diajak berdiskusi secara terbuka dengan pihak lain kecuali pihak internal dalam
golongannya. Hal inilah yang menjadi kesulitan dalam menyadarkan mereka sehingga kekerasan
susah untuk ditanggulangi dari pihak kaum teroris dan radikalis.

Pemahaman yang Seharusnya bukan Doktrin

Demikian beberapa doktrin yang menjadi pondasi dari paham terorisme dan radikalisme, sementara dalam

agama Islam pemahaman yang seharusnya bukanlah doktrin yang seperti dianut oleh para terorisme dan

radikalisme tersebut. Beberapa pemahaman yang baik seharusnya yaitu pemahaman yang sesuai dengan

Islam yang benar yaitu sebagai berikut:

8. Rahmatan Lil-Alamin

Menurut aliran ahli sunah agama Islam berlandaskan sifat rahmah atau kasih sayang bagi semua

penduduk bumi sehingga tidak ada teror atau ketakutan yang mengganggu kehidupan manusia.

Hal ini juga dilakukan oleh para wali sanga pada saat penyebaran agama Islam. Budaya Jawa

berakar yang dulunya berasal dari agama Hindu-Budha. Dalam melakukann dakwah atau mungkin

sekarang orang penganut terorisme dan radikalisme menganggapnya sebagai jihad dengan

menggunakan budaya.
Wali sanga masuk kedalam masyarakat dengan membawa Islam tidak dengan menghilangkan

budaya yang sudah ada, tetapi dengan mengarahkan budaya yang sudah ada dengan hal-hal yang

baik menurut Islam, seperti tujuh bulanan, tiga bulanan saat seorang sedang mengandung dengan

melakukan syukuran dan doa bersama, kemudia juga bedug dan kentongan tidak dihilangkan

tetapi dibuat sebagai alat untuk mengundang orang shalat berjama’ah. Jadi Islam memang agama

yang rahmatan lil alamin, yaitu penuh kasih sayang sehingga konsep doktrin terorisme dan

radikalisme tidak sesuai dengan kasih sayang.

2. Konsep tawassuth atau wasathiyah

Tawassuth ini merupakan konsep yang tidak memihak ke salah satu atau tidak begitu condong
kesatu, tetapi tengah-tenagh (mediasi) yang tidak mengandung keberpihakan terhadap
ekstrimisme kanan (liberalisme) atau ke ektrimisme kiri (radikalisme). Hal ini juga sesua dengan
firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 143 yang artinya “dan demikian (pula) kami telah
menjadikan kamu (umat Islam) umat yang penengah, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu”. Jadi radikalisme atau
terorisme lebih condong ke kanan sehingga terlalu keras terhadap kehidupan.

3. Konsep tawazun

Konsep tawazun merupakan konsep keseimbangan dalam segala hal dan aspek kehidupan. Point
keseimbangan yang penting yaitu seperti dalam hal naqli dan aqli, keseimbangan antara tekstual
dan kontekstual. Jadi dalam berjihadpun seharusnya melihat konteks dimensi waktu, tempat
serta kondisi masyarakat. Jihad yang hanya mengandalkan doktrin yang kaku dan tekstual saja
maka akan memberikan dampak negatif seperti aliran terorisme dan radikalisme.

4. Konsep I’tidal

Itidal dalam hal ini yaitu memegang kuat pada pendapat dan itiqomah dalam mengamalkan.
Dengan konsep yang lebih baik yaitu keadilan bagi semua mahkluk. Jika keadilan sudah tidak
terjalankan maka kebencian atau perbedaan akan menimbulkan kekerasan dan ketidakadilan.

https://guruppkn.com/bahaya-radikalisme-dan-terorisme
indikasi ekstrimisme ini terjadi sejak seseorang mulai menutup dirinya untuk menerima
perbedaan cara berpikir dan budaya, merasa keyakinannya superior, lebih murni dan
mengajak orang lain untuk memiliki cara berpikir yang sama dengan dirinya dengan berbagai
macam cara, dari yang persuasif hingga paksaan, intimidasi, group atau social bullying dan
bentuk lainnya.

Titik tolak perubahannya adalah ketika seseorang mulai merasa tidak nyaman berelasi di luar
kaumnya sendiri, cenderung tidak ingin berinteraksi dengan keyakinan berbeda ataupun
mereka yang memiliki cara berpakaian berbeda.

Intoleransi adalah sikap dan perilaku tidak menghargai dan tidak menghormati keyakinan
dan keberadaan perorangan, kelompok atau golongan lain yang berbeda tanpa paksaan.
Adapun ekstrimesme adalah pemikiran, sikap, dan tindakan orang atau kelompok orang
yang menuntut suatu perubahan serta menentang struktur masyarakat atau negara yang
diungkapkan secara keras, termasuk penyebaran stereotipe negatif, paksaan, intimidasi baik
individu atau kelompok dalam rangka membangun masyarakat yang homogen sesuai
dengan ideologi atau agama tertentu. Tindakannya mencakup usaha penyebaran, baik
online maupun offline, yang mengajak dan mengumpulkan simpatisan dari membenci
golongan atau kelompok tertentu hingga melanggar konsensus bangsa

Ekstremisme terjadi ketika munculnya wujud tindakan yang menolak perbedaan, eksklusif,
membuat dunia kita menjadi masyarakat homogen melalui pemaksaan, intimidasi mayoritas
terhadap kelompok atau individu, ataupun ancaman jika tidak mengikuti keinginan
kelompok tertentu dengan cara memberikan sanksi sosial ataupun buli terselubung.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa yang Keliru dengan
Ekstremisme?", https://nasional.kompas.com/read/2018/07/25/06070041/apa-yang-keliru-
dengan-ekstremisme-?page=all.

Editor : Laksono Hari Wiwoho

Ekstrimisme merupakan paham atau keyakinan yang begitu kuat terhadap suatu pandangan,
melebihi batas kewajaran dan melanggar hukum yang berlaku. Dalam pengertian lain,
ekstrimisme merupakan sebuah doktrin baik itu politik ataupun agama untuk menggerakkan
aksi dengan berbagai cara demi mewujudkan tujuannya. Cara yang digunakan biasanya
berupa gerakan yang keras dan fanatik untuk mencapai sebuah tujuan.

Ekstrimisme pada agama

Seperti kita ketahui, ekstrimisme tidak bisa terlepas dari agama. Mereka tidak mengetahui
dengan benar arti toleransi dan begitu fanatik. Seseorang dengan sikap ekstrimisme pada
agama tak segan-segan akan mewajibkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak
diwajibakn oleh Allah. Ia pun sering bersikap kasar bukan pada tempat dan masanya apalagi
jika yang diperdebatkan adalah masalah akidah.

Ia mengkafirkan orang lain, menghalalkan darah dan harta benda, mengkafirkan orang-orang
yang melakukan dosa besar serta mengkafirkan orang yang tidak menerima fikiran mereka
atau yang tidak bergabung dalam jemaah mereka. Seseorang dengan paham ekstrimisme
adalah orang yang keras dalam pergaulan dan kasar dalam bertutur kata sehingga bisa saja
dikatakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Ekstrimisme pada sosial

Selain agama, contoh lainnya adalah sikap ekstrimisme pada sosial. Misalnya saja ketika
seseorang yang begitu fanatik kepada ssatu pendapat, maka ia tidak akan memperdulikan
pendapat orang lain. Ia tidak akan pernah memperhatikan kepentingan manusia ataupun
tujuan-tujuan lain.

Bahkan untuk berlapang dada mengadakan perbincangan dengan orang lain demi
menngambil pendapat yang lebih kuat dari alasannya, ia akan menolak. Seseorang dengan
ekstrimisme sepeti ini hanya akan sibuk berprasangka buruk pada orang lain, menghiraukan
contoh hak dan kewajiban warga negara dan menuduh dengan alasan yang tidak berasas.

Ekstrimisme pada suku adat

Ekstrimisme juga tidak bisa terlepas dari perihal suku adat seseorang. Seseorang dengan
sikap ekstrimisme yang tinggi pada suku adat tidak akan memperdulikan, menghormati
ataupun menghargai suku adat lain. Ia pecaya bahwa semua kelompok memiliki adat
masing-masing sehingga orang lain tidak perlu ikut campur mengenai tradisi mereka.

Ekstrimisme pada politik

Sikap ekstrimisme juga bisa ditunjukkan dari segi politik. Seperti kelompok teroris di Amerika
Serikat, yakni kelompok Patriot/Neo Nazi yang berjumlah 5-12 juta orang. Mereka bangga
dengan ras kulit putih sehingga menganggap bahwa kelompok miskin merupakan akibat dari
imigran dari ras kulit hitam. Paham yang sama juga ditunjukkan oleh Australia yang
menganut One Nation Party.

Mereka menganggap bahwa orang berkulit putih memiliki derajat lebih tinggi daripada yang
berkulit hitam. Seseorang dengan kulit hitam itu rendah, miskin, tidak memilki contoh hak
asasi politik dan memiliki pandangan yang negatif. Padahal hal ini sudah diatur dalam
landasan hukum persamaan kedudukan warga negara di UUD 1945.
Seseorang dengan sikap ekstrimisme tidak akan pernah membuka jalan pikirannya dengan
benar atau terbuka mengenai pemikiran dan pendapat pihak lain (close mind). Ia tidak akan
mau melihat bahwa dunia sudah berubah dan tidak menghiraukan hakikat pembelaan
negara karena hanya memfokuskan diri pada intepretasi pribadi yang berlebihan dan susah
berempati dengan pandangan orang lain. Demikian contoh sikap ekstrimisme di sekitar kita,
semoga tidak ada lagi sikap ekstrimisme sehingga upaya menjaga keutuhan NKRI lebih
maksimal, semoga bermanfaat.

https://guruppkn.com/contoh-sikap-ekstrimisme

Dalam pandangan saya ada beberapa faktor ektrimisme, khususnya ekstrimisme agama,
antara lain:

Pertama: Ketidaktahuan (ignorant)

Pengalaman mengajarkan bahwa tumbuhnya kebencian, baik di dalam hubungan antar


agama mau pun intra agama, seringkali disebabkan oleh paham ekstrim yang terbangun di
atas asas ketidaktahuan. Orang-orang Islam misalnya membenci orang lain, pada umumnya
karena tidak pernah belajar tentang mereka atau bahkan memang tidak tahu mereka sama
sekali. Namun demikian di atas ketidaktahuan itu mereka membangun berbagai hipotesis
atau asumsi-asumsi yang tidak pernah dan tidak mau diklarifikasi.mengambil kesimpulan
tanpa klarifikasi, dan bahayanya adalah kesimpulan itu terkadang dianggap sebuah
kebenaran absolut.

Kedua: Penyesatan media

Menurut ayat di atas, informasi yang sampai kepada manusia dan tidak diklarifikasi maka
kemungkinan besar akan membawa kepada kesimpulan bodoh (jahaalah) yang justeru
mengantar kepada penyesalan. Nampaknya hal ini seringkali kita temukan dalam kehidupan
keseharian di mana rumor, informasi bahkan jelas-jelas fitnah, dengan mudah diambil
sebagai kesimpulan dan kebenaran. Pada akhirnya terjadi berbagai masalah bahkan bencana
dalam kehidupan manusia itu.

Ketujuh: Politisasi agama

Orang yang menjadikan agama sebagai dasar politiknya seharusnya nilai-nilai dan ajaran
agama terpatri dalam berbagai aktifitas maupun kebijakan politiknya. Tentu kejujuran,
keadilan, kesantunan, kasih sayang dan cinta, serta keinginan untuk mengabdi (khidmah)
kepada masyarakat akan terlihat dari I’tikad dan prilakunya.

Sebaliknya orang yang menjadikan agama sebagai obyek politik hanya akan menjadikan
agama sebagai justifikasi atau pembenaran dalam mengejar kepentingan kekuasaan, walau
itu jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama. Misalnya menebarkan fitnah dan
kebohongan untuk menyerang lawan politik, dan seringkali atas nama agama, maka ini yang
disebut menjadikan agama sebagai korban politik.

Ketujuh: Interpretasi teks-teks agama

Karena pemahaman sumber-sumber agama yang keliru, atau minimal tidak mengindahkan
ikatan-ikatan konteks yang sesuai. ustifikasi untuk membangun kebencian dan permusuhan
kepada pihak-pihak yang disebutkan pada ayat-ayat itu

https://minanews.net/ekstremisme-agama-penyebab-dan-solusi/

Ekstremisme

suatu kepercayaan atau perilaku yang melibatkan semangat tidak kritis atau dengan
antusiasme yang obsesif. Ekstremis menampilkan standar yang sangat ketat dan sedikit
toleransi terhadap gagasan atau pendapat yang bertentangan

Radikalisme

pendapat dan perilaku orang yang mendukung perubahan ekstrem. Radikis cenderung
berubah dengan cepat seperti revolusi untuk mencapai ide atau pendapat mereka.

Anda mungkin juga menyukai